Anda di halaman 1dari 9

Tugas Agama Islam II

Dwina Permata Dewayani 151610483005

Nadya Putri Anggiani 151610483008

D4 Pengobat Tradisional

Citra Diri Manusia

Membangun Kepercayaan Diri dengan Menghindari Sikap Tidak Percaya Diri untuk Membentuk
Citra Diri yang Positif

Abstrak

Citra diri merupakan hal yang mempengaruhi kehidupan seseorang bisa juga melalui
gambaran visual yang dapat memberikan pandangan terhadap seseorang. Citra diri dapat
menjadikan seseorang terlihat baik maupun buruk, juga dapat dipengaruhi oleh masalalu atau masa
kecil seseorang. Penilaian atau penghargaan orang lain dapat dikatakan sebagai sumber energi
untuk memotivasi diri sendiri maupun orang lain dan semua itu dapat memperkokoh diri sebagai
makhluk yang terbaik. Citra diri dibagi menjadi positif dan negatif. Sikap percaya diri dan
menerima diri sendiri seluruhnya adalah citra diri positif, kurang percaya diri dan sombong
merupakan citra diri negatif.

Pendahuluan

Citra adalah cara individu menampilkan dirinya pada orang lain untuk membentuk
penilaian atau konsepsi orang lain terhadap dirinya. Pencitraan merupakan cara membentuk citra
mental pribadi atau gambaran sesuatu. Bisa juga berarti sebagai suatu gambaran visual yang
ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat. Citra diri menjadikan makhluk yang kharismatik,
berpikir, berucap, dan bertindak secara positif, menjadi manusia yang disenangi, karena selalu
menebarkan kebaikan. Citra diri merupakan konsepsi diri sendiri mengenai orang macam apakah
diri sendiri. Ini merupakan produk dari pengalaman masa lalu beserta sukses dan kegagalannya,
penghinaan dan kemenangannya, serta cara orang lain bereaksi terhadap diri sendiri, terutama
dalam masa kecil. Dan gambaran tubuh sendiri yang dibentuk dalam pikiran untuk menyatakan
suatu cara penampilan tubuh seperti cantik dan jelek. Citra diri ini penting dalam proses evaluasi
diri dan juga penting dalam pengembangan konsep diri. Juga konsepsi seseorang mengenai orang
macam apakah dirinya. Ini merupakan produk masa lalu beserta sukses dan kegagalannya,
penghinaan dan kemenangannya serta orang lain bereaksi terhadap dirinya. Citra diri digolongkan
menjadi 2 yaitu citra diri positif dan citra diri negatif. Citra diri positif akan mempunyai watak atau sikap
percaya diri yang tinggi, menghargai diri sendiri, dan dapat menerima diri seperti apa adanya. Disamping
itu orang ini pula memiliki watak yang baik dalam pergaulan sosial, mengembangkan potensi diri secara
seoptimal mungkin. Bagi orang yang mempunyai citra diri negatif, mempunyai watak atau sikap yang
rendah diri, sombong, pemalu, peragu, pergaulannya terhambat. Citra diri positif akan mengembangakan
watak-watak seperti percaya diri, menghargai diri sendiri, menerima diri sendiri, mengembangkan
potensinya seoptimal mungkin. Sebaliknya orang yang memiliki citra diri negatif akan mengembangkan
watak-watak seperti rendah diri, membenci diri sendiri, pemalu, dan watak-watak lain yang menghambat
penyesuaian sosial dalam pergaulan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri antara lain: Faktor intrinsik meliputi
kematangan fungsi organis dan perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan. Faktor
ektrinsik seperti kegiatan teman kelompok sebaya, lingkungan sosial, internal, dan eksternal. Citra
diri seseorang menjadi tinggi atau rendah dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Dijelaskan oleh Haryono bahwa faktor penyebab citra diri instrisik pada individu, misalnya
kepercayaan diri, persepsi terhadap suatu objek, dan kemampuan menghadapi realitas. Sedangkan
faktor ekstrinsik dipengaruhi oleh teman-teman kelompok, keluarga, dan hubungan sosial. Faktor
intrinsik yaitu persepsi terhadap suatu objek, salah satunya adalah persepsi terhadap gaya hidup
fashion. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa aspek citra diri adalah bagian
tubuh dan keseluruhan tubuh. Mengungkapkan citra diri dapat melalui menghargai diri sendiri,
melakukan penilaian yang realistis, mempunyai keyakinan, dan memiliki kebebasan. Menghargai
diri sendiri secara realistis atau stabil ketika dipuji. Individu mengetahui karakteristik diri sendiri.
Mengetahui seperti apa dirinya yang sesungguhnya. Memiliki penilaian yang realistis atas
kemampuan diri sendiri. Individu dapat menghargai diri sendiri dalam hal menerima kelebihan
dan kekurangan sehingga bebas menggunakan dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
Keyakinan diri tanpa harus mengikuti pendapat orang lain. Individu tidak mudah goyah harga
dirinya karena pujian, mempunyai rasa percaya diri yang besar tanpa mempermudah orang lain
dan mampu membuat keputusan dengan pertimbangan sendiri serta bertanggung jawab terhadap
keputusan tersebut. Memiliki kebebasan untuk sadar akan bermacam-macam perasaannya.
Individu mampu menerima, mengenali keinginan, harapan, ketakutan, dan kemarahannya sendiri
dan menerima kecenderungan emosionalnya bukan dalam bentuk persetujuan diri dalam memiliki
kebebasan untuk menyadari sifat-sifat perasaannya.

Kepercayaan diri merupakan salah satu syarat yang esensial bagi individu untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas sebagai upaya dalam mencapai prestasi. Namun
demikian kepercayaan diri tidak tumbuh dengan sendirinya. Kepercayaan diri tumbuh dari proses
interaksi yang sehat di lingkungan sosial individu dan berlangsung secara kontinu dan
berkesinambungan. Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses
tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya
kemampuan percaya diri adalah suatu proses belajar bagaimana merespon berbagai rangsangan
dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungannya. kepercayaan diri yang cukup, seseorang
individu akan dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dengan yakin dan mantap.
Kepercayaan yang tinggi sangat berperan dalam memberikan sumbangan yang bermakna dalam
proses kehidupan seseorang, karena apabila individu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, maka
akan timbul motivasi pada diri individu untuk melakukan hal-hal dalam hidupnya. Dengan
kepercayaan diri, individu dapat meningkatkan kreativitas dirinya, sikap dalam mengambil
keputusan, nilai-nilai moral, sikap dan pandangan, harapan dan aspirasi. keyakinan terhadap
kemampuan sendiri untuk mampu mencapai target, keinginan, dan tujuan untuk diselesaikan
walaupun menghadapi berbagai tantangan dan masalah serta dilakukan dengan penuh tanggung
jawab. Kepercayaan diri merupakan sifat yakin dan percaya akan kemampuan diri yang dimiliki,
sehingga seseorang tidak bergantung kepada orang lain, dan mampu mengekspresikan diri
seutuhnya. Namun kepercayaan diri tidak serta merta terbentuk dengan sendirinya karena akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal luar seperti norma dan pengalaman keluarga, tradisi
kebiasaan, lingkungan sosial atau kelompok dimana individu itu hidup dan berkembang.

INDEKS
 EMOTIONAL MATURITY AND INSECURITY AMONG SCHOOL TEACHERS

 Feelings Of Insecurity In Context: Theoretical Perspectives For Studying Fear Of Crime In Late Life

 Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Citra Tubuh Pada Remaja Putri Di Sman 4 Lampineung
Banda Aceh

 Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Citra Diri pada Remaja Akhir

 Keagungan Wanita Tiga Pilar

 Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja

 Kepercayaan Diri Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua pada Siswa Kelas VII (Studi Kasus)

 Konsep Kepercayaan Diri Remaja Putri

 Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Melalui Peningkatan Soft Skill dan Life Skill bagi Narapidana Menjelang
Bebas Bersyarat di Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Purwokerto

 Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence) Berbasis Kaderisasi Imm Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa
A. Pembahasan Jurnal Terkait

1. Mathews, Rinku. 2014. EMOTIONAL MATURITY AND INSECURITY AMONG SCHOOL TEACHERS. The
International Journal of Indian Psychology: Volume: 02, Issue: 02.

