Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH KOMUNIKASI SELEBGRAM TERHADAP

MINAT BELI
(Studi Kualitatif pada Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UIN
Sultan Syarif Kasim Riau)
Atikah Dhiani Putri, Gesti Adiyani, Natasha Zhonetha
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam negri Sultan Syarif Kasim Riau
Email: atikadhiani@gmail.com

PENDAHULUAN

Di masa revolusi industri 4. 0 ini, persaingan bisnis menjadi semakin pesat.


Berkembangnya teknologi tidak hanya membagikan kesempatan yang luas tetapi juga
jadi suatu tantangan besar bagi pelaku bisnis. Mereka berlomba untuk mendapatkan
calon konsumen sebanyak mungkin dan mendapatkan konsumen yang setia dengan
produk mereka. Metode untuk mendapatkan konsumen sama dengan menyajikan data
produk ataupun jasa yang didukung oleh konten promosi yang menarik. Para pelaku
bisnis harus mampu menyajikan konten sebagai bahan promosi yang dapat menarik
konsumen serta bersaing di pasaran. Penjelasan tentang produk serta konten promosi
harus didukung dengan strategi pemasaran yang baik. Strategi yang wajib diterapkan
oleh pelaku bisnis yaitu dengan menitikberatkan konsep pemasaran pada kepuasan
pelanggan. Pelanggan wajib diprioritaskan karena merekalah yang berperan penting
dalam sebuah bisnis dan kemajuan industri.(Shinta, 2011: 25).
Tujuan dari mengawali suatu bisnis ialah untuk menciptakan profit serta
bagaimana agar bisnis tersebut dapat terus berkembang. Sehingga, para pelaku bisnis
menggunakan berbagai strategi dalam menjual serta mempromosikan jasa dan
produk mereka. Tidak hanya untuk kepuasan konsumen tetapi juga untuk memajukan
bisnis tersebut. Sangat penting bagi pelaku bisnis untuk mengenali strategi pemasaran
atau marketing agar memperoleh penjualan yang besar serta jangkauan calon
konsumen yang luas.
Marketing merupakan suatu proses mencari, mendalami serta memperoleh
nilai dengan tujuan untuk kepuasan, memenuhi kemauan dan keinginan calon
konsumen yang akan menjadi sasaran pasar. (Philip Kotler 2003, Marketing
Management). Para pelaku marketing sudah menggunakan berbagai macam cara
konvensional dalam kurun waktu yang sangat lama seperti televisi, radio, koran,
majalah, spanduk, baliho dan juga bertemu secara langsung dengan konsumen.
Metode konvensional ini masih digunakan karena sudah banyak para pelaku bisnis
yang berhasil menarik banyak konsumen dengan strategi tersebut.

Bersamaan dengan berkembangnya teknologi, seluruh aspek di kehidupan ini


terus berkembang termasuk marketing. Teknologi mengubah semuanya menjadi
mudah dan cepat. Setelah perkembangan teknologi tersebut munculah konsep
marketing baru yang dinamakan digital marketing. Sesuai dengan namanya, digital
marketing ini memanfaatkan perkembangan media digital. Konsep ini menggunakan
keberadaan teknologi serta internet dalam memperluas serta meningkatkan strategi
marketing yang masih konvensional. (Urban, 2004: 2).
Internet banyak melahirkan wadah bisnis baru bagi pelaku bisnis salah satunya
media sosial. Media ini seakan paham bahwa manusia memiliki dua kehidupan yang
berbeda yaitu dunia nyata dan dunia maya. Internet khususnya media sosial perlahan
mulai mengalahkan media konvensional. Internet dan media media dianggap sebagai
media baru bagi pelaku bisnis dalam aktivitas marketingnya. Saat ini, banyak pelaku
bisnis yang sudah menyadari bahwa internet dan media sosial dapat menjadi media
baru untuk mempromosikan produk mereka. Semenjak adanya internet dan media
sosial, Para konsumen beralih yang sebelumnya berbelanja dengan datang langsung
ke toko menjadi berbelanja hanya dengan membuka ponsel saja atau yang dikenal
dengan online shop. Aktivitas berbelanja tersebut disebut dengan istilah online
shopping. Online shop atau toko online digemari karena dari harga yang relatif murah
serta dapat menghemat waktu dan tenaga karena tidak perlu datang ke tokonya secara
langsung. Tidak hanya itu pilihan produk yang disajikan bermacam-macam dan juga
metode pembayarannya yang cukup beragam. Pembeli kerap merasa diuntungkan
dengan berbagai macam tawaran seperti potongan harga, pembayaran pada saat
pesanan sampai, dan gratis ongkos kirim. Hal itulah yang melatarbelakangi mengapa
online shop atau toko online lebih digemari pada zaman sekarang.
Bersumber pada studi dari HootSuite serta We are Social yang bertajuk“
Global Digital Reports 2020”, jumlah pengguna internet menggapai 175, 4 juta jiwa,
pengguna aktif media sosial di Indonesia menggapai 160 juta jiwa serta pengguna
aktif Instagram sebanyak 63 juta jiwa. Ini menjadi fakta bahwa media sosial misalnya
Instagram sangat layak untuk dijadikan media promosi. Terdapat berbagai alasan
mengapa Instagram sesuai dengan platform online. Awal mulanya, bersumber pada
statistik dari Hootsuite, toko online di Instagram dapat menjangkau 63 juta orang. Hal
ini merupakan sebuah keuntungan bagi pelaku bisnis karena sangat sulit untuk
menjangkau jumlah sebanyak itu saat berjualan di toko secara langsung dan
memerlukan modal yang besar. Kedua, pada informasi statistik yang diterbitkan oleh
H. Trankovska, persentase pengguna Instagram 62, 8% nya berkisar di usia 18- 34
tahun. Bersumber pada informasi dari Tubuh Pusat Statistik, komposisi penduduk
Indonesia paling banyak ialah usia 8- 34 tahun. Hal ini menjadi alas an bahwa
Instagram di Indonesia sangat sesuai untuk dijadikan platform online shop. Alasan
terakhir Instagram sesuai untuk menjadi platform online shop karena ia memperoleh
data sebesar 41, 6% serta entertainment sebesar 58%. Orang-orang akan menyimpan
data mereka pada suatu platform tidak lain karena mereka mempercayai platform
tersebut. (Michael Sugiharto, 2020).
Dalam mengiklankan suatu produk, toko online atau online shop kerap
menggunakan jasa artis di Instagram atau yang biasa dikenal dengan sebutan
selebgram dalam menunjang penjualan produk mereka. Hal ini dikarenakan
selebgram dipercaya dapat pengaruhi para pengikutnya di Instagram untuk membeli
barang yang dipromosikan atau diiklankan. Selebgram kerap dipakai jasanya karena
berbagai alasan misalnya karena ketenarannya, kecantikan atau ketampanannya,
kepintarannya, serta metode promosi yang baik yang mereka miliki. Selebgram itu
sendiri memiliki latarbelakang yang berbeda-beda mulai dari artis, pemain film,
pelajar, model, juru foto, make- up artist, atlit dan sebagainya.
Beberapa penelitian terkait pengaruh selebgram terhadap minat beli telah
dilakukan sebelumnya. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Gayatri Hutami Putri
& Bhina Patria (2018) yang berjudul Pengaruh Endorsement Selebriti Instagram
terhadap Minat Beli Remaja Putri. Kekurangan pada penelitian ini adalah hasilnya
yang menunjukan endorsement selebgram tidak berpengaruh pada minat beli.
Penentuan subjek penelitian harus lebih spesifik seperti pengguna aktif Instagram
yang senang berbelanja online. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indah Purnama
(2020) yang berjudul Pengaruh Promosi Online Dan Endorserment Selebgram
Terhadap Minat Beli Konsumen. Kekurangan dari penelitian ini adalah judul terlalu
general. Perlu adanya spesifikasi lebih lanjut agar penelitian lebih terarah. Penelitian
ketiga dilakukan oleh Maiyulia Nurman dan Yunita Engriani (2020) yang berjudul
pengaruh penggunaan selebgram pada sikap konsumen dalam membangun minat beli
untuk melakukan pembelian secara online. Menurut penulis, judul tersebut kurang
merefleksikan kalimat efektif. Perlu adanya reduksi dari judul penelitian. Penelitian
keempat dilakukan oleh Ayu Azwina (2017) dengan judul “Pengaruh Selebgram
Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja Dalam Berbelanja Online”. Penelitian kelima
adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri Eka Syafitri (2019) dengan judul
“Pengaruh celebrity endorser terhadap minat beli pengguna sosial media instagram
pada mahasiswa program studi manajemen universitas muhammadiyah makassar”.
Menurut penulis, terdapat miskonsepsi dalam istilah selebgram dan celebrity
endorser.
Penelitian keenam adalah yang dilakukan oleh Otavio Freire (2017) dengan
judul “The effectiveness of celebrity endorsement in aspiring new celebrities”.
Menurut penulis, responden dari penelitian tersebut terlalu banyak. Penelitian ketujuh
adalah penelitian yang dilakukan oleh Hayley Cocker, Rebecca Mardon and Kate L.
Daunt (2021) yang berjudul “Social media influencers and transgressive celebrity
endorsement in consumption community contexts”. Kekurangan dari penelitian ini
adalah pembahasan mengenai perbandingan antar sosial media influencers dan
celebrity endorsement yang masih belum terlalu mendalam. Penelitian kedelapan
adalah penelitian yang dilakukan oleh Ruibin Geng, Shichao Wang, Xi Chen,
Danyang Song and Jie Yu (2020) dengan judul “Content marketing in e-commerce
platforms in the internet celebrity economy”. Terdapat pembahasan mengenai selebriti
endorsement namun masih belum terlalu detail. Penelitian Sembilan adalah yang
dilakukan oleh Patrecia Laneli Rocca dkk (2019) yang berjudul “Marketing
Commuication Via Celebrity Endorsement: an integrative review”. Data yang
digunakan dalam penelitian tersebut terlalu lama yaitu tahun 2017. Penelitian
kesepuluh adalah penelitian yang dilakukan oleh Arpita Agnihotri, Saurabh
Bhattacharya and Satya Prasad V.K (2018) dengan judul “Are multiple brand
endorsements edonomically effective?” Menurut penulis, kurang ada aspek kajian
lebih lanjut mengenai komunikasi.
Pada dasarnya, semua orang dapat menjadi seorang selebgram asalkan mereka
mengoptimalkan akun Instagram mereka agar dapat menarik dan dikunjungi banyak
orang. Seperti seseorang artis, selebgram juga dicintai oleh para pengikut atau
followers mereka. Selebgram sudah jadi wujud yang diidolakan. Penafsiran idola
sendiri bagi kbbi merupakan suatu yang jadi pujaan. Pada dasarnya, seorang
mempuyai idola disebabkan dua hal. Alasan awal seorang mempunyai idola yaitu
sebagai gambaran dari diri sendiri dan yang kedua pengakuan dari orang lain.(Feist,
Feist, & Roberts, 2013) manusia tidak dapat mempertahankan kewarasan mereka
tanpa adanya gambaran diri. Ini menimbulkan manusia melakukan berbagai upaya
dalam memperoleh rasa dalam gambaran diri. Salah satu wujud usaha manusia dalam
mendapatkan gambaran diri merupakan dengan mempunyai idola. Saat seorang
mempunyai idola, ia akan mengetahui hal-hal yang ada pada diri seseorang yang ia
idolakan. Bersumber pada fenomena yang dipaparkan, penulis ingin mengkaji tentang
pengaruh komunikasi selebgram terhadap minat beli khususnya pada mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi Di Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Gayatri Hutami Putri & Bhina Patria (2018) membahas pengaruh endorsement
selebgram terhadap minat beli remaja putri. Penulis memakai skala minat beli yang
sudah di disusun oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini merupakan remaja putri
berjumlah 73 orang. Penelitian ini mamakai kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol agar dapat mengetahui perbedaan pengaruh endorsement selebgram.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang ingin dilakukan oleh penulis
adalah pada fokus kajian. Penulis ingin memfokuskan kajian pada aspek komunikasi
Selebriti Instagram.
Indah Purnama (2020) membahas mengenai pengaruh promosi online dan
endorsement selebgram terhadap minat beli. Dalam penelitian ini merangkum
berbagai macam penelitian yang menunjukan bahwa variabel promosi online dan
endorsement selebgram memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang ingin dilakukan oleh penulis
adalah pada fokus kajian.
Maiyulia Nurman dan Yunita Engriani (2020) membahas tentang penggunaan
jasa selebgram pada sikap konsumen terkait minat beli. Hasil dari penelitian ini
adalah endorsement selebgram memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
minat beli. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis
adalah fokus kajian. Peneliti sebelumnya berfokus pada sikap sedangkan penulis
berfokus pada komunikasi.
Ayu Azwina (2017) membahas mengenai pengaruh selebgram terhadap
perilaku konsumtif remaja dalam berbelanja online. Dalam penelitian ini, dikaji
bagaimana selebgram bisa memberikan dampak signifikan terhadap perilaku
konsumtif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan jika dari 74 orang
responden terdapat 36 orang responden (48%) menyatakan bahwa setuju dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa tertarik melihat produk online shop ketika di
endorse oleh selebgram kesukaan mereka. Berikutnya terdapat 17 orang responden
(23%) yang menyatakan tidak setuju bahwa mereka tertarik untuk melihat produk
online shop ketika di endorse oleh selebgram kesukaan mereka dan sebanyak 13
orang responden (13,6%) yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan
bahwa mereka tertarik melihat produk online shop ketika diendorse oleh selebgram
yang mereka gemari dan idolakan.
Putri Eka Syafitri (2019) membahas pengaruh attractiveness (daya tarik), x2
trustworthines (kepercayaan), dan x3 expertise (keahlian) yang dimiliki celebrity
endorser terhadap minat beli pengguna sosial media instagram secara parsial dan
simultan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa semua variabel memiliki pengaruh
positif serta signifikan.
Otavio Freire (2017) megkaji terkait efektivitas selebriti. Hasil menunjukaan
efektivitas dukungan selebriti ini, serta efek dari konteks yang berbeda pada
dukungan, menunjukkan bahwa meskipun selebriti baru kurang terpengaruh oleh
pujian selebriti, karena mereka menjadi lebih dikenal, untuk menggunakan dukungan
selebriti dengan karisma dan siapa yang berhubungan dalam beberapa cara untuk
selebriti calon, dapat menjadi strategi yang efektif, terutama bagi para pemula di
dunia karier.
Hayley Cocker, Rebecca Mardon and Kate L. Daunt (2021) mengkaji terkait
selebriti dan influencer. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan contoh di mana
dukungan selebriti oleh influencer media sosial (IKM) yang tertanam dalam
komunitas konsumsi online dianggap melanggar oleh sesama anggota komunitas
mereka. Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan tentang tantangan dan
pertimbangan baru yang disajikan oleh konteks komunitas semacam itu untuk
dukungan selebriti.
Ruibin Geng, Shichao Wang, Xi Chen, Danyang Song and Jie Yu (2020)
membahas mengenai sosial media, internet dan selebriti endorsement. Hasil empiris
menunjukkan bahwa upaya generasi konten pemasar dan perilaku interaksi antara
pemasar dan konsumen akan secara signifikan mempengaruhi penjualan e-commerce,
yang mengacu pada efek urutan pertama dari dukungan selebriti internet. Selain itu,
interaksi dalam komunitas penggemar memberikan efek urutan kedua dari pemasaran
konten pada kinerja penjualan.
Patrecia Laneli Rocca dkk (2019) membahas mengenai komunikasi pemasaran
atau marketing communication melalui jasa selebriti Instagram. Penelitian ini
menunjukan kerangka desentralisasi d mengenai dukungan selebriti. Negara dengan
jumlah karya penelitian terbesar di daerah tersebut adalah Amerika Serikat; Juga,
penelitian ini mengungkapkan dokumen yang paling banyak dikutip, juga jurnal
utama tentang tema, kata kunci utama, penulis utama dan diskusi mereka. Setelah itu,
penelitian ini menyajikan tabel yang berisi penulis utama dan tema masing-masing
dalam dukungan selebriti.
Arpita Agnihotri, Saurabh Bhattacharya and Satya Prasad V.K (2018)
membahas mengenai dampak dari beberapa strategi dukungan selebriti merek pada
kinerja perusahaan dan atribut lain yang terkait dengan selebriti pada kinerja
perusahaan. Dalam hal ini, studi ini secara khusus mengeksplorasi peran reputasi dan
pengalaman selebriti, serta media sosial sebagai platform promosi dalam
mempengaruhi efektivitas ekonomi dari beberapa strategi dukungan merek, yaitu
proporsi merek yang didukung dalam portofolio merek perusahaan.

