Anda di halaman 1dari 8

Christina Ivana Larasati

19/443106/SP/28970
UAS Komunikasi Digital dan Media Baru
Tema/ Topik: Industri Informasi Digital

Melakukan Pemasaran Produk Kreatif dengan Endorsement


Bukanlah tanpa sebab mengapa era ini bisa disebut dengan era digital. Pasalnya,
seluruh kegiatan masyarakat kebanyakan pasti sudah dibantu dan didukung oleh
teknologi dan perangkat digital. Sebut saja jika ingin memesan makanan, kini tak
perlu repot-repot berbelanja bahan masakan ke supermarket atau membeli makanan
ke restoran, melainkan dapat memesan via daring dan makanan langsung dapat
sampai ke rumah kita. Hal tersebut juga berlaku pada belanja kebutuhan sehari-hari.
Dengan munculnya berbagai aplikasi belanja via daring, kini tak perlu membuang
waktu untuk pergi ke pusat perbelanjaan dan memilih barang dengan berkeliling ke
berbagai tempat seharian penuh. Cukup di kamar, bermodal koneksi internet, kita
dapat memilih barang apa saja yang kita mau untuk dibelanjakan, dan menunggu
barang tersebut tiba dengan tetap berada di rumah.
Sistem jual beli via daring ini pun semakin menarik dengan adanya promosi,
varian harga, sampai varian barang yang beragam sehingga masyarakat dapat memilih
barang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, hingga kemampuan mereka dalam
membeli barang. Namun, banyaknya barang pun juga menjadi ancaman bagi para
penjual karena dengan banyaknya varian yang ada berarti juga banyak saingan dalam
menjual dan meraih keuntungan dalam pasar jual-beli via daring. Para penjual harus
memiliki strategi yang inovatif dan menarik dalam penjualan agar barang tersebut
dapat tetap laku dan menarik hati para masyarakat untuk dibeli.
Era digital ini pun membuat strategi penjualan dapat lebih menarik, inovatif, dan
kreatif lagi. Banyak sekali fasilitas yang mumpuni dengan adanya platform digital
yang membuat strategi penjualan dan pemasaran dapat lebih variatif dan kreatif lagi.
Salah satu hal yang dapat dimanfaatkan dengan berkembangnya era digital ini untuk
strategi penjualan dan pemasaran barang adalah hadinya media sosial. Hadirnya
berbagai kanal media sosial dan fasilitas yang ada di dalamnya membuat para penjual
dapat berkreasi sekreatif mungkin untuk menentukan strategi pemasaran demi
keuntungan dan tujuan yang ingin mereka raih.
Lihat saja pada media sosial Instagram dan YouTube. Kini, mereka memiliki
fasilitas untuk memasangkan iklan pada penayangan konten sehingga para penjual
dapat dengan mudah menayangkan produk mereka secara acak kepada audiens yang
ingin mereka tuju. Selain itu, pada kedua kanal ini, kini sedang tren strategi penjualan
promosi dari mulut ke mulut atau yang dikenal dengan istilah endorsement. Menurut
Hartini dalam Hardilawati, Binangkit, dan Perdana (2019), endorsement merupakan
bentuk kerjasama antara kedua pihak yang saling menguntungkan dengan satu pihak
sebagai penjual memberikan barang dan fee kepada kreator di kanal media sosial dan
kreator akan mempromosikan barang yang dikirimkan ke akun media sosial mereka.
Biasanya terjadi antara online shop dengan artis atau selebgram pada kanal Instagram
karena memiliki banyak penggemar dan pengikut yang bermanfaat untuk
meningkatkan penjualan bagi online shop maupun produk serta jasa tertentu. Kegiatan
endorsement yang ada, secara tidak langsung akan mempengaruhi followers di
Instagram tersebut dan dapat membentuk kesadaran merek.
Tak hanya Instagram, kanal YouTube pun juga dijadikan ajang endorsement oleh
para kreator dalam mempromosikan barang-barang client yang ingin dipromosikan
dengan menyisipkan barang pada konten video yang mereka unggah. Tak jarang,
penggunaan YouTube dan Instagram menjadi ajang efektif dalam mempromosikan
produk yang akan dipasarkan kepada masyarakat. Lantas, mengapa ajang
endorsement dapat menjadi hal efektif dalam pemasaran produk di era digital
sekarang ini?
Hal ini sebenarnya sudah sangat jelas karena endorsement diartikan sebagai cara
promosi di akun media sosial artis dengan cara pemilik/penjual online shop
memberikan produk/barang secara gratis kepada sorang artis, kemudian artis tersebut
mengupload foto dirinya bersama barang tersebut di akun pribadi media sosialnya