Ketidakpercayaan diri adalah hilangnya stabilitas emosional yang menyebabkan penderita merasa
tidak berharga dan tidak dicintai. Hal ini dapat menyebabkan masalah psikologis, merasa gugup di
tempat umum dan dapat mempengaruhi citra diri seseorang. Seseorang yang tidak percaya diri akan
kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan dirinya pada masa ini dan kekhawatiran masa
mendatang.

Lima hal yang menyebabkan tidak percaya diri :

- Perasaan tidak dianggap

- Pengalaman pribadi

- Refleksi tubuh yang buruk

- Merasa kurang penting dibandingkan orang lain

- Kegagalan dalam hidup

Tidak ada perbedaan signifikan antara pria maupun wanita baik itu dalam hal kestabilan emosional
maupun ketidakpercayaan diri.

2. Donder, Liesbeth De. Et all. Feelings Of Insecurity In Context: Theoretical Perspectives For
Studying Fear Of Crime In Late Life. Vrije Universiteit Brussel
Pada usia lanjut ketakutan akan tidak bisa mengikuti perkembangan jaman mengakibatkan rasa
tidak percaya diri terhadap diri sendiri sehingga merasa tidak bisa melakukan hal yang berguna
dalam kehidupan sehari hari. Hal ini menghambat aktivitas yang seharusnya masih bisa
dilakukan seperti merasa sudah tidak bisa melindungi dirinya sendiri karena berusia lanjut,
merasa tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga merasa sudah tidak
bisa menambah wawasan pengetahuan. Pendekatan holistik lebih disarankan untuk dilakukan
sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak percaya diri ini.
3. Sari, Hasmila; Dineva, Farah. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Citra Tubuh Pada
Remaja Putri Di Sman 4 Lampineung Banda Aceh Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa dan Komunitas,
PSIK-FK Universitas Syiah Kuala 2 Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, metode pengambilan sampel
adalah probability sampling berdasarkan teknik stratified random sampling, alat pengumpulan
data dengan menggunakan kuesioner berbentuk skala likert yang dibagikan pada 90 orang siswi
di SMAN 4 Lampineung Banda Aceh
Dalam pengembangan konsep diri secara positif dengan dapat mengembangkan sikap positif
terhadap diri dan melakukan hal hal positif untuk mencegah timbulnya pikiran negatif. Dapat
menerima keadaan dirinya yang memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga dapat memahami
bahwa kecantikan tidak hanya dipengaruhi oleh fisik. Yang mana sikap ini merupakan rasa
percaya diri yang tinggi karena dapat memahami dan mencintai dirinya secara menyeluruh.

4. Ramadhani, Tika Nurul., Putrianti, Flora Grace. 2014. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan
Citra Diri pada Remaja Akhir. Fakultas Psikologi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Kepercayaan Diri dengan Citra diri pada
Remaja Akhir. Subjek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi aktif Fakultas Psikologi Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta yang berusia berkisar 18 sampai 22 tahun yang berjumlah 90
orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasi product-moment pearson.
Peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada
dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan
dipelajari melalui proses belajar proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Kepercayaan
diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara kepercayaan diri
dengan citra diri pada remaja akhir di Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Orang
yang memiliki kepercayaan diri akan bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuatnya, dan
mampu mengoreksi kesalahan, sebaliknya jika kepercayaan diri rendah, orang akan mengalami
hambatan kepribadian, akibatnya individu menjadi pesimis dalam menghadapi tantangan, takut
menyampaikan gagasan, ragu-ragu dalam memilih dan suka membanding-bandingkan diri. Hal tersebut
berkaitan dengan citra diri. Citra diri berasal evaluasi tiap individu dalam menilai dirinya secara utuh dan
menyeluruh baik secara fisik, psikologis, sosial dan moral. Setinggi apapun penilaian orang lain akan
menjadi kurang berarti apabila citra dirinya berbeda dengan penilaian tersebut . Berdasarkan dari uraian
tersebut dapat dilihat bahwa remaja akhir berkeinginan untuk memiliki kepercayaan diri yang positif
untuk membentuk citra diri yang ideal dan keduanya saling berkaitan antara kepercayaan diri dengan
citra diri.

