Oleh:
EMILIA RESA MEGA (B100170263)
ARIEF RAKHMAN (B100170228)
MUHAMMAD NUR MAHMUDI (B100170241)
ALAN ARDIAPRESTOGA (B100170247)
NOFI PERMANI (B100170279)
diprediksi akan tumbuh hingga $ 57 miliar pada tahun 2030 dengan tingkat
dan jumlah pengguna Internet di Indonesia semakin meningkat. Hasil survei yang
internet di Indonesia pada tahun 2017 terdapat 171,2 jiwa. Survei ini juga
kekuatan yang besar dalam komunitas onlinenya. Akun instagram resmi @nike
hingga sekarang telah memiliki sekitar 77 juta followers diseluruh dunia. Adidas
juga media sosial yang lebih dulu populer di tahun 2007-anyaitu Facebook dan
ketiga sebagai penyumbang twit terbanyak di bawah Amerika Serikat dan Jepang.
karena baru diluncurkan pada Mei 2010 dan situsnya sampai sekarang dikunjungi
memberikan saran, bahkan tempat bertanya yang lazim dilakukan oleh pelanggan
saat ini. Interaksi yang terjadi di media sosial dapat menjadikan sebuah saran atau
rekomendasi positif tentang suatu merek produk. Penyebaran pesan atau informasi
yang positif oleh konsumen itu sendiri terhadap konsumen lainnya merupakan
maksudnya adalah word of mouth dibentuk secara sadar dan direncanakan. Tidak
sengaja maksudnya adalah penyebaran word of mouth bersifat random dan tidak
mendapatkan informasi dan berbagi sesuatu di era digital ini dapat menstimulasi
Media sosial hadir dengan fungsi lebih dari sekedar marketing tools.
Instagram, Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya yang merupakan media
sosial dengan traffic yang padat sangat cocok digunakan sebagai media iklan dan
promosi. Relevansi adalah kunci untuk efektifitas iklan, konten iklan harus
dengan motivasi para pengguna untuk mengunjungi suatu situs atau akun. Iklan
1.2 RumusanMasalah
2. Apakah brand image berpengaruh terhadap word of mouth pada top brand
fashion sportswear?
3. Apakah brand love berpengaruh terhadap word of mouth pada top brand
fashion sportswear?
1.3 TujuanPenelitiandanKegunaanPenelitian
1.3.1 TujuanPenelitian
1. Pengaruh social media marketing terhadap word of mouth (WOM) pada top
2. Pengaruh brand image terhadap word of mouth (WOM) pada top brand
fashion sportswear.
3. Pengaruh brand love terhadap word of mouth (WOM) pada top brand
fashion sportswear.
1. Manfaat Teoritik
yang di dapat selama kuliah dan realita pada kenyataan yang terjadi
mouth.
1. Bagiak ademisi
mouth.
2. Bagi praktisi
kebijakan pemasaran.
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
melibatkan pelanggan untuk berbagi sikap, opini, atau reaksi tentang bisnis,
produk, atau jasa dengan orang lain. WOM positif juga dianggap sebagai media
menuju dan menjauh dari produk, merek, dan layanan tertentu. Ide dasar di balik
secara luas, Word of mouth (WOM) memiliki arti masing-masing pada produk
offline yang memiliki pengaruh ganda, non hirarkis, horizontal dan mutasional.
Karakteristik dari WOM adalah sebuah dialog yang baik yang bersumber dari
advokasi merek aktual dan orang-orang (rekomender) bersedia pergi dari suatu
antusiasme mereka tentang suatu produk. Word of Mouth yang baik tidak
kepada kepuasan konsumen, dialog dua arah, dan komunikasi yang transparan.
manusia antara receiver dan communicator dimana receiver sebagai persepsi non
sebagai opini bahwa WOM tidak selau terfokus terhadap merek, produk ataupun
service tetapi bisa juga terfokus dengan organisasi. WOM tidak selalu dilakukan
face to face, langsung, oral atau dalam waktu singkat. Dalam komunikasi
yang tidak face to face, tidak langsung, tidak oral dan tidak dalam waktu singkat.
individu.
tindakan komunikasi antara (1) dua consumer, customer atau individu non
komersil dengan (2) teman, keluarga, atau kolega yang (3) merekomendasikan,
pengalaman, atau evaluasi dari (5) produk, merek, servis, atau organisasi.
