Anda di halaman 1dari 12

PANDANGAN ISLAM TERHADAP TREND

MANIFESTING DI MEDIA SOSIAL


Irma Setyoningrum
NIM: 23013010102
Agama, G733
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembagunan “Veteran”
Jawa Timur
E-mail: 23013010102@student.upnjatim.ac.id

Abstrak

Manifesting dengan mengarahkan perhatian pikiran alam bawah sadar mengenai sesuatu yang
ingin diwujudkan menjadi trend yang ada di media sosial yang dimana media sosial tidak
terlepas dari keseharian masyarakat modern yang menggunakan media sosial sebagai sarana
menyebarkan informasi, mencari perhatian, mengungkapkan pendapat, dan memanifestasikan
berbagai trend, manifestasi dalam islam diperbolehkan asalkan hanya ditujukan kepada
Tuhan YME. Penulisan ini membahas mengenai tren Manifesting di media sosial dalam
prespektif agama Islam. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif dengan perolehan data primer dan sekunder serta menggunakan studi
kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
manifesting sebaiknya dilakukan dengan maksud Islami agar tidak bertentangan dengan
ajaran agama Islam dan dapat mengedukasi berbagai pihak agar adanya ketertarikan terhadap
Islam.

Kata kunci : Media sosial, Manifesting, Agama Islam

Abstract

Manifesting by directing the attention of the subconscious mind about something that wants
to be realized into a trend that exists on social media where social media is inseparable from
the daily lives of modern people who use social media as a means of disseminating
information, seeking attention, expressing opinions, and manifesting various trends,
manifestation in Islam is allowed as long as it is only directed to God. This writing discusses
the Manifesting trend on social media in the perspective of Islam. The writing method used in
this research is a type of qualitative research with primary and secondary data acquisition
and using literature study as a data collection technique. The results of this study indicate
that manifesting should be done with Islamic intentions so as not to contradict the teachings
of Islam and can educate various parties so that there is an interest in Islam.

Keywords : Social media, Manifesting, Islam

PENDAHULUAN

A. Latar Belsksng
Kata "Manifestasi" berasal dari kata bahasa Inggris "manifesting", yang secara harfiah
berarti "mewujudkan". Dalam konteks ini, manifestasi adalah proses mewujudkan sesuatu
melalui pikiran bawah sadar kita. Dengan bermanifestasi, kita bisa mengarahkan perhatian
pikiran kita pada apa yang ingin kita wujudkan dalam hidup. Namun, penting untuk diingat
bahwa manifestasi bukanlah sihir atau sulap, akan tetapi untuk mencapai suatu impian atau
tujuan, harus dibarengi dengan tindakan nyata yang tepat.

Dengan bermanifestasi, pikiran kita menjadi lebih terfokus pada apa yang ingin kita
capai. Ini membantu kita memprioritaskan apa yang benar-benar penting dalam hidup dan
memberi kita motivasi untuk mencapai tujuan tersebut. Manifestasinya juga berkaitan dengan
konsep Law of Attraction (LA) yang menyatakan bahwa pikiran positif akan menarik hasil
positif, dan pikiran negatif akan menarik hasil negatif. Dengan kata lain, perwujudan bukan
sekedar memikirkan apa yang kita inginkan, namun menciptakan perubahan nyata melalui
tindakan. Ini adalah pendekatan holistik yang menggabungkan kekuatan berpikir positif
dengan upaya nyata untuk mencapai impian dan tujuan hidup Anda1.

Manifesting tidak terlepas dengan media sosial karena media sosial sendiri tidak
terlepas pada kehidupan sehari-hari masyarakat modern, yang mana media sosial sebagai
sarana untuk mengungkapkan pendapat, berbagi informasi, serta memanifestasikan beberapa
trend. Sehingga manifesting merupakan bagian dari media sosial, dimana dalam manifesting
di media sosial terutama Tiktok, individu berusaha untuk menciptakan memanifestasikan
keinginan mereka.

Dari perspektif teologis dan sosiologis, agama dapat dilihat sebagai alat untuk
mengeksplorasi pemahaman tentang dunia. Dalam artian ini, hampir mudah bagi agama
manapun untuk menerima fakta perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang teologis
khususnya dalam Islam, hal ini disebabkan oleh nilai-nilai agama itu sendiri yang terkait
dengan faktor-faktor yang mengalami perubahan. Artinya, agama, baik melalui simbol-
simbolnya maupun nilai-nilai yang dikandungnya, “hadir dimana-mana”, mempengaruhi
bahkan membentuk struktur sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pemerintahan.

Melalui ciri-ciri tersebut kita dapat memahami bahwa dimanapun agama hadir,
diharapkan dapat memberikan pedoman nilai dalam segala aspek aktivitas manusia, baik
sosial budaya, ekonomi, dan politik. Sedangkan dari sudut pandang sosiologi, agama
1
Devi Lianovanda, “Mengenal Cara Kerja Manifesting, Istilah Yang Tren Di TikTok,” brainacademy, 2023,
https://www.brainacademy.id/blog/pengertian-manifesting.
seringkali menjadi faktor penentu dalam proses transformasi dan modernisasi. Al-Qur'an
misalnya menegaskan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi (Al-Baqarah:
30). Hakikat makna khalifah adalah orang yang diberi amanah Allah untuk membimbing
alam. Dalam konteks ini, sudah menjadi kewajiban manusia untuk menjaga dan
memanfaatkan alam demi kepentingan umat manusia2.

Hadirnya sosial media menjadikan pola pikir manusia berubah dari yang berfikir
primitif hingga modern seperti sekarang. Jika dikaitkan antara perwujudan perkembangan
digital dengan agama islam maka perubahan-perubahan yang terjadi tidak akan bisa kita
hindari, maka dengan demikian hal-hal atas perubahan tersebut harusnya dapat diterima
dengan baik dan menyesuaikan dengan agama terutama Al-qur’an selama perubahan tersebut
tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Tuhan.

B. Tujuan Penulisan

Penulisan artikel ini memiliki tujuan untuk memberikan suatu informasi atau pengetahuan
kepada pembaca tentang tren Manifesting di media sosial dalam prespektif agama Islam,
selain itu dengan adanya penulisan ini diharapkan pembaca dapat mengetahui bagaimana
trend manifesting itu dalam pandangan agama Islam.

C. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan artikel ini memiliki manfaat untuk memberikan pemngetahuan terhadap
pembaca mengenai bagiamana pandangan Islam mengenai tren manifesting di media sosial,
dampak positif dan negatif penggunaan media sosial.

METODE

Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian
kualitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan unutk memahami tentang
fenomena yang terjadi dalam topik penelitian, misalnya dampak, tindakan, dan prespektif
dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kalimat atau bahasa. Data dalam penulisan
penelitian ini terdapat dua jenis yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer adalah data
yang diperoleh langsung dari kasus yang berhubungan dengan topik. Sedangkan data
sekunder adalah data pendukung yang digunakan sebagai bahan tambahan yang berhubungan

2
Abdul Muid, “Peran Pendidikan Islam Di Era Modern,” Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Pendidikan 9, no. 9
(2022): 6–7.
dengan topik. Dalam penulisan penelitian ini penulis juga menggunakan studi kepustakaan
sebagai teknik pengumpulan data, yang dimana studi kepustakaan dalam pengambilan data
diperoleh dari buku, jurnal, artikel, dan internet yang berhubungan dengan topik atau
permasalahan yang dibahas, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis untuk
mengambarkan data secara deskriptif dan naratif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peran Media Sosial Diera Perkembangan Digital


