Anda di halaman 1dari 6

Pesatnya kemajuan teknologi saat ini diikuti dengan kemunculan internet.

Dengan
munculnya internet, informasi menjadi mudah tersebar secara cepat dan luas sehingga
masyarakat Indonesia bisa dengan mudahnya mengakses dan mendapatkan informasi dari
berbagai negara lain. Dengan demikian, hal ini mendorong budaya luar untuk masuk ke
Indonesia. Beberapa budaya dari luar, seperti budaya Amerika, China, bahkan budaya Korea
Selatan pun sudah masuk ke Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
populasi pengguna internet terbesar di dunia. Saat ini, media online bukan hanya digunakan
mencari informasi, namun juga sarana dan prasarana bisnis online.
Fenomena trend belanja saat ini semakin dipengaruhi oleh internet, yang mana
konsumen saat ini tidak hanya berbelanja dengan mendatangi toko, namun dapat dengan
mudah mengakses internet untuk berbelanja online. Siti & Soesanto (2019) menjelaskan
bahwa dengan berbelanja secara online, konsumen dapat leluasa untuk mencari barang yang
dibutuhkannya kapanpun dan dimanapun selama ada koneksi internet sehingga tidak harus
mendatangi toko. Berdasarkan hasil survey oleh We Are Social yang bekerjasama dengan
Hootsuite pada Januari 2019, menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia tercatat
sebagai warganet yang paling banyak membeli barang secara online. Sebanyak 86%
pengguna internet Indonesia melakukan belanja online melalui media apapun, salah satunya
media sosial (Datareportal, 2019). Media sosial juga semakin sering digunakan sebagai
platform untuk melakukan kegiatan pemasaran dan periklanan. Hal yang sama terjadi pada
penelitian The Brightcove, yang menunjukkan 66% Millenial (usia 18-34 tahun) mengakui
bahwa mereka tertarik untuk mengunjungi situs web produk yang diiklankan di media sosial,
dan 85% Millenial mengatakan bahwa mereka melakukan pembelian setelah melihat iklan
(MarketingCharts, 2018). Maka dari itu, dengan lingkungan pemasaran yang sangat
kompetitif, untuk membuat produk dikenal oleh konsumen, maka sangat bergantung pada
iklan yang dilakukan.
Fenomena in kemudian dimanfaatkan pebisnis, media sosial sekarang ini sangat
membantu untuk mendongkrak usahanya. Media sosial membuat peluang bagi bisnis kecil
menjadibesar dengan mengubah cara berkomunikasi dengan pelanggan, memasarkan
produk dan jasa serta saling berinteraksi dengan pelanggan yang bertujuan untuk
membangun hubungan lebih baik. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan
melalui media sosial mendatangkan keuntungan tersendiri bagi bisnis yang
melakukannya, baik dari peningkatan segi penjualan, minat dan perhatian khalayak
referensi untuk selalu berinovasi dan lain sebagainya. Kehadiran media sosial
tidaks saja dijadikan tempat promosi melainkan lenidah dari itu telah menimbulkan adanya
sikap keseriusan bagi para pengusaha, khususnya pengusaha yang baru menjajaki
bisnis dengan modal kecil, tetapi dengan mudah menerapkan strategi komunikasi
pemasaran melalui media sosial saat ini.
Media sosial instagram paling berpengaruh dalam menjangkau pasar untuk
pengembangan bisnis dikarenakan jumlah pengunjung yang terbanyak diantara media
sosial lainnya, dikarenakaninstagramlebih mampu menjangkau pasar anak muda di usia
produktif dan juga lebih banyak memiliki fitur yang lebih mudah untuk digunakan
oleh pelaku usaha. Menurut riset APJII (2021), instagram memiliki pengguna aktif di
Indonesia sebanyak 91,77 Pengguna terbesar terdapat di kelompok usia 18-24 tahun
yaitu 36,4%. Instagram berada di urutan ketiga sebagai platform media sosial yang
paling sering digunakan, setelah YouTube dan WhatsApp. Maka dari itu, instagramsaat ini
telah banyak dijadikan salah satu media komunikasi pemasaran oleh pelaku usaha menurut
Adhefia et al (2021:963). Data terbaru menunjukkan adanya peningkatan di tahun 2023,
Berdasarkan data Napoleon Cat, terdapat 116,16 juta pengguna Instagram di Indonesia
hingga Agustus 2023 (Dataindonesia.id)
Pengunaan Media sosial sarana pemasaran digital telah menjadi bagian sangat
penting kehadirannya bagi para pelaku bisnis dalam mempromosikan produknya agar
penjualan berjalan dengan baik. Beragam fitur yang ditawarkan setiap media sosial juga
memudahkan para pelaku bisnis dalam mempromosikan produknya. Menurut Pratiwi
dalam Rachmawaty (2021:30) Pemasaran media sosial adalah bentuk mempromosikan
beragam konten bisnis dalam berbagai cara kepada pengguna media sosial. Kegiatan
ini dilakukan untuk menemukan formula yang tepat dalam menyebarkan
informasi yang dibutuhkan untuk mengarahkan tujuan bisnis dan peningkatan
penjualan. Pemasaran melalui media sosial menjadi satu hal paling penting bagi
kelangsungan sebuah usaha.
Instagram memiliki peluang bisnis sangat besar yang terlihat dari semakin
meningkatnya pelaku usaha yang menggunakan instagramdalam melakukan penjualan
