Anda di halaman 1dari 25

Psikologi Dakwah dalam Era Digital

Maksimalkan Konten Sosial Media Sebagai Media Dakwah

Devi Siti Nuraeni

devinuraeni17@sma.belajar.id

ABSTRAK

Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh konten dakwah di media sosial,


dengan fokus utama pada aplikasi TikTok, terhadap pengalaman, pandangan, dan
pemahaman individu tentang nilai-nilai agama. Melalui wawancara dengan 10
pengguna aktif media sosial, khususnya TikTok, yang terbiasa dengan konten
dakwah, penelitian ini menyoroti variasi dalam intensitas penggunaan platform,
motivasi menemukan konten dakwah, serta respons terhadap konten yang disajikan.
Temuan menunjukkan bahwa konten dakwah secara tidak sengaja ditemukan dan
seringkali disukai karena penyajian yang kreatif, relevansi dengan kehidupan
sehari-hari, dan kemampuan untuk membangun koneksi emosional dengan nilai-
nilai keagamaan. Meskipun mayoritas responden mengalami dampak positif dari
konten tersebut dalam memperdalam pemahaman agama, beberapa juga
mengungkapkan kritik terhadap dominasi konten dakwah dan kebutuhan akan
variasi konten. Implikasi dari penelitian ini menekankan pentingnya variasi konten,
strategi penyajian kreatif, serta pendekatan yang memperkuat koneksi emosional
tanpa mengabaikan kebutuhan variasi pengguna.

Kata Kunci : konten dakwah, media sosial, pengalaman pengguna.

ABSTRACT

This study delves into the influence of religious content on social media, primarily
focusing on the TikTok platform, on individuals' experiences, perspectives, and
understanding of religious values. Through interviews conducted with 10 active
social media users, particularly TikTok users familiar with religious content, this
research highlights variations in platform usage intensity, motivations for seeking
religious content, and responses to the presented content. Findings indicate that
religious content is often stumbled upon inadvertently and is frequently appreciated
due to its creative presentation, relevance to daily life, and its ability to establish
an emotional connection with religious values. While the majority of respondents
experienced positive impacts, deepening their understanding of religion, some also
expressed criticism regarding the dominance of religious content and the need for
content diversity. Implications from this study emphasize the importance of varied
content, creative presentation strategies, and approaches that strengthen emotional
connections without overlooking users' needs for diversity.

Key word : religious content, social media, user experience.

A. PENDAHULUAN

Dalam beberapa dekade terakhir, pergeseran besar telah terjadi dalam cara
kita berkomunikasi dan berinteraksi. Fenomena revolusioner ini disebut sebagai
"Era Digital," di mana teknologi informasi dan komunikasi, khususnya sosial
media, telah menjadi pilar utama dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah perubahan
ini, tidak hanya cara kita berkomunikasi yang berubah, tetapi juga bagaimana
pesan-pesan agama disampaikan dan diterima. Dakwah, yang merupakan upaya
untuk menyebarkan ajaran agama, tidak lagi terbatas pada panggung atau ruang
fisik, melainkan telah merambah ke ruang maya yang luas, menciptakan tantangan
dan peluang baru.(Dr. Moch. Fakhruroji, 2017)

Pada saat yang sama, pengaruh sosial media dalam konteks dakwah semakin
menarik perhatian. Dengan jangkauan yang luas, kecepatan informasi, dan
kekuatan interaksi, platform-platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan
YouTube telah menjadi wahana yang efektif dalam menyebarkan pesan-pesan
agama. Namun, di balik kemudahan dan kecepatan ini, muncul juga kompleksitas
dan tantangan baru. Bagaimana dakwah dapat mempertahankan esensi,
mendalamkan pesan, dan membangun koneksi emosional dalam ruang virtual yang
penuh dengan informasi yang bergejolak?

Latar belakang ini menjadi penting karena keberadaan dakwah dalam era
digital membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang psikologi komunikasi
dan interaksi manusia. Pertanyaan mendasar tentang bagaimana pesan dakwah
dapat mencapai hati dan pikiran audiens di tengah derasnya informasi yang tersedia
di sosial media, serta bagaimana untuk menghindari penyalahgunaan platform ini
dalam menyebarkan pesan yang tidak sejalan dengan esensi agama, menjadi fokus
penting.

Melihat kenyataan bahwa sosial media tidak hanya menjadi tempat untuk
berbagi informasi, tetapi juga tempat di mana interaksi dan hubungan dibangun,
penting untuk memahami peran psikologi dakwah dalam membangun koneksi
emosional dalam ruang virtual ini. Bagaimana pesan dakwah dapat disampaikan
secara persuasif, membentuk persepsi positif, dan menjaga integritas ajaran agama
sambil memanfaatkan daya tarik sosial media adalah tantangan besar yang perlu
dipahami dan diatasi.

Media sosial, termasuk platform seperti TikTok, telah menjadi tempat yang
sangat populer untuk berbagi konten terkait dengan psikologi dakwah. TikTok,
dengan format video pendeknya, memberikan kesempatan bagi para pendakwah
atau pengguna yang ingin menyebarkan pesan-pesan agama dengan cara yang
kreatif dan menarik. Banyak konten di TikTok yang mengulas berbagai aspek dari
agama, psikologi, kehidupan sehari-hari, dan mencoba menghubungkan pesan-
pesan agama dengan konteks kontemporer. Konten-konten tersebut sering kali
dirancang untuk menarik perhatian pemirsa dengan cara yang tidak hanya
informatif, tetapi juga menghibur dan mendidik. Pendekatan ini mencoba mencapai
audiens yang lebih luas, terutama kalangan yang aktif di platform sosial media,
dengan menyajikan pesan dakwah dalam format yang lebih singkat, interaktif, dan
sesuai dengan gaya hidup mereka.
Dalam konteks ini, penelitian tentang psikologi dakwah dalam era digital
dengan fokus pada memaksimalkan pengaruh positif sosial media menjadi esensial.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merangkum cara-cara terbaik dalam
menyampaikan pesan dakwah secara efektif di ruang digital, memperkuat koneksi
emosional antara pendakwah dan audiens, serta memberikan wawasan yang
bermanfaat bagi pengembangan praktik dakwah yang sesuai dengan dinamika era
digital saat ini. Kehadiran psikologi dakwah dalam platform seperti TikTok
menunjukkan adaptasi pesat dalam cara menyampaikan pesan agama di era digital.
Meskipun kontennya mungkin lebih singkat, hal itu memungkinkan pesan-pesan
agama untuk tetap relevan dan dapat mencapai audiens yang lebih luas, terutama
generasi muda yang aktif di media sosial.

