Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN IDEOLOGIS DAN PEMAKNAAN FASHION PADA

“JAMET KUPROY”
(JAWA METAL KULI PROYEK)

Oleh
Firman Mutaqin
NIM: 27119025
(Program Studi Magister Desain)

Abstrak

Fashion memilikni makna sebagai identitas diri bagaimana orang dapat mengomunikasikan nilai
status, kepribadian, identitas, dan perasaan kepada orang lain, menjadikan fashion sebagai alat
untuk untuk berekspresi menyampaikan pesan yang tidak bisa terucap secara verbal. Pada
penelitian ini mencoba mengkaji mengenai fenomena hadirnya istilah kata jamet, dan mencari
tahu makna yang tekandung pada fashion jamet tersebut.

Secara terminologi Kata jamet sendiri singkatan dari kata jawa metal, ada juga yang
menyebutnya jajal metal. Jajal metal sendiri merupakan sebutan bagi seseorang yang mencoba
untuk berpenampilan “metal” namun dengan style yang terkesan tidak cocok, biasanya dengan
rambut emo yang kurang nyetel, sehingga berkesan norak. Penyebuta jamet sendiri berasal dari
sebuah sindiran atau sebuah ledekan dari seseorang yang melihat seseorang berpenampilan
demikian, bukan dari orang yang mengenakan fashion tersebut, sedangkan istilah kuproy sendiri
diciptakan oleh masyarakat umum yang artinya sendiri adalah kuli proyek.

Metode analisisi sendiri dengan melihat akar sumber inspirasi fashion yang digunkan para jamet
berlandaskan teori Barthes mengenai “the language of fashion”, bahwa setiap bentuk fashion
pasti mengandung pesan tertentu yang kemudian ingin disampaikan oleh pemakainya. Lalu
dinilai kesamaan makna antara sumber inspirasi fashion dan gaya penampilan jamet yang
dikenakan sekarang.

Pada analisis yang dilakukan didapati gaya berbusana jamet terinspirasi dari gaya berbusana 3
genre musik yaitu emo, hophop dan dangdut. Setelah meliat faktor historis ketiga genre tersebut
didapati garis besar nilai yang dikemukakan para jamet itu sendiri berupa faham “ideologi pro
kemapanan” dimana para jamet ini lahir dari kalangan masyarakat kelas bawah yang mencoba
untuk menyuarakan dan menampilkan status sosialnya kepada umum dengan mempertontokan
gaya berbusana yang keren menurut mereka.

Kata kunci : Fashion, Ideologi, Jamet, Terminologi

Pendahuluan

Pada kehidupan sehari hari kita sering mendengar kata fashion, dan kita sering
mengidentikan kata fashion dengan busana, padahal dalam arti lain fashion dapat dikatakan
sebagai sebuah fenomena tren yang terjadi di masyarakat. Menurut Alex Thio fashion bisa
mencakup apa saja yang diikuti oleh banyak orang dan menjadi tren. Fashion juga berkaitan
dengan unsur novelty atau kebaruan, (Thio, 1989: 582). Sehingga seuatu hal yang baru
mengenai sebuah artefak dan melibatkan banyak orang bisa dikatakan menjadi sebuah
fashion. Pendapat lain juga menyatakan bahwa “Fashion terutama busana, merupakan sisi
kehidupan masyarakat yang saat ini sedemikian penting sebagai salah satu indikator bagi
muncul dan berkembangnya gaya hidup (life style)” (Featherstone, 2001: 197).

Yang menjadi faktor utama berkembangnya tren fashion adalah perkembangan media sosial,
dengan berkembangnya media sosial masyarakat selalu ingin mencoba menyamakan cara
berpakaian mereka seperti apa yang mereka idolakan. Contoh pada era sekarang ini banyak
orang yang berbodong-bondong mengikuti gaya berpakaian ala korea dangan
berkembangnya film ataupun industri musik di negara tersebut, lalu pada beberapa dekade
lalu kita juga disuguhkan dengan gaya emo yang banyak diikuti banyak remaja di Indonesia.
Jika dilihat lebih jauh maka fenomena ini dapat dianggap sebagai sebuah komoditas di era
modern.

Selain itu gaya berpakaian juga dianggap mampu untuk menyampaikan sesuatu, pernyataan
ini didukung oleh teori Barthes mengenai “the language of fashion”, bahwa setiap bentuk
fashion pasti mengandung pesan tertentu yang kemudian ingin disampaikan oleh
pemakainya. Fashion merupakan obyek yang dianggap bisa menyampaikan makna dan
maksud maksud tertentu dari pemakainya. Oleh karena itu dengan pakaian yang dikenakan
diharapkan orang bisa menilai tanda-tanda yang ditampilkan. Misalnya saja gaya busana
anak punk, yang selalu memakai baju dan celana warna hitam-hitam, ingin menunjukkan
pesan yakni kebebasan.

Fashion memilikni makna sebagai identitas diri bagaimana orang dapat mengomunikasikan
nilai status, kepribadian, identitas, dan perasaan kepada orang lain, menjadikan fashion
sebagai alat untuk untuk berekspresi menyampaikan pesan yang tidak bisa terucap secara
verbal.

Gambar Gaya berpakian jamet


(sumber: https://www.idntimes .com/, diakses 10 Mei 2020)

Pada beberapa waktu terakhir terjadi fenomena yang cukup unik dan menjadi viral di media
sosial, fenomena tersebut ada adalah munculnya istilah jamet / jamet kuproy /atau jamet
Madura. Fenomena ini terjadi belakangan menjadi ramai diikuti dengan berkembanganya
aplikasi Tiktok yang merupakan aplikasi sharing video. Persona yang ditampilkan “jamet”
menarik perhatian masyarakat Indonesia. Kita diperlihatkan oleh sebuah penampilan para
jamet yang menari-nari gemulai dengan iringan lagu tradisional Minang "Dinding Badinding"
yang diremix menjadi dj dengan alunan ala dj pasar malam. Lalu kita lebih mengenal meraka
dengan istilah jamet atau jamet kuproy.

Gaya berpakaian mereka bisa dibilang cukup unik menganakan baju yang oversize, dengan gaya
rambut khas gaya emo yang popular di era 2000-an, gaya ini benar-benar berbeda dengan budaya
arus utama 'mainstream' sekarang. Fenomena ini menjadi menarik untuk diteliti bagi penulis
untuk dapat menelisik maksud dan pesan yang terkandung dari fonomena jamet tesebut. Penulis
mencoba untuk menelaah ideologi yang ingin disampaikan gaya fashion jamet yang berkembang
belakangan ini.

Etimologi dan Terminologi istilah Jamet dan Kuproy

Bila ditelaah secara etimologi terdapat berbagai macam pendapat. Istilah kata “jamet”
sebenarnya sudah ada sejak dulu, namun baru populer baru-baru ini. Istilah jamet dulu dan
sekarang memiliki arti yang berbeda, jika dulu jamet memilik kepanjangan “jablay metal”.
Arti “jablay” berasal dari kata “jarang di belai” yang sekarang ini banyak digunakan sebagai
sebutan untuk para wanita tuna susila

Sedangkan arti “metal” disini bukan seorang wanita yang menyukai aliran musik Heavy
metal, melainkan wanita yang berpenampilan kurang rapi layaknya para rocker metal
(pemain musik metal). Jadi, jamet (jablay metal) adalah seorang wanita tuna susila yang
berpenampilan eksentrik atau kurang rapi.
Gambar Gaya berpakian jamet
(sumber: https://www.idntimes .com/, diakses 10 Mei 2020)

Lalu belakangan nama itu berubah secara umum menjadi singkatan dari kata jawa metal, ada
juga yang menyebutnya jajal metal. Jajal metal sendiri merupakan sebutan bagi seseorang yang
mencoba untuk berpenampilan “metal” namun dengan style yang terkesan tidak cocok, biasanya
dengan rambut emo yang kurang nyetel, sehingga berkesan norak.

Penyebuta jamet sendiri berasal dari sebuah sindiran atau sebuah ledekan dari seseorang yang
melihat seseorang berpenampilan demikian, bukan dari orang yang mengenakan fashion tersebut.
Sedangkan istilah kuproy sendiri diciptakan oleh netijen yang artinya sendiri adalah kuli proyek,
dikarenakan pada video yang para jamet, sering memperlihatkan background bangunan yang
belum jadi sebagai latar mereka berkarya.

Maka secara terminology istilah jamet sendiri merujuk pada seseorang yang ingin tampil gaul
namun dengan biaya minim dan informasi gaya yang didapatkan secara tidak baik sehingga
terkesan kampungan. Ditambah dengan style yang biasanya tidak memperhatikan kecocokan.

Pengaruh Budaya Populer


Dari fenomena jamet ini hal yang disoroti adalah penampilan mereka, bila dilahat secara lebih
luas gaya ini terjadi dikarenkan terjadinya ekspansi budaya. Budaya popular atau pop culture,
adalah style dan sikap yang perspektifnya berbeda dengan budaya mainstream. Hal tersebut
banyak dipengaruhi media massa yang terus dihidupkan dalam berbagai budaya setempat dan
memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat di lingkungan tersebut.

Orang Indonesia cenderung menyukai dan sangat mudah menerima budaya-budaya luar.
Walaupun para jamet ini bisa dikatakan ketinggalan zaman karena gaya emo ini hanya berjaya
pada medio 2000-an. Di negara asalnya sendiri sudah dimulai sejak era 90-an.
penampilan jamet sendiri dapat dikatakan terispirasi dari gaya emo yang berasal dari Amerika,
Emo sendiri selain sebagai aliran musik yang berarti emotional juga merambah kepada gaya
penampilan. Lalu ciri lain adalah baju ukauran besar yang terkesan kedodoran khas dari genre
musik hip hop Amerika yang sering diikuti oleh para jamet. Hal ini terjadi karana pengaruh
budaya popular yang mereka ikuti.
Kajian Ideologi

Gambar Gaya rambut jamet


(sumber: https://www.idntimes .com/, diakses 10 Mei 2020)

Menurut Louis Althusser mengatakan ideologi mentransformasikan individu menjadi subyek,


dengan menghadirkan mereka posisi. Pada fenomena jamet, perkembangan pengikutnya semakin
besar belakangan karena adanya apresiasi, kelompok yang awalnya kecil namun terus diakui
maka munculah kepercayaan diri yang semakin kuat, karena adanya keyakinan dari individu-
individu tersebut bahwa yang dilakukanya merupakan sebuah kebenaran dan nilai nilai yang
ingin diutarakan dapat dengan mudah diterima secara visual, pengakuan pengakuan tersebutlah
yang memberikan mereka posisi di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Althusser
lainya bahwa Ideologi adalah “reproduksi relasi produksi”. Sebuah relasi palsu (salah)
direproduksi seperti tampak benar.

Fenomena ini didukung dengan perkembangan media sosial. Jamet pertama kali diketahui
melalui aplikasi Tiktok, lalu mulailah banyak respon yang beragam dan menjadikanya viral pada
saat ini, Aplikasi inilah yang menjadi perangkat persebaran dan pengaruh baru sehingga banyak
pengikutnya, dan dari beberapa informasi yang didpatkan bahwa sekarang sudah terdapat
komunitasnya di Madura. Bukan tidak mungkin Fenomena jamet akan menjadi sebuah ideologi
baru di masyarakat karena secara aspek ideologi, yaitu pengakuan dan posisi yang didapatkan
serta adanya pengikut yang sudah banyak didukung dengan perangkat penyebaran yang sekarang
sedang digandrungi.

Potensi pemaknaan istilah Jamet

Dalam realita masa kini yang sarat dengan istilah image, kehidupan sosial tidak lepas dari yang
namanya penampilan. Penampilan fisik menjadi faktor penunjang utama , dan pakaian menjadi
objek fisik yang paling terlihat apabila berinteraksi dengan orang lain. Karenanya fashion
menjadi symbol non verbal yang ingin disampaikan pengguanya.

fashion and clothing are form of non-verbal communication in that they do not use spoken or
written words (Bar-nard, 1996:26). Selain itu teori Barthes mengenai “the language of
fashion”, bahwa setiap bentuk fashion pasti mengandung pesan tertentu yang kemudian
ingin disampaikan oleh pemakainya.

Dalam sudut pandang semiotik tidak hanya kata-kata dan image tetapi objek itu sendiri bisa
berfungsi sebagai signifier dalam produksi makna. Busana misalnya bukan sekedar cover of
the body tetapi juga mempunyai tanda-tanda karena mereka membentuk makna dan
membawa sebuah pesan. (Barthes, 1967).

Untuk menelaah siombol dan pemaknaan yang terkandung dalam gaya berpakaian jamet
sendiri, penulis mencoba melihat dari perspektif sumber gaya yang disadur dan dijadikan
ispirasi para jamet tersebut dan mencoba mencari tahu ada tidaknya pemaknaan yang
serupa. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa semua yang berbagi code-code fashion
yang sama akan menginterprestasikan tanda-tanda itu relatif sama pula (Hall, 1997:38).