Media sosial merupakan sebuah media berbasis online yang dapat digunakan oleh
semua orang dengan menggunakan device yang terhubung dengan layanan internet, media
sosial juga merupakan paket perangkat lunak yang memungkinkan individu atau kelompok
orang untuk berkumpul, berbagi informasi, dan berinteraksi dalam beberapa situasi,
berkolaborasi atau bermain bersama. Media sosial sangat menonjol dalam konten buatan
pengguna, dimana konten dibuat oleh pengguna dan bukan oleh editor, seperti yang biasa
terjadi di media tradisional. media sosial lebih memfasilitasi pengguna untuk melakukan
aktivitas ataupun berkolaborasi karena itulah media sosial dapat dilihat sebagai fasilitator
untuk memperkuat hubungan para pengguna. Pada intinya, media sosial menyediakan
kegiatan interaktif untuk berbagi, berkolaborasi, dan saling mengenal melalui berbagai
media, termasuk teks, gambar, dan konten audiovisual. Media sosial sendiri didasarkan pada
tiga elemen kunci: berbagi informasi, kolaborasi dan komunikasi 3. Menurut Anthony
Mayfield, esensi dari media sosial adalah pengalaman manusia. Hal ini mencakup interaksi
orang-orang biasa yang berbagi ide, berkolaborasi dan berinteraksi untuk menciptakan ide
kreatif, terlibat dalam diskusi, menemukan teman terpercaya, menjalin hubungan romantis,
dan membentuk serta mengembangkan komunitas4.

Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini telah


menghilangkan hambatan jarak dan waktu yang berdampak besar pada kesadaran akan
kebutuhan informasi. Media memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan
manusia. Komunikasi massa dalam konteks global merupakan suatu bentuk komunikasi yang
terjadi dalam skala besar, menjangkau dan mempengaruhi hampir setiap orang dalam

3
Nurul Ainun Astari Clara Sari, Rini Hartina, Reski Awalia, Hana Irianti, “KOMUNIKASI DAN MEDIA SOSIAL,”
2018, 9–10.
4
Aris Kurniawan, “Pengertian Media Sosial – Sejarah, Fungsi, Peran, Jenis, Ciri, Pertumbuhan, Dampak, Para
Ahli,” gurupendidikan, 2023, https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-media-sosial/.
masyarakat. Di Indonesia saat ini, media mencakup berbagai platform seperti surat kabar,
majalah, film, radio, televisi dan lain-lain.

Masyarakat Indonesia sangat terbuka terhadap media digital dan kemudahan akses
terhadap informasi real-time telah menyebabkan pertumbuhan media digital yang signifikan.
Pertumbuhan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pengguna, masyarakat,
bisnis, dan organisasi nirlaba bahkan dalam ajaran ilmu agama yang dengan mudah dapat
diperoleh dalam media sosial. Oleh karena itu, dengan berkembangnya teknologi media
digital seperti Internet, blog, email, dan jejaring sosial (seperti Facebook, Path, Twitter, dll),
Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan identitas budaya lokalnya
dalam menghadapi globalisasi5.

B. Trend-trend Dalam Media Sosial dengan Ajaran Agama Islam


Adanya perkembangan terhadap media sosial tidak akan pernah bisa dihindari, maka
dengan adanya perkembangan tersebut kehidupan manusia harus dapat menyesuaikan.
Penyesuaian tersebut harus dibarengi dengan pengetahuan akan dampak yang harus
dimanfaatkan baik itu berbentuk perubahan yang berdampak baik maupun perubahan yang
berdampak buruk. Perkembangan teknologi informasi menyebabkan munculnya berbagai
media, mulai dari surat kabar, radio dan televisi hingga teknologi terkini yaitu Internet.
Keberadaan media massa melalui internet tidak hanya menciptakan masyarakat global,
namun juga memperluas cakupan kehidupan bermasyarakat secara signifikan. Tanpa disadari
masyarakat kini menjalani kehidupan ganda, yaitu kehidupan di masyarakat nyata dan
kehidupan di masyarakat maya.

Media sosial yang semakin berkembang turut serta berdampak pada ajaran-ajaran
agama, terutama Islam. Agama Islam turut serta terdampak akan perkembangan media sosial.
Manifesting perkembangan media sosial dalam agama islam yang terlihat cukup signifikan
yakni mengenai dakwah agama yang dapat dilakukan melalui media sosial. Dakwah dapat
diartikan sebagai suatu proses komunikasi yang lebih dikenal dengan istilah tabligh. Setiap
muslim wajib mewariskan ajaran Islam, meskipun pengetahuannya tentang Islam masih
terbatas. Selain itu, seruan tersebut juga dipahami sebagai keinginan untuk menebar rahmat
Tuhan, termasuk menebar cinta kasih kepada seluruh alam. Fungsi dakwah juga mencakup

5
Ayouvi Poerna Wardhanie, “PERANAN MEDIA DIGITAL DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA LOKAL
INDONESIA DI ERA GLOBALISASI,” in Prosiding Strengthening Local Communities Facing The Global Era, 2017,
349.
pembebasan, dimana Islam memberikan ajaran dan petunjuk bagaimana cara membebaskan
diri dari belenggu alam, materi dan budaya6.