Kajian Teori
Instagram
Pengertian Instagram menurut Clow& Baack (2018). ialah sebuah
jaringan sosial yang memungkinkan untuk saling berbagi gambar serta video.
Jaringan kepunyaan industri Facebook ini mengalami ledakan popularitas lebih dari
520 juta pengguna setiap bulannya. Instagram tidak lagi hanya dijadikan sebagai
wadah untuk memposting foto atau video yang berisikan tentang aktivitas sehari- hari
tetapi juga sudah mulai berkembang menjadi wadah untuk promosi bagi pelaku bisnis,
ada berbagai macam cara yang dilakukan. Salah satunya yaitu promosi dengan
menggunakan jasa artis atau tokoh yang terkenal di masyarakat baik dari prestasi dan
sebagainya yang disebut dengan istilah selebgram dan aktivitas promosi yang ia
lakukan dikenal dengan istilah endorsement.

Selebgram Endorsment
Bagi Shimp ( 2003: 459), endorser merupakan pendukung iklan atau yang
dikenal bintang iklan untuk menunjang penjualan sesuatu produk. Sebaliknya selebriti
merupakan tokoh baik berupa aktor, penyanyi, ataupun atlet dan sebagainya yang
dikenal oleh banyak orang akan prestasinya dalam bidang- bidang yang berbeda
dengan produk yang đidukungnya ( Shimp, 2003: 460). Amir (2017) menerangkan
bahwa selebgram merupakan seorang pengguna Instagram yang mempunyai keunikan
tertentu yang pada keunikannya tersebut dapat menarik pengguna Instagram lain
untuk menjadi pengikutnya di media sosial. Jadi dapat kita simpulkan bahwa
Selebgram endorsment merupakan seorang yang terkenal dan diikuti oleh banyak
pengguna di instagram, baik dari golongan artis, penyanyi, atlet, tokoh warga, ataupun
orang biasa yang menunjang serta mempromosikan suatu produk baik berupa barang
atau jasa yang diikuti dengan subuah gambar saat ia menggunakan produk yang
dipromosikan tersebut serta penambahan keterangan (caption) guna menarik atensi
dan perhatian calon konsumen. Reputasi selebgram juga memengaruhi atensi calon
konsumen yang pada akhirnya melakukan pembelian pada produk yang
dipromosikan.
Ada beberapa kategori ciri- ciri endorsement selebgram diantaranya:
1. Visibility (pandangan) sejauh mana tingkat popularitas selebgram tersebut
2. Kredibility (kredibilitas) mencakup kemampuan serta kepercayaan akan
kualitas yang dimiliki
3. Atractiveness (daya tarik) yang mencakup hal unik atau sebuah keindahan
secara fisik dan dianggap menyenangkan
4. Power ( kekuatan) bagaimana ia dapat memengaruhi calon konsumen atau
para pengikut di akun Instagram yang ia miliki

Minat Beli Konsumen


Minat beli menurut Ashari dalam (Dharma serta Iskandar, 2017) merupakan
ketertarikan oleh konsumen terhadap sesuatu produk berupa barang atau jasa yang
dipengaruhi oleh perilaku baik diluar ataupun pada konsumen tersebut. Sehingga
timbul keinginan untuk membeli saat konsumen tersebut menerima rangsangan dari
produk hingga muncul keinginan untuk (Dharma serta Iskandar, 2017). Bagi Shifman
serta Kanuk dalam (Wang, dkk, 2012) mendefinisikan hasrat pembelian merupakan
sikap transaksi yang cenderung diperlihatkan oleh konsumen saat diulasnya suatu
produk, serta mencerna respon konsumen terhadap suatu produk untuk menjadi tolak
ukur kemungkinan pembelian sehingga mendorong konsumen melakukan pembelian
pada suatu produk, melaksanakan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang
relevan seperti mengusulkan, merekomendasikan, memilah, dan mengambil
kesimpulan untuk dilaksanakannya pembelian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat beli merupakan sebuah
sikap yang terjadi pada konsumen saat sebelum memutuskan untuk membeli suatu
produk yang kemudian mendapatkan dorongan dari luar terhadap produk sehingga
berakhir dengan dilakukannya pembelian. Hal tersebut sangat berpengaruh pada
bagaimana seorang selebgram dapat menyajikan promosi untuk produk tersebut.
Reputasi dan pembawaan seorang selebgram menjadi pengaruh besar untuk
memengaruhi konsumen. Terdapat beberapa indikator minat beli Schiffman serta
Kanuk (2008: 470- 471) diantaranya:
1. Ketertarikan mencari data yang lengkap perihal produk
2. Mempertimbangan untuk membeli
3. Kemauan untuk mengenali dan mengetahui produk
4. Adanya ketertarikan akan produk
5. Adanya keinginan untuk mempunyai produk

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data kualitatif dapat


berupa kata-kata, kalimat-kalimat, narasi-narasi yang diperoleh baik dari wawancara
ataupun observasi (Kriyantono, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif agar memperoleh gambaran bagaimana pengaruh komunikasi
selebgram terhadap minat beli khususnya pada mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi
UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Kemudian teknik pengumpulan data dengan
wawancara semistruktur yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari informan.
Pewawancara memiliki draf pertanyaan tertulis yang akan ditanyakan kepada
informan sesuai dengan apa yang sedang diteliti (Kriyantono, 2006). Pada analisis
data, peneliti akan memilih data yang tepat dan sesuai sebelum disajikan pada
penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian.

Secara teori media sosial yang digunakan menjadi alat komunikasi yang penting
dan memiliki peranan yang tinggi terhadap minat beli mahasiswa Ilmu Komunikasi.
Keterkaitan dua hal tersebut menjadi dasar dalam pengambilan keputusan pelaku
usaha untuk bekerja sama dengan selebgram untuk endorse produk suatu dan tujuan
lainnya dari selebrgam adalah memperkuat persoal branding (Fajar, 2021)

Kemampuan selebgram dalam mengkomunikasikan produk yang di endorse


sangat berpengaruh pada ketertarikan mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk membeli.
Selebgram diibaratkan sebagai juru bicara untuk menyampaikan keunikan produk
agar tertanam di benak konsumen. Sehingga muncul ketertarikan mahasiswa Ilmu
Komunikasi untuk membeli. Strategi pemasaran online menggunakan endorsement di
Instagram, keterampilan berkomunikasi dibutuhkan sebagai strategi untuk
mendapatkan perhatian para pengguna media sosial instagram khususnya terhadap
produk yang dipasarkan, sehingga terciptanya keinginan dari calon konsumen untuk
membeli produk yang ditawarkan.

Hubungan variable promosi selebgram dan minat beli mahasiswa Ilmu


Komunikasi dapat erat apabila kemamampuan selebram selalu gencar melakukan
promosi persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi dapat berubah. Di satu sisi, belanja
online sangat mudah dilakukan tanpa membuang waktu dan tenaga. Cukup di rumah
dengan koneksi internet dan uang yang cukup maka barang akan sampai di rumah
sengan selamat.

Tetapi disisi lain maraknya endorse tentang produk-produk yang sebenarnya


tidak menjadi kebutuhan pokok bisa jadi ingin dibeli akibat tergiur testmoni dari
selebgram. Bagi selebgram mengendorse suatu produk merupakan kegiatan yang
menguntungan, karena kegiatan konsumsi yang dilakukannya sama dengan pekerjaan,
lalu ia akan mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Berbeda dengan
masyarakat biasa yang melihatnya dan akibat dari kemampuan endorse yang
mumpuni masyarakat terumtama followers kemudian berminat membeli produk
tersebut. Tetapi belum tentu produk tersebut memang sangat dibutuhkan. mahasiswa
Ilmu Komunikasi membeli karena tergiur dengan endorse selebgram.

Menurut Rahmad, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Mengatakan bahwa salah satu jasa endorse selebgram yang dipakai oleh pelaku bisnis
adalah kecocokan yang sempurna antara karakteristik kepribadian selebgram dan
atribut merek (Rahmad, 2021). Seperti yang dijelaskan pada Attractiveness, melihat
kecocokan produk dengan citra selebgram endorser perlu diperhatikan. Hal tersebut
diperkuat oleh Ahmed dan Farooq (2012) yang menjelaskan bahwa sebuah iklan
dengan dukungan selebriti dan merek adalah hasil yang sangat kongruen yang
dapat mempengaruhi dan dipercayai konsumen kecocokan merupakan model yang
menunjukkan bahwa selebriti harus menarik karena lebih efektif dalam mendukung
produk, produk yang digunakannya dapat meningkatkan daya tarik konsumen
terhadap barang tersebut.

Pada umumnya individu cenderung menyukai orang-orang yang mereka


senangi, cantik atau tampan dan yang banyak memiliki kesamaan. Pendukung
secara fisik yang menarik akan menghasilkan evaluasi iklan dan produk yang lebih
menyenangkan daripada iklan yang menggunakan komunikator yang kurang
menarik. Tetapi, bukti empiris menunjukan bahwa pendukung yang menarik lebih
efektif jika citra pendukung sesuai dengan sifat produk yang didukung.

Sementara itu, celebrity endorser dalam Instagram atau biasa dikenal dengan
“selebgram” merupakan sebutan bagi para mereka yang dipercaya untuk
membawakan produk-produk yang dijual secara online melalui akun Instagram.
Karakteristik sumber pesan merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam
proses komunikasi, karena efek pesan yang diterima komunikan dapat
dipengaruhi oleh kredibilitas komunikator. Aspek-aspek kredibilitas komunikator
menurut Royan biasa dikenal dengan istilah VISCAP yang terdiri dari Visibility,
Credibility, Attractiveness dan Power. Selain 4 (empat) aspek tersebut, product
match up merupakan salah satu aspek komunikator sebagai celebrity endroser.

Diskusi

Usaha pemasaran terdiri atas produk, harga, promosi dan distributor (Schiffman
& Kanuk, 2010). Endorsement yang menjadi salah satu bentuk promosi yang
dilakukan oleh pemilik usaha tidak hanya menjadi faktor utama yang memengaruhi
minat beli. Berdasarkan faktor tersebut, masih ada beberapa yang menjadi
pertimbangan mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam pembelian produk, tidak hanya
endorsement yang termasuk ke dalam bentuk promosi yang dilakukan oleh pemilik
usaha.

Di akhir penelitian, peneliti memberikan pertanyaan mengenai hal apa saja yang
menjadi pertimbangan subjek dalam membeli suatu produk yang di mana hal ini
adalah faktor eksternal yang memengaruhi pengambilan keputusan membeli pada
mahasiswa Ilmu Komunikasi. Didapatkan dari hasil pengambilan data tersebut bahwa
promosi tidak banyak dipertimbangkan oleh subjek dalam pembelian, subjek lebih
mempertimbangkan produk, harga dan distribusi suatu produk.

Schiffman dan Kanuk (2010) minat beli adalah sesuatu yang subjektif pada tiap
individu karena minat beli akan muncul ketika atribut pada suatu produk telah
memenuhi nilai fungsional yang sesuai dengan kebutuhan subjek. Menurut Kotler dan
Amstrong dalam Sumaryati dan Gregie (2016) atribut produk adalah karateristik pada
suatu produk yang melengkapi fungsi dasarnya dan dapat dijadikan sebagai
pengembangan yang didasari oleh manfaat yang akan diberikan.

Manfaat tersebut dapat dilihat dalam hal kualitas, fitur, dan desain produk. Hal ini
memiliki kesesuaian dengan data yang didapatkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil
analisis tambahan, pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan
endorsement selebgram ditunjukkan hasil adanya perbedaan yang signifikan minat
beli

Faktor produk memiliki jumlah pemilih yang lebih banyak dibandingkan dengan
faktor yang lain yaitu, harga, promosi dan distributor. Produk menjadi hal yang sangat
dipertimbangkan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam proses pembelian yang ada
pada suatu produk akan membantu proses evaluasi pada mahasiswa Ilmu Komunikasi
mengenai produk mana yang akhirnya akan ia beli.

Hasil yang tidak signifikan pada penelitian ini bisa juga disebabkan oleh
pengaruh role model. Sejalan dengan penelitian yang berjudul “Do role models
influence teenagers’ purchase intention an behavior?” yang dilakukan oleh Martin dan
Bush (2000) dimana minat beli remaja ditinjau pengaruhnya dari beberapa role model,
yakni ayah, ibu, atlet dan entertainers. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa
role model yang berpengaruh besar terhadap minat beli remaja adalah ayah disusul
dengan ibu dan entertainers. Ayah dan ibu menjadi role model yang memiliki
pengaruh besar dalam minat beli remaja yang nantinya akan mengarah ke tindakan
pembelian. Dilengkapi oleh penjelasan dari Schiffman dan Kanuk (2010) faktor
eksternal dalam proses pengambilan keputusan pembelian selain dipengaruhi oleh
pemasaran yang dilakukan pemilik usaha terdapat pula pengaruh lainnya yaitu dari
lingkungan sosial-budaya

Lingkungan sosial-budaya terdiri atas keluarga, sumber informal, sumber non-


komersial, tingkat sosial, budaya dan sub budaya. Pada penelitian ini ditunjukkan
bentuk promosi pada suatu produk tidak banyak dipertimbangkan oleh subjek saat
pembelian produk. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat
ditarik kesimpulan bahwa selebgram belum menjadi role model yang mempengaruhi
proses pengambilan keputusan pembelian bagi mahasiswa uin suska riau.

Apabila ditinjau dari atribut yang dimiliki seorang selebgram, maka individu
yang fotonya digunakan pada strimulus endorsement selebgram pada penelitian ini
tidak dapat mencerminkan atribut seorang selebgram. Dijelaskan oleh Menurut Shimp
(2003) atribut dasar seorang endorser, seperti Attractiveness. Attractiveness yaitu
seorang endorser memiliki daya tarik yang tidak hanya berarti daya tarik fisik, tetapi
daya tarik juga meliputi sejumlah karateristik yang dapat dilihat khalayak dan
menjadi keunikan atau kelebihan yang dimiliki seorang endorser; kecerdasan, sifat-
sifat kepribadian, gaya hidup, keatletisan postur tubuh.

Atribut dasar seorang endorser yang kedua yaitu Credibility. Hal tersebut
mengacu pada kecenderungan untuk percaya kepada seseorang. Kredibilitas memiliki
dua sifat penting, yaitu: 1) Expertise, mengacu pada pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang dimiliki endorser berhubungan dengan produk yang di iklankan. 2)
Truthworthness, mengacu kepadakejujuran, integritas, dapat dipercayainya seorang
sumber

KESIMPULAN

Instagram adalah media sosial yang terus naik penggunanya. Di dalam instagram
memuat endorse mengenai online shop maupun produk-produk yang disampaikan
oleh selebgram sebagai celebrity endorsement. Banyaknya endorse yang terdapat
didalamnya, membuat orang yang melihatnya tertarik dan berminat untuk membeli
produk yang dijual. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
secara umum khususnya pengikut dari selebgram tertarik melihat barang-barang yang
digunakan oleh selebgram, dan membeli produk karena terlihat bagus ketika
digunakan selebgram dan reviewreview yang menggiurkan. Mahasiswa Ilmu
Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riau juga membeli produk online shop yang
dipromosikan oleh selebgram yang mereka ikuti, dan ada kemungkinan untuk
membeli produk tanpa memperdulikan manfaat dan kegunaannya

Anda mungkin juga menyukai