Inspirasi busana dari jamet sendiri seperti yang sudah diterangkan bahwa fenomena ini
terpengaruh dari budaya populer. Terdapat 3 budaya fashion yang diikuti dan kental dengan
penampilan para jamet ini.

1. Gaya Emo
Emo atau istilah lainnya Emotion Hardcore berasal dari kata emotion atau emosi atau
perasaan seseorang yang ingin diekspresikan., sedangkan hardcore merupakan genre
musik dengan ciri khas gitar elektrik yang merauang dengan hentakan drum yang
keras. Dilihat dari sejarahnya emo sendiri merupakan sebuah gaya hidup yang lahir
dari cabang atau bentuk perkembangan dan evolusi dari Skinhead dan Punk.
Emo sendiri sebenarnya sudah lama lahir, Emo muncul pertama kali sekitar
pertengahan tahun 1980 di Washington, dan pertama kali diperkenalkan oleh band
beraliran punk-melodic, DC Scene.

Gambar Gaya berpakian Emo


(sumberhttps://www.flickr.com/photos/dakotallansing, diakses 10 Mei 2020)

Sesuai dengan penamaanya (emotion) unsur emosi dan perasaaan, cinta, marah,
asmara banyak dikandung didalamnya. Sabagai sub kultur dari gaya (Skinhead -Punk)
yang anti kemapanan dan sebagai bentuk perlawanan terhadap kemewahan, emo
justru lahir sebagai perlawanan akan ideologi itu sendiri.

Segala jenis atribut yang mereka (Emo) kenakan yang lebih menonjolkan
kemewahan, Emo hanyalah sebuah bentuk kapitalisme musik, dan ideologi pro-
kemapanan. Dengan kata lain gaya emo sendiri adalah proses ekspresi para kaum
marjinal yang ingin terlihat mapan dan diakui dengan penampilan mereka.
2. Gaya Hip Hop
Kultur Hip-Hop sudah berdiri sejak lama sejak tahu 70an di Amerika . diawali dari
gerakan mahasiswa kulit hitam seorang mahasiswa bernama Kevin Donovan
ditugaskan oleh PBB untuk berangkat ke Afrika. Di sana, Kevin mempelajari tentang
makna persatuan dari kepala suku Zulu. Hal ini juga yang mendorongnya untuk
membentuk sebuah gerakan bernama Universal Zulu Nation. Yang pada akhirnya
menjadi cikal bakal aliran musik hiphop.

Gambar Gaya berpakian Hip hop


(sumberhttpshttps://hijabifashions.com/, diakses 10 Mei 2020)

Hiphop sendiri lahir akan kesadaran dan perlawanan atas diskrimanasi ras di
Amerika dan bentuk protes para kaum marjinal terhadap kepemimpinan. Hiphop
menjadi sebuah bagian dari gaya hidup dan ekspresi diri kaum kulit hitam di
Amerika kala itu. Gaya pakaian hiphop sendiri terlihat dari menampilkan pakaian
besar (longgar) seperti baju besar dan celana besar,dan atribut perhiasan yang
memperlihatkan kemapanan.
Lambat laun, budaya Hip-Hop ini tidak hanya menjadi budaya saja, melainkan
sebuah gerakan kesadaran. Semakin banyak aktivis hip-hop bermunculan dari
berbagai elemen, baik itu rapper, beatboxer, DJ, breakdancer, adan juga para
penikmat lainnya.

3. Dangdut
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik populer tradisional Indonesia.
Irama musiknya sangat identik dengan ciri dentuman tabla (alat musik perkusi India)
dan gendang. Jenis musik ini bahkan dianggap sebagai musik khas dari Indonesia.
Musik dangdut diperkirakan mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1968.
Gengre musik ini merupakan asimilasi dari beberapa jenis musik yang berkembang
di Indonesia ketika itu, seperti qasidah, gambus, musik melayu Deli, dan termasuk
pengaruh irama musik Amerika Latin di tahun 1950-an.

Gambar Gaya berpakian Hip hop


(sumberhttpshttpshttps://id.quora.com/, diakses 10 Mei 2020)

Pengaruh musik India melalui film Bollywood, pertama kali dipopularkan oleh Ellya
Khadam dengan lagu Boneka India. Lagu inilah yang dianggap sebagai cikal bakal
musik dangdut. Setelah itu disusul dengan kelahiran tokoh-tokoh dangdut tahun
1968, diantaranya yaitu Rhoma Irama. Di Indonesia sendiri musik dangdut dianggap
sebagai musik rakyat, pengaruhnya tersebar di seluruh Indonesia dan diminati
terutama di kalangan masyarakat.

Dari ketika gaya ini kita dapat melihat beberapa persamaan yang menjadi gambaran akan
makna yang tersirat sehingga diikuti oleh fenomena budaya jamet saat ini :

1. bahwa ke tiga gaya genre musik tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap gaya hidup.
2. Ketiga genre ini berasal dari masyarakat kelas bawah dan cenderung kaum yang
tertindas.
3. Sama sama mencoba berekspresi secara beda mempertontonkan jatidiri baru dan
perlawanan akan system yang sudah ada.
4. Berlandasakan pada ideologi pro-kemapanan. Ingin menunjukan status sosial tinggi
pada masyarakat.

Gambar Skema akulturasi gaya jamet


Dari persamaan tersebut dapat diambil sebuah garis besar bahwa jamet lahir dari kalangan
masyarakat kelas bawah yang ingin menunjukan eksistensi, status sosial, dan nilai atau citra
tertentu yang ingin dicapai dengan memakai busana tersebut. Dalam masyarakat consumer
seperti saat ini, fashion menjadi ciri, identitas dan kepribadian dari pemakainya.

Konsumerisme dan gaya hidup menjadikan prestise citra, perbedaan sebagai suatu
kebutuhan (need), kesemuan dan artifisial yang ada dibaliknya dianggap sebagai kebenaran
(Piliang, 1998:35).

Penutup
Demikian uraian mengenai persoaalan dari fenomena yang diutarakan sebelumnya menganai
lahirnya gaya dan istilah jamet kuproy. Dalam paparan kajian tersebut bahwa fenomena jamet
lahir dari akulturasi gaya dan fashion dari budaya budaya popolar, ketiga gaya diantarany Emo,
Hiphop dan Dangdut. Dari ketiga genre tersebut diperoleh sebuah garis besar bahwa istilah jamet
atau fenomena jamet berasal dari pola pemikiran dan ekspresi diri dari masyarakat kelas bawah
yang ingin dipandang dan dihargai secara status sosial, para jamet ini ingin menujukan istilah
keren dam modis menurut pandangan mereka.
Penanaman nilai ideologi pro kemapanan tersebut didukung oleh media informasi yang sedang
marak digunakan di kalangan remaja yaitu tiktok sehingga nilai nilai yang ingin disampaikan dan
diutarakan dan maksud dari penampilan tersebut memperoleh apresiasi sehingga fenomena jamet
tersebut terus berkembang dan berpotensi menjadi ideologi baru di kalangan masyarakat bawah.
Namun temuan tersebut hanya sebatas pola pemikiran dan kerangka yang bersifat spesifik dan
kurang mendalam, maka ada kemungkinan ditemukan fakta berbeda apabila dilakukan penelitian
dengan prespektif berbeda. Hal ini menjadi rekomendasi penelitian yang menarik untuk
dilanjutkan pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Barnard, Malcolm. (1996 ): Fashion as Communication. London: Routledge Society.

Trisnawati (2011) : Fashion sebagai Bentuk Ekspresi Diri dalam Komunikasi. Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas

Setyanto (2015) : Makna Dan Ideologi Punk. Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Yasraf Amir Piliang.( 1998). Dunia yang Dilipat. Yogyakarta: Mizan.

Tarmawan (2015) : Antara Ideologi dan gaya hidup Grunge. Jurusan Desain Komunikasi Visual,
Universitas Komputer Indonesia

Saidi Acep iwan. (2020) Materi Kuliah: Desain dan kebudayaan .


Tentang Saya

Nama : Firman Mutaqin

Tempat /Tanggal lahir : Bandung , 5 Februari 1995


Alamat : Jl. Gegerkalong Girang No.27,
Kecamatan Sukasari, Kelurahan
Gegerkalong, Bandung
Lulusan S1 : Desain Prodak ITB
No. Telepon : 087824708722
Email : mutaqinfirman @gmail.com

Anda mungkin juga menyukai