produk. Sehingga, persaingan akan semakin ketat dengan adanya media online. Suatu usaha
harus memiliki keunggulan dari produk yang dihasilkan, memiliki inovasi dalam
strategi pemasaran salah satunya iklan yang menarik dan memiliki komunikasi yang
efektif sehingga dapat mempengaruhi masyarakat untuk membeli produk menurut
Adhefia et al (2021:963). Strategi penjualan yang dilakukan melalui media instragram tidak
berdiri sendiri, selain informasi berkaitan dengan barang yang diiklankan, tokoh atau sosok
yang dimunculkan dalam iklan juga akan berpengaruh pada putusan konsumen untuk
membeli.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk menarik
perhatian target audience yaitu dengan menggunakan brand ambassador dalam iklan.
Penggunaan brand ambassador juga diharapkan dapat membangun kesadaran merek suatu
produk yang diwakilkan celebrity yang bersangkutan agar dapat mengakar kuat di benak
masyarakat. Sebab promosi yang paling efektif adalah dari mulut ke mulut. Rekomendasi dari
orang yang menggunakan produk tersebut di kehidupan nyata terbukti lebih meningkatkan
daya jual produk dibandingkan iklan di media. Maka strateginya adalah menemukan orang
yang menyukai brand yang dipasarkan dan bersedia untuk terus menyebarkan berita positif
tentang brand itu kepada orang-orang di sekitar mereka (seperti keluarga, kerabat, teman
maupun rekan kerja) secara konsisten. Kanuk (2007) berpendapat bahwa berdasarkan
pengetahuan, kemampuan, dan kepercayaan selebriti Brand Ambassador menjadi daya tarik
alat komunikasi agar dapat mempengaruhi suatu keputusan pembelian. Selanjutnya Grewal
(1998) berpendapat bahwa Brand Image yang baik akan menunjukkan bagaimana jenis
produk yang terbaik dimata para konsumen yang umumnya hanya mempunyai pengetahuan
dan waktu yang sangat tertentu saat membuat keputusan pembelian akibatnya brand image
sering digunakan sebagai acuan dalam membuat keputusan pembelian.
Menurut Laela Simanjuntak dan Apriatni (2020) menyatakan bahwa brand
ambassador dan brand image menjadi alasan konsumen melakukan pembelian di e-commerce
Shopee. Menurut Eriena Midya Rani (2022) menyatakan bahwa brand ambassador, brand
image, dan kualitas pelayanan menjadi alasan konsumen dalam melakukan pembelian di
Shopee. Namun terdapat beberapa kasus kegagalan brand ambassador, yaitu ketika Nikita
Willy menjadi brand ambassador sebuah klinik kecantikan klinik “A”. Namun setelah itu,
Nikita Willy diketahui mengunggah klinik kecantikan lain di media sosialnya. Hal ini tentu
berakibat fatal pada brand image klinik kecantikan “A”, sehingga kasus ini menjadiramai
diperbincangkan bahkan diangkat dalam laman berita kompasiana. Kasus lain juga terjadi
saat Cristiano Ronaldo menyingkirkan dua botol minuman bersoda produk Coca-Cola dari
hadapannya menghebohkan dunia. Aksi itu dilakukan Cristiano Ronaldo saat konferensi pers
menjelang timnya melawan Hongaria di laga Grup F Euro 2020. Hal ini menyebabkan harga
saham perusahaan minuman bersoda itu turun hingga 4 milliar dollar AS atau sekitar Rp 57
triliun.
Kasus yang dialami oleh Cola-Cola tersebut menggambarkan bahwa pengaruh
seorang sosok yang dikenal atau berpengaruh dapat mempangaruhi pasar. Tentunya selain
tokoh atau orang yang mempengaruhi tentunya image dari produk juga dapat mempengaruhi
konsumen untuk membeli barang yang diiklankan dalam gambar. Menurut Peter dan Olson
(2000:162) keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu
diantaranya. Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu produk, mereka
cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau yang terkenal (Schiffman dan Kanuk
2008:173). Alasan inilah yang mendorong perusahaan untuk memperkuat posisi mereknya
agar tercipta brand image yang positif dan menancap kuat di benak konsumen karena melalui
brand image (citra merek), konsumen mampu mengenali sebuah produk, mengevaluasi
kualitas, mengurangi resiko pembelian, dan memperoleh pengalaman dan kepuasan dari
diferensiasi produk tertentu (Lin dkk, 2007:122).
Brand Image atau citra merek adalah bagaimana konsumen melihat sebuah merek,
mencerminkan ingatan mereka terhadap asosiasi yang dimiliki dengan merek tersebut
(Ferrinadewi, 2008:165). Menurut Biel (1992) sebagaimana disebutkan dalam jurnal Xian et
al. (2011:1876), komponen citraprima merek melibatkan citra perusahaan, citra pengguna,
dan citra produk. Citra perusahaan mencerminkan bagaimana konsumen melihat sebuah
perusahaan berdasarkan pengetahuan, tanggapan, dan pengalaman mereka dengan perusahaan
tersebut. Citra pengguna melibatkan serangkaian karakteristik yang terkait dengan konsumen
khas dari sebuah merek. Sementara itu, citra produk menggambarkan bagaimana konsumen
melihat sebuah produk berdasarkan pengetahuan, tanggapan, dan pengalaman mereka dengan
produk tersebut.
Surachman (2008:13) menggambarkan citra merek sebagai komponen merek yang
dapat dikenali secara visual namun tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata, seperti logo,
jenis huruf atau pilihan warna tertentu, atau persepsi yang dimiliki pelanggan terhadap suatu
produk atau layanan yang diwakili oleh merek. Brand image juga dapat dijelaskan sebagai
suatu konsep yang terbentuk di dalam pikiran konsumen karena faktor-faktor subjektif dan
emosi pribadi mereka (Ferrinadewei, 2008:166). Brand image, atau citra merek, adalah
representasi atau impresi yang terbentuk dalam pikiran pelanggan terhadap suatu merek.
Upaya untuk memposisikan citra merek di benak konsumen harus terus-menerus dilakukan
agar citra merek yang tercipta tetap kuat dan diterima secara positif. Ketika sebuah merek
memiliki citra yang kuat dan positif di benak konsumen, maka merek tersebut akan selalu
diingat, dan peluang konsumen untuk membeli produk dari merek tersebut menjadi sangat
besar.
Hubungan antara brand ambasador dengan brand image sangat erat dan saling
mempengaruhi satu dengan lainnya, karena berkaitan dengan adanya peningkatan atas
kepercayaan terhadap produk. Keberadaan seorang brand ambassador yang memiliki reputasi
yang baik dan terpercaya dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap merek
tersebut. Konsumen cenderung lebih mempercayai merek jika disokong oleh tokoh terkenal
atau yang dihormati. Disisi lain juga adanya terciptnya kesadaran atas merek. Brand
ambassador dapat membantu dalam meningkatkan kesadaran merek dengan menarik
perhatian media dan publik. Hal ini dapat membantu menciptakan buzz di sekitar merek dan
mengenalkannya kepada lebih banyak orang.
Melihat kondisi persaingan pasar yang semakin ketat mendorong para pengusaha
untuk terus memperkuat citra mereknya agar dapat menduduki posisi teratas di hati
konsumen. Para pengusaha telah menerapkan beragam strategi pemasaran untuk memperkuat
citra mereknya, seperti menciptakan ide-ide inovatif, menjaga kualitas dan rasa produk,
membuka gerai baru yang lebih dekat dengan konsumen. Diharapkan bahwa berbagai strategi
yang telah dilakukan dapat memperkuat citra positif dan mempertahankan posisinya dan
diharapkan citra merek ini dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Untuk tetap kompetitif dalam dunia bisnis, perusahaan harus memiliki keunggulan
yang dapat menjadikan mereka menarik bagi para konsumen dalam membuat keputusan
pembelian. Konsumen cenderung menggabungkan pengetahuan mereka saat mengevaluasi
beberapa pilihan yang tersedia, kemudian memilih satu di antaranya. Salah satu faktor yang
dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah pengaruh informasi positif atau
negatif yang tersebar melalui media elektronik, yang juga dikenal dengan istilah "electronic
word of mouth" (e-WOM). Pengaruh dari e-WOM terbukti lebih kuat dibandingkan dengan
faktor-faktor lainnya dalam membentuk preferensi pembelian.
Electronic word of mouth (e-WOM) sangat berhubungan dengan bagaimana
konsumen membuat keputusan pembelian. Konsep viral marketing menunjukkan bahwa
pemasar dapat memanfaatkan kekuatan jaringan sosial untuk mempromosikan produk atau
layanan. Gagasan ini mengasumsikan bahwa komunikasi e-WOM merupakan alat yang
efektif untuk mengubah komunikasi elektronik menjadi jaringan pengaruh, menarik perhatian
audiens, memicu minat, dan pada akhirnya mendorong penjualan, yang secara otomatis
memengaruhi perilaku konsumen.
Thurau dan rekan-rekan dalam karya yang dikutip oleh Tommi dan Eristia (2014:14)
menjelaskan bahwa electronic word of mouth (e-WOM) adalah pernyataan yang diberikan
oleh konsumen saat ini, calon konsumen, atau konsumen sebelumnya mengenai produk atau
perusahaan, dan informasi tersebut tersedia melalui media internet. Menurut Jansen seperti
yang disebutkan dalam karya yang sama, e-WOM memiliki kemiripan dengan word of mouth
(WOM), tetapi menawarkan berbagai metode untuk pertukaran informasi, banyak di
antaranya dilakukan secara anonim atau rahasia. Hal ini bertujuan memberikan kebebasan
dalam hal geografis dan waktu, terutama karena e-WOM seringkali memiliki sifat permanen
dalam bentuk tulisan.
Brand ambassador, dan brand image dan E-WOM, semuanya berpotensi
memengaruhi keputusan pembeli. Mereka dapat memberikan informasi, meyakinkan, dan
membentuk persepsi yang dapat memengaruhi apakah seorang konsumen memutuskan untuk
membeli produk atau layanan tertentu. Oleh karena itu, perusahaan seringkali berinvestasi
dalam membangun dan mengelola elemen-elemen ini untuk mencapai kesuksesan pemasaran.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah diuraikan diatas, beserta studi empiris
dan gap research, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Brand Ambassador, Brand Image, dan Intensitasn E-Wom Terhadap Keputusan Pembelian
Pada Online Shop Velyn Pear Di Sosial Media Instagram”.

Daftar Pustaka

Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen, Implikasi pada Strategi
Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gilaninia, Shahram dan Seyyed J. Mousavian. 2011. The Investigation and Analysis Impact
of Brand Image in Iran. African Journal of Business Management, (6)25: 7548 7556

Kotler, Philip dan Kevin Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13.
Diterjemahkan oleh Bob Sabran. Jakarta: Erlangga.

Oentoro, Deliyanti. 2010. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: LaksBang Pressindo.


Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. 2000. Consumer Behavior. Perilaku konsumen dan Strategi
Pemasaran. Jilid 2. Edisi 4. Diterjemahkan oleh: Damos Sihombing. Jakarta: Erlangga.
Schiffman, Leon dan Leslie L. Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi Ketujuh.
Diterjemahkan oleh: Zoelkifli Kasip. Jakarta: Indeks.

Surachman. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek (Alat Pemasaran Untuk Memenangkan


Persaingan). Malang: Bayumedia Publishing.

Grewal, D., Krishnan, R., Baker, J. and Borin, N. (1998) The Effect of Store Name, Brand Name and
Price Discounts on Consumers’ Evaluations and Purchase Intentions. Journal of Retailing, 74, 331-352
Xian, Gou Li, dkk. 2011. Corporate-, Product-, and User-Image Dimensions and Purchase
Intentions. Journal of Computers, (6)9: 1875 1879

Lin, Nan-Hong dan Bih-Syah Lin. 2007. The Effect of Brand Image and Product Knowledge
on Purchase Intention Moderated by Price Discount. Journal of International Managements
Studies, 121 132.

Wijaya, Tommi. 2014. Pengaruh electronic word of mouth (E-WOM), terhadap keputusan
pembelian Kamera Dslr , Universitas Kristen Satya Wacana : Salatiga

Anda mungkin juga menyukai