Anda di halaman 1dari 50

TURUNAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Matematika sekolah

yang dibina oleh

Prof. Drs. Purwanto., Ph.D

Drs. Santi Irawati, M.Si., Ph.D

Dr. Sudirman., M.Si

Disusun oleh:

Izzatul Ulya (230311900039)

Ranti Kurniasih (230311902373)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI S3 PENDIDIKAN MATEMATIKA

NOVEMBER 2023
3.1 Dua Masalah dengan Satu Tema
Masalah pertama adalah kemiringan garis singgung yang berasal dari ilmuwan besar Yunani
Archimedes (287–212 SM). Masalah kedua yang lebih baru berkembang dari Kepler (1571–
1630), Galileo (1564–1642), Newton (1642–1727) menggambarkan kecepatan benda yang
bergerak, ini adalah masalah kecepatan sesaat.
Kedua masalah tersebut, yang satu bersifat geometrik dan yang lainnya bersifat mekanis,
nampaknya tidak ada hubungannya. Dalam hal ini, penampilan bisa menipu. Kedua masalah
tersebut adalah kembar identik.
Garis Singgung Gagasan Euclid tentang garis singgung sebagai garis yang menyentuh suatu
kurva pada satu titik saja cocok untuk lingkaran (Gambar 1) tetapi sama sekali tidak
memuaskan untuk sebagian besar kurva lainnya (Gambar 2). Gagasan tentang garis singgung
kurva di P sebagai garis yang paling mendekati kurva di dekat P lebih baik, tetapi masih terlalu
kabur untuk ketepatan matematis. Konsep limit memberikan cara untuk mendapatkan
gambaran terbaik.

Gambar 1 Gambar 2
Misalkan P adalah suatu titik pada suatu kurva dan misalkan Q adalah suatu titik bergerak
terdekat pada kurva tersebut. Perhatikan garis yang melalui P dan Q, yang disebut garis potong.
Garis singgung di P adalah posisi batas (jika ada) garis potong ketika Q bergerak menuju P
sepanjang kurva (Gambar 3).

Gambar 3
Misalkan kurva tersebut merupakan grafik persamaan 𝑦 = 𝑓(𝑥). Maka P mempunyai
koordinat (c, f(c)) , titik terdekat Q mempunyai koordinat 𝑐 + ℎ, 𝑓(𝑐 + ℎ) dan garis potong
yang melalui P dan Q mempunyai kemiringan yang diberikan oleh (Gambar 4):
𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐)
𝑚𝑠𝑒𝑐

Gambar 4
Dengan menggunakan konsep limit yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya, sekarang
kita dapat memberikan definisi formal tentang garis singgung.

Definisi Garis Singgung

Garis singgung kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) pada titik 𝑃(𝑐, 𝑓(𝑐)) adalah garis yang melalui P dengan
kemiringan

𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐)
𝑚𝑡𝑎𝑛 = lim 𝑚𝑠𝑒𝑐 = lim
ℎ→0 ℎ→0 ℎ
Asalakan batasa ini ada dan bukan ∞ 𝑎𝑡𝑎𝑢 − ∞

Contoh Tentukan kemiringan garis pada kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑥 2


Penyelesaian Garis yang kemiringannya kita cari ditunjukkan pada Gambar 5. Jelas garis
tersebut mempunyai kemiringan positif yang besar

Gambar 5
3.2 Turunan
Kita telah melihat bahwa kemiringan garis singgung dan kecepatan sesaat merupakan
manifestasi dari ide dasar yang sama. Laju pertumbuhan suatu organisme (biologi), marjinal
keuntungan (ekonomi), kepadatan kawat (fisika), dan laju disolusi (kimia) adalah versi lain
dari konsep dasar yang sama. Pengertian matematis yang baik menunjukkan bahwa kita
mempelajari konsep ini secara independen dari kosakata khusus ini dan beragam aplikasi. Kami
memilih turunan nama netral. Tambahkan ke fungsi dan limit sebagai salah satu kata kunci
dalam kalkulus.

Definisi Turunan

Turunan suatu fungsi 𝑓 adalah fungsi lain 𝑓′ (baca f prime) yang nilainya pada
bilangan apapun adalah

𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥)
𝑓 ′ (𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ

Jika limit tersebut ada, maka f dapat terdiferensiasi di x. Menemukan turunannya adalah disebut
diferensiasi; bagian kalkulus yang berhubungan dengan turunannya disebut kalkulus
diferensial.
Menemukan Derivatif
Kami mengilustrasikannya dengan beberapa contoh.
Contoh 1 Misal 𝑓(𝑥) = 13𝑥 − 6. Tentukan 𝑓′(4)
Penyelesaian

Contoh 2 Jika 𝑓(𝑥) = 𝑥 3 + 7, tentukan 𝑓′(𝑥)


Penyelesaian
1
Contoh 3 Jika 𝑓(𝑥) = 𝑥 , tentukan 𝑓 ′ (𝑥)

Penyelesaian

1
Jadi, 𝑓 ′ adalah fungsi yang diberikan oleh 𝑓 ′ (𝑥) = . Domainnya adalah semua bilangan
𝑥2
real kecuali 𝑥 = 0

Contoh 4 Tentukan 𝐹′(𝑥) jika 𝐹(𝑥) = √𝑥, 𝑥 > 0


Penyelesaian

Saat ini Anda sudah menyadari bahwa mencari turunan selalu melibatkan pengambilan limit
hasil bagi yang pembilang dan penyebutnya mendekati nol. Tugas kita adalah
menyederhanakan hasil bagi ini sehingga kita dapat menghilangkan faktor h dari pembilang
dan penyebutnya, sehingga kita dapat menghitung limitnya dengan substitusi. Dalam contoh
ini, hal ini dapat dilakukan dengan merasionalkan pembilangnya.

1
Jadi 𝐹′, turunan dari 𝐹 diberikan oleh 𝐹 ′ = 2 . Domainnya adalah (0, ∞).
√𝑥
Bentuk Setara untuk Derivatif
Tidak ada yang sakral tentang penggunaan huruf h dalam mendefinisikan 𝑓′(𝑐), misalnya

Perubahan yang lebih radikal, tetapi masih hanya perubahan notasi, dapat dipahami dengan
membandingkan Gambar 1 dan 2. Perhatikan bagaimana x menggantikan 𝑐 + ℎ dan x𝑥 − 𝑐
menggantikan h.

Gambar 1 Gambar 2
Dengan demikian

Perhatikan bahwa dalam semua kasus, jumlah f' yang dievaluasi tetap selama operasi limit.
Contoh 5bGunakan hasil dari kotak terakhir untuk menentukan 𝑔′(𝑐) jika 𝑔(𝑥) = 2𝑥 + 3
Penyelesaian
Di sini kita memanipulasi hasil bagi sampai kita dapat membatalkan faktor dari pembilang
dan penyebut. Kemudian kita bisa mengevaluasi batasnya.

Contoh 6

Masing-masing dari berikut ini adalah turunan, tetapi apa fungsinya dan pada titik apa?
2 2
(4+ℎ)2 −16 −
𝑥 3
(𝑎) lim (b) lim 𝑥−3
ℎ→0 ℎ 𝑥→3

Penyelesaian

(a) Ini adalah turunan dari 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 pada 𝑥 = 4


2
(b) Ini adalah turunan dari 𝑓(𝑥) = 𝑥 pada 𝑥 = 3

Keterdiferensiasian Menyiratkan(mengimplikasikan) Kontinuitas


Jika sebuah kurva memiliki garis singgung pada suatu titik, maka kurva tersebut tidak dapat
melompat atau bergoyang terlalu buruk pada titik tersebut. Rumusan yang tepat dari fakta ini
adalah teorema penting.

Teorema A Diferensiabilitas Menyiratkan Kontinuitas

Jika 𝑓 ′ (𝑐) ada, maka 𝑓 kontinu di c

Bukti

Kita akan menunjukkan bahwa lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐). Kita mulai dari menuliskan𝑓(𝑥) pada
𝑥→𝑐
sebuah cara yang mewah

𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐) + . (𝑥 − 𝑐), 𝑥≠𝑐
𝑥−𝑐
Oleh karenanya

Kebalikan dari teorema ini salah. Jika suatu fungsi 𝑓 kontinu di c, tidak berarti bahwa
𝑓 memiliki turunan di 𝑐. Hal ini mudah dilihat dengan memperhatikan 𝑓(𝑥) = |𝑥| asalnya
(Gambar 3). Fungsi ini tentu kontinu di nol. Namun, itu tidak memiliki turunan di sana, seperti
yang kami tunjukkan sekarang. Perhatikan bahwa untuk (𝑥) = | 𝑥| ,

Gambar 3

𝑓(0 + ℎ) − 𝑓(0) |0 + ℎ| − |0| |ℎ|


= =
ℎ ℎ ℎ
Sehingga

𝑓(0 + ℎ) − 𝑓(0) |ℎ| ℎ


lim+ = lim+ = lim+ = 1
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ

Sedangkan

𝑓(0 + ℎ) − 𝑓(0) |ℎ| −ℎ


lim− = lim− = lim− = −1
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→)0 ℎ

Sehingga limit kanan dan kirinya berbeda

𝑓(0 + ℎ) − 𝑓(0)
lim
ℎ→0 ℎ
Tidak ada, oleh karenanya 𝑓′(0) tidak ada.

