Anda di halaman 1dari 18

THE SELF

KELOMPOK 5

1. Ana Lailil Mukarromah (202011127)


2. Intan Novita Sari (202011329)
3. Muhammad Syafiq (202011351)
Tujuan Pembelajaran

1. Mengetahui dan mendeskripsikan apa itu the self


2. Mengetahui dan mendeskripsikan peran gender pada konsep diri
konsumen
3. Mengetahui dan mendeskripsikan hubungan konsep diri dengan
perilaku konsumen
4. Mengetahui dan mendeskripsikan hubungan konsep diri dengan
produk
Pendahuluan

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep
diri (Self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan hal yang utama yang perlu
dipahami karena menyangkut pemahaman, keyakinan serta kepercayaan seseorang
tentang dirinya akan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. “Konsep diri”
semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui dalam orang lain,
termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuan, interaksi dengan
pengalaman dan objek serta keinginannya.
Tinjauan Pustaka

Apa itu The Self (Diri)?

Ardt (dalam Walgito,1993) menyatakan bahwa diri sebagai suatu potensi


sebagai peran sosiai dan sebagai gambaran diri seseorang. Allport (dalam
Porwanto,1990) mengatakan bahwa the self adalah sesuatu yang unik yang
dimiliki seseorang dan terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan
bersifat pribadi.
Tinjauan Pustaka

Peran Gender pada Konsep Diri Konsumen

Identitas gender merupakan komponen penting dari konsep diri konsumen. Orang sering kali harus

menyesuaikan diri dengan ekspektasi budaya mereka tentang bagaimana sebuah gender harus

bertindak, berpakaian, atau berbicara, atau disebut juga peran gender. Pedoman ini berubah seiring

waktu dan berbeda secara radikal di seluruh masyarakat (Solomon, 2018:2013).

Tidak jelas sejauh mana perbedaan gender merupakan bawaan dan bukan bentuk budaya, tetapi hal

itu jelas terlihat dalam banyak situasi konsumsi. Contohnya adalah preferensi makanan pria dengan

wanita. Pria cenderung makan daging karena dianggap sebagai produk maskulin, sedangkan wanita

makan lebih banyak buah karena produk tersebut dianggap lebih feminin (Solomon, 2018:2013).
Tinjauan Pustaka

Hubungan Konsep Diri dengan Perilaku Konsumen

Persepsi konsumen terhadap dirinya akan mempengaruhi perilakunya sebagai konsumen.


Suatu produk atau merek akan disukai oleh seorang konsumen, karena ia memandang bahwa
citra produk tersebut sesuai dengan refleksi citra dirinya. Misalnya, seorang konsumen yang
memiliki persepsi diri bahwa dia orang yang sukses secara material dan memiliki pendapatan
tunggi, maka ia akan lebih suka melakukan perjalanan dengan naik kelas bisnis di pesawat
terbang. Dengan kata lain, bahwa identitas seseorang ditunjukkan dengan produk yang
digunakannya. Semakin positif konsep diri maka akan semakin rendah perilaku konsumtif,
kemudian semakin negatif konsep diri maka semakin tinggi perilaku konsumtif.
Tinjauan Pustaka

Hubungan Konsep Diri dengan Produk

Solomon (2007) menyatkan bahwa kegiatan konsumsi berhubungan erat dengan


konsep diri. Proses keputusan konsumen untuk membeli produk yang sesuai dengan
konsep dirinya dilandasi oleh proses berfikir kognitif. Misalnya, konsumen yang
menganggap dirinya lebih aktif dan bersemangat akan membeli kendaraan sporty. Hal
ini menunjukkan bahwa produsen kendaraan sporty telah berhasil memposisikan
kendaraan sporty sebagai kendaraan yang memiliki makna dan simbol sebagai
kendaraan bagi konsumen yang memiliki konsep diri sebagai pribadi yang aktif dan
bersemangat.
Studi Kasus 1

KONSEP DIRI KONSUMEN DAN DIGITALISASI: APA ARTINYA


BAGI MEREK? – Ciara Bartoli-2022

Digitalisasi berasal dari kebangkitan teknologi informasi dan komunikasi (Brennen &
Kreiss,2016) dan didefinisikan sebagai "terjemahan sinyal analog menjadi bentuk
digital" (Gartner, 2017). Digitalisasi merupakan proses dinamis yang berjalan seiring
dengan evolusi teknologi. Dengan demikian, ini memberi bisnis peluang baru untuk
menciptakan nilai; memungkinkan untuk membangun koneksi antara sektor, bidang
aktivitas, dan individu; dan memfasilitasi penciptaan model bisnis baru (Castells,2010).
Studi Kasus 1

Metodologi Penelitian

Studi ini mengadopsi perspektif kognitif manajer pemasaran. Pendekatan


kualitatif dengan metode wawancara mendalam diakui sebagai metode yang
efektif untuk menggali tubuh pengetahuan melalui pemikiran, pengalaman,
dan emosi individu mengenai topik tertentu. Purposive sampling digunakan
untuk memilih sampel akhir dari manajer yang akan diwawancarai.
Studi Kasus 1

Hasil dan Pembahasan

Studi ini menyelidiki dampak digitalisasi pada konsep diri konsumen dan implikasinya
terhadap merek dengan mengadopsi lensa manajer pemasaran. Hasil menunjukkan
bahwa ada kesadaran di antara para manajer tentang kompleksitas yang ditambahkan
digital ke hubungan pasar dan bahwa digital tidak hanya meningkatkan pemberdayaan
konsumen. Hal ini menegaskan bahwa diri masih merupakan alat yang berharga untuk
memahami pasar yang harus dimanfaatkan oleh bisnis.
Studi Kasus 1
Kesimpulan dan Saran

Dalam lingkungan yang diaktifkan secara digital, merek juga harus menunjukkan kemampuan mereka untuk

mengekspresikan sosialitas mereka sendiri dalam hubungan mereka dengan konsumen. Pada akhirnya,

seiring perkembangan digitalisasi, kebutuhan perusahaan untuk memperkuat hubungan merek konsumen

tumbuh.

Saran dari kami, perusahaan harus mendesain ulang strategi pasar mereka dengan berfokus di satu sisi dan,

di sisi lain, memanfaatkan kekuatan pengumpulan dan pemrosesan data di seluruh jaringan. Ini akan

meningkatkan kemampuan analitis dan strategis mereka serta kinerja mereka di pasar, memungkinkan

mereka bergerak melampaui konsep segmentasi dan penargetan serta fokus pada personalisasi pengalaman

dan strategi branding yang berkonsentrasi pada karakteristik manusia untuk mengomunikasikan nilai-nilai

yang sehat dan perilaku etis terkait privasi konsumen


Studi Kasus 2

Keterlibatan merek dalam konsep diri dan keterlibatan


konsumen di media sosial: Peran sumber-Christina
Giakoumaki-2019

Memanfaatkan aktivitas merek di media sosial merupakan topik penting bagi pemasar
digital, karena tingkat keterlibatan konsumen (CE) dengan konten bermerek menjadi
fokus utama upaya pengoptimalan mereka. Menyadari potensi untuk meningkatkan nilai
pelanggan, merek-merek mewah, dan pengikutnya telah merangkul kemampuan
komunikasi multi-arah yang diberikan oleh media sosial dengan sangat antusias.
Studi Kasus 2

Kerangka Konseptual

BESCC
H1

H2
Konsep
Merek
Diri

H3Media
Sosial
Studi Kasus 2

Hipotesis Penelitian

H1 : BESC berpengaruh terhadap Konsep Diri

H2 : Merek berpengaruh terhadap Konsep Diri


H3 : Sosial Media berpengaruh terhadap Konsep Diri
Studi Kasus 2

Metodologi Penelitian

Untuk menguji dua hipotesis yang digambarkan, digunakan desain eksperimen tiga
kelompok antara subjek, di mana jenis sumber (yaitu, merek, pemberi pengaruh, dan
pengguna) adalah faktor yang dimanipulasi (variabel bebas). Sampel mahasiswa (n =102)
digunakan dari departemen pascasarjana dan sarjana di lembaga pendidikan tinggi.
Sampel siswa dianggap sesuai untuk penelitian dasar serta banyak digunakan dalam
penyelidikan efek moderasi dan telah terbukti tidak menimbulkan masalah bagi validitas
eksternal studi.
Studi Kasus 2

Hasil dan Pembahasan

Konsumen dengan BESC tinggi lebih cenderung terlibat dengan merek-merek mewah di media
sosial. Kedua, studi ini memajukan pemahaman kita tentang CE dalam kaitannya dengan sumber
pesannya. Temuan menunjukkan bahwa BESC memainkan peran yang lebih kecil dalam
menghasilkan keterlibatan pos untuk jenis sumber konten “bersponsor”, yaitu dari merek dan
pemberi pengaruh. BESC memiliki dampak yang lebih kuat pada generasi keterlibatan untuk UGC.
Dengan kata lain, sumber pengguna memicu perilaku yang lebih menarik di antara individu dengan
tingkat BESC yang tinggi.
Studi Kasus 2

Kesimpulan dan Saran

Salah satu tantangan utama yang dihadapi merek-merek mewah dalam lingkungan

online adalah untuk tetap elitis, khas, dan eksklusif sambil menjangkau konsumen dalam

jumlah besar melalui platform inklusif yang mempromosikan interaksi sosial. Studi ini

menunjukkan pentingnya memahami bagaimana sifat yang melekat pada pengguna

media sosial, seperti kecenderungan mereka untuk memasukkan merek penting sebagai

bagian dari cara mereka memandang diri sendiri (BESC), memengaruhi kesediaan

mereka untuk terlibat dengan konten bermerek mewah.


Tanggapan dan Pertanyaan

Diisi saat diskusi di kelas

Anda mungkin juga menyukai