Anda di halaman 1dari 39

Hambatan Komunikasi

& Cara Mengatasinya

-Berdasarkan Elemen Komunikasi


-Penggunaan Teknik Komunikasi Asertif
Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi

Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau


mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan
komunikasi dapat mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas,
mempersulit pemahaman terhadap pesan yang dikirimkan, serta
mempersulit dalam memberikan umpan balik yang sesuai.

Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi yaitu


hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya,
serta hambatan lingkungan
Hambatan personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta
komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate.
Hambatan personal dalam komunikasi meliputi sikap,
emosi, stereotyping, prasangka, bias, dan lain-lain.
Hambatan kultural atau budaya
Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan
dan latar belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus
memahami perbedaan dalam hal nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap
yang dipegang oleh orang lain.
Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan
keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomunikasi
tidak menggunakan bahasa yang sama, atau tidak memiliki tingkat
kemampuan berbahasa yang sama.
Lanjutan..
Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat
berbahasa yang tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon atau
bahasa “slang” atau “prokem” atau “alay” yang tidak dipahami oleh
satu atau lebih orang yang diajak berkomunikasi.
Hal lain yang turut memberikan kontribusi terjadinya hambatan bahasa
adalah situasi dimana percakapan terjadi dan bidang pengalaman
ataupun kerangka referensi yang dimiliki oleh peserta komunikasi
mengenai hal yang menjadi topik pembicaraan. 
Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi.
Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar
individu, dan radio. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.
Hambatan lingkungan
Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai
peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut
mempengaruhi proses komunikasi yang efektif.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat mengalami rintangan
yang dipicu oleh faktor lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi
dimana komunikasi terjadi. Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat
aktifitas, tingkat kenyamanan, gangguan, serta waktu.
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi Berdasar Elemen Komunikasi
Berbagai hambatan komunikasi yang dapat menyebabkan ketidakefektifan komunikasi dapat kita atasi dengan memperhatikan beberapa hal berikut

1. Pengirim pesan/komunikator/sender
Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung dua arah dan diawali
oleh pengirim pesan. Pengirim pesan hendaknya merumuskan
informasi sedemikian rupa agar tujuan komunikasi tercapai.
Pengirim pesan harus proaktif dalam membuat penerima/
komunikan/komunikator/receiver mengerti dan memahami pesan yang
disampaikan. Seringkali, apa yang dikatakan tidak selalu sesuai dengan
apa yang didengar. Untuk menghindarinya, hal-hal yang harus dilakukan
adalah
• Menyatakan satu ide atau gagasan dalam satu waktu.

• Menyatakan ide atau gagasan dengan singkat.

• Memberikan penjelasan ketika diperlukan.

• Melakukan pengulangan jika diperlukan.

• Menerima dan memberikan umpan balik.

• Melakukan pilihan kata, nada suara dan bahasa tubuh yang tepat.
• Mengembangkan sikap empati terhadap penerima/ komunikan/
komunikate/receiver dalam mengatasi hambatan kultural atau budaya dalam
komunikasi.
2. Pesan
Pesan merupakan informasi sederhana yang ingin disampaikan oleh pengirim
pesan kepada penerima. Pesan dapat berupa pesan verbal maupun pesan non
verbal. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya masalah, pengirim harus :

• Menggunakan terminologi yang tepat.


• Berbicara dengan jelas.
• Waktu pengiriman pesan disesuaikan dengan kesiapan penerima pesan untuk
mendengarkan atau menerima pesan.
• Menggunakan volume suara yang sesuai.
• Pesan yang disampaikan hendaknya bersifat inklusif dan informatif. Inklusif
artinya bahwa pesan berisi segala sesuatu yang diperlukan oleh penerima
pesan untuk memahami maksud pengirim. Informasi artinya pesan merupakan
sesuatu yang ingin diketahui oleh penerima pesan.
3.
Penerima/komunikan/komunikate/receiver
Penerima pesan membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Untuk itu, penerima pesan harus memegang kendali atas
seluruh proses komunikasi yang berlangsung. Agar penerima pesan
memegang kendali, adalah penting bagi penerima pesan untuk yakin
bahwa pengirim pesan memahami apa yang diinginkan oleh penerima
pesan dan mengapa mereka menginginkannya.
Aktif mendengarkan adalah suatu proses yang digunakan oleh penerima
pesan untuk memfasilitasi komunikasi dan meningkatkan penampilan.
Dalam artian, penerima pesan aktif dalam proses komunikasi. Agar
penerima pesan dapat mendengarkan dengan aktif, hal-hal yang perlu
dilakukan oleh penerima pesan adalah :
• Fokus perhatian pada pesan yang disampaikan dengan memberikan momen
prioritas. Jika memungkinkan melihat atau melakukan kontak mata kepada
pengirim pesan.
• Mendengar dan melihat isi pesan tidak langsung atau non verbal sama baiknya
ketika mendengarkan kata-kata. Perhatikan petunjuk non verbal yang
menyajikan informasi berdasar pada apa yang ingin disampaikan oleh pengirim
pesan. Persepsi yang diberikan oleh penerima pesan terhadap pesan dan
pengirim pesan dapat berbeda. Pilihan kata, nada suara, posisi tubuh, geture
dan gerakan mata merefleksikan perasaan dibalik kata-kata yang diucapkan.
• Menjaga pikiran tetap terbuka dan hindari penilaian.
• Melakukan verfikasi terhadap apa yang didengar atau disampaikan. Jangan
berasumsi bahwa persepsi yang diberikan terhadap pesan merupakan bentuk
persetujuan dengan tujuan pengirim pesan. Berikan umpan balik yang tepat
kepada pengirim pesan.
4. Umpan Balik Pesan
Penerima yang efektif memverifikasi pemahaman mereka terhadap
pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Mereka menyadari kata-kata,
nada suara, dan bahasa tubuh ketika mereka memberikan umpan balik.
Berbagai bentuk umpan balik yang diberikan dapat berupa pengakuan,
pengulangan, dan parafrase.
Penerima yang efektif memverifikasi pemahaman mereka terhadap
pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Mereka menyadari kata-kata,
nada suara, dan bahasa tubuh ketika mereka memberikan umpan balik.
Berbagai bentuk umpan balik yang diberikan dapat berupa pengakuan,
pengulangan, dan parafrase.
Lanjutan.. parafrase
Terakhir, yang dimaksud dengan parafrase adalah mengulang kata-kata
yang disampaikan oleh penerima pesan sendiri kepada pengirim pesan.
Parafrase memungkinkan penerima pesan untuk melakukan verifikasi
terhadap pemahaman pesan dan menunjukkan kepada pengirim pesan
bahwa penerima pesan mendengarkan pesan dengan baik.
Manfaat Mempelajari Hambatan-hambatan Komunikasi

Setelah mengetahui dan memahami hambatan-hambatan komunikasi,


diharapkan seseorang dapat merumuskan serta menerapkan cara-cara
yang tepat untuk mengatasi berbagai hambatan komunikasi tersebut ke
dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, komunikasi yang
efektif pun akan dapat tercapai.
Komunikasi Asertif yang Efektif
– Pengertian dan Tekniknya
Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, tidak selamanya akan
berjalan dengan lancar karena tidak jarang menemui hambatan-
hambatan komunikasi . Selain itu, komunikasi yang dilancarkan dalam
berbagai konteks komunikasi seperti komunikasi antar pribadi
ataupun komunikasi organisasi juga tidak selamanya dapat memuaskan
semua pihak.

Hal ini dikarenakan tidak semua orang dapat berkomunikasi secara


terbuka dan tegas dalam mengungkapkan perasaan, pikiran, serta
sikapnya dengan tetap menghargai hak masing-masing. Oleh karena itu
diperlukan suatu keterampilan berkomunikasi agar tercipta hubungan
yang baik diantara peserta komunikasi.
Pengertian Komunikasi Asertif

Pengertian komunikasi asertif dapat dilihat dari karakteristiknya yaitu


kemampuan untuk mendengar perspektif orang lain dan
mengekspresikan dirinya dengan jujur dan penuh rasa hormat.
Komunikasi asertif meliputi pernyataan atau ide-ide secara jelas dan
dengan penuh rasa percaya diri, tanpa merasa bersalah.
Komunikator asertif lebih melihat ke dalam diri seseorang (misalnya
memahami perasaan dan tujuan sendiri dan lain-lain), bertanggung
jawab (terhadap apa yang dipikirkan, perilaku, dan lain-lain) dan jujur
(menyajikan pesan verbal dan non verbal secara konsisten).
Seorang asertif menangani konflik dengan mengekspresikan kebutuhan,
pikiran dan perasaan mereka secara jelas dan langsung namun tanpa
menilai orang lain atau mendikte orang lain.
Mereka memiliki sikap yang dapat menyelesaikan masalah kepuasan
setiap orang. Dengan memiliki sikap serta keterampilan asertif tidak serta
merta membuat komunikasi asertif mendapatkan apa yang diinginkan
namun dapat memberikan mereka kesempatan untuk melakukannya.
Keuntungan lain dari komunikasi asertif adalah kemampuannya
mengelola penghormatan terhadap diri baik assertor maupun pihak yang
berinteraksi dengannya. Sebagai hasilnya adalah, mereka yang dapat
mengelola konflik secara asertif memiliki pengalaman perasaan
ketidaknyamanan saat mereka berada di dalam masalah tersebut. Mereka
biasanya merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri dan orang lain
setelahnya. Komunikasi asertif dipandang sebagai gaya komunikasi yang
paling etis digunakan ketika kita dihadapkan pada sebuah konflik.
Karakteristik Pesan Asertif
Mengetahui pesan asertif tidak berarti sama dengan kemampuan untuk
mengekspresikannya. Terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan untuk melakukan komunikasi asertif dan hal ini berlaku bagi
berbagai macam jenis pesan seperti harapan, masalah, keluhan, dan
penghargaan.
• Perilaku adalah deskripsi non penilaian dari sebuah perilaku yang
diubah.
• Perasaan adalah merujuk pada perasaan asserter atau komunikator
yang biasanya tidak dinyatakan secara langsung.
• Efek adalah klarifikasi dari sebuah efek perilaku orang lain terhadap
asserter.
Lanjutan..
Sementara itu, menurut Adler dkk dalam bukunya Understanding
Human Communication (2006 : 239-243) suatu pesan asertif yang
lengkap terdiri dari lima bagian yaitu deskripsi perilaku, intepretasi yang
diberikan terhadap perilaku orang lain, deskripsi tentang perasaan yang
dimiliki komunikator, deskripsi konsekuensi dan pernyataan intensi.
Deskripsi Perilaku
Merupakan gambaran dari tujuan perilaku tanpa melakukan berbagai
penilaian. Dalam artian, menggunakan bahasa yang netral atau deskriptif
dapat mengurangi peluang terjadinya reaksi bertahan yang diberikan
oleh receiver dibandingkan dengan menggunakan bahasa yang bersifat
penilaian evaluatif .
Contoh :
Deskripsi perilaku : “Anda meminta pendapat saya tentang ide Anda, dan
saat saya memberikan pendapat saya, Anda mengatakan kepada saya
kalau saya sangat kritis’.
 Penilaian evaluatif : “Jangan memiliki sensitif yang berlebihan. Anda
Meminta pendapat saya, namun tidak terima lalu marah dan menilai
saya secara sepihak.”
Intepretasi yang diberikan terhadap
perilaku orang lain.
Sebuah pesan asertif mengekspresikan intepretasi komunikator. Intinya
adalah berpikiran positif mengenai arti perilaku orang lain.
Contoh :

“Mungkin Anda memberikan reaksi yang defensif, karena kritik yang


saya lontarkan termaknai terlalu detil. Itu hanya karena saya
menggunakan standar yang terlalu tinggi”.
Deskripsi Perasaan Komunikator
Mengekspresikan perasaan menambah dimensi baru terhadap sebuah
pesan sehingga pesan asertif menjadi lebih jelas.
Contoh :
“ Ketika Anda menilai saya terlalu kritis setelah Anda meminta
kejujuran opini saya (perilaku), dapat dinilai bahwa pada dasarnya Anda
tidak ingin mendengar tinjauan kritis yang saya berikan (intepretasi)
kemudian, saya merasa menyesal telah menyampaikan
pendapat (perasaan).”
Deskripsi konsekuensi
Sebuah pernyataan konsekuensi menjelaskan apa yang terjadi sebagai
sebuah hasil perilaku yang digambarkan, intepretasi, dan perasaan.
Terdapat tiga macam konsekuensi, yaitu :
• Apa yang terjadi dengan pembicara.
• Apa yang terjadi dengan pendengar.
• Apa yang terjadi dengan orang lain.
Pernyataan intensi komunikator
Pernyataan intensi merupakan elemen terakhir dalam bentuk pesan
asertif. Pernyataan intensi dapat mengkomunikasikan tiga macam
pesan, yaitu:
a. Posisi komunikator terhadap suatu isu
b. Permintaan kepada orang lain
c. Deskripsi tentang rencana tindakan di masa mendatang.
Pernyataan intensi sangatlah penting. Karena, jika pernyataan intensi
mengalami kegagalan dapat menyebabkan orang lain merasa kesulitan
dalam mengetahui dan memahami apa yang diinginkan oleh
komunikator dari komunikan. Bahkan kesulitan dalam menghadapi
bagaimana caranya untuk mengambil suatu tindakan.
Contoh pernyataan intensi yang melengkapi
pesan asertif :
“Ketika Anda mengatakan bahwa saya terlalu ktitis setelah Anda meminta
saya mengenai kejujuran pendapat saya (perilaku), terlihat bagi saya
kalau Anda tidak benar-benar ingin mendengar sebuah kritik (intepretasi).
Hal ini membuat saya merasa bodoh telah berkata jujur (perasaan).

Sekarang, saya tidak yakin apakah saya harus mengatakannya kepada


Anda apa yang benar-benar saya pikirkan saat Anda meminta pendapat
saya (konsekuensi) di masa yang akan datang. Saya akan membuatnya
jelas sekarang. Apakah Anda benar-benar menginginkan saya untuk
mengatakan apa yang saya pikirkan atau tidak (intensi)?”
Komponen-komponen Pesan Asertif
Pesan asertif memiliki beberapa komponen penting yaitu persiapan, pengiriman pesan,
kebisuan atau keheningan, mendengarkan, pengulangan, dan fokus pada solusi.

• Persiapan. Sebelum mengirim sebuah pesan asertif, asertor harus


menyortir pesan masuk ke ranah atau hak orang lain. Apakah perilaku yang
menjadi objek pesan asertif adalah perilaku yang konsisten, serta apakah
pesan asertif memiliki untuk mengubah perilaku. Dalam beberapa kasus,
sebuah pesan asertif tidak selalu menghasilkan perubahan perilaku.
• Pengiriman pesan. Pesan asertif seringkali disampaikan secara langsung.
Bahasa tubuh digunakan untuk mengkonfirmasi intonasi pesan seperti
kontak mata, postur atau gesture tubuh serta ekspresi wajah.
• Kebisuan atau keheningan. Pemberian jeda waktu setelah pesan dikirim.
Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu kepada penerima pesan untuk
menginpretasi serta memahami pesan yang diterima. Jangka waktu untuk
diam sejenak tergantung pada situasi saat komunikasi berlangsung.
Lanjutan..
• Mendengarkan. Asertor perlu mendengarkan beberapa pesan yang dikirim oleh
penerima pesan. Pesan dapat memiliki informasi baru dan efeknya adalah
Pemindahan pesan asertif yang cepat ke tujuan yang lebih positif dan baru.
Asertor diharuskan untuk menghindari debat agar fokus pada perilaku dan solusi.
• Pengulangan. Asertor perlu untuk melakukan pengulangan terhadap proses ini
beberapa kali. Hal ini bertujuan agar orang lain menyadari situasi dimana perilaku
tersebut dapat diatasi. Jumlah pengulangan ini bervariasi berdasarkan kondisi.
• Fokus pada solusi. Suatu pesan asertif yang efektif tidak memaksa orang lain
untuk menjawab respon berupa “ya atau tidak”.  Namun, dengan memberikan
kebebasan kepada orang lain untuk bertindak yang sesuai. Kompromi yang
dilakukan oleh seorang asertif dan orang lain mungkin merupakan sebuah solusi.
Seorang asertif perlu memastikan solusi dapat memenuhi kebutuhannya.
Teknik Komunikasi Asertif
• Secara garis besar terdapat tiga bagian dari setiap intervensi asertif yaitu
empati/validasi, pernyataan masalah dan pernyataan apa yang diinginkan.
• Empati atau validasi. Mencoba untuk mengatakan sesuatu yang
memperlihatkan pemahaman atau pengertian terhadap perasaan orang
lain. Bentuk pemahaman ini menunjukkan kepada mereka bahwa kita
tidak bermaksud untuk menciptakan konflik atau perkelahian.
• Pernyataan masalah. Hal ini menggambarkan kesulitan yang kita rasakan.
Katakanlah mengapa kita membutuhkan sesuatu untuk berubah.
• Menyatakan apa yang diinginkan. Hal ini adalah permintaan khusus
untuk perubahan yang khusus dalam perilaku orang lain.
Komunikasi Asertif yang Efektif
Agar komunikasi asertif dapat berjalan dengan efektif perlu dilakukan beberapa hal,
yaitu :
• Menggunakan bahasa tubuh. Mengelola kontak mata, menjaga postur tubuh tetap
terbuka dan santai. Yakin bahwa ekspresi wajah sejalan dengan pesan yang
disampaikan.
• Menggunakan pernyatan “aku” atau “saya” seperti “Saya ingin… “ atau “Saya rasa
… “ . Tetap fokus pada pokok permasalahan bukan fokus pada menyalahkan orang
lain.
• Menggunakan fakta-fakta, bukan penilaian saat berkomunikasi.
• Mengekspresikan kepemilikan pemikiran, perasaan, dan pendapat.
• Memberikan kejelasan permintaan secara langsung, jangan mengundang orang
lain untuk berkata “tidak”.
• Melakukan pengulangan mengenai apa yang menjadi maksud asertor, tujuannya
adalah membawa orang lain kembali pada fokus dialog (broken record).
• Menghindari memberikan respon defensif secara personal
(fogging). Fogging merujuk pada kemampuan seorang asertif dalam
menolak serangan yang dilakukan oleh orang lain.
• Berhenti berbicara mengenai suatu masalah. Hal ini digunakan ketika
seseorang tidak mendengarkan atau menggunakan distraksi untuk
menghindari isu atau permasalah yang sedang dibicarakan.
• Membiarkan seseorang menenangkan diri sebelum mendiskusikan suatu isu
atau permasalahan lebih lanjut.
• Melakukan identifikasi mengenai suatu isu yang nyata ketika argumen yang
diberikan secara aktual merupakan sesuatu yang lebih besar daripada topik
yang dibicarakan.
• Waktu yang tepat untuk permasalahan.
• Membantu untuk memastikan bahwa asertor memahami orang lain atau
orang yang diajak berinteraksi.
• Untuk menghindari distraksi, sangatlah penting untuk menjelaskan tentang
apa yang ingin dilakukan.
Gaya Komunikasi atau Perilaku
Komunikasi
Setiap orang memiliki perilaku komunikasi atau gaya komunikasi yang berbeda.
Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan seseorang dalam
menyampaikan perasaan, kebutuhan dan pengalamannya kepada orang lain.
Perilaku komunikasi atau gaya komunikasi merupakan bentuk psikologis yang
mempengaruhi perbedaan individu dalam mengekspresikan perasaan,
kebutuhan, dan pengalaman sebagai pengganti komunikasi yang dilakukan
secara langsung dan terbuka.
Secara khusus, perilaku komunikasi atau gaya komunikasi mengacu pada
kecenderungan individu untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan
pikiran melalui pesan tidak langsung dan dampak perilaku. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa sebagian besar komunikasi yang kita lakukan adalah
komunikasi non verbal.
Lanjutan…
• Pada umumnya terdapat 4 macam perilaku komunikasi atau gaya
komunikasi yaitu pasif, agresif, pasif-agresif, dan asertif.
Pasif
Komunikasi pasif adalah gaya komunikasi saat individu membangun
sebuah pola untuk menghindari dirinya mengekspresikan pendapat atau
perasaan, melindungi hak-hak pribadi, dan mengidentifikasi serta
memenuhi kebutuhannya. Dan hasilnya adalah individu yang pasif tidak
memberikan respon secara lahiriah untuk menyakiti atau memancing
situasi amarah.
Pada umumnya individu yang pasif memiliki harga diri yang rendah dan
tidak dapat berkomunikasi dengan efektif untuk mengenali kebutuhannya
sendiri. Individu yang pasif cenderung lebih mempercayai orang lain
tetapi tidak mempercayai dirinya sendiri.
Agresif
Komunikasi agresif adalah gaya komunikasi dimana individu
mengekspresikan perasaan dan pendapat mereka untuk memenuhi
kebutuhannya dengan cara menyakiti atau melanggar hak-hak orang
lain.
Tujuan komunikasi agresif untuk mendominasi dan merasa menang,
serta membuat orang lain merasa kehilangan. Kemenangan tersebut
didapat melalui cara-cara yang negatif. Terkadang memalukan,
merendahkan, bahkan meremehkan orang lain. Sehingga
komunikan menjadi lemah atau kurang mampu berekspresi hingga
mempertahankan kebutuhan dan hak mereka.
Lanjutan..
Pasif-agresif
Komunikasi pasif-agresif adalah gaya komunikasi yang menggabungkan
gaya komunikasi pasif dan komunikasi agresif. Komunikasi pasif-agresif
adalah gaya komunikasi dimana individu terlihat pasif namun bertindak
dengan cara-cara yang agresif. Mereka yang membangun gaya
komunikasi pasif-agresif pada umumnya merasa tidak memiliki
kekuasaan.
Lanjutan..
Asertif
Komunikasi asertif adalah gaya komunikasi dimana individu secara jelas
menyatakan pendapat dan perasaan mereka untuk memenuhi
kebutuhan dan hak-hak mereka tanpa melanggar hak asasi orang lain.
Tujuan dari komunikasi asertif adalah untuk mendapatkan dan
memberikan rasa hormat, fair play, dan membuka ruang untuk
kompromi ketika hak-hak dan kebutuhannya menemui konflik dengan
orang lain.
Lanjutan..

Menilik hubungan dengan komunikasi gender, misalnya dalam dunia


kerja, kita bisa melihat bahwa baik wanita maupun pria menggunakan
gaya komunikasi yang berbeda. Pada umumnya wanita memiliki gaya
komunikasi pasif sedangkan pria memiliki gaya komunikasi agresif.
Hal ini telah terbentuk secara kultural atau budaya. Dengan sifat alami
pria yaitu agresifitas, pria cenderung lebih mudah melengkapi
kebutuhannya dibandingkan dengan wanita.
Sebaliknya, dengan kepasifannya, wanita cenderung berusaha untuk
menyingkirkan kebutuhan mereka. Karenanya, untuk memenuhi
kebutuhannya wanita cenderung menggunakan gaya komunikasi pasif-
agresif dimana ia merasa tertantang untuk merespon secara agresif
tetapi dengan intonasi atau bahasa yang pasif.
Manfaat Mempelajari Komunikasi Asertif
Komunikasi asertif sangat penting dalam berbagai konteks komunikasi
dan memiliki beberapa manfaat bagi siapa saja yang ingin mengasah
keterampilan berkomunikasi, yaitu :
• Dapat membantu menghargai diri sendiri.
• Mengeksperikan perasaaan secara langsung.
• Memperbaiki hubungan dengan orang lain.
• Memberikan penghargaan kepada orang lain.
• Memberikan kritik secara konstruktif dan proporsional.
• Membuat permintaan.
• Mengatur keterbatasan yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai