Anda di halaman 1dari 3

KRISIS KEPERCAYAAN DIRI REMAJA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK

NEGATIF PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

Media sosial merupakan sebuah media yang digunakan masyarakat untuk


bersosialisasi dan berinteraksi tanpa batasan ruang maupun waktu. Media sosial sendiri
tentunya selain memiliki sisi positif juga tak akan luput dari sisi negatifnya. Dampak negatif
dari eksistensi dan penggunaan media sosial sendiri dapat muncul bila seseorang tidak
memanfaatkan media sosial dengan baik, seperti digunakan untuk menyebarkan informasi
yang tidak benar atau hoaks, bahkan media sosial digunakan sebagai media untuk
mengumbar kebencian pada seseorang. Seiring dengan berkembangnya zaman dan informasi,
tingkat penggunaan media sosial juga semakin berkembang pesat di segala kalangan
masyarakat, termasuk remaja. Remaja merupakan komunitas pengguna media sosial terbesar
di kalangan masyarakat Indonesia (Felita, dkk., 2016). Semakin banyak pengguna media
sosial dikalangan remaja tentunya akan memberikan pengaruh kepada tahap perkembangan
mereka, salah satunya kepercayaan diri. Kepercayaan diri adalah rasa percaya seseorang pada
kemampuan dirinya dan penilaian terhadap diri sendiri (Adawiyah, 2020).

Krisis kepercayaan diri pada remaja akibat penggunaan media sosial merupakan salah
satu hal yang memprihatinkan. Karena peran media sosial yang tidak jauh dari wadah untuk
berkomunikasi dan berpendapat, banyak orang yang memberikan pendapat mereka yang
dapat memiliki arti berbeda tergantung dari sudut pandang setiap individu yang membacanya.
Tidak semua pendapat orang memiliki makna positif bagi orang lain. Karena remaja
cenderung memiliki tingkat emosional yang belum stabil, mereka akan merasa minder
terhadap komentar dari orang lain dan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri mereka.
Selain pengaruh dari komentar orang lain, remaja terkadang mengalami krisis kepercayaan
diri karena mereka melihat aktivitas hidup yang dibagikan orang lain di sosial media mereka.
Tidak hanya itu, sebagian besar sosial media tentunya bisa menampilkan jumlah pengikut
seseorang di akun media sosial mereka. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk
menambah jumlah pengikut untuk mencapai kepuasan diri mereka dan menjadi terkenal.
Selain itu, seseorang tentunya akan berusaha maksimal untuk tampil cantik, tampan, atau
keren di media sosial mereka. Karena berbagai hal itulah remaja dapat mengalami
inkongruensi pada konsep dirinya. Inkongruensi adalah hal yang terjadi karena adanya jarak
antara konsep diri yang sebenarnya dengan konsep diri yang ideal (Felita, dkk., 2016).
Perlu kita ketahui, segala sesuatu di media sosial merupakan sebagian kecil dari
besarnya perjalanan hidup seseorang. Seseorang tentunya tidak akan mungkin membagikan
perjalanan hidup yang kurang menyenangkan, membagikan kekurangan mereka, atau bahkan
profil yang bertolak belakang dengan kehidupan mereka di media sosial. Sebagian besar
orang pasti membagikan momen-momen indah dihidup mereka, menunjukkan kehebatan, dan
pesona dirinya untuk sekedar memberi apresiasi kepada diri sendiri ataupun mencari pujian
dan pengakuan dari orang lain. Oleh karena itu, sudah sebaiknya kita dapat selalu mengambil
segala hal positif dari apa yang kita lihat di media sosial. Segala hal tidak perlu dijadikan
acuan untuk hidup yang sempurna, cukup jadikan motivasi untuk hidup yang lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN

Felita, P., dkk. (2016). Pemakaian Media Sosial dan Self Concept pada Remaja.
Monasa-old, 5(1), 30-41.

Adawiyah, D. P. R. (2020). Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap


Kepercayaan Diri Remaja di Kabupaten Sampang. Jurnal Komunikasi, 14(2), 135-148.

Anda mungkin juga menyukai