Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Media Sosial Instagram Dalam Membentuk

Personal Branding
Oleh : Muhammad Kevin Hidayat
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Perkembangan teknologi yang makin hari semakin maju, mengakibatkan


banyaknya perubahan yang ada terutama dalam komunikasi sesame manusia.
Meningkatnya kemudahan askses internet mengakibatkan manusia banyak
menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi dan ajang lainnya. Pada
umumnya fungsi dari media sosial adalah untuk berbagi pesan dengan pengguna
lainnya yang berupa berita (informasi), gambar (foto), atau yang berupa video.
Namun, pengguna media sosial di Indonesia belum memanfaatkannya dengan
positif secara maksimal. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin
canggih membuat semakin mudah bagi masyarakat untuk bisa mengakses media
sosial kapan saja dan dimana saja. Saat ini media sosial terus mengalami
perubahan yang pesat baik secara kualitas dan kuantitas. Masing -masing sosial
media memiliki karakteristiknya tersendiri baik dari segi fitur maupun fasilitas
lainnya. Contohnya saja media sosial Instagram yang dibuat untuk berbagi
momen dalam bentuk foto dan video kepada pengikut atau sering disebut sebagai
followers. Instagram saat ini menjadi salah satu media sosial yang populer di
kalangan masyarakat khususnya di kalangan generasi Z. Menurut artikel pada di
Dataindonesia.id, Indonesia memiliki 99,9 juta pengguna aktif bulanan Instagram
pada April 2022. Jumlah itu merupakan yang terbesar keempat di dunia, di bawah
India, Amerika Serikat, dan Brasil.
Dalam konteks komunikasi pemasaran, branding dikenal sebagai cara
untuk membentuk persepsi positif publik atas produk tertentu sehingga
mendorong keputusan pembelian dan terjadinya transaksi. Menariknya, branding
kini bukan hanya giat dilakukan oleh korporat, institusi, dan pebisnis, tapi juga
oleh individu untuk membentuk identitas dan membangun karakter pribadi
seseorang. Aktivitas ini yang kemudian dikenal dengan nama: personal branding.
Dalam lingkungan bisnis indentitas brand menjadi masalah yang penting
karena audience akan kebingungan dalam memilih dan membedakan suatu brand
dengan brand lainnya apabila identitasnya kurang jelas. Maka dari itu memilih
identitas brand, positioning dan diferensiasi brand juga harus memiliki kejelasan
agar dapat dibedakan dan menarik perhatian audience (Kapferer, 2012:152).
Brand tidak hanya dimiliki oleh sebuah perusahaan dan turunannya saja, akan
tetapi setiap orang juga memiliki brand yang disebut sebagai personal brand.
Menurut Montoya dan Vandehey, personal brand adalah, “a personal identity
that stimulate precise, meaningful perceptions in it‟s audience about the values
and qualities that person stand for”.
Adanya Instagram membuat munculnya fenomena baru di kalangan
masyarakat. Selebgram atau bisa disebut sebagai selebriti Instagram merupakan
salah satu fenomena yang tidak asing lagi bagi sebagian orang di Indonesia.
Fenomena kemunculan selebritas pada media sosial bisa dirunut sejak memasuki
era milenium baru yang kebanyakan merupakan generasi Z dan internet menjadi
tempat untuk menjalin interaksi Selebriti Instagram merupakan orang yang
terkenal karena memiliki popularitas yang cukup tinggi di Instagram yaitu dengan
memiliki pengikut (followers) dalam jumlah yang besar yaitu puluhan hingga
ratusan ribu (Ida, 2019: 120). Seseorang dikatakan selebgram karena jumlah
followers atau penggemar yang banyak di Instagram dan hal tersebut bisa dilihat
juga dari unggahan foto dan video yang menarik sehingga banyak disukai oleh
pengguna Instagram lainnya. Pada dasarnya selebgram dan selebritas tidak
memiliki perbedaan yang terlalu jauh, hanya saja media yang digunakan berbeda,
jika selebritas awal terkenal karena sering muncul di layar kaca sedangkan
selebgram memulai eksistensinya melalui media sosial Instagram. Seorang
selebgram juga memiliki fans atau pengagum. Di Instagram fans ini bisa dalam
bentuk pengikut (followers).
Selebritas menggunakan media massa untuk menjaga eksistensinya di
dunia entertain, misalnya untuk menaikkan reputasinya sebagai seorang selebritas
(Pattipeilohy, 2015:26). Sama hal seperti selebgram menggunakan Instagram
untuk membangun personal branding-nya masing-masing sesuai dengan keahlian
dan ketetarikan yang dimilik. Seiring berjalannya waktu selebgram semakin
bermunculan dengan keunikan dan karakter yang dimiliki masing-masing.
Berdasarkan jenisnya selebgram terbagi menjadi beberapa tipe yaitu fashion
selebgram, foodie selebgram, travel selebgram, lifestyle/ socialite selebgram,
comedy selebgram, beauty selebgram, dan artist selebgram (Haq, 23 Januari 2018,
para 3)
Penelitian mengenai personal branding bukan pertama kali dilaksanakan.
Jurnal yang ditulis oleh Anna Heikkurinen yang berjudul “Personal branding
practices of adolescents on Instagram”. Anna Heikkurinen melakukan pendekatan
baru terhadap personal branding dengan memaksimalkan berbagai teori yang
relevan yaitu brand identity yang dipadukan dengan brand positioning melalui
impression management, brand associations, dan monitoring the results dalam
personal branding oleh para remaja melalui media sosial Instagram. Personal
branding melalui media sosial harus dikelola dengan baik agar terbentuk image
yang positif bagi pengguna lainnya ketika melihat media sosial yang dimiliki.
Mirip dengan branding produk, personal branding merupakan proses dalam
mempromosikan kekukuatan dan keunikan secara individu kepada target audiens
yang diinginkan (Heikkurienen, 2016).
Membangun sebuah personal branding merupakan sebuah proses yang
memerlukan konsistensi dan waktu sangat panjang. Personal branding juga tidak
dapat dilakukan secara instan walaupun setiap individu memiliki personal brand-
nya tersendiri akan tetapi tidak semuanya menyadari akan hal tersebut. Dalam
membangun personal branding terdapat proses berpikir yang memiliki tujuan atau
keinginan yang diperoleh.
Personal branding bertujuan untuk menonjolkan eksistensi diri personal
dan ajang untuk aktualisasi diri kepada semua orang. Mengingat fakta setiap
manusia adalah makhluk yang unik, namun disisi lain jutaan manusia dapat
memiliki kesamaan dan kemiripan dalam hal identitas diri, profesi, keahlian,
minat, dan sebagainya. Untuk itu, sebagaimana branding yang dilakukan dalam
produk, manusia pun memerlukan branding untuk mempublikasikan kekhasan dan
keunikannya. Dengan demikian diharapkan terbentuk persepsi publik atas karakter
dirinya. Sederhananya, personal branding adalah bagaimana seseorang
menampilkan dirinya secara terencana dan konsisten agar terbentuk persepsi
orang lain seperti yang ia harapkan. Sebagaimana disebutkan Montoya, personal
branding dapat mengatur persepsi seseorang terhadap orang lain, dengan
menceritakan pengalaman kepada orang lain secara natural sehingga orang lain
berpikir bahwa persepsi tersebut dibangun dengan sendirinya.3 Dengan demikian
fokus personal branding pada upaya membangun karakter individu dengan cara
menampilkan sisi-sisi positif yang dimiliki seseorang seperti potensi/ passion,
keahlian, prestasi, afiliasi, dan sebagainya yang bertujuan membentuk persepsi
positif pada publik atas individu tertentu.
Realitanya, saat ini media sosial dapat disebut rujukan utama dan pertama
dalam kegiatan mencari informasi dibanding media-media lainnya. Apa yang
dikomunikasikan di dalamnya memberikan efek “power” karena akses
pembentukannya berupa teknologi sebagai media interaksi dalam bentuk teks,
gambar, foto, audio, dan video. Enam elemen itulah yang menjadi senjata andalah
para pelaku personal branding dalam membangun personal branding-nya di media
sosial. Misalnya seorang yang ingin membentuk personal branding sebagai
novelis, maka content writing dalam media sosialnya akan sering muncul aktivitas
menulis dan literasi. Seperti saat menulis di depan laptop, membaca dan mereview
novel, menceritakan latar belakang ide novel barunya, menceritakan keikutsertaan
dalam lomba penulisan novel, dan sebagainya. Begitu pula dengan foto profilnya.
Misalya foto cover novel terbarunya, atau dirinya sedang menulis atau membaca
buku. Dan foto sampul yang misalnya menunjukkan salah satu aktivitas book fair
yang saya ikuti. Dengan demikian terbentuklah persepsi orang bahwa orang
tersebut memang penulis atau setidaknya pecinta dunia literasi. Dengan demikian
dia telah membangun personal branding diri seperti yang diharapkannya.

Personal branding sangat penting diterapkan siapapun yang bertekad kuat


membentuk persepsi publik atas dirinya. Baik itu pebisnis maupun profesi
lainnya. Bahkan seorang sukarelawan atau aktifis sosial juga perlu membranding
dirinya agar lebih banyak orang yang mengenal dirinya dan dengan demikian
kemanfaatan kegiatannya pun akan jauh lebih luas. Inti dari personal branding
adalah membentuk persepsi yang anda harapkan dari orang lain. Dan media sosial
adalah sarana yang sangat ampuh untuk membentuk persepsi. Karena media sosial
dapat menjadi representasi dari pemiliknya. Persepsi memang tidak terbentuk
seketika. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk membangun persepsi.
Karenanya, kunci kesuksesan personal branding adalah konsisten dan terencana.
Memanfaatkan media sosial untuk membangun personal branding berarti kita
harus merencanakan apa dan bagaimana medsos kita agar orang lain memiliki
persepsi yang kita harapkan. Kita dapat mengenali seseorang sebagai pebisnis
olshop, penulis, tenaga medis, wartawan bahkan sukarelawan atau pegiat sosial
dari akun media sosial yang mereka miliki. Meskipun bisa jadi mereka bukan
artis, tokoh politik atau public figure yang tersohor namanya, tapi kita dapat
dengan mudah mengidentifikasi mereka melalui akun medsosnya. Hal itu tidak
lain karena mereka konsisten melakukan personal branding pada akun medsosnya.
Namun demikian, tidak jarang kita mengenal secara langsung orang-orang yang
mengaku sebagai pebisnis, guru, dan sebagainya, namun saat kita membuka media
sosialnya, profesi itu sama sekali tidak tercermin. Hal itu sangat mungkin dan
banyak sekali terjadi karena pemilik akun tidak melakukan personal branding.

Seringkali kita mengenal orang secara offline berprofesi sebagai pedagang


atau pebisnis dan orang lain juga mengenalinya sebagai pedagang, namun dimedia
sosialnya justru menggambarkan dia sebagai politikus misalnya. Hal tersebut
dikarenakan seringkali pemilik medsos membahas tentang informasi tentang
hukum. Dengan demikian personal branding pebisnis tidak terbentuk. Hal ini
sangat disayangkan apalagi jika secara offline sudah terkenal sebagai pebisnis,
namun tidak dukung secara online. Padahal jika media sosilanya dimaksimalkan
untuk personal branding, maka dapat memperluas jaringan pasar dan berpeluang
memperbanyak keuntungan finansial. Tidak dapat dipungkiri bahwa personal
branding telah menjadi kelaziman dalam usaha membangun karakter personal di
media sosial. Namun, personal branding hanya dapat tercapai jika dilakukan
dengan terencana dan konsisten.
Keunikan dapat menjadi pembeda seseorang jika dibandingkan dengan yang
lainnya. Jika keunikan yang dimiliki dapat ditonjolkan dan dimanfaatkan
semaksimal mungkin maka personal brand yang dimiliki akan semakin
diperhitungkan oleh orang lain karena orang lain akan semakin mudah dalam
memahami dan mengingat seseorang dari sekian banyak orang yang memiliki
keahlian sama melalui keunikannya. Keunikan bisa dihasilkan dari perilaku,
keahlian atau bahkan penampilan. Seseorang yang unik akan lebih mudah diingat
dan dikenali.

Anda mungkin juga menyukai