PENDAHULUAN
Lokasi KKN Desa Perduhapen Kab. Pakpak Bharat Jalan Kombih II,
Kecamatan Kerajaan. Nama Desa Perduhapen berasal dari kata bahasa
pakpak yaitu “Merduhap” yang mempunyai arti “ mencuci muka”.
Desa Perduhapen merupakan tanah wilayat atau tanah adat marga
Tinendung dan marga Sinamo. Di Desa Perduhapen terdapat 2 (Dua)
sungai (dalam bahasa pakpak “Lae”) yaitu Lae Kabeaken dan Lae
Kombih. Pada Tahun 1985 lae kombih telah digunakan menjadi
pembangkit listrik tenaga mesin hydro (PLTMH KOMBIH 2) dan
pada tahun 2013 lae Kombih telah dilakukan pembangunan
pembangkit listrik tenaga mesin hydro ( PLTM KOMBIH 3) Elektric
Power Plant (2 x 5,5 MW).
B. Tujuan KKN
Tujuan ataupun manfaat dari KKN bukan hanya sekedar kewajiban
dari kampus tetapi memberi banyak manfaat yang membentuk
mahasiswa mempunyai banyak ide dan solusi untuk memecahkan
masalah atau kendala masyarakat desa. Dan KKN tidak selalu berjalan
mulus,dimana semua jurusan berkumpul dan orang-orangnya berbeda
pemikiran semua disatukan menjadi kelompok,yang pastinya banyak
kesalahpahaman antar sesama. Adanya juga masalah yang dialami
masyarakat serta masalah selama proker berlangsung, tanpa sadar
sudah melatih pola pikir mahasiswa untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Melalui proses ini, keterampilan mahasiswa dilatih untuk
memecahkan masalah. Sehingga dapat menjadikan mahasiswa yang
bisa memecahkan masalah dengan baik.
C. Manfaat KKN
Seperti yang sudah dipaparkan diatas Tujuan dari KKN,tidak jauh
manfaat KKN bagi mahasiswa menjadi lebih kreatif membuat
ide,dapat memecahkan masalah dengan baik,dan membuat mahasiswa
lebih berjiwa kekeluargaan dan kebersamaan yang lebih akrab dan
kompak. Dimana berbeda jurusan,agama,suku,kepribadian dan sifat
yang berbeda disatukan dalam kelompok untuk memecahkan suatu
masalah dan memberikan solusi agar dapat menyelesaikan masalah
tersebut. Membuat jiwa mahasiswa lebih bersabar akan sifat dan
kepribadian satu sama lain.
1. Potensi Fisik
Yang pertama adalah potensi fisik dari suatu desa. Potensi fisik dari
suatu desa ini merupakan potensi yang dapat terukur dan terlihat
secara fisik, baik itu potensi SDA maupun juga SDM nya. Potensi
fisik suatu desa tersebut juga meliputi beberapa faktor berikut :
1. Tanah
2. Air
Yang kedua adalah air yang juga termasuk dalam SDA. Air yang
dimaksudkan dalam faktor ini seperti sumber air, tata air, dan juga
keadaan air bagi kepentingan masyarakat terutama penduduk desanya.
Contoh lain yang dapat diperhitungkan adalah seperti irigasi,
perikanan, pertanian, termasuk kebutuhan sehari-hari.
3. Iklim
Iklim juga termasuk salah satu faktor dari SDA yang mana dalam
faktor ini nantinya akan diukur mulai dari suhu udara hingga curah
hujan. Data yang diterima nantinya juga dapat dikembangkan untuk
pengembangan seperti untuk usaha pertanian dan objek wisata.
5. Manusia
Sebagai salah satu sumber daya yakni SDM, manusia atau dalam hal
ini adalah masyarakat desa akan menjadi sumber tenaga kerja yang
mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam desanya. Hanya saja
untuk mencapai target yang sudah ditentukan, perlu peran serta
pemerintah untuk memberikan pemberdayaan dan juga meningkatkan
kesadaran masyarakat.
Selan potensi fisik ada juga potensi non fisik yang perlu diperhatikan
dalam upaya pemberdayaannya. Berikut contoh untuk potensi desa
non fisik.
1. Kondisi masyarakat
Untuk potensi non fisik dari desa yang pertama adalah kondisi
masyarakatnya, apakah masyarakatnya plural ataupun tidak, apakah
memiliki sifat gotong royong yang kuat atau tidak. Kondisi
masyarakat merupakan kekuatan produksi dan pembangunan desa.
2. Lembaga Sosial
Yang kedua adalah lembaga sosial yang ada di tengah masyarakat.
Seperti contohnya adalah LKMD, LPMD, PKK, hingga Karang
Taruna serta organisasi sosial lainnya yang kebutuhannya juga
bergantung pada masyarakat
Dari situ kita dapat memahami apa yang perlu kita persiapan untuk
memahami keadaan potensi desa. Ada beberapa alasan mengapa
potensi daerah di setiap daerah berbeda satu sama lain adalah karena
faktor berikut ini :
Selain keempat faktor diatas, masih ada faktor lain yang terbilang
kompleks yakni kualitas produksi dan laju perkembangan desa
tersebut. Alhasil, fakta di lapangan mengenai hal ini terbilang berbeda
antara satu desa dan desa yang lainnya.