5. Keagungan Wanita Tiga Pilar


Dr.Yucki Prihadi, Ssi, Mm, M.
Rasa percaya dalam diri perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, hal
ini disebabkan oleh perasaan wanita cenderung lebih sensitif terlebih dalam urusan karier dan
ekonomi. Untuk mengatasi hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi negatif dapat dilakukan
dengan cara selalu menggunakan afirmasi positif dalam diri, melakukan kegiatan dan hal-hal
positif, dan berhenti mencari keburukan diri sendiri sehingga hal-hal ini dapat meningkatkan rasa
percaya diri. Rasa percaya diri ini akan mendorong keberanian untuk merancang masa depan
yang dapat memudahkan hal-hal yang akan berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Dan akan
banyak membawa dampak positif dalam aspek kehidupan dan meningkatkan kinerja.

6. Fatchurahman M. Pratikto, Herlan Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang
Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja FKIP Universitas Muhammadiyah. Palangkaraya
Universitas 17 Agustus 1945. Surabaya. September 2012, Vol. 1, No. 2, hal 77-87

Kepercayaan diri merupakan hal positif yang harus ditanamkan sejak dini. Orang yang percaya
diri bisa dilihat dari ketenangan mereka dalam mengontrol diri sendiri. Selain itu, orang yang
percaya diri tinggi tidak mudah terpengaruh oleh situasi yang kebanyakan orang menilainya
negatif, memiliki pikiran positif, memahami diri, memiliki keterampilan berkomunikasi, mampu
mengendalikan emosi, mampu bersikap tegas, menerima penampilan diri apa adanya dan
memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya. Selain itu pola asuh orang tua juga sangat
berpengaruh terhadap apa yang ditanamkan pada keadaan kepercayaan diri kepada anak.
Kepercayaan diri juga dapat menurunkan atau mengurangi kenakalan remaja karena orang yang
percaya diri akan selalu memiliki pemikiran positif dan mampu bersikap tegas serta dengan bijak
memilih apa yang akan merugikan dirinya.

7. Dewi, Danti Marta., Supriyo, Suharso. 2013. Kepercayaan Diri Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua pada
Siswa Kelas VII (Studi Kasus). Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang, Indonesia.
Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa yang ditinjau dari pola asuh orang tua.
Metode penelitian dengan penelitian kualitatif, pendekatannya studi kasus. Peneliti menentukan empat orang
siswa sebagai subjek penelitian, DS dan MR, siswa dengan kepercayaan tinggi dan YB dan ZD, siswa dengan
kepercayaan diri rendah. Menggunakan instrumen wawancara, obervasi, dokumentasi.

Rasa percaya diri merupakan aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena hal itu merupakan
interpretasi langsung manusia terhadap kemampuan dan keterampilannya. Proses terbentuk kepercayaan diri
yang pertama adalah terbentuknya kepribadian sesuai dengan tahap perkembangannya, yang kedua
pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya, yang ketiga yaitu melalui pengalaman-
pengalaman yang telah dilaluinya dan yang terakhir adalah keyakinan dan tekad untuk melakukan suatu
usaha agar tujuan hidupnya tercapai (Angelis, 2003).

Ciri-ciri orang yang percaya diri adalah yakin dan percaya pada kemampuannya, mampu
menempatkan diri dimanapun ia berada, selalu optimis pada tiap keadaan dan berpendapat bahwa
setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ciri-ciri orang yang tidak percaya
diri adalah tidak yakin pada kemampuannya, merasa dirinya mempunyai banyak kekurangan dan mudah
menyerah atas kegagalan yang dihadapi.

Salah satu yang mempengaruhi kepercayaan diri anak adalah pola asuh orang tua. Bagaimana cara
orang tua memperlakukan anak sejak dini sangat mempengaruhi kondisi anak ketika dewasa. Bagaimana
orang tua menghargai dan mencintai anak bukan hanya karena anaknya berprestasinamun karena
eksistensi anak sendiri.

8. Deni, Amandha Unzilla., Ifdil. 2016. Konsep Kepercayaan Diri Remaja Putri. Jurnal Educatio Jurnal
Pendidikan Indonesia. Universitas Negeri Padang.

Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22
tahun. Pada masa remaja terjadi berbagai perubahan baik dari segi emosional, kognitif, sosial, pemikiran
juga menjadi lebih kompleks. Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan
daripada anak laki-laki. Pengaruh masa puber sebagian disebabkan karena anak perempuan biasanya
lebih cepat matang daripada anak laki-laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan sosial
mulai ditekankan pada perilaku anak perempuan justru pada saat anak perempuan mencoba untuk
membebaskan diri dari berbagai pembatasan. Selain itu, perubahan juga datang dari bentuk tubuh,
perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial sehingga hal itu berefek pada sikap dan perilaku
remaja dan hal itu dapat menimbulkan ketidakpercayaan diri.

Kepercayaan diri merupakan rasa percaya pada kemampuan diri sendiri sehingga individu bisa
bebas melakukan apapun sesuai dengan bakat yang dia punya. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang di antaranya penampilan fisik, konsep diri, hubungan dengan
orang tua, hubungan teman sebaya. Dukungan dari teman sebaya dan dukungan dari teman akrab juga
berpengaruh kuat untuk meningkatkan kepercayaan diri pada remaja.

Dengan demikian, untuk meningkatkan rasa percaya diri remaja, diperlukan dukungan dari orang
terdekat dan pemahaman terhadap tiap karakter individu.

9. Muridan. 2015. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Melalui Peningkatan Soft Skill dan Life Skill bagi
Narapidana Menjelang Bebas Bersyarat di Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Purwokerto. Yogyakarta :
Deepublish.

Narapidana yang menjalani pembebasan bersyarat akan mendapat label buruk dari masyarakat.
Sekalipun tidak semua narapidana memiliki tingkat kejahatan yang sama, namun masyarakat tetap
memberikan stigma buruk bahkan menganggap rendah dan mengucilkan narapidana. Hal ini akan
menimbulkan rasa tidak percaya diri dari para narapidana untuk kembali berbaur kedalam kehidupan
bermasyarakat. Padahal jika dilihat, mereka adalah warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang
sama dengan warga lainnya. Untuk itu, balai pemasyarakatan Purwokerto mengadakan workshop untuk
para napi dengan tema meningkatkan soft skill dan life skill.
10. Amri, Syam Asrullah. Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence) Berbasis Kaderisasi
Imm Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi Kasus Di Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Parepare)

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif asosiatif yaitu penelitian yang digunakan untuk
mengetahui hubungan sampai pada pengaruh.
Kepercayaan diri yang melekat pada individu masing-masing sangat berpengaruh pada prestasi
belajar mahasiswa yang meningkat. Ini juga berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang
sehingga dapat bertindak sesuai dengan kehendak, optimis, toleran dan bertanggung jawab.
Kepercayaan diri ini juga meliputi rasa positif pada diri sendiri yang akan memberikan
kemampuan mahasiswa menerima segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensi atas perbuatan
yang mereka lakukan.

Anda mungkin juga menyukai