Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
William Schutz (1958) mengatakan bahwa setiap manusia memiliki tiga kebutuhan
antarpribadi yang disebut dengan inklusif kontrol dan afeksi. Dasar teori ini adalah bahwa
manusia pasti membutuhkan orang lain sebagai makhluk sosial. Teori ini menjelaskan
tentang adanya hubungan yang terjadi antar individu yang harus menghadirkan sesuatu dalam
kondisi tertentu agar dapat menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Kebutuhan hubungan
interpersonal pun terdapat tiga macam di antaranya:
Menurut Bandura (dalam Martin & Bush, 2000) role model yang mempengaruhi
kehidupan remaja adalah individu yang melakukan kontak dengan remaja baik secara
langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagaimana remaja berperilaku
serta membuat keputusan. Dijelaskan lebih lanjut melalui penelitian yang dilakukan oleh
Lockwood dan Kunda (1997) tentang dampak role model terhadap pandangan diri seorang
remaja. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa individu yang memiliki keahlian atau
prestasi tertentu akan dapat menjadi panutan bagi seorang remaja, dimana remaja tersebut
akan mengadopsi citra diri dan gaya hidup tertentu dari seorang role model nya.
Seiring berkembangnya zaman, perkembangan teknologi informasi memberikan
kontribusi dalam dunia pemasaran yang biasanya hanya dilakukan dengan metode door-to-
door atau face-to-face pada konsumen. Media sosial merupakan gebrakan baru di dunia
pemasaran karena di era modern saat ini sudah tidak mungkin pemilik usaha akan
menawarkan produknya secara door-to-door kepada konsumennya.
Evans (2008) menyatakan bahwa meningkatnya pengguna sosial media adalah,
dampak dari perkembangan teknologi yang terjadi. Metode pamasaran yang dilakukan
pemilik usaha pun banyak dilakukan di media sosial. Menurut Santrock (2003), saat ini
remaja banyak berhadapan dengan media yang menunjukkan berbagai macam gaya hidup,
maka dari itu strategi promosi yang menggunakan media lebih mudah menyasar remaja
sebagai target pasar.
Amir (2017) menjelaskan bahwa selebgram adalah individu pengguna Instagram
yang memiliki keunikan tersendiri yang pada akhirnya akan menarik pengguna Instagram
yang lain untuk menjadi pengikutnya. Memiliki jumlah pengikut yang banyak menyebabkan
selebgram banyak dilirik untuk mempromosikan produk pemilik usaha.
dampak dari perkembangan teknologi yang terjadi.
Metode pamasaran yang dilakukan pemilik usaha pun banyak dilakukan di media
sosial. Menurut Santrock (2003), saat ini remaja banyak berhadapan dengan media yang
menunjukkan berbagai macam gaya hidup, maka dari itu strategi promosi yang menggunakan
media lebih mudah menyasar remaja sebagai target pasar.
Menurut Shimp dalam Natalia dan Rumambi (2013) endorser adalah advokat iklan
juga dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang diiklankan. Endorser dibagi
menjadi dua kategori, yaitu tipikal endorser dan selebriti endorser.
Menurut Shimp dalam Febriyanti dan Wahyuati (2016) celebrity endorser adalah
menggunakan artis sebagai bintang iklan di berbagai media mulai dari media cetak, media
sosial, dan televisi. Tidak hanya itu, selebritis juga digunakan untuk berbagai atribut yang
melekat padanya termasuk daya tarik, bakat, dan lain-lain.
BAB III
OBJEK PENELITIAN
3.1 Deskripsi Objek penelitian
4.2. Bagaimana cara penyelesaian beda pendapat di antara pihak brand dan
selebgram?
Penyelesaian paling baik adalah dengan mengambil jalan tengah. Selebgram mematok
harga dan klien melakukan negosiasi, apabila tidak menemui kecocokan atau terdapat
hambatan lainnya, kerja sama dapat dibatalkan. Dan bila sudah terjalin kontrak namun
kemudian salah satu pihak terbukti melanggar kesepakatan yang terdapat pada kontrak, pihak
yang melanggar harus menanggung konsekuensi berupa denda uang atau jasa.
Kesimpulan
Di era modern ini, pemasaran produk bisa dilakukan dengan berbagai cara. Didukung dengan
perangkat teknologi yang semakin canggih dan pesatnya perkembangan internet, semua
orang bisa mengiklankan barang atau pun jasa sekreatif mungkin. Begitu pula dengan metode
pemasaran endorsement yang kian marak dilakukan oleh pihak brand melalui beragam
platform media sosial. Metode tersebut tak hanya menguntungkan pihak brand selaku klien
untuk mempromosikan barang dagangannya kepada calon konsumen yang lebih luas, namun
selebgram atau influencer pun turut diuntungkan dengan kolaborasi dengan brand, apalagi
jika konten endorsement yang diciptakan bisa viral. Dalam perspektif penulis sebagai calon
konsumen, fenomena endorsement di sosial media merupakan strategi marketing yang tidak
mengenal batas kreatifitas, dan tentu saja menarik untuk diikuti.