Interaksi media dan agama, khususnya Islam, telah meningkatkan intensitas kegiatan
dakwah. Penting untuk memahami beberapa aspek penting dari makna panggilan, termasuk
panggilan sebagai bentuk “pekerjaan” yang tidak hanya dilakukan oleh manusia, namun juga
merupakan bagian dari tugas yang ditetapkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, keberhasilan
panggilan tersebut tidak hanya bergantung pada usaha manusia, tetapi juga pada persetujuan
Tuhan. Prinsip utama dakwah yakni mencapai pembebasan dari kebodohan, keterbatasan
berpikir, kemiskinan dan kelalaian. Dalam rangka upaya membangun peradaban, seruan
tersebut dimaknai sebagai perwujudan tanggung jawab manusia sebagai wakil Sang Pencipta.
Ketaatan manusia terhadap ajaran seruan diyakini dapat menjadikan mereka manusia yang
terampil, kreatif, dan mampu menciptakan inovasi-inovasi baru yang berkontribusi terhadap
perkembangan peradaban di dunia ini.

Menurut Nottingham, Islam mengajarkan umatnya untuk saling mencintai dan peduli
serta bersatu membangun kehidupan yang damai. Diharapkan dapat mendatangkan
kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat7. Agama berpotensi mempersatukan suatu
masyarakat, namun jika tidak diterima oleh seluruh atau sebagian anggota masyarakat, maka
dapat menjadi kekuatan yang memecah belah, berujung pada perpecahan bahkan kehancuran.

Perintah Allah untuk selalu bersatu dan menjaga persatuan umat menimbulkan
kebutuhan-kebutuhan baru dalam konteks dakwah Islam. Kompleksitas hubungan antara
kegiatan wajib militer dan media merupakan masalah yang tidak bisa dihindari. Di satu sisi,
aktivitas seruan ingin berperan lebih besar dalam mengelola nilai-nilai dan gaya hidup
masyarakat melalui media. Namun di sisi lain, media tidak bisa mengabaikan tuntutan gaya
hidup media sosial yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

C. Trend Manifesting dalam Pandangan Islam


Trend manifesting sendiri merupakan trend yang saat ini banyak digemari oleh
pengguna media sosial, tren ini berupa kalimat doa, mimpi, harapan atau keinginan supaya
dapat terwujudkan yang dilakukan dengan menulis sebuah kata-kata di media sosial dengan

6
Rijal Mamdud, “Dakwah Islam Di Media Massa,” Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam 3, no. 1 (2019): 50–
51.
7
Elizabeth K. Nottingham and Abdul Muis Naharong, Agama Dan Masyarakat : Suatu Pengantar Sosiologi
Agama / Elizabeth K. Nottingham ; Diterjemahkan Oleh Abdul Muis Naharong, cetakan 1 (Jakarta: Rajawali,
1985).
menambahkan sebuah video atau foto. Trend ini merupakan sebuah doa yang diharapkan oleh
pengguna media sosial agar terwujud, doa sendiri merupakan sebuah keinginan yang ingin
diwujudkan, namun dalam proses terwujudnya suatu harapan atau doa harus dibarengi
dengan usaha. Dalam islam sendiri doa harus disertai dengan usaha. Di tiktok, tren
manifestasi, yang merupakan upaya untuk mewujudkan sesuatu dengan bantuan pikiran
bawah sadar, menjadi populer. Praktik manifestasi memungkinkan seseorang untuk
memfokuskan pikiran pada apa yang ingin dicapai, sejalan dengan konsep hukum
ketertarikan, yang menyatakan bahwa pikiran positif akan menghasilkan hasil yang positif
dan sebaliknya untuk pikiran negatif8. Islam sendiri mengajarkan bahwa sebuah doa harus
disertai dengan suatu usaha, karena dalam islam usaha menjadi ciri khas orang beriman.
Dalam islam sendiri mengajarkan bahwa berdoa hanya kepada allah swt yang mana telah
dijelaskan dalam surat al fatihah ayat 5 yang berbunyi:

‫ِ َّياَك َنْعُبُد ِاَّياَك َنْسَتِع ْيُۗن‬


‫َو‬

Yang memiliki arti bahwa “hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya
kepada engkaulah kami memohon pertolongan.” Pada ayat tersebut telah dijelaskan bahwa
meminta pertolongan atau doa hanya kepada allah swt, sehingga dalam trend manifesting
pada media sosial menurut pandangan islam akan memicu terjadinya kemusyrikan, karena
sebaiknya berdoa dan meminta hanya kepada allah dan tidak untuk dipublikasikan kecuali
mempunyai tujuan untuk mengajak orang-orang agar berdoa atau mendoakan suatu hal secara
bersama-sama, misalnya berdoa untuk kemerdekaan saudara muslim di palestina.

Dalam ajaran islam sendiri tidak terdapat hal yang pasti bahwa mengungkapkan
harapan, keinginan atau doa di media sosial tidak diperbolehkan, karena pada zaman nabi
belum terdapatnya media sosial seperti zaman saat ini, namun islam sendiri merupakan
sebuah agama yang ditujukan kepada semua orang dan sepanjang masa sehingga islam
sendiri sudah memprediksi hal ini seperti mengungkapan keinginan atau harapan atau doa di
media sosial agar semua itu terwujud. Dimana prediksi itu terdapat dalam hadits riwayat
tirmidzi yang berbunyi “hendaklah di antara kalian mengadukan segala urusannya hanya
kepada allah saja, walaupun hanya tali sandal yang putus.”9

8
“Manifesting Sedang Tren Di Tiktok, Apakah Diperbolehkan Dalam Islam?,” akurat.com, 2023,
https://www.akurat.co/khazanah-islam/1302996000/manifesting-sedang-tren-di-tiktok-apakah-diperbolehkan-
dalam-islam.
9
Putra Yudha Pranata, “Pandangan Islam Tentang Curhat Dan Berdoa Di Media Sosial (PYP),” SCRIBD, 2017,
https://www.scribd.com/document/350309252/Pandangan-Islam-Tentang-Curhat-Dan-Berdoa-Di-Media-
Sosial-PYP.
Dalam konteks islam, memanjatkan doa kepada allah swt ditekankan sebagai amalan
yang dianjurkan. Al-qur'an menegaskan perintah untuk berdoa kepada allah dan
mempersembahkan doa hanya kepada-nya10. Dalam islam, manifestasi diperbolehkan selama
tidak terkait dengan tren tiktok yang menggunakan rekaman audio tertentu. Sebagian besar
umat islam percaya bahwa manifestasi melalui rekaman audio semacam itu dapat membantu
mereka memenuhi keinginan mereka. Namun, dalam ajaran islam, allah dan rasul-nya
menunjukkan bahwa doa dan permohonan hanya boleh ditujukan kepada allah swt, terutama
melalui salat fardu dan salat sunah11. Dengan demikian, praktik manifestasi yang sesuai
dengan nilai-nilai islam diperkuat dengan prinsip-prinsip doa yang tulus dan pengabdian
kepada allah swt, karena jika hal tersebut dilakukan di media sosial akan menimbulkan
kemusyrikan dan kesyirikan serta keinginan diperhatikan orang lain, karena seorang dalam
islam jika seseorang mempunyai keinginan diperhatikan terlalu berlebihan akan bertentangan
dengan ajaran islam.

Penggunaan trend manifesting sebenarnya tidak ada larangan dalam islam, namun arti
kata manifesting adalah sebuah keinginan atau harapan yang ingin terwujud hal tersebut
seperti halnya doa. Sehingga sebaiknya manifesting dilakukan untuk mengajak seseorang
dalam melakukan harapan atau doa untuk mendoakan suatu hal secara bersama-sama demi
kepentingan semua. Sebagai seorang muslim kita tidak boleh seperti orang-orang yahudi
yang berdoa kepada dinding ratapan yang jelas-jelas tidak memberikan suatu manfaat bagi
mereka, dalam hal ini sebagai seorang muslim jangan jadikan dinding media sosial seperti
dinding ratapan orang-orang yahudi. Dalam agama islam sudah diberikan cara-cara meminta
pertolongan dan berdoa yang lebih baik yaitu dengan berdoa kepada allah dengan
mendekatkan diri kepada allah melalui ibadah yang giat serta melakukan seluruh perintah-
perintahnya dan menjauhi segala larangan-larangannya.

Media sosial sebaiknya digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan segala


informasi yang bermanfaat bagi semua pembaca atau pengguna media sosial, agar media
sosial mendatangkan manfaat bagi seluruh orang

D. Dampak Adanya Media Sosial Terhadap Agama Islam

10
Ahmad Jumaidi, “Pengaruh Globalisasi Terhadap Perubahan Praktik Budaya Keagamaan Islam Pada
Masyarakat Indonesia,” Asilha, 2020, https://www.asilha.com/2020/05/21/pengaruh-globalisasi-terhadap-
perubahan-praktik-budaya-keagamaan-islam-pada-masyarakat-indonesia/.
11
“Manifesting Sedang Tren Di Tiktok, Apakah Diperbolehkan Dalam Islam?”, Loc.Cit.
Pemanfaatan media sosial seperti Instagram dan Facebook yang memungkinkan
konten (foto dan video) ditampilkan dan disimpan dengan jelas serta dapat diakses kapan saja
dianggap sebagai sarana dakwah yang sangat efektif untuk menyebarkan nilai-nilai
pendidikan Islam. Pemilihan Instagram dan Facebook sebagai alat propaganda dinilai
menguntungkan karena kemampuannya menampilkan video dan foto dengan baik. Video
pendek berdurasi kurang dari satu menit yang tetap menjaga esensi nilai-nilai dakwah
menjadikan Instagram sebagai platform yang sangat digemari karena tidak menimbulkan
kebosanan bagi penggunanya. Namun, setiap perkembangan pasti memiliki dampak positif
dan negatif. Dampak positif dan negatif perkembangan media sosial terhadap agama Islam
yakni:

Dampak Positif:

1. Semakin banyaknya informasi keagamaan yang dapat diakses oleh masyarakat di


media sosial..
2. Dapat mempelajari ilmu-ilmu agama yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat tanpa
harus bersusah payah untuk mendapatkan informasi tersebut.
3. Dapat menjadi semangat dan motivasi untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama
melalui media sosial yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak ramai.
4. Menghidupkan rasa kepedulian antar sesama umat yang sedang membutuhkan
bantuan di berbagai wilayah penjuru dunia.
5. Menjadikan media sosial sebagai media yang dengan cepat untuk memberikan dan
bertukar informasi yang terjadi belakangan ini atau bahkan yang terbaru.
6. Menjalin silaturahmi dan komunikasi antar sesama manusia secara mudah dan cepat.
7. Mendapatkan data yang diperlukan dengan mudah dan cepat sehingga selalu update
dengan perkembangan yang terjadi mengenai agama Islam.

Dampak Negatif:

1. Menghilangkan rasa kepedulian antar sesama manusia.


2. Interaksi yang dilakukan secara online membuat malas untuk bertemu secara
langsung.
3. Tidak adanya batasan komunikasi antara orang dewasa dan anak-anak dibawah umur
sehingga menyebabkan adanya ketidak sopanan dalam bertutur kata di media sosial.
4. Rentan terjadi penyebaran informasi palsu dan selanjutnya diterima dengan baik oleh
masyarakat yang tidak melakukan riset data terlebih dahulu.
5. Kebebasan bersosial media menjadikan setiap orang dengan mudah menyebarkan
berbagai informasi hingga konten sara dan pornografi yang menyebabkan perpecahan.
6. Sebagai tempat untuk saling berargumen mengenai paham ajaran yang dianut hingga
dapat menyebabkan permusuhan antar golongan Islam tersebut.

KESIMPULAN

Media sosial yang semakin berkembang turut serta berdampak pada ajaran-ajaran
agama, terutama Islam. Agama Islam turut serta terdampak akan perkembangan media sosial.
Manifesting perkembangan media sosial dalam agama islam yang terlihat cukup signifikan
yakni mengenai dakwah agama yang dapat dilakukan melalui media sosial. Perwujudan dari
berkembangnya teknologi di era sekarang tidakdapat dihindari, maka kita sebagai manusia
yang hidup dalam perkembangan tersebut harus dapat menyesuaikan keadaan. Hal-hal yang
terjadi dalam era globalisasi media sosial dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup,
termasuk dengan penyesuaian agama dalam perkembangan teknologi.

Manifesting media sosial dalam agama islam dapat dilakukan dengan penyebaran
konten islami yang dapat mengedukasi berbagai pihak sehingga adanya ketertarikan dari
pendengar, penonton dan pembaca postingan kita yang turut serta menggugah diri mereka
untuk beribadah kepada Allah SWT. Namun, perkembangan teknologi bermedia sosial tidak
hanya memiliki dampak yang baik bagi kehidupan sehari-hari tetapi juga dapat menimbulkan
dampak negatif. Maka kita sebagai seorang muslim yang taat beribadah harus dapat
membedakan mana perkembengan yang dapat dimanfaatkakn dengan baik dan tidak
bertentangan dengan perintah dan larangan Allah SWT, serta mana perkembangan yang dapat
berdampak buruk sehingga semakin menjauhkan kita kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Akurat.com. “Manifesting Sedang Tren Di Tiktok, Apakah Diperbolehkan Dalam Islam?,”


2023. https://www.akurat.co/khazanah-islam/1302996000/manifesting-sedang-tren-di-
tiktok-apakah-diperbolehkan-dalam-islam.

Astari Clara Sari, Rini Hartina, Reski Awalia, Hana Irianti, Nurul Ainun. “KOMUNIKASI
DAN MEDIA SOSIAL,” 2018, 9–10.

Devi Lianovanda. “Mengenal Cara Kerja Manifesting, Istilah Yang Tren Di TikTok.”
brainacademy, 2023. https://www.brainacademy.id/blog/pengertian-manifesting.

Jumaidi, Ahmad. “Pengaruh Globalisasi Terhadap Perubahan Praktik Budaya Keagamaan


Islam Pada Masyarakat Indonesia.” Asilha, 2020.
https://www.asilha.com/2020/05/21/pengaruh-globalisasi-terhadap-perubahan-praktik-
budaya-keagamaan-islam-pada-masyarakat-indonesia/.

Kurniawan, Aris. “Pengertian Media Sosial – Sejarah, Fungsi, Peran, Jenis, Ciri,
Pertumbuhan, Dampak, Para Ahli.” gurupendidikan, 2023.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-media-sosial/.

Mamdud, Rijal. “Dakwah Islam Di Media Massa.” Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam
3, no. 1 (2019): 50–51.

Muid, Abdul. “Peran Pendidikan Islam Di Era Modern.” Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Pendidikan 9, no. 9 (2022): 6–7.

Nottingham, Elizabeth K., and Abdul Muis Naharong. Agama Dan Masyarakat : Suatu
Pengantar Sosiologi Agama / Elizabeth K. Nottingham ; Diterjemahkan Oleh Abdul
Muis Naharong. Cetakan 1. Jakarta: Rajawali, 1985.

Pranata, Putra Yudha. “Pandangan Islam Tentang Curhat Dan Berdoa Di Media Sosial
(PYP).” SCRIBD, 2017. https://www.scribd.com/document/350309252/Pandangan-
Islam-Tentang-Curhat-Dan-Berdoa-Di-Media-Sosial-PYP.

Wardhanie, Ayouvi Poerna. “PERANAN MEDIA DIGITAL DALAM


MEMPERTAHANKAN BUDAYA LOKAL INDONESIA DI ERA GLOBALISASI.”
In Prosiding Strengthening Local Communities Facing The Global Era, 349, 2017.

Anda mungkin juga menyukai