Argumen serupa menunjukkan bahwa pada setiap titik di mana grafik fungsi kontinu memiliki
sudut tajam, fungsi tersebut tidak terdiferensiasi. Grafik pada Gambar 4 menunjukkan sejumlah
cara agar suatu fungsi tidak terdiferensiasi pada suatu titik

Gambar 4
Untuk fungsi yang ditunjukkan pada Gambar 4 turunan tidak ada di titik c di mana garis
singgung vertikal. Hal ini karena
𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐)
lim =∞
ℎ→0 ℎ
Ini sesuai dengan fakta bahwa kemiringan garis vertikal tidak terdefinisi
Kenaikan
Jika nilai variabel 𝑥 berubah dari 𝑥1 ke 𝑥2 maka 𝑥2 − 𝑥1 perubahan 𝑥, disebut kenaikan 𝑥 dan
biasanya dilambangkan dengan ∆𝑥 (baca "delta 𝑥"). Perhatikan bahwa ∆𝑥 tidak berarti 𝑥 kali.
Jika 𝑥1 = 4,1 dan 𝑥2 = 5,7 maka
∆𝑥 = x2 − 𝑥1 = 5,7 − 4,1 = 1,6
Jika 𝑥1 = 𝑐 dan 𝑥2 = 𝑐 + ℎ, maka
∆𝑥 = x2 − 𝑥1 = 𝑐 + ℎ − 𝑐 = ℎ
Misalkan selanjutnya bahwa 𝑦 = 𝑓(𝑥) yang menentukan suatu fungsi. Jika 𝑥 berubah
dari 𝑥1 ke 𝑥2 maka y berubah dari 𝑦1 = 𝑓(𝑥1 ) ke 𝑦2 = 𝑓(𝑥2 ) Jadi, sesuai dengan kenaikan
∆𝑥 = x2 − 𝑥1 pada 𝑥, ada kenaikan 𝑦 yang diberikan oleh
∆𝑦 = y2 − 𝑦1 = 𝑓(𝑥2 ) − 𝑓(𝑥1 )
Contoh 7
Misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 2 − 𝑥 2 . Tentukan bahwa ∆𝑦 ketika 𝑥 berubah dari 0,4 ke 1,3 (lihat
gambar 5)

Gambar 5

Penyelesaian:
∆𝑦 = 𝑓(1,3) − 𝑓(0,4) = [2 − (1,3)2 ] − [2 − (0,4)2 ] = −1,53
Notasi Leibniz untuk Derivatif
Misalkan variabel independen berubah dari 𝑥 ke 𝑥 + ∆𝑥, perubahan yang sesuai pada variabel
dependen, 𝑦, akan menjadi
∆𝑦 = 𝑓(𝑥 + ∆𝑥) − 𝑓(𝑥)
dan rasionya
∆𝑦 𝑓(𝑥 + ∆𝑥) − 𝑓(𝑥)
=
∆𝑥 ∆𝑥
mewakili kemiringan dari garis potong melalui (𝑥, 𝑓(𝑥)), seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6.

Gambar 6

∆𝑥 → 0, Saat kemiringan garis potong ini mendekati garis singgung, dan untuk kemiringan
𝑑𝑦
terakhir ini kita menggunakan simbol 𝑑𝑥 . Jadi,

𝑑𝑦
Gottfried Wilhelm Leibniz, sezaman dengan Isaac Newton, disebut hasil bagi dua
𝑑𝑥

infinitesimal. Arti kata infinitesimal tidak jelas, dan kami tidak akan menggunakannya. Namun,
𝑑𝑦
adalah simbol standar untuk turunan dan kami akan sering menggunakannya mulai
𝑑𝑥

sekarang.
Grafik Derivatif Turunan
Turunan 𝑓′(𝑥) memberikan kemiringan garis singgung ke grafik 𝑦 = 𝑓(𝑥) pada nilai 𝑥. Jadi,
ketika garis singgung sloping up ke kanan, turunannya positif, dan ketika garis singgung
sloping down ke kanan, turunannya negatif. Oleh karena itu kita bisa mendapatkan gambaran
kasar dari turunan yang diberikan hanya grafik fungsi.
Contoh 8
Diberikan grafik dari 𝑦 = 𝑓(𝑥). Tunjukkan bahwa bagian pertama dari grafik 7, sketsalah
grafik dari turunan 𝑓 ′ (𝑥)
Penyelesaian
Untuk 𝑥 < 0, garis singgung grafik 𝑦 = 𝑓(𝑥) memiliki kemiringan positif. Perhitungan kasar
dari plot menunjukkan bahwa ketika𝑥 = −2 , kemiringannya sekitar 3. Saat kita bergerak dari
kiri ke kanan sepanjang kurva pada Gambar 7, kita melihat bahwa kemiringan masih positif
(untuk sementara) tetapi garis singgung menjadi lebih datar dan datar. Ketika 𝑥 = 0 garis
singgung horizontal, memberitahu kita bahwa 𝑓 ′ (0) = 0. Untuk 𝑥 antara 0 𝑑𝑎𝑛 2, garis
singgung memiliki kemiringan negatif, menunjukkan bahwa turunannya akan negatif selama
interval ini. Ketika 𝑥 = 2 kita lagi berada di titik di mana garis singgung horizontal, maka
turunannya sama dengan nol ketika 𝑥 = 2. Untuk 𝑥 > 2 garis singgung lagi-lagi memiliki
kemiringan positif. Grafik turunan 𝑓′(𝑥) ditunjukkan pada bagian terakhir dari Gambar 7

Gambar 7

3.3 Aturan Untuk Menemukan Turunan

Proses menemukan turunan suatu fungsi langsung dari definisi turunannya, yaitu dengan
menyiapkan hasil bagi selisih

𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥)

dan mengevaluasi limitnya, dapat memakan waktu dan membosankan. Kita akan
mengembangkan alat yang memungkinkan untuk mempersingkat proses yang panjang ini—
yang sebenarnya akan memungkinkan kita menemukan turunan dari fungsi yang tampak paling
rumit.

Ingatlah bahwa turunan dari suatu fungsi f adalah fungsi lain f ’. Kita melihat pada Contoh 2 dari
bagian sebelumnya bahwa jika 𝑓(𝑥) = 𝑥 3 + 7𝑥 adalah rumus untuk f, kemudian 𝑓′(𝑥) = 3𝑥 2 +
7 adalah rumus untuk f ’. Ketika kita mengambil turunan dari f, kita mengatakan bahwa kita
membedakan f. Turunan beroperasi pada f untuk menghasilkan f ’. Kita sering menggunakan
simbol Dx untuk menunjukkan operasi diferensiasi (Gambar 1).

Gambar 1

Simbol Dx mengatakan bahwa kita harus mengambil turunan (sehubungan dengan variabel x)
dari yang mengikuti. Jadi, kita menulis 𝐷𝑥 𝑓(𝑥) = 𝑓′(𝑥) atau (dalam kasus yang baru saja
disebutkan) 𝐷𝑥 (𝑥 3 + 7𝑥) = 3𝑥 2 + 7 Ini Dx, adalah contoh dari suatu operator. Seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 1, operator adalah fungsi yang inputnya adalah fungsi dan outputnya
adalah fungsi lain. Dengan notasi Leibniz, yang diperkenalkan di bagian terakhir, kita sekarang
memiliki tiga notasi untuk turunannya. Jika y = f(x) kita dapat menyatakan turunan dari f dengan

𝑑𝑦
𝑓′(𝑥) atau 𝐷𝑥 𝑓(𝑥) atau
𝑑𝑥

𝑑
Kita akan menggunakan notasi 𝑑𝑥artinya sama dengan operator Dx.

Aturan Konstanta dan Pangkat. Grafik fungsi konstan 𝑓(𝑥) = 𝑘 adalah garis horizontal
(Gambar 2), yang karenanya memiliki kemiringan nol di mana-mana. Ini adalah salah satu cara
untuk memahami teorema pertama kita.

Gambar 2

Teorema A Aturan Fungsi Konstan

Jika 𝑓(𝑥) = 𝑘, dimana k adalah suatu konstanta, maka untuk sembarang x, 𝑓′(𝑥) = 0,
yaitu,

𝐷𝑥 (𝑘) = 0
Bukti :

𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥) 𝑘−𝑘


𝑓′(𝑥) = lim = lim = = lim 0 = 0 ∎
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0

Grafik dari f(x) x adalah garis yang melalui titik asal dengan kemiringan 1 (Gambar 3); jadi
kita harus mengharapkan turunan dari fungsi ini menjadi 1 untuk semua x.

Gambar 3

Teorema B Aturan Fungsi Identitas

Jika 𝑓(𝑥) = 𝑥, maka 𝑓′(𝑥) = 1, yaitu, 𝐷𝑥 (𝑥) = 1

Bukti :

𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥) 𝑥+ℎ−𝑥 ℎ


𝑓′(𝑥) = lim = lim = = lim = 1 ∎
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ

Sebelum menyatakan teorema berikutnya, kita mengingat sesuatu dari aljabar: bagaimana
menaikkan binomial ke suatu pangkat.

Teorema C Aturan Pangkat

Jika 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑛 , dimana n adalah suatu bilangan bulat positif, maka 𝑓′(𝑥) = 𝑛𝑥 𝑛−1, yaitu,

𝐷𝑥 (𝑥 𝑛 ) = 𝑛𝑥 𝑛−1
Bukti :

Di dalam kurung, semua suku kecuali yang pertama memiliki h sebagai faktor, dan untuk setiap
nilai x, masing-masing suku memiliki limit nol sebagai h mendekati nol. Dengan demikian,
𝑓′(𝑥) = 𝑛𝑥 𝑛−1 ∎

Sebagai ilustrasi dari Teorema C, perhatikan bahwa

𝐷𝑥 (𝑥 3 ) = 3𝑥 2 , 𝐷𝑥 (𝑥 9 ) = 9𝑥 8 , 𝐷𝑥 (𝑥100 ) = 100𝑥 99

Dx Adalah suatu Operator Linier Operator Dx berperan sangat baik ketika diterapkan pada
kelipatan konstan fungsi atau jumlah fungsi.

Teorema D Aturan Perkalian Konstan

Jika k adalah konstan dan f adalah fungsi terdiferensiabel, maka (𝑘𝑓)′ (𝑥) = 𝑘. 𝑓′(𝑥)
yaitu,

𝐷𝑥 (𝑘. 𝑓(𝑥) ) = 𝑘. 𝐷𝑥 𝑓(𝑥)

Dengan kata kata, suatu pengali konstan k dapat dilewatkan melalui operator Dx
Bukti :

Misalkan F (x) = k . f(x). Maka:


Langkah berikutnya- langkah terakhir adalah satu hal yang kritis. Kita bisa menggeser k
melewati tanda limit karena Teorema Limit Utama Bagian 3. Contoh yang menggambarkan
hal ini adalah :

𝐷𝑥 (−7𝑥 3 ) = −7 𝐷𝑥 (𝑥 3 ) = −7.3𝑥 2 = −21𝑥 2

dan
4 4 4
𝐷𝑥 ( 𝑥 9 ) = 𝐷𝑥 (𝑥 9 ) = . 9𝑥 8 = 12𝑥 8
3 3 3

Teorema E Aturan Jumlah

Jika f dan g adalah fungsi terdiferensiabel, maka (𝑓 + 𝑔)′ (𝑥) = 𝑓 ′ (𝑥) + 𝑔′(𝑥) yaitu,

𝐷𝑥 (𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)) ) = 𝐷𝑥 𝑓(𝑥) + 𝐷𝑥 𝑔(𝑥)

Dengan kata kata, turunan dari suatu penjumlahan adalah penjumlahan dari turunan-
turunan

Bukti : Misalkan 𝐹(𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥), maka :

Sekali lagi, langkah berikutnya-langkah terakhir adalah yang satu hal yang kritis. Hal ini
dibenarkan oleh Teorema Limit Utama Bagian 4.

Suatu Operator L dengan sifat-sifat yang dinyatakan dalam Teorema D dan E disebut linier;
yaitu,L adalah suatu operator linier jika untuk semua fungsi f dan g:

1. L (kf) = k L(f), untuk sebarang konstanta k;


2. L (f + g) = L (f) + L(g).

Operator linier akan muncul lagi dan lagi dalam buku ini; Dx adalah contoh yang sangat
penting. Suatu operator linier selalu memenuhi aturan selisih L (f - g) = L (f) - L(g), dinyatakan
selanjutnya untuk Dx.
Teorema F Aturan Selisih

Jika f dan g adalah fungsi terdiferensiabel, maka (𝑓 − 𝑔)′ (𝑥) = 𝑓 ′ (𝑥) − 𝑔′(𝑥) yaitu,

𝐷𝑥 (𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)) ) = 𝐷𝑥 𝑓(𝑥) − 𝐷𝑥 𝑔(𝑥)

Contoh 1
Temukan turunan dari 5𝑥 2 + 7𝑥 − 6 dan 4𝑥 6 − 3𝑥 5 − 10𝑥 2 + 5𝑥 + 16
Penyelesaian :

Untuk menemukan turunan berikutnya, kita perhatikan bahwa teorema-teorema tentang jumlah
dan perbedaan meluas ke sejumlah suku berhingga. Dengan demikian,

Metode Contoh 1 memungkinkan kita untuk menemukan turunan dari polinomial apa pun. Jika
Anda mengetahui Aturan pangkat dan melakukan apa yang terjadi secara alami, Anda hampir
pasti akan mendapatkan hasil yang tepat. Juga, dengan latihan, Anda akan menemukan bahwa
Anda dapat menulis turunan dengan segera, tanpa harus menulis langkah-langkah perantara.

Aturan Perkalian dan Hasil Bagi. Sejauh ini kita telah melihat bahwa limit dari suatu jumlah
atau selisih sama dengan jumlah atau selisih dari limit-limit tersebut (Teorema 2.3A, Bagian 4
dan 5), limit suatu hasil kali atau hasil bagi adalah hasil kali atau hasil bagi dari limit-limit
tersebut (Teorema 2.3A, Bagian 6 dan 7), dan turunan dari suatu jumlah atau selisih adalah
jumlah atau selisih dari turunan (Teorema E dan F).
Contoh 2.

Misalkan g(x)= x, h(x)= 1 + 2x, dan f(x) = g(x).h(x) = x (1+2x). Temukan


𝐷𝑥 𝑓(𝑥), 𝐷𝑥 𝑔(𝑥), 𝑑𝑎𝑛 𝐷𝑥 ℎ(𝑥) dan tunjukkan bahwa 𝐷𝑥 𝑓(𝑥) ≠ (𝐷𝑥 𝑔(𝑥))( 𝐷𝑥 ℎ(𝑥))

Penyelesaian :

Dengan demikian 𝐷𝑥 𝑓(𝑥) ≠ (𝐷𝑥 𝑔(𝑥))( 𝐷𝑥 ℎ(𝑥))

Bahwa turunan suatu perkalian harus merupakan perkalian turunannya tampak begitu alami
sehingga bahkan membodohi Gottfried Wilhelm von Leibniz, salah satu penemu kalkulus.
Dalam sebuah manuskrip tertanggal 11 November 1675, ia menghitung turunan dari perkalian
dua fungsi dan mengatakan (tanpa memeriksa) bahwa itu sama dengan perkalian turunannya.
Sepuluh hari kemudian, dia menangkap kesalahan dan memberikan aturan perkalian yang
benar, yang kami sajikan sebagai Teorema G.

Teorema G Aturan Perkalian

Jika f dan g adalah fungsi terdiferensiabel, maka (𝑓. 𝑔)′ (𝑥) = 𝑓(𝑥)𝑔′ (𝑥) + 𝑔(𝑥)𝑓′(𝑥)
yaitu,

𝐷𝑥 (𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)) ) = 𝑓(𝑥)𝐷𝑥 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑥)𝐷𝑥 𝑓(𝑥)


Bukti : Misalkan 𝐹(𝑥) = 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥), maka :

Contoh 3

Carilah turunan dari (3𝑥 2 − 5)(2𝑥 4 − 𝑥) dengan menggunakan Aturan perkalian. Periksa
jawabannya dengan mengerjakan soal dengan cara yang berbeda.

Penyelesaian:

Untuk memeriksa, kita pertama mengalikan dan kemudian menurunkan.

(3𝑥 2 − 5)(2𝑥 4 − 𝑥) = 6𝑥 6 − 10𝑥 4 − 3𝑥 3 + 5𝑥

Dengan demikian:
Teorema G Aturan Hasil Bagi

Jika f dan g adalah fungsi terdiferensiabel dengan 𝑔(𝑥) ≠ 0 maka

𝑓 ′ 𝑔(𝑥)𝑓 ′(𝑥) −𝑓(𝑥)𝑔′ (𝑥) 𝑓(𝑥) ′ 𝑔(𝑥)𝐷𝑥 𝑓(𝑥)−𝑓(𝑥)𝐷𝑥 𝑔(𝑥)


(𝑔) (𝑥) = yaitu, 𝐷𝑥 (𝑔(𝑥)) =
𝑔2 (𝑥) 𝑔2 (𝑥)

𝐷𝑥 (𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)) ) = 𝑓(𝑥)𝐷𝑥 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑥)𝐷𝑥 𝑓(𝑥)


Bukti : Misalkan 𝐹(𝑥) = 𝑓(𝑥)/𝑔(𝑥), maka :

Contoh 4

𝑑 (3𝑥−5)
Temukan 𝑑𝑥 (𝑥 2+7)

Penyelesaian:
Contoh 5

Tunjukkan bahwa aturan pangkat berlaku untuk pangkat negative, yakni :

3.4 Turunan Fungsi Trigonometri

Gambar 1 di bawah ini, mengingatkan kita tentang definisi fungsi sinus dan kosinus. Berikut
ini, t harus dianggap sebagai angka yang mengukur panjang busur pada lingkaran satuan atau,
secara ekuivalen, sebagai jumlah radian pada sudut yang sesuai. Dengan demikian, f(t) = sin t
dan g(t) = cos t karena t adalah fungsi yang domain dan rangenya merupakan himpunan
bilangan real. Kita dapat mempertimbangkan masalah menemukan turunannya.

Gambar 1

Rumus Turunan Kita memilih untuk menggunakan x daripada t sebagai variabel dasar. Untuk
menemukan Dx (sin x) kita mengajukan banding ke definisi turunan dan menggunakan Identitas
penjumlahan untuk sin (x+h)
Perhatikan bahwa dua batas dalam ekspresi terakhir ini persis batas yang kita pelajari di Bagian
2.5. Gambar Dalam Teorema 2.5B kami membuktikan bahwa

sin ℎ 1−cos ℎ
lim =1 dan lim =0
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ

Dengan demikian 𝐷𝑥 (sin 𝑥) = (− sin 𝑥).0 + (cos 𝑥).1 = cos 𝑥

Dengan cara yang sama:

Teorema A

Fungsi-fungsi f(x)= sin x dan g(x) = cos x, keduanya adalah fungsi diferensiabel

𝐷𝑥 (sin 𝑥) = cos 𝑥 𝐷𝑥 (cos 𝑥) = − sin 𝑥

Contoh 1
Temukan 𝐷𝑥 (3 sin 𝑥 − 2 cos 𝑥)
Penyelesaian:
𝐷𝑥 (3 sin 𝑥 − 2 cos 𝑥) = 3𝐷𝑥 (sin 𝑥) − 2 𝐷𝑥 (cos 𝑥) = 3 cos 𝑥 + 2 sin 𝑥

Contoh 2

𝑑 1+sin 𝑥
Temukan 𝑑𝑥 cos 𝑥

Penyelesaian:

Untuk masalah ini, aturan hasil bagi diperlukan.


Teorema B

Untuk semua titik x pada domain fungsi,

𝐷𝑥 (tan 𝑥) = 𝑠𝑒𝑐 2 𝑥 𝐷𝑥 (cot 𝑥) = −𝑐𝑠𝑐 2 𝑥

𝐷𝑥 (sec 𝑥) = 𝑠𝑒𝑐 𝑥 tan 𝑥 𝐷𝑥 (csc 𝑥) = − csc 𝑥 cot 𝑥

Contoh 3
Temukan 𝐷𝑥 (𝑥 𝑛 tan 𝑥) 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛 ≥ 1
Penyelesaian:
Kita menerapkan aturan perkalian Bersama dengan Teorema B.
𝐷𝑥 (𝑥 𝑛 tan 𝑥) = 𝑥 𝑛 𝐷𝑥 (tan 𝑥) + tan 𝑥 ( 𝐷𝑥 𝑥 𝑛 ) = 𝑥 𝑛 𝑠𝑒𝑐 2 𝑥 + 𝑛𝑥 𝑛−1 tan 𝑥

3.5 Aturan Rantai

Bayangkan mencoba mencari turunan dari:

𝐹(𝑥) = (2𝑥 2 − 4𝑥 + 1)60

Kita dapat menemukan turunannya, tetapi pertama-tama kita harus mengalikan 60 faktor
kuadrat dari 2𝑥 2 − 4𝑥 + 1 dan kemudian menurunkan polinomial yang dihasilkan. Atau,
bagaimana kalau mencoba mencari turunan dari

𝐺(𝑥) = sin 3𝑥

Kita mungkin bisa menggunakan beberapa identitas trigonometri untuk menguranginya


menjadi sesuatu yang bergantung pada sin x dan cos x dan kemudian gunakan aturan dari
bagian sebelumnya.

Untungnya, ada cara yang lebih baik. Setelah mempelajari Aturan Rantai, kita akan
dapat menulis jawabannya
𝐹′(𝑥) = 60(2𝑥 2 − 4𝑥 + 1)59 (4𝑥 − 4)

dan

𝐺′(𝑥) = 3 cos 3𝑥

Aturan Rantai sangat penting sehingga kita jarang akan menurunkan fungsi apa pun tanpa
menggunakannya.

Menurunkan Fungsi Komposisi Jika David bisa mengetik dua kali lebih cepat dari Mary dan
Mary dapat mengetik tiga kali lebih cepat dari Joe, kemudian David dapat mengetik 2 x 3 = 6
kali lebih cepat dari Joe.

Pertimbangkan fungsi komposisi y = f(g(x)). Jika kita misalkan u = g(x), kita kemudian
bisa memikirkan f sebagai fungsi dari u. Andaikan f(u) berubah dua kali lebih cepat dari u, dan
u = g(x) berubah tiga kali lebih cepat x. Seberapa cepat y berubah? Pernyataan y = f (u) berubah
dua kali lebih cepat u" dan "u = g(x) berubah tiga kali lebih cepat x” dapat dinyatakan kembali
sebagai

𝑑𝑦 𝑑𝑢
= 2 𝑑𝑎𝑛 =3
𝑑𝑢 𝑑𝑥

Sama seperti di paragraf sebelumnya, sepertinya jika menghitung harus dikalikan; yaitu
menghitung perubahan dari y terhadap x harus sama dengan menghitung perubahan dari y
terhadap u kali laju perubahan u terhadap x. Dengan kata lain,

𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= ×
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥

Ini memang benar, dan kami akan membuat sketsa buktinya di akhir bagian ini.
Hasilnya disebut Aturan Rantai.

Teorema A Aturan Rantai

Misalkan y = f(u) dan u = g(x). Jika g diferensiabel di x dan f diferensiabel di u = g(x)


maka fungsi komposisi f o g didefinisikan dengan (f o g)(x) = f (g(x)), adalah diferensiabel
di x dan
(f o g)’(x) = f’ (g(x))g’(x), yaitu:

Dx(f(g(x)) = f’ (g(x))g’(x)

𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
atau 𝑑𝑥
= 𝑑𝑢 𝑑𝑥
Anda dapat mengingat Aturan Rantai dengan cara ini: Turunan dari fungsi komposisi
adalah turunan dari fungsi luar yang dievaluasi pada fungsi dalam, dikalikan dengan turunan
dari fungsi dalam.

Penerapan Aturan Rantai Kita mulai dengan contoh (2𝑥 2 − 4𝑥 + 1)60 yang diperkenalkan
di awal bagian ini.

Contoh 1
Jika y = (2𝑥 2 − 4𝑥 + 1)60 , Temukan Dxy.
Penyelesaian:
Kita memikirkan y sebagai pangkat 60 dari fungsi x; yaitu
y = u60 dan u = 2x2 - 4x + 1

Fungsi luarnya adalah f(u) = u60 dan fungsi dalamnya adalah u = g(x)= 2x2 - 4x + 1. Dengan
demikian,

Contoh 2

13
𝑡 3 −2𝑡+1
Temukan 𝐷𝑡 ( )
𝑡 4 +3

Penyelesaian:

Langkah terakhir dalam menghitung pernyataan ini adalah menaikkan pernyataan di dalam ke
pangkat13. Jadi, kita mulai dengan menerapkan Aturan Rantai ke fungsi y = u13, di mana 𝑢 =
𝑡 3 −2𝑡+1
. Aturan Rantai diikuti oleh Aturan Hasil Bagi memberikan:
𝑡 4 +3

13 13−1
𝑡 3 − 2𝑡 + 1 𝑡 3 − 2𝑡 + 1 𝑡 3 − 2𝑡 + 1
𝐷𝑡 ( ) = 13 ( ) 𝐷𝑡 ( )
𝑡4 + 3 𝑡4 + 3 𝑡4 + 3
12
𝑡 3 − 2𝑡 + 1 (𝑡 4 + 3)(3𝑡 2 − 2) − (𝑡 3 − 2𝑡 + 1)(4𝑡 3 )
= 13 ( )
𝑡4 + 3 (𝑡 4 + 3)2
12
𝑡 3 − 2𝑡 + 1 −𝑡 6 + 6𝑡 4 − 4𝑡 3 + 9𝑡 2 − 6
= 13 ( )
𝑡4 + 3 (𝑡 4 + 3)2
Menerapkan Aturan Rantai Lebih dari Sekali Terkadang saat kita menerapkan Aturan
Rantai ke fungsi komposisi kita menemukan bahwa turunan fungsi dalam juga membutuhkan
Aturan Rantai. Dalam kasus seperti ini, kita hanya perlu menggunakan Aturan Rantai untuk
kedua kalinya.

Contoh 3
Temukan 𝐷𝑥 sin [cos(𝑥 2 )]
Penyelesaian :
𝐷𝑥 sin[cos(𝑥 2 )] = cos[cos(𝑥 2 )]. [− sin(𝑥 2 )] . 2𝑥 = −2𝑥 sin(𝑥 2 ) cos[cos(𝑥 2 )]
Contoh 4
Misalkan grafik dari y = f(x) dan y = g(x) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gunakan
grafik ini untuk memperkirakan (a) (f – g)’ (2) dan (b) (f o g)’(2)

Gambar 1

Penyelesaian
a. Dengan Teorema 3.3F, (f – g)’ (2)=f’(2)-g’(2). Dari Gambar 1, kita dapat menentukan
1
bahwa 𝑓’(2) ≈ 1 𝑑𝑎𝑛 𝑔′ (2) ≈ − 2 . Dengan demikian,
1 3
(𝑓 − 𝑔)′ (2) ≈ 1 − (− ) =
2 2
1
b. Dari Gambar 1 kita dapat menentukan bahwa 𝑓 ′ (1) ≈ 2 . Jadi, menurut Aturan Rantai,

1 1 1
(𝑓𝑜 𝑔)′ (2) = 𝑓 ′ (𝑔(2))𝑔′ (2) = 𝑓 ′ (1)𝑔′ (2) ≈ (− ) = −
2 2 4
Bukti Parsial dari Aturan Rantai Sekarang kita dapat memberikan sketsa bukti Aturan
Rantai.

Bukti Andaikan bahwa y = f(u) dan u = g(x), itu G terdiferensial pada x, dan bahwa f
diferensiabel pada u = g(x). Ketika x diberikan kenaikan ∆𝑥, ada peningkatan yang sesuai
dalam u dan y diberikan oleh

Karena g terdiferensialkan pada x, itu kontinu di sana (Teorema 3.2A), dan sehingga ∆𝑥 → 0
memaksa ∆𝑢 → 0. Oleh karena itu,

𝑑𝑦 ∆𝑦 ∆𝑢 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= lim . lim = .
𝑑𝑥 ∆𝑢→0 ∆𝑢 ∆𝑥→0 ∆𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥

Bukti ini sangat rapi, tapi sayangnya mengandung kekurangan yang tak kentara. Ada fungsi u
= g(x) yang memiliki sifat bahwa ∆𝑢 = 0untuk beberapa titik di setiap persekitaran x (fungsi
konstan g(x) = k adalah contoh yang baik). Ini berarti pembagian dengan ∆𝑢 pada langkah
pertama mungkin tidak legal. Tidak ada cara sederhana untuk mengatasi kesulitan ini,
meskipun Aturan Rantai berlaku bahkan dalam kasus ini.

3.6 Turunan Tingkat Tinggi

Operasi diferensiasi mengambil fungsi 𝑓 dan menghasilkan fungsi baru 𝑓′. Jika sekarang kita
mendiferensiasikan 𝑓′, kita masih menghasilkan fungsi lain, dilambangkan dengan 𝑓" (baca “𝑓
prima ganda”) dan disebut turunan kedua dari 𝒇. Pada gilirannya, dapat dibedakan, sehingga
menghasilkan 𝑓′′′yang disebut turunan ketiga dari 𝑓, dan seterusnya. Turunan keempat
dilambangkan 𝑓 (4) , turunan kelima dilambangkan 𝑓 (5) , dan seterusnya. Jika, misalnya:
𝑓(𝑥) = 2𝑥 3 − 4𝑥 2 + 7𝑥 − 8
Kemudian
𝑓 ′ (𝑥) = 6𝑥 2 − 8𝑥 + 7
𝑓 ′′ (𝑥) = 12𝑥 − 8
𝑓 ′′′ (𝑥) = 12
𝑓 (4) (𝑥) = 0
Karena turunan dari fungsi nol adalah nol, turunan keempat dan semua turunan orde lebih
tinggi dari 𝑓 akan menjadi nol. Kami telah memperkenalkan tiga notasi untuk turunan
(sekarang juga disebut turunan pertama) dari 𝑦 = 𝑓(𝑥) Mereka adalah
𝑑𝑦
𝑓 ′ (𝑥) 𝐷𝑥 𝑦
𝑑𝑥
disebut, masing-masing, notasi prima, notasi D, dan notasi Leibniz. Ada variasi dari notasi
prima,𝑦 ′ , yang juga akan kita gunakan sesekali. Semua notasi ini memiliki ekstensi untuk
turunan orde tinggi, seperti yang ditunjukkan pada tabel terlampir. Perhatikan khususnya notasi
Leibniz, yang, meskipun rumit, tampaknya paling tepat untuk Leibniz. Apa, menurutnya, lebih
alami daripada menulis
𝑑 𝑑𝑦 𝑑2𝑦
( ) 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Notasi Leibniz untuk turunan kedua dibaca turunan kedua 𝑦 terhadap 𝑥.

Contoh 1:
𝑑3 𝑦 𝑑4 𝑦 𝑑12 𝑦
Jika 𝑦 = sin 2𝑥, carilah 𝑑𝑥 3 , 𝑑𝑥 4 , 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑥 12
Penyelesaian

3.7 DIFERENSIASI IMPLISIT

Dalam Persamaan y3 + 7y = x3

Kita tidak dapat menyelesaikan y dalam bentuk x. Namun, mungkin saja ada tepat satu y yang
bersesuaian dengan setiap x. Sebagai contoh, kita mungkin bertanya apakah nilai y (jika ada)
yang bersesuaian dengan x = 2. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menyelesaikan

y3 + 7y = 8

Tentu saja y = 1 adalah salah satu solusi, dan ternyata ini y=1 adalah satu-satunya solusi yang
nyata. Diberikan x = 2 pada persamaan y3 + 7y = x3, menentukan nilai y yang sesuai. Kita
katakan bahwa persamaan tersebut mendefinisikan y sebagai fungsi implisit dari x. Grafik
persamaan ini ditunjukkan pada Gambar 1, tentu saja terlihat seperti grafik fungsi yang dapat
didiferensialkan.

Gambar 1
Elemen baru adalah bahwa kita tidak memiliki persamaan dalam bentuk sebuah persamaan dari
bentuk y = f(x). Berdasarkan grafik tersebut, kita asumsikan bahwa y adalah suatu fungsi yang
tidak diketahui dari x. Jika kita notasikan fungsi oleh y(x), kita dapat tuliskan persamaannya
sebagai [y(x)]3 + 7y(x) = x3

Meskipun kita tidak memiliki rumus untuk y(x) , kita tetap bisa mendapatkan hubungan antara
x, y(x), dan y’(x) dengan mendiferensialkan kedua sisi persamaan dengan x. Dengan
mengingat untuk menerapkan Aturan Rantai, kita mendapatkan

𝑑 3 𝑑 𝑑 3
(𝑦 ) + (7𝑦) = 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑦 𝑑𝑦
3𝑦 2 +7 = 3𝑥 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑦
(3𝑦 2 + 7) = 3𝑥 2
𝑑𝑥

𝑑𝑦 3𝑥 2
= 2
𝑑𝑥 3𝑦 + 7

Catatan bahwa ekspresi dy/dx melibatkan x dan y, faktanya bahwa akan kesulitan. Tetapi jika
kita hanya ingin mencari kemiringan pada titik di mana kita mengetahui kedua koordinatnya,
tidak ada kesulitan. Pada titik (2,1),

𝑑𝑦 3(2)2 12 6
= 2
= =
𝑑𝑥 3(1) + 7 10 5

6
Kemiringan garisnya .
5

𝑑𝑦
Metode yang baru saja diilustrasikan untuk menemukan tanpa terlebih dahulu
𝑑𝑥

menyelesaikan persamaan y secara eksplisit dalam bentuk x disebut diferensiasi implisit.


Tetapi apakah metode ini sah-apakah metode ini memberikan jawaban yang benar?

Contoh 1. Tentukan dy/dx jika 4x2y – 3y = x3 – 1

Penyelesaian

Cara 1. Kita bisa menyelesaikan persamaan eksplisit untuk y sebagai berikut :

y(43 – 3) = x3 – 1
𝑥 3 −1
y = 4𝑥 3 −3

𝑑𝑦 (4𝑥 2 −3)(3𝑥 2 )−(𝑥 3 −1)(8𝑥) 4𝑥 4 −9𝑥 2 +8𝑥


sehingga, 𝑑𝑥 = =
(4𝑥 2 −3)2 (4𝑥 2 −3)2

Cara 2 Diferensiasi Implisit. Kami menyamakan turunan dari kedua sisi.

𝑑 𝑑 3
(4𝑥 2 𝑦 − 3𝑦) = (𝑥 − 1)
𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑦 𝑑𝑦
4𝑥 2 . + 𝑦. 8𝑥 − 3 = 3𝑥 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑦
(4𝑥 3 − 3) = 3𝑥 2 8𝑥𝑦
𝑑𝑥

𝑑𝑦 3𝑥 2 − 8𝑥𝑦
=
𝑑𝑥 4𝑥 2 − 3

Kedua jawaban ini terlihat berbeda. Untuk satu hal, jawaban yang diperoleh dari Metode 1
hanya melibatkan x saja, sedangkan jawaban dari Metode 2 melibatkan x dan y. Ingat,
bagaimanapun, bahwa persamaan asli dapat diselesaikan untuk y dalam bentuk x untuk
memberikan y = (x3 – 1)/(4x3-3). Ketika kita mengganti y = (x3 – 1)/(4x3-3) ke dalam ekspresi
yang baru saja kita peroleh untuk dy/dx kita dapatkan sebagai berikut:

𝑥3 − 1
𝑑𝑦 3𝑥 − 8𝑥𝑦 2 3𝑥 2 − 8𝑥
= = 4𝑥 2 − 3
𝑑𝑥 4𝑥 2 − 3 2
4𝑥 − 3

12𝑥 4 − 9𝑥 2 − 8𝑥 4 + 8𝑥 4𝑥 4 − 9𝑥 2 + 8𝑥
= =
(4𝑥 2 − 3)2 (4𝑥 2 − 3)2

Beberapa Kesulitan yang Tidak Kentara Jika sebuah persamaan dalam x dan y menentukan
sebuah fungsi y = f(x) dan jika fungsi ini dapat didiferensialkan, maka metode pendiferensialan
implisit, maka menghasilkan ekspresi yang benar untuk dy/dx.

Pertimbangkan persamaan x2 + y2 = 25 yang menentukan fungsi y = f(x) = √25 − 𝑥 2 dan fungsi


y = g(x) = -√25 − 𝑥 2 . Grafik keduanya ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2

Untungnya, kedua fungsi ini dapat didiferensialkan pada (-5,5). Dengan mempertimbangkan f
terlebih dahulu. Ini memenuhi x2 + [f(x)]2 = 25

Ketika kita mendiferensialkan secara implisit dan menyelesaikan f’(x), kita memperoleh

2x + 2f(x)f’(x) = 0

𝑥 𝑥
f’(x) = − 𝑓(𝑥) = − √25−𝑥2

perlakuan yang sama pada g(x)

𝑥 𝑥
g’(x) = − 𝑔(𝑥) = √25−𝑥 2

Untuk tujuan praktis, kita dapat memperoleh kedua hasil ini secara bersamaan dengan

Diferensiasi implisit dari x2 +y2 = 25.

Tentu saja, hasilnya identik dengan yang diperoleh di atas.

Perhatikan bahwa cukup sering untuk mengetahui bahwa dy/dx = -x/y untuk menerapkan hasil.
Misalkan kita ingin mengetahui kemiringan garis singgung terhadap lingkaran x2 + y2 = 25
ketika x = 3. Untuk x = 3, korespondensi nilai y adalah 4 dan -4. Kemiringan di (3, 4) dan (3,-
4) diperoleh dengan mensubstitusikan ke dalam -x/y, adalah -¾ dan ¾ (lihat gambar 2).
Perhatikan fungi h yang didefinisikan oleh

√25 − 𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 − 5 ≤ 𝑥 ≤ 3
ℎ(𝑥) = {
−√25 − 𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 3 < 𝑥 ≤ 5

Ini juga memenuhi x2 +y2 = 25, karena x2 + [h(x)]2 = 25. Tetapi tidak kontinu di x = 3, sehingga
tentu tidak memiliki turunan di sana (lihat gambar 3).

Walaupun topik fungsi implisit mengarah pada pertanyaan-pertanyaan teknis yang sulit
(dibahas dalam kalkulus tingkat lanjut), masalah yang kita pelajari memiliki solusi.

Contoh lainnya Dalam contoh-contoh berikut, kita asumsikan bahwa persamaan menentukan
satu atau lebih fungsi yang dapat dibedakan yang turunannya dapat ditemukan dengan
diferensiasi implisit. Perhatikan bahwa dalam setiap kasus kita mulai dengan mengambil
turunan dari setiap sisi persamaan yang diberikan sehubungan dengan variabel yang sesuai.
Kemudian kita menggunakan Aturan Rantai sesuai kebutuhan.

Contoh 2 tentukan dy/dx jika x2 + 5y2 = x + 9

Penyelesaian

𝑑𝑦 2 𝑑𝑦
(𝑥 + 5𝑦 3 ) = (𝑥 + 9)
𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑦
2𝑥 + 15𝑦 2 =1
𝑑𝑥

𝑑𝑦 1 − 2𝑥
=
𝑑𝑥 15𝑦 2
Aturan Pangkat Kita telah mempelajari bahwa Dx (xn) = nx n-1 di mana n adalah bilangan bulat
bukan nol. Sekarang kita perluas hal ini ke kasus di mana n adalah bilangan rasional bukan nol.

Theorema A Aturan Pangkat

Misalkan r sebarang bilangan rasional bukan nol. Maka, untuk x>0, Dx(xr) = rxr-1

Jika r bisa ditulis dalam bentuk terkecil sebagai r = p/q, di mana q ganjil, maka

Dx(xr) = rxr-1 untuk setiap x.

Bukti : karena r bilangan rasional, r dapat ditulis sebagai p/q, di mana p dan q adalah bilangan
bulat dengan q>0.

Y = xr =xp/q

Maka

yq = xp

dan, oleh diferensial implisit

qyq-1Dxy = pxp-1

sehingga

Kami telah mendapatkan hasil yang diinginkan, tetapi, kami harus menunjukkan kekurangan
dalam argument ini. Pada langkah diferensiasi implisit, kita mengasumsikan bahwa Dxy ada,
yaitu, y = xp/q yang dapat didiferensiasikan. Kita dapat mengisi celah ini, tetapi karena
pekerjaan yang sulit, kita letakkan bukti lengkapnya di lampiran (Bagian A.2, Teorema C)

Contoh 3. Jika y = 2x5/3 + √𝒙𝟐 + 1, tentukan Dxy

Penyelesaian

Mengunakan teorema A dan aturan rantai, kita punya


5⁄
𝐷𝑥 𝑦 = 2𝐷𝑥 𝑥 3 + 𝐷𝑥 (𝑥 2 + 1)1/2

5 5 1 1
= 2 ∙ 𝑥 ⁄3 + (𝑥 2 + 1)2−1 ∙ (2𝑥)
3 2

10 2⁄ 𝑥
= 𝑥 3+
3 √𝑥 2 + 1

3.8 LAJU TERKAIT

𝑑𝑦
Jika variabel y bergantung pada waktu t, maka turunannya disebut laju waktu perubahan.
𝑑𝑡

Tentu saja, jika y mengukur jarak, maka laju perubahan waktu ini juga disebut kecepatan. Kita
tertarik dengan berbagai macam laju waktu: laju di mana air mengalir ke dalam ember, laju
pertambahan luas tumpahan minyak, laju kenaikan nilai sebuah properti, dan sebagainya. Jika
y adalah diberikan secara eksplisit dalam hal t, masalahnya sederhana; kita hanya perlu
mendiferensialkan dan kemudian mengevaluasi turunannya pada waktu yang diperlukan.

Mungkin saja, alih-alih mengetahui y secara eksplisit dalam hal t, kita mengetahui hubungan
yang menghubungkan y dan variabel lain x, dan bahwa kita juga mengetahui sesuatu tentang
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥 𝑑𝑦
. Kita mungkin masih dapat menemukan karena 𝑑𝑡 dan terkait tingkat. Hal ini biasanya
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

membutuhkan diferensiasi implisit.

Contoh 1.

Sebuah balon kecil dilepaskan pada titik 150 kaki dari seorang pengamat, yang berada di tanah
yang datar. Jika balon naik lurus ke atas dengan kecepatan 8 kaki per detik, seberapa cepat
jarak dari pengamat ke balon meningkat ketika balon tingginya 50 kaki?

Penyelesaian

Diberikan 𝑡 menunjukkan jumlah detik setelah balon dilepaskan. Misalkan ℎ menyatakan


ketinggian balon dan 𝑠 jaraknya dari pengamat (lihat Gambar 1). Baik ℎ dan 𝑠 adalah variabel
yang bergantung pada 𝑡; Namun, dasar dari segitiga (jarak dari pengamat ke titik pelepasan)
tetap tidak berubah seiring bertambahnya t.
Gambar 2

Gambar 1

Gambar 2 menunjukkan jumlah kunci dalam satu diagram sederhana. Sebelum melangkah
lebih jauh, kita ambil tema yang telah dibahas sebelumnya, memperkirakan jawabannya.

Perhatikan bahwa, pada awalnya, s hampir tidak berubah (𝑑𝑠⁄𝑑𝑡 ≈ 0) tetapi akhirnya s

berubah secepat h berubah (𝑑𝑠⁄𝑑𝑡 ≈ 𝑑ℎ⁄𝑑𝑡 = 8). Perkiraan untuk 𝑑𝑠⁄𝑑𝑡 ketika ℎ = 50 kira-

kira sepertiga sampai setengah dari 𝑑ℎ⁄𝑑𝑡 atau 3. Jika kita mendapatkan jawaban yang jauh
dari nilai ini, kita akan tahu bahwa kita telah melakukan kesalahan. Misalnya, jawaban seperti
17 dan 7 jelas salah.

Kita lanjutkan dengan solusi yang tepat. Untuk penekanan, kita akan bertanya dan menjawab
3 pertanyaan yang mendasar.

(a) Apa yang diberikan? Jawaban: 𝑑ℎ⁄𝑑𝑡 = 8

(b) Apa yang ingin kita ketahui? Jawaban: Kita ingin mengetahui 𝑑𝑠⁄𝑑𝑡 pada saat ketika h =
50.

(c) Bagaimana hubungan s dan h? Jawaban: Variabel s dan h berubah terhadap waktu
(merupakan fungsi implisit dari t), tetapi selalu berhubungan dengan persamaan Pythagoras

𝑠 2 = ℎ2 + (150)2
Jika kita mendiferensiasikan secara implisit terhadap t dan menggunakan Aturan Rantai, kita
peroleh

𝑑𝑠 𝑑ℎ
2𝑠 = 2ℎ
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Atau

𝑑𝑠 𝑑ℎ
𝑠 =ℎ
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Sekarang, dan bukan sebelumnya, kita beralih ke contoh spesifik ketika ℎ = 50 Dari Teorema
Pythagoras, kita melihat bahwa, ketika ℎ = 50

𝑠 = √(50)2 + (150)2 = 50√10

Subtitusi di 𝑠(𝑑𝑠/𝑑𝑡) = ℎ(𝑑ℎ/𝑑𝑡) menghasilkan

𝑑𝑠
50√10 = 50(8)
𝑑𝑡

Atau

𝑑𝑠 8
= ≈ 2.53
𝑑𝑡 √10

Pada saat ℎ = 50, jarak antara balon dan pengamat bertambah dengan laju 2,53 kaki per detik.

Prosedur Sistematis pada contoh menyarankan metode berikut untuk memecahkan masalah
Laju terkait.

Langkah 1: Biarkan t menunjukkan waktu yang telah berlalu. Gambarlah diagram yang valid
untuk semua 𝑡 > 0 Label besaran-besaran yang nilainya tidak berubah saat 𝑡 meningkat
dengan nilai konstanta yang diberikan. Tetapkan huruf untuk besaran yang bervariasi dengan
t, dan beri label bagian yang sesuai dari gambar dengan variabel-variabel ini.

Langkah 2: Nyatakan apa yang diberikan tentang variabel dan informasi apa yang diinginkan
tentang mereka. Informasi ini akan dalam bentuk turunan terhadap t.

Langkah 3: Hubungkan variabel-variabel dengan menulis persamaan yang valid setiap saat,
tidak hanya pada saat tertentu.𝑡 > 0,
Langkah 4: Bedakan persamaan yang ditemukan pada Langkah 3 secara implisit terhadap t.
Persamaan yang dihasilkan, yang mengandung turunan terhadap t, adalah benar untuk semua
𝑡 > 0.

Langkah 5: Pada titik ini, dan bukan sebelumnya, substitusikan ke dalam persamaan yang
ditemukan di Langkah 4 semua data yang valid pada saat tertentu yang membutuhkan jawaban
atas masalah tersebut. Selesaikan untuk turunan yang diinginkan.

Contoh 2

Sebuah pesawat terbang ke utara dengan kecepatan 640 mil per jam melewati kota tertentu
pada siang hari. Pesawat kedua menuju timur dengan kecepatan 600 mil per jam tepat di atas
kota yang sama 15 menit kemudian. Jika pesawat terbang pada ketinggian yang sama, seberapa
cepat mereka akan berpisah pada pukul 13:15?

Penyelesaian

Langkah 1: Misalkan t menyatakan jumlah jam setelah 12:15, 𝑦 jarak dalam mil yang
diterbangi oleh pesawat menuju utara setelah 12:15, 𝑥 jarak yang diterbangkan oleh pesawat
menuju timur setelah 12:15, dan 𝑠 jarak antara pesawat. Dalam 15 menit dari siang hingga
640
12:15. pesawat yang menuju utara akan terbang = 60 bermil-mil, jadi jarak dari kota ke
4

pesawat yang menuju utara pada waktu t menjadi 𝑦 + 160 (Lihat Gambar 4.)

𝑑𝑦 𝑑𝑥
Langkah 2: kita diberikan bahwa untuk semua 𝑡 > 0, = 640 dan = 600, kita akan tahu
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑠
pada 𝑡 = 1 yaitu 13:15.
𝑑𝑡

Langkah 3: dengan Teorema phytagoras

𝑠 2 = 𝑥 2 + (𝑦 + 160)2

Langkah 4: Turunan implisit terhadap t dan menggunakan aturan rantai, kita mempunyai

𝑑𝑠 𝑑𝑥 𝑑𝑦
2𝑠 = 2𝑥 + 2(𝑦 + 160)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

Atau

𝑑𝑠 𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑠 =𝑥 + (𝑦 + 160)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑦 𝑑𝑥
Langkah 5: untuk semua 𝑡 > 0, = 640 dan = 600 sementara pada saat tertentu 𝑡 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡

1, 𝑥 = 600, 𝑦 = 640 dan 𝑠 = √6002 + (640 + 600)2 = 1000. Ketika kita subtitusikan ke
langka 4 kita peroleh

𝑑𝑠
1000 = (600)(600) + (640 + 160)640
𝑑𝑡

Sehingga

𝑑𝑠
= 872
𝑑𝑡

Pada pukul 13:15, pesawat-pesawat itu berpisah dengan kecepatan 872 mil per jam.

Laju Terkait Grafis

Masalah Seringkali dalam situasi kehidupan nyata, kita tidak mengetahui rumus untuk fungsi
tertentu, melainkan memiliki grafik yang ditentukan secara empiris untuk itu. Kami mungkin
masih dapat menjawab pertanyaan tentang tarif.

Contoh 3

Webster City memantau ketinggian air di tangki air silindernya dengan alat perekam otomatis.
Air terus-menerus dipompa ke dalam tangki dengan kecepatan 2.400 kaki kubik per jam,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Selama periode 12 jam tertentu (dimulai pada tengah
malam), ketinggian air naik dan turun sesuai dengan grafik pada Gambar 4. Jika jari-jari tangki
adalah 20 kaki, berapa laju air yang digunakan pada pukul 07.00?

Penyelesaian

Misalkan 𝑡 menyatakan jumlah jam lewat tengah malam, ℎ ketinggian air dalam tangki pada
waktu 𝑡, dan 𝑉 volume air dalam tangki pada waktu itu (lihat Gambar 3). Kemudian 𝑑𝑉/𝑑𝑡
adalah laju masuk dikurangi laju keluar, demikian juga 2400 − 𝑑𝑉/𝑑𝑡 adalah laju di mana air
digunakan setiap saat 𝑡. Karena kemiringan garis singgung di 𝑡 = 7 kira-kira −3 (Gambar 4),
𝑑ℎ
kita simpulkan bahwa ≈ −3 pada saat itu.
𝑑𝑡

Untuk silinder, 𝑉 = 𝜋𝑟 2 ℎ, dan seterusnya


𝑉 = 𝜋(20)2 ℎ

Dari itu,

𝑑𝑉 𝑑ℎ
= 400𝜋
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Pada 𝑡 = 7

𝑑𝑉
= 400𝜋(−3) ≈ −3770
𝑑𝑡

Gambar 3 Gambar 4

Jadi penduduk Kota Webster menggunakan air dengan kecepatan 2400 + 3770 = 6170 kubik
per jam pada pukul 7:00 pagi.

3.9 DIFERENSIASI FUNGSI EKSPONENSIAL DAN LOGARITMA

Fungsi eksponensial dan logaritma merupakan invers satu sama lain, sehingga untuk
mendapatkan turunannya, serta turunan dari fungsi trigonometri invers, kita mulai dengan
mempelajari fungsi invers secara lebih mendalam. Secara khusus, kita akan melihat bagaimana
turunan suatu fungsi terkait dengan turunan dari inversnya.
Gambar 1

Fungsi Invers Kita telah melihat dalam Teorema 1.6A bahwa suatu fungsi yang sangat
monoton (yaitu, naik atau turun) pada domainnya harus memiliki invers. Kita juga telah melihat
dalam bab ini bagaimana turunan 𝑓 ′ (𝑥)memberi kita kemiringan dari garis singgung grafik di
𝑥 Jadi, jika 𝑓 ′ (𝑥) > 0. maka garis singgung naik ke kanan, menunjukkan bahwa 𝑓 meningkat.
(Lihat Gambar 1.) Demikian pula, jika 𝑓 ′ (𝑥) < 0 maka garis singgung jatuh ke kanan,
menunjukkan bahwa 𝑓 menurun. Teorema A menyatakan hasil ini, yang pada titik ini
tampaknya masuk akal.

Teorema A. Teorema kemonotonan

Diberikan 𝑓 kontinyu pada interval 𝐼 dan terdiferensial pada setiap titik interior 𝐼.

(1) Jika 𝑓 ′ (𝑥) > 0 untuk semua 𝑥 interior 𝐼, maka 𝑓 adalah naik pada 𝐼
(2) Jika 𝑓 ′ (𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 interior 𝐼, maka 𝑓 adalah menurun pada 𝐼

Pada Bagian 4.2, kita akan menggunakan teorema ini karena kita menggunakan kalkulus untuk
membantu kita membuat grafik fungsi. Untuk saat ini, kita akan menggunakannya, bersama
dengan hasil yang dinyatakan di atas bahwa fungsi monoton memiliki invers, untuk
menentukan apakah suatu fungsi memiliki invers.

Contoh 1 Tunjukkan bahwa 𝑓(𝑥) = 𝑥 5 + 2𝑥 + 1 memiliki invers


Penyelesaian

𝑓 ′ (𝑥) = 5𝑥 4 + 2 > 0 untuk semua 𝑥. Maka 𝑓 naik pada seluruh garis riil jadi itu memiliki
invers disitu.(lihat gambar 2)

Gambar 2

Kami tidak mengklaim bahwa kami selalu dapat memberikan formula 𝑓 −1 . Dalam Contoh 1,
ini. akan mengharuskan kita dapat menyelesaikan 𝑦 = 𝑥 5 + 2𝑥 + 1 untuk setiap 𝑥. Meskipun
kita dapat menggunakan CAS atau kalkulator grafik untuk menyelesaikan persamaan ini untuk
𝑥 untuk nilai tertentu 𝑦, tidak ada rumus sederhana yang akan memberikan kita 𝑥 dalam hal 𝑦
untuk suatu arbitrer 𝑦.

Selanjutnya, kami menyelidiki hubungan antara turunan suatu fungsi, dan turunan dari
inversnya. Pertimbangkan apa yang terjadi pada sebuah garis 𝑙1 ketika dipantulkan melintasi
garis 𝑦 = 𝑥. Sebagai bagian kiri Gambar 3 membuat jelas, 𝑙1 tercermin ke dalam garis 𝑙2
apalagi, kemiringan masing-masing 𝑚1 dan 𝑚2 terkait dengan 𝑚2 = 1/𝑚1 disediakan 𝑚1 ≠
0, Jika 𝑙1 kebetulan garis singgung grafik 𝑓 di titik (𝑐, 𝑑) maka 𝑙2 adalah garis singgung grafik
𝑓 −1 di titik (𝑑, 𝑐) (lihat kanan setengah dari Gambar 3). Kami dituntun pada kesimpulan bahwa

1 1
(𝑓 −1 )′ (𝑑) = 𝑚2 = =
𝑚1 𝑓′(𝑐)
Gambar 3

Teorema B Teorema Fungsi Invers

Diberikan 𝑓 terdiferensiasi dan sangat monoton pada interval 𝐼. Jika 𝑓′(𝑥) ≠ 0 pada 𝑥 tertentu dalam
𝐼, maka (1) 𝑓 −1 terdiferensiasi pada titik yang bersesuaian 𝑦 = 𝑓(𝑥) pada rentang 𝑓 dan (2)

1
(𝑓 −1 )′(𝑦) =
𝑓′(𝑥)

Pembuktian 𝑓 −1 yang terdiferensial adalah dihilangkan, tetapi lihat Soal 59 untuk pembuktian
bagian kedua. Kesimpulan Teorema B sering ditulis secara simbolis sebagai

𝑑𝑥 1
=
𝑑𝑦 𝑑𝑦⁄
𝑑𝑥

Contoh 2 Misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑥 5 + 2𝑥 + 1, seperti pada contoh 1. Tentukan (𝑓 −1 )′ (4)

Penyelesaian

Meskipun sulit untuk mendapatkan bentuk untuk 𝑓 −1 dalam kasus ini. Kita catat bahwa 𝑦 = 4
bersesuaian untuk 𝑥 = 1, dank arena 𝑓 ′ (𝑥) = 5𝑥 4 + 2
1 1 1
(𝑓 −1 )′ (4) = = =
𝑓′(1) 5 + 2 7

Contoh 3 Misalkan 𝑓(𝑥) = 𝑥 3 + 1. Tentukan (𝑓 −1 )′ (9) dalam dua acara.

Penyelesaian

Metode 1 kita tentukan invers dari 𝑓 dan ambil turunannya

𝑦 = 𝑥3 + 1

𝑥 = 3√𝑦 − 1

3
𝑓 −1 (𝑥) = √𝑥 − 1

Maka

1
(𝑓 −1 )′ (𝑥) = (𝑥 − 1)−2/3
3

1 1
(𝑓 −1 )′ (9) = (9 − 1)−2/3 =
3 12

Metode 2 kita gunakan teorema invers fungsi . kita tahu bahwa (𝑓)′ (𝑥) = 3𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑓(2) =
9, 𝑗𝑎𝑑𝑖 (𝑓 −1 )(9) = 2, maka

1 1 1
(𝑓 −1 )′ (9) = = =
𝑓′(2) 3. 22 12

Turunan dari Fungsi Eksponensial dan Fungsi Logaritma

Berbekal dengan Teorema A dan B, kita sekarang siap untuk menemukan rumus-rumus untuk
turunan

fungsi logaritma dan eksponensial. Kita mulai dengan fungsi logaritma natural f(x) = ln x dan
kemudian membahas inversnya, fungsi eksponensial alami g(x) = ex. Karena keduanya meru

pakan kebalikan dari satu sama lain, kita hanya perlu mencari turunannya; kemudian gunakan
hasilnya, bersama dengan Teorema B, untuk menemukan turunan dari yang lainnya. Hasil ini
diberikan dalam Teorema C.
TEOREMA C Turunan dari Fungsi Logaritma dan Eksponensial Natural
1
(1). 𝐷𝑥 (𝑙𝑛 𝑥) = 𝑥 (2). 𝐷𝑥 (𝑒 𝑥 ) = 𝑒 𝑥

Bukti.

Kita mulai dengan membuktikan bahwa Dx (ln x) = 1/x. Untuk menyelesaikan pembuktian,
kita harus mengasumsikan ke kontiyu an dari ln x, tetapi yang kita asumsikan tanpa pembuktian
di Bab 2. Dengan menggunakan definisi turunan, dan sifat-sifat logaritma, kita memiliki

Di sini kita telah menggunakan kontinuitas fungsi logaritma natural dan hasil dari Bab 2 bahwa

Setelah turunan dari ln x diperoleh, tinggal menerapkan Teorema B untuk menemukan turunan
dari f(x) = ex. Jika kita memisalkan y = ex , maka ln y = x, jadi dy/dx = 1/y. Oleh karena itu,

𝑑𝑦 1 1
= = = 𝑦 = 𝑒𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥/𝑑𝑦 1/𝑦

Perhatikan kesederhanaan yang luar biasa dalam rumus-rumus untuk turunan-turunan dari ln x
dan ex Secara khusus, kami telah menunjukkan bahwa f(x) = ex adalah fungsi yang merupakan
turunannya sendiri. Ketika digunakan bersama dengan Aturan Rantai, rumus-rumus dalam
Teorema C menjadi

1
(1)𝐷𝑥 ln 𝑢 = 𝐷 𝑢 (2)𝐷𝑥 𝑒 𝑥 = 𝑒 𝑢 𝐷𝑥 𝑢
𝑢 𝑥

Setelah kita memiliki Teorema C, kita dapat menggunakannya, bersama dengan Aturan
Produk, Aturan Hasil Bagi, dan Aturan Rantai, untuk mengevaluasi sejumlah turunan.
Contoh 4 Tentukan turunan dari

2 ln 𝑥
a. 𝐷𝑥 ln 𝑥 (𝑥 2 − 1) b. 𝐷𝑥 (𝑒 −𝑥 ) c. 𝐷𝑥 (1 + 𝑒 𝑥 )

Penyelesaian

Soal a dan b dapat diselesaikan dengan aturan rantai dan soal c menunggu aturan quosien.

Sekarang kita dapat memperoleh rumus turunan untuk fungsi eksponensial secara umum:

Jika kita memisalkan y = log x, maka ay = x. Mengambil logaritma natural dari kedua sisi
diberikan

y = ln a = ln x, jadi

y = ln x / ln a

Dx loga x = 1/x ln a

Fungsi ax, xa, dan xx Mulailah dengan membandingkan ketiga grafik di Gambar 4. Secara
umum, misalkan a menjadi sebuah konstanta. Jangan bingung antara f(x) = ax, sebuah fungsi
eksponensial, dengan g(x) = xa, suatu fungsi pangkat. Dan jangan bingung dengan turunannya.
Kita baru saja mempelajari bahwa

Dx (ax) = ax ln a

untuk a rasional, terbukti aturan pangkat pada bagian 3.7, yang menyatakan bahwa Dx(xa) =
axn-1

Sekarang kita nyatakan bahwa hal ini benar meskipun a tidak rasional. Untuk melihat hal ini,
kita tulis

Dx (xa) = Dx (ea ln x) = ealn x. a/x


Terakhir, kami mempertimbangkan variabel ke pangkat variabel . Ada sebuah rumus untuk
Dx(xx) tetapi kami tidak menyarankan Anda untuk menghafalnya. Sebaliknya, kami
menyarankan agar Anda mempelajari dua metode untuk menemukannya, seperti yang
diilustrasikan di bawah ini.

3.10 TURUNAN DARI FUNGSI HIPERBOLIK DAN INVERS TRIGONOMETRI


DEFINISI FUNGSI HIPERBOLIK

Sinus Hiperbolik, Cosinus hiperbolik, dan 4 fungsi yang berelasi didefinikan oleh :

Turunan Fungsi Hiperbolik.

kita dapat menemukan Dx sinh x dan Dx cosh x secara langsung dari definisi

Dan

Perhatikan bahwa fakta-fakta ini mengkonfirmasi karakter grafik pada Gambar 7 dari Bagian
2.6. Sebagai contoh, karena Dx (sinh x) = cosh x >0 grafik sinus hiperbolik selalu meningkat.

Turunan dari empat fungsi hiperbolik lainnya mengikuti turunan dari dua yang pertama,
digabungkan dengan Aturan Hasil Bagi. Hasilnya dirangkum dalam Teorema A.

TEOREMA A TURUNAN FUNGSI HIPERBOLIK


Contoh 5. Tentukan Dx tan h (sinx)

Penyelesaian

Dx tan h (sin x) = sech2 (sinx) Dx (sinx)

= cos x. sech2 (sin x)

Grafik dari invers fungsi hiperbolik ditunjukkan dalam gambar 1. Setiap fungsinya dapat
dibedakan.

Gambar 1
Invers Fungsi Trigonometri Dari Teorema Fungsi Invers (Teorema 3.9B), kita
menyimpulkan bahwa sin-1 x, cos -1 x, tan -1 x, dan sec-1 x dapat didiferensialkan. Tujuan
kita adalah menemukan rumus untuk turunannya. Kita nyatakan hasil-hasil dan kemudian
menunjukkan bagaimana mereka dapat diturunkan.

TEOREMA B Turunan dari 4 Fungsi Invers Trigonometri

Bukti

Pembuktian kami mengikuti pola yang sama di setiap kasus. Untuk membuktikan (1), misalkan
y = sin-1 x, sehingga x = sin y

Sekarang bedakan kedua sisi sehubungan dengan x, dengan menggunakan Aturan Rantai di
sisi kanan. Kemudian

1 = cos y Dxy = cos (sin-1 x) Dx(sin-1 x) = √1 − 𝑥 2 𝐷𝑥 (𝑠𝑖𝑛−1 𝑥)

Pada langkah terakhir, kita menggunakan Teorema 1.9A(2). Kami menyimpulkan bahwa Dx
1
(sin-1x) = √1−𝑥 2

Hasil (2), (3), dan (4) dibuktikan dengan cara yang sama, tetapi (4) memiliki sedikit perubahan.
Misalkan y = sec-1 x, jadi x = sec y membedakan kedua sisi sehubungan dengan x dan
menggunakan Teorema 1.9A(4), kita memperoleh
SOAL HOTS

Diketahui grafik fungsi y=5𝑥 2 −3x+7 berpotongan dengan garis y=x+1 . maka persamaan
garis singgung yang melalui titik potong tersebut adalah..

Penyelesaian

• Karena grafik berpotongan dengan garis y = x + 1 maka y = y


3x 2 −4x+7 = 5x+1

3x 2 -4x-5x + 7 – 1 = 0

3x 2 - 9x + 6 = 0

(3x – 3)(x – 2)=0

𝑥 = 1𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = 2

Substitusikan nilai x ke y = 5x + 1

𝑥 =1  5(1)+ 1 = 5 + 1 = 6

𝑥 = 2  5(2) + 1 = 10 + 1 = 11

Sehingga diperoleh 2 titik, yaitu (1,6) dan (2,11)

karena ada dua titik singgung, maka akan ada dua persamaan garis singgung.

(1) Untuk titik (1,6)


m = f’(x) = 6x – 4 = 6(1) – 4 = 6 - 4 = 2

sehingga persamaan garis singgung kurva dengan m = 2 dan titik singgung (1,6) adalah x1 =
1 dan y1 = 6

(y-y1) = m (x-x1)

y – 6 = 2 (x -1)

y – 6 = 2x -2

y = 2x – 2 + 6 = 2x +4

(2) Untuk titik (2,11)


m = f’(x) = 6x - 4= 6(2) – 4 = 12 – 4 = 8
sehingga persamaan garis singgung kurva dengan m = 8 dan titik singgung (2,11) adalah x1 =
2dan y1 = 11
(y-y1) = 8(x – x1)
y – 11 = 8(x – 2)
y – 11 = 8x – 16
y = 8x – 16 + 11
y = 8x – 5

References

Purcell J. Edwin, Dale V, Steve E. Rigdon. 2014. Calculus Early Transcendentals First
Edition. England. England and Associated Companies throughout the world

Anda mungkin juga menyukai