(Kotler & Keller, 2009). Masyarakat di situs jejaring sosial dan pengguna di suatu
media sosial berkumpul dan sering berbagi minat yang sama. social media
dengan pelanggan lain. Untuk melakukan social media marketing penting untuk
target, melihat platform mana yang paling cocok untuk berkomunikasi dengan
marketing sangat penting unutk memperhatikan apa yang pelanggan inginkan dan
tidak mengabaikan informasi dan sumber daya yang ada. Cowden (2014) juga
untuk berinteraksi dengan pelanggan lain. Hal ini juga digunakan untuk
meyakinkan pelanggan bahwa produk atau jasa perusahaan yang baik (Neti, 2011)
mereka dan pelanggan dapat berbicara satu sama lain secara langsung. Itulah
mengapa media sosial menjadi suatu faktor penting dalam bauran promosi. Akan
paradigma komunikasi saat ini, percakapan yang terjadi antara konsumen di media
sosial harus diakui oleh perusahaan. Media sosial dapat membuat dampak besar
Pemasaran melalui media sosial dapat lebih efektif ketika perusahaan dapat hadir
untuk memberikan informasi yang tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh
citra dan hubungan dengan yang lebih baik (Erdogmus dan Cicek, 2012).
Meskipun social media marketing adalah strategi pemasaran yang poternsial, pasti
merek-mereknya baik itu berkomentar positif maupun negatif dan tidak pula
sering terdapat komentar dari pelanggan yang lebih berpengaruh dan meyakinkan.
Di sisi lain, pemasaran media sosial memiliki keunggulan seperti pemasaran dapat
dilakukan dengan hampir tidak mengeluarkan biaya, membuat ekposur besar pada
2011).
jaringan sosial seperti facebook. Hal ini memungkinkan situs web untuk
satu sama lain dengan melihat produk-produk, chatting, atau sms. Alih-alih
berbicara tentang cuaca, teman dapat menyampaikan tentang merek produk atau
jasa.
penolakan) atas produk, jasa, atau konten, atau berbagi geo-lokasi mungkin
Beragam situs media sosial dapat digunakan secara tak berbayar maupun
untuk memenuhi keperluan bisnis. Dalam urusan bisnis, media sosial dapat
lebih baik, lebih dekat dan membangun hubungan yang baik dengan pelanggan,
sebagai berikut:
Mouth (WOM)
Brand image adalah impresi total yang tercipta di dalam pikiran atau
asosiasi fungsi dan diluar fungsi (Yehsin & Fill, 2001). Scholars secara beragam
ingatan pelanggan” (Kotler dan Keller, 2009). Brand Image adalah hasil dari
decoding konsumen dari semua sinyal yang disampaikan oleh merek seperti nama
pribadi, pengalaman, jenis pengguna merek dan variabel konteks (Ismail dan
Spinelli, 2012). Brand image adalah faktor paling penting yang menjadi
konsumen akan memilih suatu merek tersebut atau tidak (Lin & Lin, 2007).
dari asosiasi merek yang berpegang pada memori konsumen. Dalam mencapai
citra merek yang positif, pemasar akan berkenaan dengan beberapa program
asosiasi merek yang terbentuk. Kekuatan dari asosiasi merek tergantung pada
Menurut Keller (1993) secara psikologis kognitif memori bersifat tahan lama,
kepada konsumen agar memiliki suatu ketertarikan dengan sebuah produk atau
makna akan sebuah merek. Merek harus unik dan menarik, sehingga dapat
Citra yang tersirat dari sebuah merek berhubungan dengan sebuah sikap
(beliefs about and preference for the brand). Konsumen yang memiliki image
positif mengenai suatu merek mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk
melakukan pembelian, atau dengan kata lain mengarah pada keputusan pembelian
dan rekomendasi. Oleh karenanya tujuan utama dalam beriklan seringkali adalah
sebagai berikut:
H2: Brand Image memiliki pengaruh positif terhadap Word of Mouth
(WOM)
Dewasa ini, peneliti pemasaran telah meneliti konsep brand love (Carroll
dan Ahuvia, 2006) di mana brand love didefinisikan sebagai "tingkat keterikatan
emosional yang bergairah yang dimiliki seseorang untuk nama merek tertentu."
