Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN SEMIOTIKA KURSI APPALSTERED (APPALLING DAN

UPHOLSTERED FURNITURE) KARYA DENNY R. PRIYATNA


Firman Mutaqin
PENDAHULUAN

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam kehidupan sosial


(Trabaut,1996:3). Segala aspek sosial manusia berupa objek –objek menjadi sumber makna
yang tidak hanya berisi informasi namun hendak mengkomunikasikan dari maksud dan tujian
suatu tanda yang dibentuk.
Tanda pada suatu objek yang umum dapat dijumpai dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Menurut Charles Sander Peirce, Tanda terbagai atas tiga bagian berupa ikon, indeks dan
simbol. Ikon sendiri merupakan sebuah benda fisik, baik tiga dimensi maupun dua dimensi yang
memiliki kesamaan atau kemiripan dari apa yang coba direpresentasikanya. Lalu Indeks adalah
berupa tanda yang memiliki keterhubungan antara (signifier) dan petanda (signified) yang
bersifat kausal atau hubungan sebab akibat Sedangkan symbol adalah tanda yang
menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya berdasarkan konvensi
(perjanjian) masyarakat (Sobur, 2003:41).
Untuk itu makna semiotika juga terkandung dalam produk Artefak manusia , penciptaan sebuah
artefak manusia tidak lepas dari pengadopsian makna-makna yang terkadung di alam sehingga
dapat di representasikan dalam sebuah produk, Tulisan ini ditujukan untuk mengkaji kekayaan
tanda-tanda yang terdapat pada sebuah produk berdasarkan tiga bagiannya yaitu ikon, indeks,
maupun symbol.
Pada pembahasan kali ini lebih menekankan pada analisis nilai seni desain dan semiotika pada
furnitur berupa kursi, hal ini didasari akan pentingnya elemen kursi sebagai sebuah bagian dari
interior yang sering digunakan dalam keseharian. Selain itu kursi memiliki keterikatan dengan
nilai sejarah, fungsi dan nilai budaya dimana kursi seringkali memiliki makna citra dan
kedudukan
Menurut Junaidy, Budaya duduk (seating culture) dengan menggunakan fasilitas duduk (seating
facility) menjadi salah satu bagian terpenting sejarah peradaban manusia. Kursi memiliki makna
yang lebih kompleks dibandingkan meja atau jenis perabot furnitur lainnya, hal ini disebabkan
hubungan interaksi manusia dengan kursi secara fisikal maupun psikologis yang sangat erat.

1
Objek kursi yang diambil dalam pembahasan kali ini adalah Kursi yang dirancang oleh Denny R.
Priyatna seorang Desainer Produk dan Furnitur asal Indonesia dengan karyanya yaitu
Appalstered (appalling + upholstered) bahasan ini menjadi menarik karena konsep kursi desain
Denny R. Priyatna ini mencoba untuk mencemari pada keaslian dan kemurnian desain kursi
yang sudah ada pada umumnya, pada desaian kursi tersebut.

Kursi Appalstered (appalling + upholstered)


(sumber : http://dennypriyatna.com/APPALSTERED-1-DISEASE )

Denny R. Priyatna membuat kursi yang terdiri dari metrial pelapis yang dibentuk selayaknya kulit
manusia yang terkena penyakit kulit seperti bengkak dan benjolan ataupun koyakan benda
tajam sehingga meninggalkan perasaan tidak nyaman dan jijik ketika melihatnya padahal
material tersebut dibuat dari material yang halus dan nyaman di kulit.maka pada desain kursi
tersebut mengandung banyak makna yang perlu diungkap dan diteliti. Tujuanya untuk membuka
peluang eksplorasi dan menyelami pemikiran desainer ketika membuat sebuah objek kursi
tersebut.

METODE

Untuk membaca tanda yang terdapat pada objek visual berupa produk kursi Appalstered
(appalling + upholstered) karya Denny R. Priyatna, pendekatan yang dilakukan berupa semiotik
triadik (tiga elemen dasar) dari Charles Sander Pierce, yaitu representasi (tanda = T; sesuatu),
obyek (O; sesuatu dalam kognisi manusia), dan interpretasi (I; proses penafsiran). Hal ini
2
dikarenakan pembacaan tanda produk sangat dekat dengan pendekatan yang dilakukan oleh
Pierce.
Menurut Semiotika Pierce kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari tanda, dan tanda
senantiasa memiliki muatan makna. Selanjutnya makna memiliki muatan pesan sebagai
komunikasi kepada audiensi/ apresiator obyek visual (Appalstered (appalling + upholstered)
karya Denny R. Priyatna).

Semiotika Pierce terkenal dengan konsep trikotomi yaitu terdiri dari tiga unsur. Sebuah tanda
(representamen) adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal. Dimana
sesuatu yang lain itu adalah interpretan dari tanda yang pertama dan mengacu kepada objek.
Jadi sebuah tanda dibentuk oleh objek dan interpretan. Menurut pierce tanda-tanda berkaitan
dengan objek-objek yang menyerupainya.

