Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI VARIABEL PSIKOLOGIS

MATA KULIAH PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGI


Dosen Pengampu : Achmad Dwityanto S.Psi, MSi

Disusun Oleh:
Nama : Puput Ardiyanti
NIM : F100110092
Kelas : C

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

1.

Definisi Kepercayaan Diri


Menurut Fatimah (2006) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya. Sedangkan menurut Guilford ( dalam Hakim, 2004) bahwa
kepercayaan diri adalah pengharapan umum tentang keberhasilan.
Branden (dalam Iswidarmanjaya dan Agung, 2005) mengemukakan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang pada kemampuan yang ada
dalam dirinya.
Bandura (dalam Iswidarmanjaya dan Agung, 2005) mendefinisikan
kepercayaan diri sebagai suatu perasaan yang berisi kekuatan, kemampuan,
dan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu yang dilandasi
keyakinan untuk sukses.
Selanjutnya Radenbach (1998) menyatakan bahwa percaya diri bukan
berarti menjadi keras atau seseorang yang paling sering menghibur dalam
suatu kelompok, percaya diri tidak juga menjadi kebal terhadap ketakutan.
Percaya diri adalah kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh negatif
dari keragu-raguan, dengan demikian biarkan rasa percaya diri setiap orang
digunakan

pada

kemampuan

dan

pengetahuan

personal

untuk

memaksimalkan efek.
McClelland (dalam Luxori, 2005) bahwa kepercayaan diri merupakan
kontrol internal, perasaan akan adanya sumber kekuatan dalam diri, sadar
akan kemampuan-kemampuan dan bertanggung jawab terhadap keputusankeputusan yang telah ditetapkannya. Menurut Tosi dkk (dalam Lie, 2003)
mengungkapkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam
diri seseorang bahwa individu mampu meraih kesuksesan dengan berpijak
pada usahanya sendiri.
Menurut Martini dan Adiyati (dalam Alsa, 2006) Kepercayaan diri
diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan dan diinginkan. Apabila seseorang tidak memiliki

kepercayaan diri maka banyak masalah akan timbul karena kepercayaan diri
merupakan aspek kepribadian dari seseorang yang berfungsi penting untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
Menurut Willis (dalam Gufron, 2010) kepercayaan diri adalah keyakinan
bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi
terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain.
Lauster (dalam Gufron, 2010) mendefenisikan kepercayaan diri diperoleh
dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek
kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seeorang sehingga
tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak,
gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab. Lauster (dalam
Gufron, 2010) menambahkan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan
kemampuan melakukan sesuatu yang baik.
Dari berbagai definisi tersebut dapat dismpulkan bahwa kepercayaan diri
adalah percaya pada dirinya sendiri, percaya akan kemampuan yang
dimilikinya, mampu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya.

2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri


Gufron (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri,
yaitu konsep diri, harga diri, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan
menurut Sears (1992) faktor eksternal seperti dukungan sosial, yang
berpengaruh terhadap rasa percaya diri pada remaja adalah hubungan dengan
orangtua

dan

teman-teman

sebayanya.

Dalam

lingkungan

keluarga

merupakan faktor mendasar bagi pembentuk rasa percaya diri.


Santrock (2003) dukungan dari teman berpengaruh lebih kuat terhadap
rasa percaya diri remaja dibandingkan dengan hal yang lain. Hal ini bisa saja
terjadi mengingat teman selalu memberikan dukungan yang dibutuhkan,
sehingga dukungan tersebut tidak dianggap oleh remaja sebagai sesuatu yang
meningkatkan percaya diri mereka, karena remaja pada saat-saat tertentu

membutuhkan sumber dukungan yang lebih objektif untuk membenarkan rasa


percaya dirinya.
Menurut

Mangunharja

(dalam

Alsa,

2006)

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi kepercayaan diri adalah: faktor fisik, faktor mental dan faktor
sosial.
a.

Faktor Fisik
Keadaan fisik seperti kegemukan, cacat anggota tubuh atau rusaknya
salah satu indera merupakan kekuranga yang yang jelas terlihat oleh
orang lain. Akan menimbulkan perasaan tidak berharga keadaan fisiknya,
karena seseorang amat merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika
dibandingkan dengan orang lain. Jadi dari hal tersebut seseoang tersebut
tidak dapat bereaksi secara positif dan timbullah rasa minder yang
berkembang menjadi rasa tidak percaya diri

b. Faktor mental
Seseorang akan percaya diri karena ia mempunyai kemampuan yang
cenderung tinggi, seperti bakat atau keahlian khusus yang dimilikinya.
c.

Faktor sosial
Kepercayaan diri terbentuk melalui dukungan sosial dari dukungan orang
tua dan dukungan orang sekitarnya. Keadaan keluarga merupakan
lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap orang.

Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara


instan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak dini, dalam
kehidupan bersama orang tua. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan kepercayaan diri pada diri seseorang, yaitu:
a. Pola Asuh
Faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat
mendasar bagi pembentuk rasa percaya diri (Sears,1992). Sikap orang tua
akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang
tua yang menunjukan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih
sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan

membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa
bahwa dirinya berharga dan bernilai dimata orang tuanya. Sehingga
meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat
bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai
bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun juga
karena eksistensinya. Dikemudian hari anak tersebut akan tumbuh
menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai
harapan yang realistik terhadap dirinya, seperti orang tuanya meletakkan
harapan realistik terhadap dirinya.
b. Sekolah
Dalam lingkungan sekolah, guru adalah panutan utama bagi siswanya.
Perilaku dan kepribadian seorang guru berdampak besar bagi pemahaman
gagasan dalam pikiran siswa tentang diri mereka. Salah satu segi dalam
pendidikan di sekolah, baik secara tertutup atau terbuka persaingan antar
siswa dalam berbagai bidang telah menjadi bagian yang melekat dalam
kehidupan akademik mereka. Setiap kompetensi pasti ada pihak yang
menjadi pemenang dan pihak yang kalah. Siswa yang kerap menang
dalam setiap kompetensi akan mudah mendapatkan kepercayaan diri dan
harga diri.
c.

Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga.
Dimana mereka terbiasa bergaul dan mengungkapkan perasaan dan
pikiran mereka pada orang lain. Dalam interaksi sosial yang dilakukan,
populer atau tidaknya seseorang individu dalam kelompok teman sebaya
tersebut sangat menentukan dalam pembentukan sikap percaya diri.

d. Masyarakat
Sebagai anggota masyarakat, kita harus berperilaku sesuai dengan norma
dan tata nilai yang sudah berlaku. Kelangsungan berlakunya norma
tersebut pada generasi penerus disampaikan melalui orang tua, teman
sekolah, teman sebaya, sehingga norma tersebut menjadi bagian dari citacita individu. Semakin kita mampu memenuhi norma dan diterima oleh

masyarakat, semakin lancar harga diri kita berkembang. Disamping itu


perlakuan masyarakat pada diri kita juga berpengaruh pada pembentukan
harga diri dan rasa percaya diri.
e. Pengalaman
Setiap individu pasti pernah merasakan pengalaman gagal dan berhasil.
Perasaan gagal akan membentuk gambaran diri yang buruk dan sangat
merugikan perkembangan harga diri individu. Sedangkan pengalaman
keberhasilan tentu menguntungkan perkembangan harga diri yang akan
membentuk gambaran diri yang baik sehingga akan timbul rasa percaya
diri dalam diri individu (Centi, 1993).
Menurut Midlle Brook (dalam Fatimah,2003) ada empat faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, yaitu:
(1) Pola Asuh
Pola asuh sangat berpengaruh dalam pembentukan suatu kepribadian.
Karena pada pola asuh terdiri dari tiga macam yaitu otoriter, demokratis
dan permisif.
(2) Jenis Kelamin.
Perlakuan orang tua terhadap anak laki-laki dan perempuan berbeda. Pada
umumnya anak laki-laki lebih dari anak perempuan, peran perempuan
secara sosial dikondisikan sekitar rumah tangga, suami, dan anak.
Perempuan banyak dibatasi dengan banyak hal sedangkan laki-laki
banyak

mendapat

kebebasan

dan

kemudahan.

Perbedaan

ini

mengakibatkan adanya perbedaan nilai dan penilaian terhadap diri sendiri


mempunyai pengaruh besar pada kepercayaan diri seseorang.
(3) Pendidikan
Mereka yang mempunyai pendidikan tinggi memiliki ego yang efektif
dan otonom. Dengan demikian pendidikan membuat individu semakin
tinggi akan pengetahuan dan pengalaman yang akhirnya menjadikannya
mantap dalam berbuat atau memutuskan sesuatu, hal ini akan berpengaruh
pada kepercayaan dirinya.

(4) Penampilan Fisik


Penampilan

fisik

juga

mempunyai

porsi

yang

khusus

dalam

mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Seseorang yang mempunyai


penampilan fisik yang kurang menarik cenderung akan menarik diri dari
komunitas sosial umum, ia lebih senang bergaul dengan individu yang
sama dengannya dari segi fisik. Pembatasan diri dalam pergaulan
merupakan indikasi bahwa individu tersebut memiliki kepercayaan diri
yang kurang baik.

3.

