Mira adalah seorang gadis kecil yang lucu dan ceria. Dia
hidup bersama kedua orang tuanya dan kedua kakaknya,
namun diusianya yang beranjak 6 tahun ada kejadian yang
membuatnya sering sekali ketakutan apalagi pada saat dekat
ayahnya, karena dia sering diperlakuan ayahnya yang tidak
senonoh dan juga pada kedua kakaknya. Karena kejadian
itu, ada banyak rasa kekecewaan hingga membuatnya
sering merasa ketakutan yang berlebihan. Dia tidak
menyangka sesosok pria yang selama ini dia banggakan,
dapat menyakiti seorang wanita. Karena rasa sakit yang
timbul dalam hati merasuk kedalam jiwa dan menjadikan
dia trauma atau ketakutan yang berlebihan dibawah
alamnya akan sesuatu hal. Semenjak kejadian itu akhirnya
mira mulai menutup dirinya terutama lebih pada seorang
pria. Dan setiap ada pria yang mencoba mendekatinya, mira
selalu bersikap cuek dan seakan tak peduli pda perasaan
mereka. Karena masih sering terbayang-bayang akan masa
lalu yang dialami oleh ibu dan kedua kakaknya, sehingga ia
takut untuk menjalin hubungan dengan seorang pria. Dan
lebih memilih untuk dekat dan menjalin hubungan dengan
wanita, karena dia merasa adanya kepuasan dan kenyaman
batin bila bersama seorang wanita. Dalam pandangan
psikoanalisis yang menyebabkan seseorang menjadi lesbian
adalah Trauma dimasa lalu yang dalam perkembangan
selanjutnya berpengaruh kepada Kepribadiannya khususnya
struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan super eg
merupakan komponen biologis yang berprinsip ada
kesenangan. Ego merupakan komponen
psikologis yang berprinsip pada kenyataan dan super ego
memiliki fungsi dan mekanisme sendiri.
b. Aliran Behavioris
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh tokoh bernama Jhon B.
Watson. Disini Behaviorisme menganalisa perilaku yang tampak yang
dapat diukur, dilukiskan, dan di ramalkan. Teori Behavioris juga
dikenal dengan nama teori belajar, belajar artinya perubahan perilaku
manusia disebabkan oleh pengaruh lingkungan melalui proses belajar.
Teori jarum Hipodermik atau yang menyatakan media massa sangat
berpengaruh dilandasi konsepsi behaviorisme yang memandang
manusia sebagai makhluk yang digerakkan semaunya oleh lingkungan
atau ( Homo Mechanicus ) dari situlah timbul konsep manusia mesin
( Homo Mechanicus ) menurut kaum empiris pada waktu lahir manusia
tidak mempunyai warna mental secara psikologis ini berarti seluruh
perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentuian oleh
oengalaman indrawi ( sensory experience).
Dalam sebuah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anaknya.
Dalam keluarga ini menerapkan pola asuh otoriter semua bentuk
peraturan rumah dan keputusan berada di pihak orang tua. Dalam
kehidupan sehari-hari kedua anak ini hidup dibawah tekanan orang
tuanya, entah itu mengerjakan tugas sekolah, bersih rumah atau
lainnya. Setiap harinya mereka selalu tertekan oleh orang tuanya dan
merasa dirumah mereka tidak dapat bermain dan berkerasi sehingga
hal ini membunuh karakter dan keperibadian anaknya. Hingga pada
suatu hari kedua anak ini mencoba mencoba mencari kesenangan di
luar rumah dan bermain dengan teman sebayanya. Dan mereka
menawarkan sesuatu yang belum pernah mereka dapatkan di dalam
rumah seperti merokok, narkoba, dan minum-minuman keras. Dengan
demikian mereka merasa terbebas dari beban dan tekanan orang tua.
PEMBAHASAN :
Berdasarkan contoh kasus di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
tekanan lingkungan rumah yang terlalu berlebihan hanya akan
membuat akan mencari jalan kesenangan sendiri sehingga ini akan
memberikan dampak negative terhadap perkembangan psikologi anak
itu sendiri.
Lingkuan adalah factor pendukung perkembangan psikologi manusia,
lingkungan yang kondusif serta jauh dari sifat-sifat negative maka
akan menciptakan manusia yang memiliki kecerdasan dan
perkembangan yang maksimal.
c. Aliran Kognitif
- Tindakan manusia muncul dari poses berpikir, bukan sekedar data
dari lingkungan yang diterima oleh alat indera.
- Aliran ini melihat bahwa proses-proses seperti memory, bahasa,
pikiran, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan turut serta
memberi kontribusi terhadap munculnya suatu perilaku.
- Dalam psikologi kognitif, manusia dipandang sebagai makhluk
yang selalu berusaha memahami lingkungannya dan makhluk yang
selalu berfikir (homo sapiens). Descartes dan kant menyimpulkan
bahwa jiwa (mind) yang meniadi alat utama pengetahuan, bukan
alat.
d. Aliran Humanisme
- Psikologi humanisme lebih menekankan pada
pentingnya kesadaran daripada ketidaksadaran, motivasi
dan perilaku. Mendasarkan pemikirannya pada adanya
keinginan bebas (free will) dan pilihan- pilihan dalam
diri manusia.
- Psikologi humanisme menjelaskan aspek eksistensi
manusia yang positif dan menentukan, seperti
cinta,kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi.
- Psikologi humanisme mengambil dari fenomenologi
dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang
manusia hidup dalam "dunia kehidupan" yang
dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif.
Pembahasan :
Menurut Maslow, kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori
kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa
takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban,
hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita
amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan
suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak
menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu.
Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan
merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras
menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan
Komponen Kognitif
Kepercayaan: percaya terhadap sesuatu yang "benar" dan
"salah" yang bersifat rasional.
Komponen Konatif
Kebiasaan: perilaku yang berlangsung secara otomatis tidak
direncanakan.
Kemauan: tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk
mencapai tujuan.
Faktor Situasional
• Faktor Ekologis (keadaan alam).
• Faktor Rancangan dan Arsitektural
• Faktor Temporal (waktu).
• Suasana Perilaku.
• Teknologi.
• Faktor-faktor Sosial (struktur masyarakat, kelompok, dll).
• Lingkungan psikososial (iklim atau suasana di sebuah
lingkungan).
4. Komunikasi Interpersonal
a. Persepsi Interpersonal
adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang
berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan
verbal dan nonverbal. Persepsi merupakan proses
mengidentifikasi dari penerimaan yang diterima oleh indera
manusia. Persepsi dalam psikologi juga memiliki konsep
tersendiri. Bila dikaitkan dengan psikologi komunikasi,
maka persepsi ini merupakan bagian dari proses
komunikasi intrapersonal.
Berikut beberapa contoh persepsi interpersonal:
A. Ketakutan
Perasaan takut dapat menjadi salah satu contoh dari bentuk
persepsi. Kita bisa mengambil contoh misalnya seseorang
melihat pisau tajam yang diarahkan kepadanya. Dari proses
melihat tersebut, ia kemudian akan berproses dalam diri
sendiri untuk mengambil sebuah kesimpulan terhadap
situasi yang sedang dihadapinya. Seseorang tersebut
mungkin akan menganggap bahwa pisau tersebut sebagai
ancaman sehingga timbul rasa takut.
B. Rasa sayang
Penjelasan ini bisa digambarkan ketika seseorang
melihat orang lain yang ia sukai atau sayangi. Sebagai
contoh, seorang ibu kepada anaknya. Seorang ibu ketika
melihat dan menggendong anaknya akan memiliki
persepsi tersendiri yang merupakan sebuah bentuk kasih
sayang dari ibu kepada anaknya. Persepsi-persepsi ini
akan muncul sebagai bentuk dukungan dan juga
perasaan cinta kepada orang lain.
C. Kepanikan
Sama halnya dengan contoh sebelumnya, kepanikan
bisa timbul karena sensasi melihat suatu situasi tertentu.
Hanya saja, kepanikan juga mungkin bisa terjadi ketika
seseorang mendengar suatu berita yang membuat
posisinya menjadi terancam. Rasa panik ini merupakan
hasil persepsi terhadap sensasi atau stimulus yang
diterimanya.
D. Kekhawatiran
Rasa khawatir adalah bentuk rasa takut pada objek yang
tidak jelas, tidak nyata atau sulit untuk digambarkan
secara konkret. Sensasi yang diterima seseorang juga
biasanya muncul setelah seseorang melihat sesuatu
yang membuatnya terancam pula. Situasi ini membuat
persepsinya menjadi muncul dalam bentuk
kekhawatiran.
E. Rendah Diri
Rasa rendah diri bisa saja timbul ketika seseorang
mendengar dan melihat suatu pesan yang
dikomunikasikan kepadanya sebagai bentuk yang
merendahkan dirinya. Ini akan menjadi sebuah persepsi
dalam pemikirannya sehingga menyudutkannya untuk
berada dalam posisi yang memang kurang nyaman.
Rendah diri berhubungan dengan konsep diri dalam
psikologi.
F. Rasa Bangga
Contoh lain selain dari rasa rendah diri adalah rasa
bangga. Ini merupakan contoh persepsi dalam psikologi
komunikasi yang bisa saja muncul karena sensasi
mendengar dan sentuhan sosial dari lingkungan
sekitarnya. Seseorang bisa memiliki rasa bangga karena
prestasinya diakui oleh orang lain. Ini biasanya ia
dengar dari pernyataan orang lain, sehingga stimulus
tersebut kemudian menjadi persepsi dalam dirinya
sebagai rasa bangga.
G. Perasaan Negatif
Berkebalikan dengan rasa bangga, seseorang yang
sering terpapar dengan berita-berita yang sifatnya
kurang baik mengenai dirinya akan memiliki perasaan
negatif. Ini terjadi terutama ketika seseorang tidak
memiliki pengalaman lain dalam dirinya yang bisa
melawan perasaan negatif tersebut.
H. Pengenalan
Persepsi ini bisa dengan mudah kita lihat ketika
seseorang mampu mengenali wajah orang lain. Ketika
ia melihat, ia akan memproses informasi tersebut
melalui persepsi. Katakanlah ketika ekspresi wajah
seseorang itu cemberut, maka ia bisa memiliki persepsi
bahwa orang yang ia ajak komunikasi sedang tidak
kooperatif.
I. Sentuhan
Sentuhan juga bisa menjadi sebuah persepsi. Ketika
seseorang mendapatkan sentuhan secara langsung dari
orang lain pada saat ia sedang mengalami masalah, ia
bisa mempersepsikannya sebagai bentuk dukungan.
Demikian pula saat ia disentuh dengan kasar, ia bisa
merasa dalam keadaan terancam.
J. Rasa
Contoh dari persepsi ini mudah saja, yakni ketika kita
sedang makan. Kita akan merasakan langsung
bagaimana rasa dari makanan yang kita makan. Ketika
rasanya enak, maka secara otomatis kita akan memiliki
persepsi bahwa makanan tersebut memang aman dan
enak.