Kritik terhadap paradigma pembangunan muncul pada 1970an dari
para pelajar dan praktisi berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia. Namun demikian dorongan paling besar terasa berasal dari para pelajar Amerika Latin yang menolak dasar pemikiran, objektifitas, metode modernisasi serta berbagai pendekatan komunikasi pembangunan yang ada. Kritik ini merangsang jarak bagi proyek penelitian yang menghasilkan literatur untuk menyelidiki komunikasi pembangunan yang partisipatif. Pendekatan partisipatif mulai bergerak pada tahun 1980an dan 1990an dan berkembang menjadi lahan yang sangat beraneka ragam. Teori-teori dan model-model mulai bermunculan. Pada zaman itu perkembangan teoritis lebih maju daripada perkembangan dalam bidang praktis. Pada bagian selanjutnya, fokus akan bergerak pada pembahasan isu-isu konkret mengenai level aplikasi media partisipatif dan metodologi penelitiannya. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi level-level dan intensitas partisipasi komunikasi dalam suatu proyek pembangunan. Dalam tahap ini para peneliti telah mengetahui tahap-tahap partisipasi yaitu akses pertama partisipasi, untuk mengidentifikasi isu-isu pembangunan ; dan mencapai tujuan dalam proyek pemerintah. Pada tahun 1970an, Amerika Latin mendominasi perkembangan paradigma komunikasi pembangunan dan melakukan berbagai penelitian mengenainya. Awalnya sebagian besar berpusat di Amerika Serikat dan Eropa. Hal itu menyebabkan ketidaksesuaian paradigma komunikasi pembangunan dengan keadan dunia ketiga (negera berkembang). Segala sesuatunaya menjadi kebarat-baratan. Kritik pada paradigma ini kemudian dilakukan oleh para akademisi Amerika Latin perlahan berubah, menjadi tidak Amerika-sentris lagi dan menyentuh pada pembangunan di negara berkembang. Kritik terhadap paradigma partisipasi komunikasi dalam pembangunan yang dilakukan oleh Amerika Latin ini menyebabkan beberapa teori menjadi sulit berkembang, dipermalukan, dan keluarnya beberapa dugaan atas teori-teori yang ada. Pembangunan sendiri saat ini sedang dalam masa modernisasi dan secara bersamaan teori itu sendiri berkembang dan memiliki hubungan yang sangat erat antara teori dan praktek (Beltran, 1975, 1980; Escobar, 1995). Thapalia (1996) menyarankan kepada para pengembang pembangunan untuk membangun lebih kuat usaha mereka yang bertujuan untuk mengkonstruksi visi-visi dan tujuan dan komitmen dalam sebuah komunitas. Ia mengusulkan adanya leadership. Dari level konstekstual dan kultural, kemudian berkembang pada pembangunan yang sebenarnya (pambangunan fisik). Para peneiti kemudian memfukoskan penelitian pada penggunaan media partisipasi dalam komunikasi pembangunan partisipatif (partisipasi dalam media). Para akademisi mengidentifikasi konsep akses (komunikasi sumber daya), partisipasi (dalam perencanaan, pengambilan pembuatan, dan produksi), dan pengelolaan diri (antara kepemilikan kolektif dan pembuatan kebijakan) dalam pengembangan media. Lebih dari segala aspek kritik Amerika Latin yang ada, observasi komunikasi yang statis merupakan tantangan untuk pelaksanaan pembangunan. Akademisi dari Utara telah berjuang dengan model komunikasi sejak Berlo’s (1960) mengutarakan model komunikasinya. Model komunikasi Berlo yaitu pengirim (pemancar)-pesan-channel- penerima ini memiliki komponen yang dapat dipertanggung jawabkan untuk menjadi bahan sebuah penelitian dan dapat pula sebagai desain pembangunan. Ini juga menggambarkan sebuah pribadi yang sulit untuk digambarkan, proses alami dari suatu komunikasi. Pelajar