Aspek-aspek Kepercayaan Diri


Menurut Lauster (dalam Gufron,2010), orang yang memiliki kepercayaan
diri yang positif yaitu keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif,
bertanggung jawab, rasional dan realistis.
Guilford (1959) mengemukakan bahwa kepercayaan diri dapat dinilai
melalui tiga aspek yaitu (i) bila seseorang merasa adekuat terhadap apa yang
ia lakukan, (ii) bila seseorang merasa dapat diterima oleh kelompoknya
(merasa bahwa kelompoknya atau orang lain menyukainya), dan (iii) bila
seseorang percaya sekali pada dirinya sendiri serta memiliki ketenangan sikap,
yaitu tidak gugup bila ia melakukan atau mengatakan sesuatu secara tidak
sengaja dan ternyata hal itu salah.
Menurut Kumara (dalam Isaningrum, 2007) individu yang memiliki rasa
percaya

diri

merasa

yakin

akan

kemampuan

dirinya,

sehingga

bisa

menyelesaikan masalahnya karena tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya,


serta mempunyai sikap positif yang didasari keyakinan akan kemampuannya.
Individu tersebut bertanggung jawab akan keputusannya yang telah diambil serta
mampu menatap fakta dan realita secara obyektif yang didasari keterampilan.

Lauster (2003), menjabarkan aspek-aspek kepercayaan diri sebagai berikut:

a. Yakin akan kemampuan diri sendiri


Yakin akan kemampuan diri sendiri diartikan sebagai merasa tidak perlu
membandingkan diri dengan orang lain dan tidak mudah untuk
terpengaruh orang lain. Angelis (2002), menambahkan individu yang
percaya diri akan berani menghadapi tantangan dalam kehidupannya.
b. Optimis
Optimis, yaitu memiliki pandangan dan harapan positif tentang dirinya.
Sikap optimis dapat memacu kekuatan seseorang untuk beraktivitas dalam
tingkatan yang lebih baik, sehingga sikapnya menjadi positif dan terbuka.
Individu yang optimis mempunyai kemauan untuk bekerja dan belajar agar
tercapai tujuan yang diharapkan.
c.

Mandiri
Mandiri yaitu tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan tugas.
Sikap mandiri mendorong seseorang untuk tidak menggantungkan harapan
kepada orang lain. Walgito (2000) menjelaskan bahwa individu yang
mandiri tidak suka meminta bantuan orang lain dan tidak mengandalkan
dukungan dari orang lain dalam melakukan suatu kegiatan. Kemandirian
didukung keyakinan terhadap kemampuan diri, yaitu merasa tidak perlu
membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh
oleh orang lain.

d. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran


Tidak mementingkan diri adalah sikap murni seseorang tanpa tujuan untuk
mendapatkan balasan sama sekali, sedangkan individu yang mempunyai
toleransi

akan

mengenali

kemampuan

dan

keterbatasan

dirinya,

kemampuan dan keterbatasan orang lain serta perbedaan potensi pribadi


antar individu. Walgito (2000) menambahkan bahwa toleransi berarti
memahami dan menerima perbedaan orang lain dengan dirinya dan
mengerti kekurangan yang ada pada dirinya serta dapat menerima
pandangan dari orang lain.

e. Memiliki ambisi yang wajar


Ambisi adalah dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan dan
dihargai oleh orang lain untuk mempertinggi rasa harga diri dan
memperkuat kesadaran atas diri sendiri. Angelis (2002) menjelaskan
bahwa keyakinan diri adalah kepercayaan terhadap potensi dalam diri
untuk menghadapi berbagai kekhawatiran dan terus berusaha untuk maju.
f. Tahan menghadapi cobaan
Orang dalam kehidupannya selalu menghadapi banyak persoalan atau
cobaan yang tidak dapat dihindari. Tidak sabar, menilai rendah
kemampuan diri sendiri merupakan beberapa sikap yang tidak tepat
digunakan ketika seseorang dihadapkan pada berbagai tekanan sehingga
dapat menurunkan kepercayaan diri.

4.

Indikator Perilaku
Indikator perilaku atau ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri antara
lain:
1. Percaya pada kemampuan sendiri
2. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan
3. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri
4. Berani mengungkapkan pendapat
5. Mengutamakan usaha sendiri tidak tergantung dengan orang lain
6. Tidak mudah putus asa
7. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain
8. Tanggungjawab dengan tugas-tugasnya
9. Memiliki cita-cita untuk meraih prestasi
10. Bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan
Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik.Semarang. Jurnal
Psikologi. No.1. 47-48
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan : perkembangan peserta didik.
Bandung : Pustaka Setia
Fatimah, Siti. 2003. Hubungan antara Tingkat Percaya Diri dengan Tingkat
Keaktifan Berdiskusi pada Mahasiswa Psikologi 1999/2000-2001-2002.
Skripsi, Fakultas Psikologi UIIS Malang
Gufron, M. Nur, & Rini Risnawita, S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta :
Ar-ruzz Media.
Hakim, T. 2004. Mengatasi RasaTtidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Swara
Iswidharmanjaya, A dan Agung, G. 2005. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Luxori, Y. 2005. Percaya Diri. Jakarta : Khalifa.
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai