devinuraeni17@sma.belajar.id
ABSTRAK
ABSTRACT
This study delves into the influence of religious content on social media, primarily
focusing on the TikTok platform, on individuals' experiences, perspectives, and
understanding of religious values. Through interviews conducted with 10 active
social media users, particularly TikTok users familiar with religious content, this
research highlights variations in platform usage intensity, motivations for seeking
religious content, and responses to the presented content. Findings indicate that
religious content is often stumbled upon inadvertently and is frequently appreciated
due to its creative presentation, relevance to daily life, and its ability to establish
an emotional connection with religious values. While the majority of respondents
experienced positive impacts, deepening their understanding of religion, some also
expressed criticism regarding the dominance of religious content and the need for
content diversity. Implications from this study emphasize the importance of varied
content, creative presentation strategies, and approaches that strengthen emotional
connections without overlooking users' needs for diversity.
A. PENDAHULUAN
Dalam beberapa dekade terakhir, pergeseran besar telah terjadi dalam cara
kita berkomunikasi dan berinteraksi. Fenomena revolusioner ini disebut sebagai
"Era Digital," di mana teknologi informasi dan komunikasi, khususnya sosial
media, telah menjadi pilar utama dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah perubahan
ini, tidak hanya cara kita berkomunikasi yang berubah, tetapi juga bagaimana
pesan-pesan agama disampaikan dan diterima. Dakwah, yang merupakan upaya
untuk menyebarkan ajaran agama, tidak lagi terbatas pada panggung atau ruang
fisik, melainkan telah merambah ke ruang maya yang luas, menciptakan tantangan
dan peluang baru.(Dr. Moch. Fakhruroji, 2017)
Pada saat yang sama, pengaruh sosial media dalam konteks dakwah semakin
menarik perhatian. Dengan jangkauan yang luas, kecepatan informasi, dan
kekuatan interaksi, platform-platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan
YouTube telah menjadi wahana yang efektif dalam menyebarkan pesan-pesan
agama. Namun, di balik kemudahan dan kecepatan ini, muncul juga kompleksitas
dan tantangan baru. Bagaimana dakwah dapat mempertahankan esensi,
mendalamkan pesan, dan membangun koneksi emosional dalam ruang virtual yang
penuh dengan informasi yang bergejolak?
Latar belakang ini menjadi penting karena keberadaan dakwah dalam era
digital membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang psikologi komunikasi
dan interaksi manusia. Pertanyaan mendasar tentang bagaimana pesan dakwah
dapat mencapai hati dan pikiran audiens di tengah derasnya informasi yang tersedia
di sosial media, serta bagaimana untuk menghindari penyalahgunaan platform ini
dalam menyebarkan pesan yang tidak sejalan dengan esensi agama, menjadi fokus
penting.
Melihat kenyataan bahwa sosial media tidak hanya menjadi tempat untuk
berbagi informasi, tetapi juga tempat di mana interaksi dan hubungan dibangun,
penting untuk memahami peran psikologi dakwah dalam membangun koneksi
emosional dalam ruang virtual ini. Bagaimana pesan dakwah dapat disampaikan
secara persuasif, membentuk persepsi positif, dan menjaga integritas ajaran agama
sambil memanfaatkan daya tarik sosial media adalah tantangan besar yang perlu
dipahami dan diatasi.
Media sosial, termasuk platform seperti TikTok, telah menjadi tempat yang
sangat populer untuk berbagi konten terkait dengan psikologi dakwah. TikTok,
dengan format video pendeknya, memberikan kesempatan bagi para pendakwah
atau pengguna yang ingin menyebarkan pesan-pesan agama dengan cara yang
kreatif dan menarik. Banyak konten di TikTok yang mengulas berbagai aspek dari
agama, psikologi, kehidupan sehari-hari, dan mencoba menghubungkan pesan-
pesan agama dengan konteks kontemporer. Konten-konten tersebut sering kali
dirancang untuk menarik perhatian pemirsa dengan cara yang tidak hanya
informatif, tetapi juga menghibur dan mendidik. Pendekatan ini mencoba mencapai
audiens yang lebih luas, terutama kalangan yang aktif di platform sosial media,
dengan menyajikan pesan dakwah dalam format yang lebih singkat, interaktif, dan
sesuai dengan gaya hidup mereka.
Dalam konteks ini, penelitian tentang psikologi dakwah dalam era digital
dengan fokus pada memaksimalkan pengaruh positif sosial media menjadi esensial.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merangkum cara-cara terbaik dalam
menyampaikan pesan dakwah secara efektif di ruang digital, memperkuat koneksi
emosional antara pendakwah dan audiens, serta memberikan wawasan yang
bermanfaat bagi pengembangan praktik dakwah yang sesuai dengan dinamika era
digital saat ini. Kehadiran psikologi dakwah dalam platform seperti TikTok
menunjukkan adaptasi pesat dalam cara menyampaikan pesan agama di era digital.
Meskipun kontennya mungkin lebih singkat, hal itu memungkinkan pesan-pesan
agama untuk tetap relevan dan dapat mencapai audiens yang lebih luas, terutama
generasi muda yang aktif di media sosial.
B. KERANGKA TEORI
Tentu, penggunaan sosial media seperti TikTok dan platform lainnya dalam
praktik dakwah memperluas jangkauan dan cara penyampaian pesan agama.
Terkait dengan teori komunikasi dalam dakwah, penggunaan platform-platform
ini memungkinkan para pendakwah untuk menerapkan teori-teori komunikasi
secara langsung dalam konteks yang lebih modern dan interaktif.
Dalam TikTok dan platform serupa, model-model komunikasi seperti model
transaksional dapat terlihat dalam interaksi yang berlangsung antara pendakwah
dan pengguna. Para pendakwah tidak hanya menjadi pengirim pesan, tetapi juga
berinteraksi dengan audiens melalui video pendek, komentar, dan kolaborasi,
yang menciptakan lingkungan komunikasi yang aktif. Hal ini memungkinkan
respons instan dari audiens yang dapat menjadi feedback yang berharga dalam
menyusun pesan dakwah yang lebih tepat dan memikat.
Dalam konteks praktik dakwah di TikTok dan platform sosial media serupa,
teori identitas sosial menjadi relevan. Para pendakwah, melalui konten mereka,
mencoba membangun identitas yang kuat sebagai agen penyampai pesan
agama. Mereka juga berinteraksi dengan audiens dan komunitas online untuk
membentuk identitas yang lebih besar, yang dapat memengaruhi cara pesan
agama diterima oleh audiens.
Teori ini juga menyoroti peran sosial media dalam membentuk komunitas
keagamaan. Di TikTok, pendakwah sering kali tidak hanya menyebarkan pesan
agama secara individual, tetapi juga membangun komunitas dengan para
pengikut mereka yang memiliki minat serupa. Hal ini menciptakan lingkungan
di mana nilai-nilai keagamaan diperkuat dan diaplikasikan dalam interaksi
sehari-hari antaranggota komunitas tersebut.
C. METODOLOGI
1. Desain Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang menjadi fokus terdiri dari sepuluh
pengguna media sosial, khususnya pengguna aktif aplikasi TikTok. Tujuan
utama adalah untuk memahami persepsi, pengalaman, dan pengaruh konten
dakwah di platform ini terhadap pola pikir dan perilaku mereka dalam konteks
keagamaan.
4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara holistik dan terpisah
untuk kedua sumber data yang terkumpul, yaitu hasil wawancara dan temuan
dari studi literatur. Pertama, hasil wawancara yang berupa transkrip akan
dianalisis secara kualitatif. Proses ini melibatkan langkah-langkah seperti
pengkodean, pengelompokan tema atau pola yang muncul, dan pengembangan
narasi dari hasil wawancara. Peneliti akan mencari kesamaan, perbedaan, atau
pola yang menonjol dari respons yang beragam, memungkinkan identifikasi
wawasan mendalam tentang bagaimana konten dakwah di media sosial
memengaruhi individu secara emosional, pikiran, dan perilaku keagamaan.
Penggunaan yang intensif dari aplikasi ini membuka peluang bagi konten
dakwah untuk mencapai audiens yang lebih luas. Sebagian besar responden
menyatakan bahwa sementara mereka menggunakan TikTok untuk hiburan, mereka
juga menemukan konten dakwah secara tidak sengaja. Mereka menggambarkan
bahwa platform ini menjadi sarana yang menarik untuk belajar tentang agama tanpa
harus secara khusus mencarinya. Beberapa di antara mereka menunjukkan bahwa
konten dakwah ini sering kali disajikan dengan cara yang menarik dan kreatif,
menjadikannya lebih menarik bagi mereka yang mungkin awalnya tidak tertarik
pada hal-hal keagamaan.
Sebagian besar responden juga menyoroti bahwa konten dakwah sering kali
dirancang untuk menjadi relevan dengan kehidupan sehari-hari. Mereka
mengaitkan ajaran agama dengan konteks kontemporer, seperti masalah-
masalah sosial, kehidupan sehari-hari, dan tantangan generasi masa kini. Hal
ini membuat konten dakwah lebih mudah dipahami, relevan, dan terasa lebih
dekat dengan kehidupan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan minat
mereka terhadap materi tersebut.
Hal penting lain yang ditekankan oleh responden adalah adanya keterlibatan
langsung dengan konten dakwah tersebut. Mereka sering kali menyatakan
bahwa mereka terlibat dalam komentar, interaksi, dan diskusi terkait konten
yang mereka sukai. Ini menciptakan rasa keterhubungan dengan materi
tersebut dan mendorong mereka untuk terus mengikuti serta berinteraksi
dengan konten serupa di masa mendatang.
Penting untuk dicatat bahwa respons dan minat para responden terhadap
konten dakwah sangat bervariasi. Ada yang menyukai pendekatan yang ringan
dan menghibur, sementara ada yang lebih menghargai kedalaman dan
keseriusan dalam penyampaian pesan agama. Adanya variasi preferensi ini
menunjukkan bahwa strategi dalam menyajikan konten dakwah di platform
sosial media perlu memperhatikan keragaman audiens agar pesan yang
disampaikan dapat mencapai dan memengaruhi lebih banyak orang.
Kesimpulannya, kesuksesan konten dakwah dalam menarik minat audiens
di platform sosial media terletak pada kombinasi antara cara penyampaian
yang kreatif, relevansi dengan kehidupan sehari-hari, dan keterlibatan
langsung dengan audiens. Respons positif para responden menunjukkan bahwa
ketika konten dakwah mampu menyajikan pesan agama dengan cara yang
menarik, informatif, dan relevan dengan kebutuhan audiens, maka minat dan
interaksi terhadap konten tersebut akan meningkat.
Sebagian besar responden juga menyoroti bahwa konten dakwah sering kali
dirancang untuk menjadi relevan dengan kehidupan sehari-hari. Mereka
mengaitkan ajaran agama dengan konteks kontemporer, seperti masalah-masalah
sosial, kehidupan sehari-hari, dan tantangan generasi masa kini. Hal ini membuat
konten dakwah lebih mudah dipahami, relevan, dan terasa lebih dekat dengan
kehidupan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan minat mereka terhadap
materi tersebut.(Bahasa et al., 2022)
Namun, beberapa responden juga menyatakan bahwa terlalu banyaknya
konten dakwah atau pemaksaan terhadap materi keagamaan di platform sosial
media bisa menjadi penghalang. Mereka menekankan bahwa variasi dalam konten
yang mereka konsumsi menjadi penting, dan ketidakseimbangan dalam porsi
konten dakwah bisa membuat mereka merasa jenuh. Ini menunjukkan bahwa
meskipun minat pada konten dakwah tinggi, terlalu banyaknya materi keagamaan
bisa mengurangi daya tariknya.
Hal penting lain yang ditekankan oleh responden adalah adanya keterlibatan
langsung dengan konten dakwah tersebut. Mereka sering kali menyatakan bahwa
mereka terlibat dalam komentar, interaksi, dan diskusi terkait konten yang mereka
sukai. Ini menciptakan rasa keterhubungan dengan materi tersebut dan mendorong
mereka untuk terus mengikuti serta berinteraksi dengan konten serupa di masa
mendatang.
Penting untuk dicatat bahwa respons dan minat para responden terhadap
konten dakwah sangat bervariasi. Ada yang menyukai pendekatan yang ringan dan
menghibur, sementara ada yang lebih menghargai kedalaman dan keseriusan dalam
penyampaian pesan agama. Adanya variasi preferensi ini menunjukkan bahwa
strategi dalam menyajikan konten dakwah di platform sosial media perlu
memperhatikan keragaman
E. KESIMPULAN
G. DAFTAR PUSTAKA
Bahasa, W., Arab, S., Adab, F., & Budaya, I. (2022). Pemanfaatan Media Sosial
Dalam Pandangan Islam Sebagai Media Dakwah. Jurnal Kewarganegaraan,
6(3).
Dr. Moch. Fakhruroji. (2017). DAKWAH DI ERA MEDIA BRU (Iqbal Triadi
Nugraha, Ed.; 1st ed.). SIMBIOSA REKATAMA MEDIA.
Dra. RR. Ponco Dewi Karyaningsih, M. M. (2018). ILMU KOMUNIKASI (Alviana
C, Ed.; 1st ed.). Penerbit Samudra Biru.
Fahrurozi, Faizah, & Kadri. (2019). BUKU ILMU DAKWAH (wawan junaidi & D.
iklilah muzayanah, Eds.; 1st ed.). PRENAMEDIA GROUP.
Habibi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, M., & Dakwah,
dan. (2018). OPTIMALISASI DAKWAH MELALUI MEDIA SOSIALDI
ERA MILENIAL. Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, 12(1), 101–116.
Pasundan Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, T., & Abdul Rohman Balai
Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Bandung Jl Soekarno Hatta No, D.
(2019). KOMUNIKASI DAKWAH MELALUI MEDIA SOSIAL. Jurnal
Balai Diklat Keagamaan Bandung, xiii(2), 121–133.
Prof. Dr. H. Abdullah, M. Si. (2018). ILMU DAKWAH-RAJAWALI (1st ed.). PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Sulastri, I., Yenni Gustia, A., & Juniati, L. (2020). PENGGUNAAN MEDIA
SOSIAL DALAM BERDAKWAH: STUDY TERHADAP DA’I DI KOTA
PADANG. AL MUNIR Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 11(2), 153–
163. https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/almunir
Zaenal Mukarom. (2020). TEORI-TEORI KOMUNIKASI (Asep Iwan Setiawan,
Ed.). Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. http://md.uinsgd.ac.id
Zakiyatul Husna, Z., Muhid UIN Sunan Ampel Surabaya Jl Ahmad Yani, A. N.,
Wonosobo, J., Wonocolo, K., & Surabaya Jawa Timur, K. (2021).
Perkembangan Dakwah Melalui Media Sosial Instagram (Literature Review).
Ath-Thariq, 05(02), 197–208.
LAMPIRAN