Dalam menganalisis tanda-tanda pada produk kursi Appalstered (appalling + upholstered)


karya Denny R. Priyatna menggunakan semiotika pierce Penelitian ini terfokus pada identifikasi
objek kursi berupa metrial dan bentuk, maka pembahasannya menyangkut hubungan kemiripan
(icon), hubungan yang menunjukkan (indeks), dan kesepakatan (symbol), dan hubungan suatu
objek yang menjadi stimulus bagi indra sehingga menghasilkan suatu persepsi.

Berikut merupakan Skema semiotik triadik (tiga elemen dasar) C.S. Pierce

Model segitiga makna pierce (Marcel Danesi,2011)


3
Untuk mempertajam pembacaan makna dari kursi (appalling + upholstered) karya Denny R.
Priyatna proses pembahasan dikaitkan dengan Relasi Semantika produk, lalu konsep ini
dihubungkan dengan teori triadik (tiga elemen dasar) C.S. Pierce dimana keduanya memiliki
keterhubungan,
Dalam produk memiliki system tanda yang berisi system komunikasi dan juga sebuah
pemaknaan. Unsur struktural, efek, dan dampak fungsional, serta penampakan dan gestalt
obyek, semuanya berkaitan dengan proses. Pada prinsipnya, keseluruhan bidang desain
industri, serta kaitan dijadikan subjek penyelidikan semiotika (Oehlke, 2009:100).
Interpretasi produk terfokus pada (icon, index, dan symbol). Dikarenakan pada semantika
produk melihat pada aspek desain produk seperti terlihat pada dkema dibawah ini.

Tanda Produk ( Sumber: Presentasi Kuliah Semiotika Desain 2020)

Terlihat pada skema dibawah Dalam seniotika produk terdapat 3 (tiga) aspek dasar dalam
desain/ produk, yakni pemaknaan atas aspek komunikasi sosial, aspek teknik, dan juga aspek
estetika (desain) itu sendiri. Hal ini dikarenaan pemaknaan produk sebgai sebuah struktur
(bentuk fisik )maupun sebagai sebuah konsep desain ,

4
Semiositas Produk ( Sumber: Presentasi Kuliah Semiotika Desain 2020)
Selain itu aspek semantika produk mengalami pengembangan sampai pada penggunaan dan
akhirnya pada nilai sosial dan nilai kultural berikut merupakan pengembangan dimensi makna
produk yang dibangun berdasarkan semantika produk :

Tabel dimensi Semantika Produk ( Sumber: Presentasi Kuliah Semiotika Desain 2020)

ANALISIS

5
Kursi Appalstered (appalling + upholstered)
(sumber : http://dennypriyatna.com/APPALSTERED-1-DISEASE )

Kursi bertajuk Appalstered (Appalling + Upholstered Furniture) karya Denny R.


Priyatna,merupakan kursi biasa dengan empat kaki dan sandaran namun yang menjadikanya
menarik adalah kursi tersebut merefleksika ketidak sempurnaan tubuh manusia yang terkena
penyakit kulit, seperti jerawat, psoriasis, dan tumor. Penyakit ini diterapkan untuk mengganggu
bentuk dan merusak estetika kursi berlapis kain sehingga meninggalkan perasaan tidak nyaman
dan jijik ketika melihatnya., padahal material tersebut dibuat dari material yang halus dan
nyaman di kulit. Furnitur tersebut masih berfungsi sebagai tempat duduk walau memberikan
ketidaknyamanan kepada penggunanya, termasuk secara visual.

Berikut adalah Penafsiran triadik semiotik Charles Sander Pierce pada Kursi
bertajuk Appalstered (Appalling + Upholstered Furniture) karya Denny R. Priyatna :

No Tanda (T) Obyek (O) Intrepeten (I)


1 Bentuk : Sebuah kursi dengan penggambaran kursi normal
bentuk seperti kursi pada umumnya
biasa, empat kaki dan menggambarkan pesan
tanpa lengan, dengan biasa dan kewajaran namun
sandaran berbentuk kotak terdapat ornament tonjolan
dengan banyak benjolan tonjolan seperti kulit
yang berwarna ungu, manusia dengan bisul yang

6
merah muda, dan merah. memberikan kesan jijik
merefleksikan pesan ketidak
sempurnaan, dan perasaan
tidak nyaman.

2 Material : Material terbuat dari kain Pesan insecure,kontradiktif


lembut dengan tonjolan antara kenyamanan dan
tonjolan didalamnya yang ketidaknyamanan,
dilapisi kain tipis halus menggambarkan pandangan
dengan pewarnaan Visual terhadap sesuatu
menyerupai kulit mempengaruhi presepsi dan
manusia. penerimaan atas apapun.
Memperlihatkan bahwa
manusia cendrung memilih
dan melihat sesuatu dari sisi
yang sempurna saja padahal
tidak semuanya demikian.
3 Fungsi Sebuah kursi yang terlihat Menggambarkan bahwa
menjijikan tapi tetap segala sesuatu tidak dapat
dapat digunakan sesuai dinilai dari pandangan
dengan fungsinya dan visual, setiap objek atau
terasa nyaman. benda apapun pasti memiliki
kecacatan dan kita tidak bisa
menuntut kesempurnaan
secara berlebihan, yang
dibutuhkan adalah sebuah
penerimaan apa adanya
sehingga kenyamanan dapat
didapatkan.

KESIMPULAN
7
Desain kursi Appalstered (Appalling + Upholstered Furniture) karya Denny R. Priyatna,
merupakan pengambilan citra dari tubuh manusia, hal ini memperlihatkan sebuah kontardiksi
akan style kursi pada umumnya dimana produk dibuat berdasarkan atas kesempurnaan dan
keindahan. Kursi Appalstered (Appalling + Upholstered Furniture) justru lebih memperlihatkan
sisi yang lebih humanis dimana Koleksi priyatna lebih merefleksikan ketidaksempurnaan tubuh
manusia, sehingga menghasilkan rangkaian furnitur yang menantang persepsi kenyamanan dan
memberikan efek luar biasa. Hal ini merupakan indikasi dan pencapaian sebuah desain
kotemporer.

kursi tersebut termasuk dalam kategori Icon yang berarti tiruan yang tidak sempurna dari tubuh
manusia. Secara visual bentuk kursi yang ditampilkan memiliki bentuk yang tidak lazim, memiliki
keunikan, bentuk yang dihasilkan berdasarkan hasil pensaduran visual dan makna secara lebih
luas melalui aplikasi teknologi manufacturing, struktur, tekstur, dan warna yang sarat
pemaknaan estetis.
Pemaknaan secara bentuk visual kursi tersebut lebih mengarah ke muterial exploration,
experimental design dan simbolik. la merupakan produk yang dihasilkan oleh perkembangan
teknologi serta perubahan pola pikir dan tata nilai di dalam masyarakat dewasa ini.
Pada segi pemaknaan Desain kursi Appalstered (Appalling + Upholstered Furniture) karya
Denny R. Priyatna, merepresetasikan ketiksempurnaan , kemurnian, dan kontradiksi akan
pandangan umum dimana pada umumnya manusia lebih cenderung menuntut kesempurnaan
dalam segala hal termasuk dalam tubuhnya sendiri, karya ini secara eksplisit menjelaskan
bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna dalam hidup baik dalam diri kita sendiri maupun dalam
objek sekalipun.
Penggambaran yang ambigu pada karya ini menimbulkan berbagai macampertanyaan yang
menjadi sorotan seperti apakah nyaman untuk diduduki namun secara visual cukup menjijikan.
Pesan yang ingin disampaikan oleh Denny R. Priyatna pada karyanya adalah bahwa segala hal
yang ada tidak terdapat kesempurnaan, namun kita dituntut untuk dapat merima semua itu
sebagai sebuah kewajaran.

8
DAFTAR PUSTAKA

Albar, Muhammad Wasith, and Sutiono. (2018): Analisis Semiotika Charles Sander Pierce
Tentang Taktik Kehidupan Manusia: Dua Karya Kontemporer Putu Sutawijaya. Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Budaya, 13(2).

Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotik dan
Te-ori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Hawari, Firman. (2012): Kaidah Semiotika pada Furnitur Postmodernisme. Jurnal Seni dan
Desain Trisakti, 9(1).

Hidayat, Moch. Junaidi. (2009): Analisis Industria Budaya Pada Desain Produk Kemasan
Makanan Industri Kecil Menengah (IKM). Jurnal Penelitian Seni Budaya, 1(2).

Hoed, Benny H. 2007. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Ferdinand de Saussure, Roland
Barthes, Julia Kristeva, Jacques Derrida, Charles Sander Peirce, Marcel Danesi dan Paul
Perron. Jakarta: Komunitas Bambu.

Junaidy, Deny W. (2003): Sejarah Kursi Modern. Kuliah Desain Mebel III, FSRD ITB.

Lloyed, Christoper. (1993). The Structure of History. London: Blackwell Publisher.

Sutiono, Rezca N, Adi Santosa, and Sumartono.(2009): Kajian Semiotika Pada Interior Gereja
Santo Yakobus Surabaya. Jurnal Desain Interior, 7(1).

Sobur, Alex. (2003): Semiotik Komunikasi. Bandung:Rosda.

Trabaut, Jurgen. (1996): Dasar-dasar Semiotik. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan


Bahasa.

9
Tentang Saya

Nama : Firman Mutaqin

Tempat /Tanggal lahir : Bandung , 5 Februari 1995


Alamat : Jl. Gegerkalong Girang No.27,
Kecamatan Sukasari, Kelurahan
Gegerkalong, Bandung
Lulusan S1 : Desain Prodak ITB
No. Telepon : 087824708722
Email : mutaqinfirman @gmail.com

10

Anda mungkin juga menyukai