B. KERANGKA TEORI

Dalam konteks dakwah dalam era digital, teori komunikasi menjadi


landasan kunci dalam memahami bagaimana pesan-pesan agama disampaikan dan
diterima. Model-model komunikasi dalam Komunikasi Dakwah dapat Mempelajari
cara audiens memproses, mengingat, dan merespons pesan dakwah di lingkungan
digital.(Dra. RR. Ponco Dewi Karyaningsih, 2018) Menyelidiki bagaimana audiens
memahami dan menafsirkan pesan-pesan agama serta pengaruhnya terhadap pola
pikir dan perilaku mereka. membantu memahami proses komunikasi dari pengirim
pesan (pendakwah) ke penerima pesan (audiens) di lingkungan digital. Selain itu,
teori komunikasi menjadi relevan karena membantu dalam merancang pesan
dakwah yang tidak hanya informatif tetapi juga mampu mempengaruhi audiens
secara positif. Berikut ini kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Teori Komunikasi Dakwah

Teori Komunikasi dalam konteks dakwah adalah landasan penting yang


membantu memahami cara pesan-pesan agama disampaikan, diterima, dan
dipahami oleh audiens, terutama di era digital yang penuh dengan berbagai
platform media.(Zaenal Mukarom, 2020) Model-model komunikasi seperti
model Shannon-Weaver, model transaksional, dan model komunikasi persuasif
menjadi elemen kunci dalam memahami interaksi antara pendakwah dan
audiens di lingkungan digital. Model Shannon-Weaver, sebagai contoh,
menguraikan komunikasi sebagai proses yang melibatkan pengirim pesan,
pesan itu sendiri, saluran komunikasi, penerima pesan, dan feedback. Dalam
dakwah online, pemahaman mendalam terhadap fungsi setiap elemen dalam
menyebarkan pesan agama sangat penting untuk mencapai audiens yang lebih
luas.

Penerapan teori-teori komunikasi tersebut membantu pendakwah


memahami bagaimana memperkuat efektivitas penyampaian pesan agama.
Model transaksional, misalnya, menggambarkan komunikasi sebagai proses
saling bertukar pesan antara pengirim dan penerima dengan asumsi bahwa
keduanya berperan sebagai pengirim dan penerima pesan secara bersamaan.
(Prof. Dr. H. Abdullah, 2018)Dalam konteks ini, pendakwah harus
memperhatikan bagaimana pesan yang disampaikan dapat diterima, dipahami,
dan direspons oleh audiens secara simultan untuk memastikan pesan yang
efektif dan berdampak.

Model komunikasi persuasif menjadi relevan karena membantu pendakwah


dalam merancang pesan dakwah yang tidak hanya informatif tetapi juga mampu
mempengaruhi audiens secara positif. Teori ini menawarkan kerangka kerja
untuk memahami bagaimana pesan-pesan agama dapat disusun agar lebih
persuasif dalam menyentuh hati dan pikiran audiens. Dalam era digital di mana
informasi tersebar dengan cepat, pendakwah perlu memahami cara memperkuat
daya tarik pesan mereka sehingga dapat mempengaruhi sikap, keyakinan, dan
tindakan audiens.

Tentu, penggunaan sosial media seperti TikTok dan platform lainnya dalam
praktik dakwah memperluas jangkauan dan cara penyampaian pesan agama.
Terkait dengan teori komunikasi dalam dakwah, penggunaan platform-platform
ini memungkinkan para pendakwah untuk menerapkan teori-teori komunikasi
secara langsung dalam konteks yang lebih modern dan interaktif.
Dalam TikTok dan platform serupa, model-model komunikasi seperti model
transaksional dapat terlihat dalam interaksi yang berlangsung antara pendakwah
dan pengguna. Para pendakwah tidak hanya menjadi pengirim pesan, tetapi juga
berinteraksi dengan audiens melalui video pendek, komentar, dan kolaborasi,
yang menciptakan lingkungan komunikasi yang aktif. Hal ini memungkinkan
respons instan dari audiens yang dapat menjadi feedback yang berharga dalam
menyusun pesan dakwah yang lebih tepat dan memikat.

Selain itu, penerapan teori komunikasi persuasif sangat relevan dalam


penggunaan TikTok dan platform serupa. Dalam video pendek yang menjadi
format utama di TikTok, para pendakwah berusaha untuk membuat pesan yang
singkat namun kuat, menggabungkan unsur kreatif dan edukatif untuk menarik
perhatian pengguna. Teori-teori ini membantu para pendakwah dalam
merancang pesan-pesan yang lebih persuasif, mempertimbangkan keterbatasan
waktu dalam format video pendek, namun tetap mampu mempengaruhi audiens
dengan pesan yang kuat.

Keterlibatan dalam platform sosial media juga memberikan pemahaman


yang lebih baik tentang cara audiens merespons pesan dakwah.(Fahrurozi et al.,
2019) Dalam lingkungan yang lebih interaktif seperti TikTok, pendakwah dapat
secara langsung mengamati respon pengguna, tanggapan, dan reaksi mereka
terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Ini memberikan wawasan langsung
tentang efektivitas pesan dakwah, memungkinkan penyesuaian untuk mencapai
audiens yang lebih luas dan beragam dengan lebih baik.

Dengan demikian, penggunaan sosial media seperti TikTok dalam praktik


dakwah tidak hanya mencerminkan penggunaan teori-teori komunikasi dalam
aksi nyata, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pendakwah untuk
memahami dan menerapkan konsep-konsep tersebut secara langsung dalam
lingkungan yang dinamis dan inovatif.

2. Teori Psikologi Sosial dan Interaksi Manusia dalam Ruang Digital


Teori Psikologi Sosial dan Interaksi Manusia dalam Ruang Digital
menyoroti cara individu berinteraksi, membentuk identitas, dan mempengaruhi
satu sama lain dalam lingkungan online. Terkait dengan praktik dakwah di
platform sosial media seperti TikTok, pemahaman tentang teori ini menjadi
penting karena membantu pendakwah memahami perilaku dan respons audiens
yang terlibat dalam proses penyampaian pesan agama.

Dalam konteks praktik dakwah di TikTok dan platform sosial media serupa,
teori identitas sosial menjadi relevan. Para pendakwah, melalui konten mereka,
mencoba membangun identitas yang kuat sebagai agen penyampai pesan
agama. Mereka juga berinteraksi dengan audiens dan komunitas online untuk
membentuk identitas yang lebih besar, yang dapat memengaruhi cara pesan
agama diterima oleh audiens.

Teori kognitif sosial juga penting karena membantu para pendakwah


memahami bagaimana audiens merespons pesan agama di lingkungan digital.
Dalam TikTok, para pendakwah berusaha tidak hanya menyampaikan pesan
agama, tetapi juga memperhatikan bagaimana audiens bereaksi terhadap pesan
tersebut. Hal ini memberikan pemahaman tentang bagaimana persepsi dan
evaluasi audiens terhadap pesan-pesan dakwah tersebut.

Penerapan teori ini dalam konteks praktik dakwah di media sosial


memungkinkan para pendakwah untuk memahami dinamika interaksi manusia
secara online.(Zakiyatul Husna et al., 2021) Mereka dapat membangun
komunitas, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan opini,
dan mengadaptasi pesan dakwah agar lebih sesuai dengan identitas, preferensi,
dan interaksi yang terjadi dalam ruang digital. Dengan demikian, teori Psikologi
Sosial dan Interaksi Manusia dalam Ruang Digital membantu pendakwah
mengoptimalkan interaksi dengan audiens mereka, menjadikan pesan-pesan
agama lebih terhubung secara emosional dan relevan dalam lingkungan online
yang beragam.

3. Teori Psikologi Sosial dan Interaksi Manusia dalam Ruang Digital


Teori Pengaruh Sosial Media terhadap Perilaku Keagamaan menyoroti
dampak penggunaan platform sosial media terhadap identitas keagamaan, nilai-
nilai agama, dan perilaku individu dalam konteks agama. Di era di mana banyak
pendakwah menggunakan platform seperti TikTok untuk menyebarkan pesan-
pesan agama, teori ini menjadi sangat relevan karena membantu memahami
bagaimana sosial media memengaruhi pola pikir dan tindakan keagamaan.

Penggunaan sosial media oleh pendakwah di TikTok menggambarkan teori


ini dengan jelas.(Sulastri et al., 2020) Melalui konten-konten pendek yang
mereka buat, para pendakwah berusaha membentuk identitas keagamaan yang
kuat di antara audiens mereka. Mereka juga berupaya memengaruhi nilai-nilai
keagamaan dan memperkuat perilaku keagamaan dalam interaksi online. Hal
ini memperlihatkan bagaimana platform sosial media dapat menjadi wadah
untuk memengaruhi sikap dan tindakan keagamaan di antara audiens yang
terlibat.

Teori ini juga menyoroti peran sosial media dalam membentuk komunitas
keagamaan. Di TikTok, pendakwah sering kali tidak hanya menyebarkan pesan
agama secara individual, tetapi juga membangun komunitas dengan para
pengikut mereka yang memiliki minat serupa. Hal ini menciptakan lingkungan
di mana nilai-nilai keagamaan diperkuat dan diaplikasikan dalam interaksi
sehari-hari antaranggota komunitas tersebut.

Penerapan Teori Pengaruh Sosial Media terhadap Perilaku Keagamaan


dalam praktik dakwah di sosial media menggambarkan bagaimana pendakwah
berusaha untuk memanfaatkan platform tersebut untuk memperkuat identitas,
nilai-nilai, dan tindakan keagamaan di antara audiens mereka. Melalui
penggunaan platform sosial media ini, para pendakwah berupaya secara aktif
untuk memengaruhi sikap dan perilaku keagamaan, menciptakan komunitas
yang didasarkan pada nilai-nilai agama, dan menjadikan platform tersebut
sebagai wadah untuk memperkuat identitas keagamaan dalam lingkungan
digital.
Teori komunikasi dakwah dalam era digital memberi landasan penting
untuk memahami cara pesan agama disampaikan dan diterima. Model-model
seperti Shannon-Weaver, transaksional, dan persuasif membantu memahami
interaksi pendakwah dan audiens di dunia digital. Penggunaan sosial media,
terutama di TikTok, mencerminkan penerapan langsung teori-teori komunikasi ini,
memungkinkan respons cepat dan pesan yang lebih persuasif dalam format video
pendek. Keterlibatan dalam platform sosial media memberikan pemahaman
mendalam tentang respons audiens, memungkinkan penyesuaian yang lebih baik.
Dengan demikian, teori komunikasi dakwah mendukung pengembangan pesan
agama secara inovatif dalam praktik dakwah di era digital.

C. METODOLOGI

1. Desain Penelitian

Penelitian ini mengusung pendekatan kualitatif dengan fokus pada


wawancara sebagai metode inti. Wawancara akan dilakukan dengan sejumlah
mahasiswa yang aktif menggunakan sosial media dan secara rutin dan sering
melihat konten dakwah di platform-platform tersebut. Melalui wawancara
mendalam ini, diharapkan dapat terbuka pemahaman tentang persepsi,
pengalaman, dan dampak dari konten dakwah dalam lingkungan media sosial,
serta bagaimana konten tersebut mempengaruhi pola pikir dan perilaku mereka
dalam konteks keagamaan.

Selain wawancara, penelitian ini juga mengandalkan studi literatur yang


mengulas peran positif sosial media dalam psikologi dakwah.Dengan
menggabungkan data dari wawancara dan temuan dari studi literatur,
diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif
mengenai pengaruh konten dakwah di ruang media sosial pada sikap dan
perilaku individu dalam konteks keagamaan.

2. Waktu Penelitian

Tanggal/Hari : Selasa-Rabu / 26-27 Desember 2023


Tempat : Bandung

3. Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang menjadi fokus terdiri dari sepuluh
pengguna media sosial, khususnya pengguna aktif aplikasi TikTok. Tujuan
utama adalah untuk memahami persepsi, pengalaman, dan pengaruh konten
dakwah di platform ini terhadap pola pikir dan perilaku mereka dalam konteks
keagamaan.
4. Instrumen Penelitian

Dalam wawancara, peneliti merumuskan serangkaian pertanyaan yang


relevan dengan topik penelitian. Beberapa di antaranya termasuk sebagai
instrumen wawancara, yang dirancang untuk menggali informasi yang sesuai
dengan ruang lingkup penelitian ini. Pertanyaan yang menjadi instrumen
wawancara adalah :

1) Pengalaman Penggunaan Sosial Media: Bagaimana pengalaman Anda


dalam menggunakan aplikasi TikTok atau platform sosial media lainnya?
Seberapa sering Anda mengaksesnya dalam sehari?
2) Interaksi dengan Konten Dakwah: Bagaimana Anda menemukan dan
berinteraksi dengan konten dakwah di sosial media? Apa yang menarik
minat Anda pada konten tersebut?
3) Dampak Konten Dakwah: Bagaimana konten dakwah di media sosial
mempengaruhi pandangan atau pemahaman Anda tentang agama? Apakah
ada perubahan dalam pola pikir atau tindakan Anda sebagai akibat dari
konten tersebut?
4) Koneksi Emosional dengan Konten Dakwah: Apakah konten dakwah di
sosial media, terutama di TikTok, mampu membangun koneksi emosional
atau rasa terhubung dengan nilai-nilai keagamaan bagi Anda?
5) Pengaruh Positif dan Negatif: Apakah ada pengaruh positif atau negatif
yang Anda rasakan setelah mengonsumsi konten dakwah di media sosial?
Bagaimana konten tersebut mempengaruhi persepsi Anda terhadap nilai-
nilai agama?
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua pendekatan
utama: wawancara mendalam dan studi literatur. Pertama, wawancara
mendalam dilakukan dengan sepuluh pengguna aktif media sosial, terutama
pengguna TikTok yang sering berinteraksi dengan konten dakwah. Wawancara
ini menjadi inti dalam memperoleh wawasan mendalam tentang pengalaman,
persepsi, dan dampak konten dakwah di platform tersebut terhadap pemikiran
dan perilaku keagamaan para responden. Melalui wawancara ini, peneliti dapat
memahami secara mendalam bagaimana konten dakwah memengaruhi audiens
secara individual.
Selain wawancara, teknik pengumpulan data lainnya adalah studi literatur.
Dengan memeriksa artikel-artikel, jurnal, buku, dan sumber informasi
terpercaya lainnya, peneliti memperoleh landasan teoritis yang kuat mengenai
peran positif sosial media dalam psikologi dakwah. Tinjauan literatur ini
memberikan pemahaman yang lebih luas tentang fenomena ini dari sudut
pandang yang sudah teruji dan terdokumentasi. Kombinasi antara wawancara
mendalam dengan analisis studi literatur membantu menciptakan kerangka
kerja yang kokoh dalam memahami interaksi antara konten dakwah di media
sosial dan audiensnya, serta dampaknya dalam konteks keagamaan.
6. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara holistik dan terpisah
untuk kedua sumber data yang terkumpul, yaitu hasil wawancara dan temuan
dari studi literatur. Pertama, hasil wawancara yang berupa transkrip akan
dianalisis secara kualitatif. Proses ini melibatkan langkah-langkah seperti
pengkodean, pengelompokan tema atau pola yang muncul, dan pengembangan
narasi dari hasil wawancara. Peneliti akan mencari kesamaan, perbedaan, atau
pola yang menonjol dari respons yang beragam, memungkinkan identifikasi
wawasan mendalam tentang bagaimana konten dakwah di media sosial
memengaruhi individu secara emosional, pikiran, dan perilaku keagamaan.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil wawancara yang menyoroti pengalaman penggunaan aplikasi TikTok
atau platform sosial media lainnya menunjukkan variasi yang signifikan di antara
responden. Sebagian besar dari mereka menggambarkan penggunaan yang cukup
intensif, mengakses platform ini beberapa kali dalam sehari. Seorang responden
menyatakan bahwa TikTok menjadi bagian integral dari rutinitas harian mereka,
dengan mengaksesnya sekitar 3-4 jam setiap harinya. Namun, ada juga responden
yang menggunakan aplikasi ini secara terbatas, dengan hanya mengaksesnya
beberapa kali dalam seminggu. Mayoritas responden juga menyebutkan bahwa
platform sosial media, terutama TikTok, menjadi tempat favorit bagi mereka untuk
menonton berbagai konten, termasuk konten dakwah.(Pasundan Jurnal Balai Diklat
Keagamaan Bandung & Abdul Rohman Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan
Bandung Jl Soekarno Hatta No, 2019)

Penggunaan yang intensif dari aplikasi ini membuka peluang bagi konten
dakwah untuk mencapai audiens yang lebih luas. Sebagian besar responden
menyatakan bahwa sementara mereka menggunakan TikTok untuk hiburan, mereka
juga menemukan konten dakwah secara tidak sengaja. Mereka menggambarkan
bahwa platform ini menjadi sarana yang menarik untuk belajar tentang agama tanpa
harus secara khusus mencarinya. Beberapa di antara mereka menunjukkan bahwa
konten dakwah ini sering kali disajikan dengan cara yang menarik dan kreatif,
menjadikannya lebih menarik bagi mereka yang mungkin awalnya tidak tertarik
pada hal-hal keagamaan.

Meskipun penggunaan yang cukup intensif, beberapa responden


menunjukkan bahwa mereka kadang-kadang merasa terganggu oleh konten dakwah
yang terlalu sering atau dominan di dalam aliran mereka. Mereka menekankan
bahwa mereka menginginkan variasi dalam konten yang mereka konsumsi dan
terkadang kelebihan konten dakwah bisa membuat mereka berpikir untuk
membatasi interaksi mereka dengan platform tersebut. Namun, secara keseluruhan,
mayoritas responden menyatakan bahwa penggunaan aplikasi TikTok atau platform
sosial media lainnya merupakan bagian yang signifikan dalam hidup sehari-hari
mereka, dengan atau tanpa konten dakwah, dan sering kali menjadi sumber
informasi dan hiburan yang menarik bagi mereka.

Pentingnya platform sosial media sebagai sumber informasi dan hiburan,


sekaligus sebagai wadah bagi konten dakwah, menyoroti potensi besar bagi
pengaruh positif dalam menyebarkan ajaran agama. Respons positif dari sebagian
besar responden menunjukkan bahwa konten dakwah yang disampaikan di platform
tersebut mampu menarik minat dan mempengaruhi pemikiran mereka, bahkan
tanpa maksud khusus. Namun, ada juga catatan kritis tentang keberagaman konten
yang diinginkan oleh beberapa responden, menunjukkan bahwa keberhasilan
konten dakwah dalam mencapai audiens yang lebih luas juga bergantung pada
variasi dan cara penyajian yang tepat. Hal ini menunjukkan perlunya penyesuaian
strategi dalam menyebarkan konten dakwah di platform sosial media guna
memenuhi preferensi dan kebutuhan audiens yang beragam.

1. Interaksi dengan Konten Dakwah

Dalam proses wawancara, para responden mengeksplorasi cara mereka


menemukan dan berinteraksi dengan konten dakwah di platform sosial media,
khususnya TikTok. Mayoritas dari mereka menekankan bahwa konten dakwah
sering ditemukan secara tidak sengaja saat menjelajahi feed atau aliran konten
di aplikasi. Mereka mengungkapkan bahwa terkadang konten dakwah muncul
di antara konten-konten lain yang mereka nikmati, dan ketertarikan awal
muncul dari ketidakpastian atau rasa ingin tahu tentang materi tersebut.

Alasan utama yang menjadi magnet bagi responden untuk berinteraksi


dengan konten dakwah adalah cara penyampaian yang kreatif dan inovatif.
Mereka menunjukkan bahwa konten dakwah sering kali disajikan dengan cara
yang menyenangkan, menarik, dan unik di TikTok. Beberapa responden
mengungkapkan bahwa konten ini mampu menyampaikan pesan-pesan agama
dengan cara yang tidak hanya informatif, tetapi juga menghibur. Musik,
animasi, penggunaan efek visual, serta narasi yang menarik menjadi elemen
yang memengaruhi minat mereka untuk terus berinteraksi dengan konten
tersebut.

Sebagian besar responden juga menyoroti bahwa konten dakwah sering kali
dirancang untuk menjadi relevan dengan kehidupan sehari-hari. Mereka
mengaitkan ajaran agama dengan konteks kontemporer, seperti masalah-
masalah sosial, kehidupan sehari-hari, dan tantangan generasi masa kini. Hal
ini membuat konten dakwah lebih mudah dipahami, relevan, dan terasa lebih
dekat dengan kehidupan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan minat
mereka terhadap materi tersebut.

Namun, beberapa responden juga menyatakan bahwa terlalu banyaknya


konten dakwah atau pemaksaan terhadap materi keagamaan di platform sosial
media bisa menjadi penghalang. Mereka menekankan bahwa variasi dalam
konten yang mereka konsumsi menjadi penting, dan ketidakseimbangan dalam
porsi konten dakwah bisa membuat mereka merasa jenuh. Ini menunjukkan
bahwa meskipun minat pada konten dakwah tinggi, terlalu banyaknya materi
keagamaan bisa mengurangi daya tariknya.

Hal penting lain yang ditekankan oleh responden adalah adanya keterlibatan
langsung dengan konten dakwah tersebut. Mereka sering kali menyatakan
bahwa mereka terlibat dalam komentar, interaksi, dan diskusi terkait konten
yang mereka sukai. Ini menciptakan rasa keterhubungan dengan materi
tersebut dan mendorong mereka untuk terus mengikuti serta berinteraksi
dengan konten serupa di masa mendatang.

Penting untuk dicatat bahwa respons dan minat para responden terhadap
konten dakwah sangat bervariasi. Ada yang menyukai pendekatan yang ringan
dan menghibur, sementara ada yang lebih menghargai kedalaman dan
keseriusan dalam penyampaian pesan agama. Adanya variasi preferensi ini
menunjukkan bahwa strategi dalam menyajikan konten dakwah di platform
sosial media perlu memperhatikan keragaman audiens agar pesan yang
disampaikan dapat mencapai dan memengaruhi lebih banyak orang.
Kesimpulannya, kesuksesan konten dakwah dalam menarik minat audiens
di platform sosial media terletak pada kombinasi antara cara penyampaian
yang kreatif, relevansi dengan kehidupan sehari-hari, dan keterlibatan
langsung dengan audiens. Respons positif para responden menunjukkan bahwa
ketika konten dakwah mampu menyajikan pesan agama dengan cara yang
menarik, informatif, dan relevan dengan kebutuhan audiens, maka minat dan
interaksi terhadap konten tersebut akan meningkat.

2. Dampak Konten Dakwah


Hasil wawancara terkait pengaruh konten dakwah di media sosial terhadap
pandangan atau pemahaman responden tentang agama menunjukkan variasi
dalam perubahan sikap dan pola pikir mereka. Mayoritas responden mengakui
bahwa konten dakwah di media sosial, khususnya TikTok, memberikan
perspektif baru tentang agama. Mereka menyatakan bahwa konten ini
membantu mereka memahami ajaran agama dengan cara yang lebih mudah dan
relevan dengan kehidupan sehari-hari. Konten tersebut sering kali memberikan
sudut pandang yang berbeda, membuka pikiran mereka terhadap nilai-nilai
spiritualitas, dan menginspirasi refleksi mendalam tentang kehidupan spiritual.
Ada sejumlah responden yang mengungkapkan bahwa konten dakwah di
media sosial membawa perubahan signifikan dalam pola pikir mereka terkait
agama. Mereka menyatakan bahwa setelah terpapar pada konten-konten
tersebut, mereka menjadi lebih terbuka terhadap nilai-nilai agama dan lebih
memperhatikan praktek keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa dari
mereka juga mengindikasikan bahwa konten dakwah ini mendorong mereka
untuk melakukan refleksi pribadi, yang akhirnya menghasilkan perubahan
positif dalam tindakan mereka.
Namun, ada juga responden yang menunjukkan bahwa sementara konten
dakwah memberikan perspektif baru, perubahan dalam pola pikir mereka tidak
terlalu signifikan. Mereka mengakui bahwa meskipun mereka menemukan
konten tersebut menarik, perubahan sikap atau tindakan yang nyata tidak selalu
terjadi sebagai akibat langsung dari konten dakwah tersebut. Sebagian dari
mereka menegaskan bahwa konten tersebut lebih berperan sebagai penambah
pengetahuan daripada perubahan pandangan yang radikal.
Dalam keseluruhan, pengaruh konten dakwah di media sosial terhadap
pemahaman atau pandangan tentang agama tampaknya bervariasi dari satu
individu ke individu lainnya. Ada yang merasakan perubahan yang signifikan
dalam pemahaman dan praktek keagamaan mereka, sementara yang lain
merasakan pengaruh yang lebih terbatas. Hal ini menyoroti bahwa dampak
konten dakwah terhadap pemahaman agama sangat dipengaruhi oleh keunikan
individu, latar belakang, dan kedalaman pengalaman spiritual mereka
sebelumnya.
Penting untuk mencatat bahwa konten dakwah di media sosial tidak hanya
berperan sebagai sumber pengetahuan agama, tetapi juga sebagai pemicu
refleksi dan pemikiran lebih dalam tentang nilai-nilai spiritual. Bagi sebagian
responden, konten tersebut mendorong mereka untuk melakukan evaluasi diri
dan mempertimbangkan bagaimana ajaran agama dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
perubahan sikap tidak selalu bersifat drastis, konten dakwah memiliki peran
yang penting dalam memperdalam pemahaman tentang agama dan spiritualitas.
3. Koneksi Emosional dengan Konten Dakwah
Hasil dari wawancara terkait kemampuan konten dakwah di media sosial,
khususnya TikTok, dalam membangun koneksi emosional atau rasa terhubung
dengan nilai-nilai keagamaan menunjukkan pengaruh yang signifikan bagi
sebagian besar responden. Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa
konten tersebut mampu menciptakan koneksi emosional yang mendalam
dengan nilai-nilai keagamaan. Mereka merasakan adanya ikatan yang kuat,
sering kali terinspirasi dan tergerak secara emosional oleh pesan-pesan agama
yang disampaikan melalui konten-konten tersebut.
Responden menyebutkan bahwa kekuatan konten dakwah di TikTok terletak
pada kemampuannya untuk menyentuh hati dan membangun koneksi emosional
dengan audiens. Video-video yang mengandung pesan-pesan agama sering kali
disampaikan dengan cara yang menarik dan mendalam, sehingga mampu
merangsang perasaan positif seperti kebahagiaan, ketenangan, atau keinsafan
spiritual. Mereka merasakan bahwa konten tersebut dapat menembus emosi
mereka dan menciptakan ikatan yang lebih dalam dengan nilai-nilai keagamaan.
Namun, terdapat juga sebagian responden yang merasakan bahwa
sementara konten dakwah mampu menimbulkan reaksi emosional, koneksi
tersebut seringkali bersifat sesaat. Mereka merasakan bahwa dampak emosional
yang dihasilkan dari konten tersebut tidak selalu bertahan dalam jangka waktu
yang lama. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa meskipun terinspirasi atau
tergerak secara emosional saat menonton konten dakwah, tetapi perasaan
tersebut tidak selalu berdampak langsung pada perilaku sehari-hari atau
perubahan yang signifikan dalam sikap keagamaan.
Dalam keseluruhan, hasil wawancara menunjukkan bahwa konten dakwah
di TikTok memiliki potensi besar dalam membangun koneksi emosional dengan
nilai-nilai keagamaan. Konten-konten tersebut mampu menghasilkan reaksi
emosional yang kuat, membangkitkan perasaan terhubung dengan ajaran
agama, dan menyentuh hati responden. Namun, penting untuk dicatat bahwa
kekuatan emosional ini tidak selalu berdampak pada perubahan sikap atau
tindakan yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun begitu, konten
dakwah tetap memiliki peran penting dalam menciptakan ikatan emosional
dengan nilai-nilai keagamaan bagi sebagian besar responden, meskipun tingkat
dampaknya mungkin berbeda-beda.
4. Pengaruh Positif dan Negatif

Dari hasil wawancara, terdapat variasi dalam pengaruh yang dirasakan


setelah mengonsumsi konten dakwah di media sosial. Sebagian besar responden
melaporkan pengaruh positif yang dihasilkan dari konten tersebut. Mereka
merasakan bahwa konten dakwah memberikan dampak yang menginspirasi,
meningkatkan kesadaran spiritual, dan menguatkan koneksi mereka dengan
nilai-nilai agama. Pesan-pesan yang disampaikan dalam konten tersebut
seringkali memberikan pandangan baru tentang agama, menghadirkan inspirasi,
dan memberikan kecerahan dalam memahami prinsip-prinsip keagamaan.
Namun, ada sebagian kecil responden yang melaporkan adanya pengaruh
yang lebih netral atau minim setelah mengonsumsi konten dakwah di media
sosial. Mereka mengakui bahwa meskipun mereka menemukan konten tersebut
menarik atau informatif, dampaknya tidak begitu signifikan dalam merubah
persepsi atau pemahaman mereka terhadap nilai-nilai agama. Bagi sebagian dari
mereka, konten tersebut lebih berperan sebagai tambahan informasi daripada
sebagai pemicu perubahan sikap yang dramatis.

Dalam konteks pengaruh yang dirasakan, terdapat juga sejumlah responden


yang mengalami perubahan negatif setelah mengonsumsi konten dakwah di
media sosial. Meskipun dalam minoritas, beberapa dari mereka menyatakan
bahwa konten tersebut kadangkala memicu perasaan tertekan atau cemas karena
menyoroti berbagai aspek agama yang konflik atau kontroversial. Hal ini
menunjukkan bahwa konten dakwah tidak selalu memberikan pengaruh yang
positif bagi semua individu, dan adanya variasi dalam bagaimana setiap orang
menanggapi konten tersebut.

Namun, bagi sebagian besar responden, konten dakwah di media sosial


memberikan pengaruh yang positif dalam memperkuat atau mempertajam
persepsi mereka terhadap nilai-nilai agama. Mereka merasakan bahwa konten
tersebut mendorong pemikiran lebih mendalam, memperkaya pengetahuan
agama mereka, dan memberikan pandangan yang lebih luas tentang ajaran
agama. Terlepas dari perbedaan pengaruh yang dirasakan, penting untuk dicatat
bahwa konten dakwah memiliki potensi untuk memengaruhi persepsi individu
terhadap nilai-nilai agama, walaupun sifat pengaruhnya mungkin berbeda-beda
bagi setiap orang.

Hasil dari wawancara yang menyoroti pengalaman penggunaan aplikasi


TikTok atau platform sosial media lainnya membawa sejumlah gambaran yang
menarik. Respons dari para responden menunjukkan variasi yang signifikan dalam
pola penggunaan platform ini. Sebagian besar dari mereka menggambarkan
penggunaan yang intensif, mengakses platform ini beberapa kali dalam sehari.
Seorang responden bahkan menyatakan bahwa TikTok telah menjadi bagian
integral dari rutinitas harian mereka, dengan mengaksesnya sekitar 3-4 jam setiap
harinya. Namun, ada pula responden yang menggunakan aplikasi ini secara
terbatas, dengan hanya mengaksesnya beberapa kali dalam seminggu. Mayoritas
dari mereka juga menegaskan bahwa platform sosial media, terutama TikTok,
menjadi tempat favorit bagi mereka untuk menonton berbagai konten, termasuk
konten dakwah.

Penggunaan intensif dari aplikasi ini memberikan peluang bagi konten


dakwah untuk mencapai audiens yang lebih luas. Mayoritas responden menyatakan
bahwa sementara mereka menggunakan TikTok untuk hiburan, mereka juga
menemukan konten dakwah secara tidak sengaja. Mereka menggambarkan
platform ini sebagai sarana yang menarik untuk belajar tentang agama tanpa harus
secara khusus mencarinya. Beberapa di antara mereka menunjukkan bahwa konten
dakwah ini sering kali disajikan dengan cara yang menarik dan kreatif,
menjadikannya lebih menarik bagi mereka yang mungkin awalnya tidak tertarik
pada hal-hal keagamaan.

Meskipun penggunaan yang cukup intensif, beberapa responden


menunjukkan bahwa mereka kadang-kadang merasa terganggu oleh konten dakwah
yang terlalu sering atau dominan di dalam aliran mereka. Mereka menekankan
bahwa mereka menginginkan variasi dalam konten yang mereka konsumsi, dan
terkadang kelebihan konten dakwah bisa membuat mereka mempertimbangkan
untuk membatasi interaksi mereka dengan platform tersebut. Namun, secara
keseluruhan, mayoritas responden menyatakan bahwa penggunaan aplikasi TikTok
atau platform sosial media lainnya merupakan bagian yang signifikan dalam hidup
sehari-hari mereka, dengan atau tanpa konten dakwah, dan sering kali menjadi
sumber informasi dan hiburan yang menarik bagi mereka.

Pentingnya platform sosial media sebagai sumber informasi dan hiburan,


sekaligus sebagai wadah bagi konten dakwah, menyoroti potensi besar bagi
pengaruh positif dalam menyebarkan ajaran agama.(Habibi Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin & Dakwah, 2018) Respons positif dari sebagian
besar responden menunjukkan bahwa konten dakwah yang disampaikan di platform
tersebut mampu menarik minat dan mempengaruhi pemikiran mereka, bahkan
tanpa maksud khusus. Namun, ada juga catatan kritis tentang keberagaman konten
yang diinginkan oleh beberapa responden, menunjukkan bahwa keberhasilan
konten dakwah dalam mencapai audiens yang lebih luas juga bergantung pada
variasi dan cara penyajian yang tepat. Hal ini menunjukkan perlunya penyesuaian
strategi dalam menyebarkan konten dakwah di platform sosial media guna
memenuhi preferensi dan kebutuhan audiens yang beragam.

Dalam proses wawancara, para responden mengeksplorasi cara mereka


menemukan dan berinteraksi dengan konten dakwah di platform sosial media,
khususnya TikTok. Mayoritas dari mereka menekankan bahwa konten dakwah
sering ditemukan secara tidak sengaja saat menjelajahi feed atau aliran konten di
aplikasi. Mereka mengungkapkan bahwa terkadang konten dakwah muncul di
antara konten-konten lain yang mereka nikmati, dan ketertarikan awal muncul dari
ketidakpastian atau rasa ingin tahu tentang materi tersebut.

Alasan utama yang menjadi magnet bagi responden untuk berinteraksi


dengan konten dakwah adalah cara penyampaian yang kreatif dan inovatif. Mereka
menunjukkan bahwa konten dakwah sering kali disajikan dengan cara yang
menyenangkan, menarik, dan unik di TikTok. Beberapa responden mengungkapkan
bahwa konten ini mampu menyampaikan pesan-pesan agama dengan cara yang
tidak hanya informatif, tetapi juga menghibur. Musik, animasi, penggunaan efek
visual, serta narasi yang menarik menjadi elemen yang memengaruhi minat mereka
untuk terus berinteraksi dengan konten tersebut.

Sebagian besar responden juga menyoroti bahwa konten dakwah sering kali
dirancang untuk menjadi relevan dengan kehidupan sehari-hari. Mereka
mengaitkan ajaran agama dengan konteks kontemporer, seperti masalah-masalah
sosial, kehidupan sehari-hari, dan tantangan generasi masa kini. Hal ini membuat
konten dakwah lebih mudah dipahami, relevan, dan terasa lebih dekat dengan
kehidupan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan minat mereka terhadap
materi tersebut.(Bahasa et al., 2022)
Namun, beberapa responden juga menyatakan bahwa terlalu banyaknya
konten dakwah atau pemaksaan terhadap materi keagamaan di platform sosial
media bisa menjadi penghalang. Mereka menekankan bahwa variasi dalam konten
yang mereka konsumsi menjadi penting, dan ketidakseimbangan dalam porsi
konten dakwah bisa membuat mereka merasa jenuh. Ini menunjukkan bahwa
meskipun minat pada konten dakwah tinggi, terlalu banyaknya materi keagamaan
bisa mengurangi daya tariknya.

Hal penting lain yang ditekankan oleh responden adalah adanya keterlibatan
langsung dengan konten dakwah tersebut. Mereka sering kali menyatakan bahwa
mereka terlibat dalam komentar, interaksi, dan diskusi terkait konten yang mereka
sukai. Ini menciptakan rasa keterhubungan dengan materi tersebut dan mendorong
mereka untuk terus mengikuti serta berinteraksi dengan konten serupa di masa
mendatang.

Penting untuk dicatat bahwa respons dan minat para responden terhadap
konten dakwah sangat bervariasi. Ada yang menyukai pendekatan yang ringan dan
menghibur, sementara ada yang lebih menghargai kedalaman dan keseriusan dalam
penyampaian pesan agama. Adanya variasi preferensi ini menunjukkan bahwa
strategi dalam menyajikan konten dakwah di platform sosial media perlu
memperhatikan keragaman

E. KESIMPULAN

Hasil dari wawancara yang mengulas pengalaman penggunaan platform


sosial media, khususnya TikTok, menyoroti adanya variasi signifikan dalam
interaksi dan persepsi terhadap konten dakwah. Mayoritas responden menunjukkan
penggunaan intensif platform ini, di mana TikTok menjadi bagian integral dari
rutinitas harian mereka. Meskipun begitu, ada juga sebagian responden yang
mengaksesnya secara terbatas. Konten dakwah ditemukan secara tidak sengaja dan
sering kali disukai karena penyajian yang kreatif, inovatif, dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari. Namun, terlalu banyaknya konten dakwah dalam aliran
kadang menjadi kendala, menimbulkan keinginan akan variasi konten yang lebih
luas.

Kesuksesan konten dakwah dalam menarik minat pengguna terletak pada


cara penyampaian yang kreatif, relevan dengan konteks kehidupan, serta
keterlibatan langsung dengan audiens. Respons positif dari sebagian besar
responden menunjukkan bahwa ketika konten dakwah mampu menyajikan pesan
agama dengan cara yang menarik, informatif, dan relevan dengan kebutuhan
audiens, maka minat dan interaksi terhadap konten tersebut akan meningkat.
Namun, penting untuk mencatat bahwa keberagaman preferensi pengguna menjadi
kunci dalam merancang strategi penyajian konten dakwah, untuk memenuhi
kebutuhan yang beragam.

Dampak konten dakwah di media sosial, khususnya TikTok, terhadap


pandangan atau pemahaman individu tentang agama bervariasi. Sebagian besar
responden menyatakan bahwa konten ini memberikan sudut pandang baru yang
mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, dampaknya
tidak selalu menghasilkan perubahan sikap atau tindakan yang signifikan. Ada yang
merasakan perubahan yang nyata dalam praktek keagamaan mereka, sementara
yang lain hanya menemukan konten ini sebagai tambahan informasi daripada
pemicu perubahan sikap yang drastis. Ini menunjukkan bahwa konten dakwah
memiliki potensi dalam memperdalam pemahaman tentang agama dan spiritualitas,
meskipun dampaknya bervariasi bagi setiap individu.

F. SARAN DAN IMPLIKASI

Tinjauan hasil penelitian menyarankan beberapa hal:

1. Konten harus bervariasi agar bisa menjangkau audiens dengan latar


belakang yang berbeda.
2. Kontrol jumlah konten agama agar tidak mendominasi variasi konten lain
di platform sosial.
3. Penyajian konten agama yang kreatif bisa meningkatkan minat pengguna.
4. Perlunya program literasi media agar pengguna bisa memahami konteks dan
implikasi konten agama.
5. Kolaborasi diperlukan untuk memastikan keakuratan pesan agama yang
disampaikan.
6. Penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang dampak jangka
panjang konten agama di media sosial terhadap pemahaman agama dan
sikap individu.

G. DAFTAR PUSTAKA

Bahasa, W., Arab, S., Adab, F., & Budaya, I. (2022). Pemanfaatan Media Sosial
Dalam Pandangan Islam Sebagai Media Dakwah. Jurnal Kewarganegaraan,
6(3).
Dr. Moch. Fakhruroji. (2017). DAKWAH DI ERA MEDIA BRU (Iqbal Triadi
Nugraha, Ed.; 1st ed.). SIMBIOSA REKATAMA MEDIA.
Dra. RR. Ponco Dewi Karyaningsih, M. M. (2018). ILMU KOMUNIKASI (Alviana
C, Ed.; 1st ed.). Penerbit Samudra Biru.
Fahrurozi, Faizah, & Kadri. (2019). BUKU ILMU DAKWAH (wawan junaidi & D.
iklilah muzayanah, Eds.; 1st ed.). PRENAMEDIA GROUP.
Habibi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, M., & Dakwah,
dan. (2018). OPTIMALISASI DAKWAH MELALUI MEDIA SOSIALDI
ERA MILENIAL. Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, 12(1), 101–116.
Pasundan Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, T., & Abdul Rohman Balai
Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Bandung Jl Soekarno Hatta No, D.
(2019). KOMUNIKASI DAKWAH MELALUI MEDIA SOSIAL. Jurnal
Balai Diklat Keagamaan Bandung, xiii(2), 121–133.
Prof. Dr. H. Abdullah, M. Si. (2018). ILMU DAKWAH-RAJAWALI (1st ed.). PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Sulastri, I., Yenni Gustia, A., & Juniati, L. (2020). PENGGUNAAN MEDIA
SOSIAL DALAM BERDAKWAH: STUDY TERHADAP DA’I DI KOTA
PADANG. AL MUNIR Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 11(2), 153–
163. https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/almunir
Zaenal Mukarom. (2020). TEORI-TEORI KOMUNIKASI (Asep Iwan Setiawan,
Ed.). Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. http://md.uinsgd.ac.id
Zakiyatul Husna, Z., Muhid UIN Sunan Ampel Surabaya Jl Ahmad Yani, A. N.,
Wonosobo, J., Wonocolo, K., & Surabaya Jawa Timur, K. (2021).
Perkembangan Dakwah Melalui Media Sosial Instagram (Literature Review).
Ath-Thariq, 05(02), 197–208.
LAMPIRAN

Dokumentasi saat melaksanakan wawancara

Anda mungkin juga menyukai