Anda di halaman 1dari 3

Tugas PB 1.

MK Teori-Teori Komunikasi Pembangunan KPM510 (DRH)


Wina Ekawati – I3502231003

Pengertian Komunikasi Pembangunan (Littlejohn S. W. Foss K. A. & Oetzel J. G, 2017:455-459)

Empat pendekatan yang dibedakan berdasarkan arah, tujuan, dan fokus-menangkap tema-tema
penting komunikasi pembangunan: Top-Down Development, Participatory Development,
Transcendent Development, Power and Development.

1. Top-Down Development

Pendekatan ini terjadi secara linear, dari atas ke bawah. Dalam pendekatan Top-Down Development,
pihak yang dianggap superior akan melakukan suatu upaya-upaya untuk membantu pihak yang
dianggap inferior. Dalam paradigma ini, pihak pertama (misalnya: pemerintah, peneliti, atau
organisasi nirlaba) mencari tahu apa yang perlu dilakukan dan memberikannya kepada pihak kedua
(misalnya: desa, wilayah, atau negara yang membutuhkan bantuan), dengan sedikit atau tidak ada
kontribusi dari orang-orang dari pihak kedua. Pendekatan ini dapat ditemukan misalnya pada
hubungan negara dunia pertama dan negara dunia ketiga, dimana seringkali negara dunia pertama
memberikan aliran informasi, bantuan, dan teknologi ke masyarakat dunia ketiga. Karena
industrialisasi telah mendorong pertumbuhan ekonomi di negara dunia pertama, maka
memperkenalkan industri dan teknologi ke negara dunia ketiga dianggap sebagai jawaban untuk
membangun ekonomi di negara dunia ketiga. Ketika terjadi modernisasi dan pertumbuhan ekonomi
dapat dikatakan pendekatan ini efektif. Sarah De Los Santos Upton menggambarkan pendekatan
tradisional pihak pertama ke pihak kedua ini sebagai hubungan biner seperti tujuan
tradisional/modern, utara/selatan, dunia pertama/dunia ketiga, mandiri/ketergantungan, dan tujuan
lembaga/komunitas. Dia menggunakan istilah biner “nos/otros” (kita/mereka dalam bahasa Spanyol),
untuk meringkas pendekatan tradisional ini. Pada awal 1970-an, kritik substansial terhadap
pendekatan ini muncul. Pendekatan ini dianggap sebagai versi lain dari kolonialisme dan imperialisme;
bagi sebagian orang, kapitalisme itu sendiri justru dinilai sebagai sumber permasalahan yang dapat
menghambat pembangunan, bukan sebaliknya.

2. Participatory Development

Sebagai hasil dari kritik terhadap pendekatan sebelumnya, muncullah pendekatan participatory
development. Pada pendekatan ini masyarakat dapat berpartisipasi dalam mempertimbangkan,
merencanakan, dan menerapkan rencana pembangunan. Masyarakat tidak hanya menjadi subjek
pasif, tetapi juga dapat menjadi pendorong utama dalam upaya perubahan. Mereka dapat mengambil
tanggung jawab atas pembangunan yang dibutuhkan di lingkungannya, menentukan sumber daya
mana yang paling efektif, dan merencanakan bagaimana mengakses sumber daya dan mencapai
tujuan pembangunan yang telah mereka tentukan. Selain itu, pada pendekatan ini pemberi bantuan
dan mereka yang diberi bantuan dapat belajar dari satu sama lain. Pada pendekatan ini aliran
informasi satu arah digantikan oleh proses pembelajaran, komunikasi, dan keterlibatan bersama. Pada
pendekatan ini posisi budaya lokal memiliki peran penting sebagai sumber utama kegiatan
pembangunan. Budaya menjadi aset, bukan sesuatu yang perlu dihilangkan demi memunculkan
modernisasi.
3. Transcendent Development