Amerika Latin memperkenalkan pendekatan orientasi secara radikal yang mengubah konsep, pembelajaran, dan pelatihan komunikasi pembangunan. Daripada memusatkan pada unsur pokok dari komunikasi, pelajar Amerika Latin lebih menjelaskan ketidakstabilan dan konsep elastis yang membahas tentang bagaimana-makna-dapat-menjadi (how-meaning-comes-to-be). Pasquali (1963) menyatakan gagasannya mengenai “komunikasi massa” dan media Amerika Latin mengangkat “informasi oligarki”. Meskipun analisis ini diarahkan oleh isu yang disusun oleh media dan budaya dengan luas, perkembangan komunikasi tetap pada jalurnya. Kritik Amerika Latin kepada paradima yang berkuasa memperpanjang dominasi dan hal yang disebut dengan sederajat dan pendekatan responsif untuk pembangunan bersamaan untuk partisipasi komunikasi dalam pembangunan. Sejak itu, perhatian sistematis telah diberikan kepada berbagai aspek partisipatif media, termasuk keterlibatan penonton dalam pembuatan pesan. Media alternatif menjadi salah satu bahan kajian dalam perspektif kritis dalam paradigma yang dominan. Media alternatif juga menjadi salah satu faktor perubahan sosial. Banyak perhatian yang dicurahkan pada kajian abstaraksi dan isu-isu sekitar komunikasi partisipatif. Metode penelitian kadang diabaikan sampai batas tertentu. Dewasa ini, para ahli kemudian menekankan pada pentingnya metodologi. Metodologi penelitian kemuadian berkembang pesat sejalan dengan filsafat dan teori yang juga turut mambangun kajian komunikasi pembangunan partisipatif. Pada level metodologi, kajian penelitian memeerlukan pemikiran2 dan asumsi-asumsi dasar ontologi dan epistemologi. Selain itu juga memerlukan kriteria validitas dan indikator kesuksesan untuk memajukan studi lapangan. Sumber dari kriteria validitas dan indikator kesuksesan tersebut diadopsi dari teori-teori komunikasi ; atau dari penelitian itu sendiri. Pada level metode, penelitian partisipasi menjadi suatu pendekatan yang paling disarankan karena dinilai kompatibel untuk mempelajari komunikasi partisipatif. Metode seperti itu secara eksplisit politik, menyerukan para peneliti untuk menyesuaikan diri dengan aktor sosial yang spesifik dan untuk merangkul tujuan dan tujuan mereka. Hal-hal yang telah diuraikan diatas adalah beberapa isu untuk mengidentifikasi pola-pola pemahaman mengenai komunikasi pembangunan partisipatif. Peluang komunikasi pembangunan partisipatif di masa depan dihadapkan pada keadaan yang tidak pasti. Hal ini dikarenakan keseriusan dalam menghadapi hambatan-hambatan di masa depan seperti hal-hal praktis maupun konseptual. Hambatan-hambatan dalam hal praktis misalnya kurangnya dukungan kelembagaan, memakan banyak waktu dan dimensi pemberdayaan tidak sesuai dengan kriteria evaluatif pada birokrasi-birokrasi pembangunan pada umumnya. Hambatan-hambatan dalam hal konseptual misalnya adanya ketidakjelasan definisi- definisi dalam studi literasi pembangunan. Meskipun dalam kajian komunikasi pembangunan partisipatif muncul banyak hambatan namun para pengkaji sangat optimis bahwa kajian ini tetap menarik dan muncul minat-minat baru dalam kajian ini. Komunikasi pembangunan partisipatif baru-baru ini didukung oleh non- goverment organization (NGO) dan lembaga-lembaga besar. Pada tingkat konseptual para pengkaji terus mengembangkan basis-basis pembangunan serta definisi-definisi komunikasi (pembangunan) sebagai proses. Proses mengadopsi model sebagai landasan teori dan praktek secara konseptual akan memberikan kemudahan dalam memahami komunikasi partisipatif. Komponen konseptual lainnya memulihkan dan memperkuat etika dan mandat politik yang didukung Amerika latin ; yang kemudian disebut dengan kajian partisipatif komunikasi. Mandat ini telah menjadi kabur, jika tidak hilang sama sekali, seperti para akademisi telah menekankan keanekaragaman, keunggulan budaya, dan gagasan- gagasan lain yang telah secara efektif menisbikan makna partisipasi. Paradigma dominan menyerukan dialog, demokrasi, dan partisipasi, mereka memberikan pengertian yang jelas mengenai komitmen moral untuk memperjuangkan keadilan sosial. Klaim otoritas moral didasarkan pada gerakan teologi pembebasan. Pada masa tersebut gerakan teologi pembebasan begitu populer namun tetapi tidak pernah mengklaim menduduki tempat terkemuka dalam tantangan teoritis paradigma yang dominan. teologi pembebasan dalam kajian komunikasi partisipatif ini kemudian mulai hilang kecuali beberapa proyek-proyek penelitian yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya. Namun demikian, karya Freire- proyek pendidikan orang dewasa- di Recife bersumber pada masyarakat Katolik, dengan dasar referensi mengacu pada kajian teologi dan pernyataan keagamaan serta komitmen pada kelompok-kelompok dalam masyarakat tertindas. Intensitas dimensi ini dipertahankan dalam analisis terbaru neoliberal Brasil pada 1990-an, “Hal yang mendesak ketika tidak mengakui bahwa kita semua berjuang demi pembebasan”. Ofensif ini mengubah dunia menjadi lebih berorientasi pada satu orang, baik dari politik dan sudut pandang etis. Penguatan etika politik dan dasar-dasar komunikasi untuk pembangunan partisipatif akan berfungsi untuk meningkatkan kejelasan secara konseptual. Salah satu langkah praktis untuk memajukan kajian komunikasi pembangunan partisipatif adalah menyelaraskan diri dengan gerakan-gerakan sosial baru ; yang sangat berhubungan dengan proses komunikasi, keadilan sosial dan majelis. Seperti yang telah dijelaskan diatas, kajian (populer) seperti ini layak dipandang sebagi penelitian ilmiah. Saran mereka ini diperkuat oleh perhatian baru-baru ini diberikan kepada metode dan metodologi, terutama mereka yang menganjurkan suatu tindakan orientasi untuk beasiswa dari dan untuk perubahan sosial. Studi intensif gerakan- gerakan sosial baru tidak hanya akan memberikan arah dalam penelitian mereka, hal tersebut sekaligus menjawab beberapa isu pembangunan yang diangkat oleh birokrasi. Konsep komunikasi pembangunan partisipatif muncul dari tantangan paradigma yang dominan atau modernisasi. kajian ini kemudian berkembang dan memunculkan tantangan dan masalah baru mulai dari level kontekstual, kultural hingga pemahaman teoritis. Lebih dari itu kajian komunikasi pembangunan partisipatif terus menunjukkan kemajuan di bidangnya. Meskipun studi kasus yang dipaparkan berasal dari Amerika latin, pembaca harus mencatat bahwa paradigma pembangunan dominan tersebut harus dapat menerima kritik yaitu mengenai batas-batas geografi. Misalnya ssudi ini akan berbeda jika diterapkan di negara-negara di Afrika atau Asia. Dependensi adalah sekolah pemikiran yang muncul di Amerika Latin pada tahun 1960-an yang menjelaskan keterbelakangan sebagai akibat dari ekspansi kapitalis. Selanjutnya, perkembangan keterbelakangan ditafsirkan sebagai bagian dari proses yang berkesinambungan yang terjadi hubungan ekonomi politik global yang dikembangkan antara Utara dan Selatan yang miskin. Antonio Pasquali kemudian memperkenalkan fenomenologi kontinental pendukung untuk kritikus Amerika Latin paradigma yang dominan dari komunikasi pembangunan.