(female daily dalam Vajrin, 2013). Dengan definisi tersebut, maka dapat dilihat
keberhasilan strategi penjualan produk tergantung pada artis yang menjadi objek yang
mempromosikan dan pengikut artis dalam meningkatkan engagement produk yang
dipromosikan.
Berarti, cara kerja endorsement ini bukan lagi tergantung pada perusahaan suatu
produk dalam menjalankan strategi pemasaran dan penjualan melainkan tergantung
pada artis yang dipercaya oleh suatu perusahaan tersebut untuk mempromosikan
produk tersebut. Keberhasilan endorsement ini pun juga tergantung pada rating artis
yang ada sebelumnya dan engagement yang dihasilkan oleh pengikutnya. Jika seorang
artis sudah memiliki banyak pengikut, diasumsikan bahwa banyak pula yang melihat
konten mereka sehingga menjadi salah satu pertimbangan suatu perusahaan untuk
membidik artis sebagai orang yang dipercaya untuk mempromosikan produk yang
ada. Namun, pengikut artis pada kanal YouTube dan Instagram saja tidak cukup untuk
menjadi pertimbangan suatu perusahaan mempercayakan produk mereka untuk
dipromosikan oleh sang artis. Banyak aspek juga yang harus dipertimbangkan suatu
perusahaan dalam membidik artis untuk melakukan endorsement produk mereka.
Yang pertama adalah kemampuan pemasaran atau strategi pemasaran dari sang
artis. Seperti menurut Kotler dalam Mashuri (2019), Kotler (2005) menyebutkan
bahwa strategi pemasaran adalah suatu mindset pemasaran yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan pemasaran, dimana di dalamnya terdapat strategi rinci
mengenai pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran dan budget untuk
pemasaran. Kotler (2008) mendefinisikan alat pemasaran kedalam 7P atau sering
disebut marketing mix yaitu: produk, tempat, harga, promosi, orang, bukti fisik dan
proses. Maksudnya, dalam konteks ini, seorang artis yang dipercaya untuk melakukan
kegiatan endorsement harus memiliki mindset berbasis pemasaran agar dalam
melakukan endorsement suatu produk, target pasar suatu perusahaan yang menjual
produk tersebut dapat tercapai.
Hal ini sangat penting dalam pertimbangan seseorang membidik artis untuk
melakukan endorsement. Jika seorang artis hanya menjual jumlah pengikut tanpa
memikirkan strategi pemasaran, maka target pemasaran yang diinginkan suatu
perusahaan pun akan sulit dicapai. Karena, jika seorang kreator dalam kanal mereka
mempromosikan suatu produk tanpa memikirkan strategi pemasaran atau target yang
ingin dicapai, maka kegiatan yang dilakukan pada endorsement cenderung kaku,
membosankan, dan tidak inovatif ataupun menarik sehingga masyarakat pun juga
enggan menengok ataupun mencari tahu tentang produk yang sedang dipromosikan.
Dalam hal strategi pemasaran, dibutuhkan juga kemampuan persuasi dan retorika
yang baik dan mumpuni dalam diri artis untuk mempromosikan suatu produk. Seperti
kita tahu, Persuasi merupakan proses simbolik yang mana para komunikator berupaya
meyakinkan orang lain bertujuan merubah sikap atau perilaku berkaitan dengan isu m
elalui transmisi pesan tanpa pemaksaan (Perloff dalam Parahita, 2019). Sedangkan,
Retorika merupakan rancangan pesan yang akan disampaikan dengan tujuan untuk
membujuk orang lain. Persuasi maupun retorika merupakan kedua hal yang saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Karena tidak akan menjadi suatu pesan yang bai
k apabila hanya memiliki retorika saja tanpa persuasi, dan pesan tersebut hanya seked
ar menjadi pesan retoris tanpa adanya persuasi yang dilakukan oleh pembicara. Jika t
idak memperhatikan elemen-elemen retorika dan persuasi, pesan tidak dapat disampai
kan dengan baik dan akan terjadi bias makna yang besar.
Para artis yang menekuni bisnis endorsement kepada suatu perusahaan dalam
kanal Instagram dan Youtube sangat memerlukan retorika dan persuasi tersebut.
Karena, seperti yang sudah saya sebutkan, strategi pemasaran dan target pemasaran
suatu perusahaan sudah dilimpahkan pada artis ketika adanya kerjasama endorsement
di antara kedua belah pihak. Seorang artis atau kreator tersebut memiliki tanggung
jawab untuk memenuhi target pemasaran dan jangkauan yang diinginkan oleh suatu
perusahaan dalam penjualan suatu produk. Dalam praktiknya, seorang artis tidak
hanya membutuhkan pengikut yang banyak, namun engagement dan taktik menarik
untuk menarik para audiens agar tertarik membeli produk tersebut. Dengan
penggunaan persuasi dan retorika yang baik dan berkualitas, maka diharapkan para
artis dapat membujuk para pengikut dalam membeli produk yang dipromosikan
sehingga target pemasaran dan penjualan suatu produk dalam perusahaan terpenuhi.
Dalam penggunaan retorika dan persuasi, para artis juga perlu melakukan riset.
Seperti menurut Mashuri (2019), Dalam menjalankan strategi pemasaran, dalam
konteks ini melalui persuasi dan retorika, dalam praktik akan strategi tersebut harus
melalui penelitian dan kajian yang mendalam sehingga produksi yang akan
dipasarkan akan mampu memenangi kompetisi dan lebih survive. Hal-hal lain yang
juga harus lebih diperhatikan dalam strategi marketing adalah berupa penjelasan
tentang produk, desain produk, promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi
kepada konsumen, sampai dengan pengiriman produk agar bisa sampai ke tangan
konsumen secara lebih cepat dan tepat. Strategi marketing yang up to date era
digitalisasi saat ini menjadikan produsen menjadi semakin lebih dekat dengan
kehidupan konsumen sehari-hari. Strategi marketing melalui media digital merupakan
langkah yang efektif dan efisien karena rantai saluran pemasaran akan menjadi
semakin pendek. Banyak produsen yang membuat suatu produk, tapi tidak menjual
secara langsung produknya kepada konsumen akhir (end user), pertimbangan biaya
distribusi menjadi faktor utama produsen memilih mendistribusikan produknya
sendiri ke konsumen akhir terutama untuk wilayah pemasaran yang belum tercover
oleh perusahaan.
Dalam hal ini, bukan tanggungan suatu perusahaan dalam melakukan penelitian
terhadap persuasi dan retorika untuk mengenalkan produk, melainkan artis. Maka,
artis dalam menjalankan endorsement harus pintar melakukan riset tentang apa saja
dari mulai serba-serbi produk yang akan di promosikan, atau bagaimana cara menarik
pengikutnya, bahkan hingga hal detail tentang hal menarik yang sedang digandrungi
oleh para pengikut dan masyarakat luas. Dengan melakukan riset terkait hal tersebut
atau yang sudah saya paparkan diatas, diharapkan para kreator atau artis pada kanal
YouTube dan Instagram dapat mengetahui cara persuasi, retorika, maupun strategi
pemasaran terhadap produk yang akan digunakan.
Dengan mengetahui strategi pemasaran, persuasi, retorika, maupun cara riset
yang berkualitas, maka sebagai artis maupun kreator pada ranah digital dapat dengan
mudah melakukan kegiatan endorsement dengan memanfaatkan kanal yang mereka
gunakan. Pemanfaatan kanal yang para artis lakukan ini adalah poin penting dari
segala hal tentang seluk beluk endorsement. Jika para kreator memiliki teori tetapi
tidak dapat memanfaatkan kanal YouTube dan Instagram dengan baik, maka hasilnya
sama saja tidak ada. Pemanfaatan yang saya maksud adalah pemanfaatan fasilitas-
fasilitas yang ada di dalamnya. Seperti pada Instagram ada fasilitas instastory untuk
mempromosikan produk dengan durasi singkat, atau IGTV yakni fasilitas
mengunggah video dengan durasi lebih dari satu menit, bahkan postingan feeds biasa
seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik sesuai strategi, persuasi, dan retorika
yang mereka miliki.
Contoh artis atau kreator yang berhasil dalam melakukan endorsement pada kanal
YouTube dan Instagram adalah Arief Muhammad. Dengan mengetahui privilege
bahwa ia memiliki pengikut di instagram sebanyak 2.4 juta dan 2,57 juta subscribers
di YouTube, ia dalam menjalankan praktik endorse kepada produk yang bekerja sama
dengannya tidak main-main. Hal ini dapat dilihat pada saat ia menjadi brand
ambassador produk pakaian Erigo. Dalam mempromosikan berbagai produk pakaian
mulai dari kaos, celana, sepatu, ataupun jaket, Arief Muhammad sangat teliti
menganalisis produk dan menjalankan praktik persuasi dan retorika.
Hal ini dapat dilihat dengan Arief sangat tahu bahwa pengikutnya adalah
masyarakat muda yang senang berinteraksi dan sangat mudah untuk ditarik
perhatiannya. Maka, Arief melakukan pendekatan persuasi sehari-hari dengan
mempromosikan produk Erigo dengan memakainya pada casual vlog, traveling vlog,
atau saat ia mengabadikan momennya sehari-hari dalam kanal YouTubenya. Atau, ia
membuka giveaway terhadap produk tersebut sehingga pengikutnya tertarik mencoba
produk berkiblat street style tersebut. Arief atau yang akrab disapa abang oleh para
pengikutnya pun juga hampir setiap hari menawarkan produk Erigo ini dengan cara
storytelling dan seolah-olah penawarannya tersebut bukanlah kegiatan endorsement
melainkan hanya bercerita dan berbagi informasi bahwa ia sedang memakai produk
dari Erigostore.
Retorika yang dipakai Arief pun menurut saya menarik. Alih-alih memaksa para
pengikutnya untuk melihat produk Erigo atau membelinya, ia pun pada saat promosi
hanya memamerkan produk-produk yang sedang dikenakannya mulai dari ujung kaki
hingga ujung kepala dan berkata bahwa ini produk yang keren. Sekali lagi, tanpa ada
kata-kata mengajak yang bersifat memaksa dan langsung seperti orang melakukan
kegiatan endorsement atau persuasif kebanyakan. Kegiatan endorsement yang
dilakukan Arief Muhammad ini pun cukup efektif. Hal ini dibuktikan dengan riset
yang dilakukan Indah, Bulan, dan Sudrajat (2019), bahwa besar pengaruh yang
diberikan selebriti endorser Arief Muhammad terhadap brand image Erigo Store
ditunjukan oleh nilai koefisien determinasi sebesar 50.1%. Jadi celebrity endorser
Arief Muhammad memberikan pengaruh terhadap brand image Erigo Store sebesar
50.1%.
Tak hanya Arief Muhammad, Tasya Farasya yang merupakan beauty vlogger ini
juga termasuk salah satu kreator yang digemari masyarakat saat melakukan praktik
endorse. Berbeda dengan Arief yang menggunakan pendekatan persuasif halus namun
sampai, Tasya Farasya melihat bahwa audiensnya yang kebanyakan adalah
perempuan ini merupakan audiens yang suka dengan persuasi langsung dan lebih
heboh. Hal ini dapat dilihat dari konten pada kanal YouTubenya yang memiliki
subscribers sebanyak 3.72 juta ini. Tasya seringkali mengunggah konten regular
berupa honest review produk make up dengan pemakaian langsung pada wajah
perempuan berketurunan Arab tersebut. Tasya juga setiap hari mengunggah instastory
pada akun instagram pribadinya, @tasyafarasya, produk-produk yang memang ia suka
dan rekomendasikan. Ibu satu anak ini sama sekali tidak ragu dan seringkali
menggunakan retorika memaksa namun bercanda kepada audiensnya untuk
mempromosikan suatu produk. Walaupun hal ini jauh berbeda dengan apa yang
dilakukan Arief, namun hal ini juga dapat dikatakan efektif. Seperti menurut hasil
riset Wardani (2020), hipotesis yang menyatakan bahwa variabel celebrity endorser
Tasya Farasya berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian
produk makeup dapat diterima, Indikator yang dominan dari Celebrity Endorser
adalah trustworthiness (keterpercayaan) dengan sub indikator Tidak Suka Berbohong
sebesar 55,5% dan respect (kualitas dihargai) dengan sub indikator Tingkat
kepedulian celebrity responden lebih menyakini keterpercayaan dan kualitas dihargai
yang dimiliki oleh Celebrity Endorser Tasya Farasya dalam mengulas suatu produk
kosmetik atau makeup.
Dari pemaparan di atas, dapat saya simpulkan bahwa pada era yang serba digital
ini, penjualan produk semakin dinamis dan kreatif. Maka dari itu, strategi pemasaran
dan penjualan suatu produk juga harus beradaptasi dan semakin berinovasi.
Endorsement adalah salah satu jawaban dalam melakukan strategi pemasaran suatu
produk di era digital ini. Dengan memanfaatkan kanal-kanal media sosial seperti
YouTube dan Instagram, kegiatan endorsement merupakan kegiatan penjualan produk
secara halus melalui artis atau kreator yang berkecimpung dalam kanal tersebut. Pada
praktiknya, endorse pun tidak hanya sekedar endorse. Namun, seorang artis yang
menjadi celebrity endorser juga harus memiliki audiens, persuasi, retorika, serta
kemampuan membaca kondisi masyarakat dari hasil riset masing-masing untuk
menjangkau target penjualan dari produk client.
Dengan mengetahui hal ini, diharapkan kita sebagai generasi muda dapat
memanfaatkan kanal media sosial di era digital ini dengan baik dan berkualitas untuk
melakukan penjualan atau membidik celebrity endorser dengan baik. Sehingga,
kedepannya, produk yang kita tangani mendapatkan target penjualan dan tujuan yang
efektif maupun sesuai harapan.

REFERENSI

Hardilawati, W. L., Binangkit, I. D., & Perdana, R. (2019). Endorsement: Media


Pemasaran Masa Kini. JIM UPB (Jurnal Ilmiah Manajemen Universitas Putera
Batam), 7(1), 88. https://doi.org/10.33884/jimupb.v7i1.920

Indah, S., Bulan, S., & Sudrajat, R. H. (2019). Pengaruh Penggunaan Celebrity
Endorser Arief Muhammad di Instagram Terhadap Brand Image Erigo Store
Program Studi Ilmu Komunikasi , Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis .
Universitas Telkom Bandung , Jl . Telekomunikasi No . 01 Terusan Buah Batu ,
Bandung . 5(2), 322–332.

Mashuri, M. (2019). Analisis Strategi Pemasaran UMKM Di Era 4.0. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Kita, 8(2), 215–224. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/314825-analisis-strategi-pemasaran-
umkm-di-era-bc2ea87f.pdf
Parahita, Desti Gilang. (2019). Persuasi dan Retorika. Bahan Ajar Mata Kuliah
Komunikasi Publik Departemen Ilmu Komunikasi UGM.

Vajrin, A. S. (2013). Persepsi Generasi Z Tentang Endorsement Dan Paid Promote


Produk Fashion @Erigostore Di Instagram. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Wardani, K. N. (2020). Pengaruh Celebrity Endorser Tasya Farsya Terhadap


Keputusan Pembelian Makeup. Commercium, 02(02), 125–128.

Anda mungkin juga menyukai