Albert (2008) mengidentifikasi brand love dalam 11 dimensi, yaitu: (1) gairah, (2)
lamanya hubungan, (3) kesesuaian diri, (4) mimpi, (5) ingatan, (6) kesenangan,
(7) ketertarikan, (8) keunikan, (9) kecantikan, (10) kepercayaan, dan (11)
deklarasi. Studi lain yang dilakukan oleh Bartra (2012) yang mengidentifikasi
brand love ke 7 dimensi, yaitu: (1) ketahanan hasrat/gairah , (2) integrasi merek
dan diri sendiri, (3) hubungan jangka panjang, (4) hubungan emosional yang
positif, (5) antisipasi perpisahan yang membuat stress, (6) valensi sikap secara
Hubungan brand love yang mendalam dan bertahan (di luar pengaruh
sederhana), membuat merek yang dicintai tidak tergantikan (Albert dan Merunka,
2013). Ketika konsumen jatuh cinta dengan merek, hal itu menciptakan
merek. Jika seseorang merasa puas dengan merek dalam jangka panjang, maka
merek. Dengan kata lain, perasaan konsumen terhubung ke merek tertentu dan itu
akan mencerminkan mereka lebih dari merek lain. Ini adalah aspek penting antara
merek dan konsumen, di mana kita cenderung merasa lebih setia pada apa yang
kita rasakan terkait, melekat, dan suka pada sesuatu (Ismail dan Spinelli, 2012).
(WOM)
2.2 Hipotesis
a) Hipotesis 1
b) Hipotesis 2
c) Hipotesis 3
hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat
perhatian sorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian
(Ferdinand, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna media
sosial yang mengetahui dan menggunakan produk dari salah satu brand Nike,
populasi (Ferdinand, 2006). Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak
mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk
sebuah populasi yang disebut sampel. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan
sampel yang dilakukan yaitu metode non probability sampling. Metode non
seberapa besar populasi dan setiap elemen dari populasi tidak memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Sekaran dan Bougie, 2009).
teknik sampling adalah prosedur umum yang digunakan untuk mendapatkan unit
sampel ketika peneliti tidak mengetahui rincian kerangka sampling. Teknik non
sampling yang melibatkan pemilihan subjek yang berada dalam situasi paling
pada nilai. Sedangkan variable penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel independen dan
penelitian ini adalah variabel social media marketing, brand image, dan brand
love.
2. Variabel Dependen
Menurut Ferdinand (2006) variabilitas dari atau atas faktor inilah yang berusaha
vaiabel dependen sering disebut juga sebagi variabel output, kriteria, konsekuen,
atau variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian
Tabel 3.1
3.4 ObjekPenelitian
Nike, Adidas, Puma dan Reebok. Survei pertama dilakukan untuk menentukan
apakah responden memiliki akun aktif di media sosial. Survei ini juga
digunakan untuk mendaftar responden mana yang telah atau sudah membeli
1. Kuesioner
Kuesioner yaitu dengan membuat daftar pertanyaan yang akan
angka dan perhitungan dengan metode statistik, maka data tersebut harus
Science).
DAFTAR PUSTAKA
Albert, N., & Merunka, D. (2013). The role of brand love in consumer-brand
relationships. Journal of Consumer Marketing, 30(3), 258–266.
Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Bashar, A., Ahmad, I. and Wasiq, M. 2012. Effectiveness of social media as a
marketing tool: An empirical study. International Journal of Marketing,
Financial Services and Management Research, 1(11):88-99.
Duana, W., Gub, B., & Whinston, A.B. (2008). “Do online reviews matter? An
empirical investigation of panel data. Decision Support Systems, 45(3),
1007–1016.
Kotler, P., & Keller, K., L. (2009). Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2004). Priciple of Marketing. Perason
Prentice Hall: New Jersey.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2006). Marketing Management 12th ed). Pearson-
Prentice Hall.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. (2011). 10 th Edition. “Marketing an
Introduction”.Indonesia: Perason.
Nisar, Tahir M. dan Whitehead, Caroline. (2015). Brand Interactions and Social
Media: Enhacing User Loyalty Through Social Networking Sites. UK:
University of Southampton.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
http://tukangmarketing.com/seberapa-bagus-instagram. Diakses pada tanggal 5
Desember 2019
http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey. Diakses pada tanggal 5
Desember 2019