Pendekatan ketiga dari komunikasi pembangunan adalah transcendent development. Pendekatan ini
begitu beragam dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada suatu komunitas tertentu. Jan Servaes
menggambarkan pendekatan ini sebagai “multiplicity in one world;” tujuan, hasil, metode, dan bentuk
evaluasi yang terstandar digantikan oleh rencana dan langkah-langkah yang menyesuaikan dengan
keunikan masing-masing komunitas, seperti yang didefinisikan oleh anggota komunitas itu sendiri.
Silvio Waisbord menggunakan istilah empowerment untuk menggambarkan hasil yang diinginkan dari
pendekatan yang memprioritaskan manfaat bagi individu dan budaya. Arvind Singhal menyampaikan
istilah “positif deviance” bahwa perubahan sosial pada suatu komunitas dapat muncul karena adanya
devian (penyimpangan) positif, yaitu individu atau kelompok yang memiliki perilaku dan strategi yang
tidak biasa, sehingga memungkinkan mereka untuk menemukan solusi untuk suatu masalah yang
orang lain tidak bisa selesaikan dengan tantangan dan sumber daya yang sama. Pendekatan yang
sukses ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk penyebaran, inovasi, dan perubahan yang luas.

4. Power and Development

Pendekatan keempat melihat komunikasi pembangunan dari konteks kekuasaan di mana komunikasi
terjadi. Asumsi awal Karin Wilkins adalah masalah sosial bukan ada dengan sendirinya tetapi dibangun
oleh komunitas dan bagaimana masalah-masalah ini teridentifikasi dapat menentukan solusi yang
mungkin dapat dilakukan. Wilkins berfokus pada dinamika kekuatan yang terlibat dalam konteks yang
lebih besar di mana suatu pembangunan terjadi. Proses ini membutuhkan pertanyaan seperti siapa
yang memiliki hak untuk membuat kampanye pembangunan, siapa yang mendapat manfaat dari
perubahan yang terjadi, dan apakah keuntungan organisasi melebihi keuntungan masyarakat.
Pendekatan ini juga berfokus pada isu-isu struktural yang lebih luas, seperti apakah komunitas
memiliki kendali pada pengambilan keputusan, seperti apa keterlibatan komunitas dalam keputusan
pembiayaan, dan/atau keterlibatan komunitas dalam kegiatan politik yang terkait dengan proyek.
Pendekatan ini memetakan dinamika kekuatan yang ada di antara pihak-pihak yang terlibat.

Pengertian Komunikasi Pembangunan (Servaes 2020)

Koherensi Komunikasi untuk Pembangunan dan Perubahan Sosial diekspresikan dalam berbagai dasar
pemikiran yang berbeda. Dalam semua keragamannya, seperti dalam teori, metode, media, dan
wilayah, komunikasi untuk pembangunan dan perubahan sosial dicirikan oleh sejumlah nilai dan titik
tolak yang sama. Premis, nilai, dan titik awal tersebut adalah:

• Penggunaan sudut pandang budayawan: Perlu ada perhatian spesifik pada komunikasi dalam
proses perubahan sosial. Dengan menaruh budaya sebagai hal yang perlu dipertimbangkan dari
sudut pandang pengguna, maka disiplin ilmu sosial lainnya dapat berkontribusi secara signifikan
pada bidang komunikasi untuk mendorong pembangunan dan perubahan sosial.

• Penggunaan perspektif interpretative: Partisipasi, dialog, dan visi aktif manusia sebagai pihak
yang dapat menerjemahkan berbagai hal di sekitarnya adalah yang paling penting. Nilai yang
sangat diperhatikan adalah adanya rasa hormat dan penghargaan atas keunikan dari suatu situasi
dan identitas tertentu dalam lingkungan perubahan sosial.
• Penggunaan metode dan teori yang terintegrasi: Dalam bidang komunikasi pembangunan dan
perubahan sosial, metode yang dipilih harus dikaitkan dengan perspektif teoritis yang digunakan.
Ini menyiratkan bahwa keterbukaan, keragaman, dan fleksibilitas dalam pemilihan metode dan
teknik dapat terjadi.

• Menunjukkan saling pengertian dan mementingkan pengajaran, pelatihan, dan penelitian


antarbudaya formal dan informal: Toleransi, peningkatan kesadaran, penerimaan, dan rasa
hormat hanya dapat dicapai ketika pihak-pihak dari budaya yang berbeda dapat saling
memahami satu sama lain. Saling pengertian ini merupakan syarat bagi perkembangan dan
perubahan sosial. Untuk mencegah segala bentuk miskomunikasi, perlu didorong adanya
kesadaran antarbudaya, capacity building, dan dialog antar pihak yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai