Teorema 1.1
a. sin2 𝜃 + sin2 𝜃 = 1.
b. Jika cos 𝜃 ≠ 0, maka 1 + tan2 𝜃 = sec2 𝜃.
c. Jika sin 𝜃 ≠ 0, maka 1 + cot2 𝜃 = csc2 𝜃
d. sin(−𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(−𝜃) = cos 𝜃.
e. sin (𝜋2 − 𝜃) = cos 𝜃 dan cos (𝜋2 − 𝜃) = sin 𝜃.
f. sin (𝜋2 + 𝜃) = cos 𝜃 dan cos (𝜋2 + 𝜃) = − sin 𝜃.
g. sin(𝜋 − 𝜃) = sin 𝜃 dan cos(𝜋 − 𝜃) = − cos 𝜃.
h. sin(𝜋 + 𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(𝜋 + 𝜃) = − cos 𝜃.
i. sin (3𝜋2 − 𝜃) = − cos 𝜃 dan cos (3𝜋2 − 𝜃) = − sin 𝜃.
j. sin (3𝜋2 + 𝜃) = − cos 𝜃 dan cos (3𝜋2 + 𝜃) = sin 𝜃.
k. sin(2𝜋 − 𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(2𝜋 − 𝜃) = cos 𝜃.
l. sin(2𝜋 + 𝜃) = sin 𝜃
dengan 𝑎 panjang sisi di depan sudut 𝐴, 𝑏 panjang sisi di depan sudut 𝐵, dan
𝑐 panjang sisi di depan sudut 𝐶. Aturan tersebut diperluas menjadi
𝑎sin𝐴=𝑏sin𝐵=𝑐sin𝐶=2𝑅 dengan 𝑅 merupakan jari-jari lingkaran luar
segitiga
Definisi 1.2
Sebuah fungsi 𝑓 dikatakan periodik jika terdapat sebuah bilangan positif 𝑝
sehingga 𝑓 (𝑥 + 𝑝) = 𝑓(𝑥)∀𝑥 ∈ 𝐷𝑓. Nilai 𝑝 terkecil disebut periode.
9. Suatu nilai disebut nilai ekstrim mutlak dari suatu fungsi jika nilai
tersebut merupakan nilai ekstrim fungsi pada domain fungsi tersebut;
Sedangkan suatu nilai disebut nilai ekstrim relatif dari suatu fungsi jika
nilai tersebut merupakan nilai ekstrim fungsi pada suatu selang yang
merupakan himpunan bagian dari domain fungsi tersebut. Nilai ekstrim
mutlak suatu fungsi juga merupakan nilai ekstrim relatif.
10. Apabila 𝑐 suatu nilai ekstrim dari fungsi 𝑓 maka 𝑐 haruslah merupakan
bilangan kritis fungsi 𝑓 dan 𝑐 memenuhi salah satu dari: 𝑐 merupakan titik
ujung 𝐼, 𝑐 merupakan titik stationer 𝑓, atau 𝑐 merupakan titik singular 𝑓.
11. Teorema nilai rata-rata menjamin adanya nilai 𝑐∈(𝑎,𝑏) di mana
𝑓′(𝑐)=𝑓(𝑏)−𝑓(𝑎)𝑏−𝑎.
12. Kemonotonan grafik fungsi dapat dilihat dari nilai turunan pertama fungsi
tersebut yaitu jika 𝑓′(𝑥)>0 untuk setiap 𝑥∈𝐼 yang bukan di titik ujung
maka grafik 𝑓 naik pada 𝐼 dan jika 𝑓′(𝑥)<0 untuk setiap 𝑥∈𝐼 yang bukan
di titik ujung maka grafik 𝑓 turun pada 𝐼.
13. Penentuan nilai ekstrim suatu fungsi dapat dilakukan dengan uji turunan
pertama yaitu Jika 𝑓′(𝑥) ada pada selang (𝑐−ℎ,𝑐+ℎ) untuk suatu ℎ>0
kecuali mungkin di titik 𝑐 sendiri maka 𝑓(𝑐) ekstrim relatif jika dan hanya
jika tanda 𝑓′(𝑥) berganti tanda di 𝑥=𝑐.
14. Kecekungan grafik fungsi dapat diperiksa menggunakan turunan kedua
dari fungsi tersebut. Kriterianya adalah grafik 𝑓 cekung ke atas pada 𝐼
apabila 𝑓′′(𝑥)>0 ∀𝑥∈𝐼 yang bukan titik ujung 𝐼 dan grafik 𝑓 cekung ke
bawah pada 𝐼 apabila 𝑓′′(𝑥)<0 ∀𝑥∈𝐼 yang bukan titik ujung 𝐼.
15. Penentuan nilai ekstrim juga dapat dilakukan dengan uji turunan kedua
dengan syarat 𝑓′(𝑥) dan 𝑓′′(𝑥) ada pada 𝐼. Kriteria yang digunakan yaitu:
𝑓′′(𝑥)<0⇒𝑓(𝑎) suatu maksimum relatif 𝑓, 𝑓′′(𝑥)>0⇒𝑓(𝑎) suatu minimum
relatif 𝑓, dan 𝑓′′(𝑥)=0⇒ tidak ada kesimpulan.
Kegiatan Belajar 4 : Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral
1. Antiturunan atau integral tak tentu merupakan balikan dari turunan. Jika
𝐹′(𝑥)=𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥∈ 𝐼 maka F disebut suatu antiturunan f pada
selang I. Keberadaan antiturunan tidak tunggal, untuk menunjukkan
semua antiturunan 𝑓, dapat dituliskan dengan 𝐹(𝑥)=𝑥2+𝐶, dengan 𝐶
sebarang konstanta.
2. Teorema-teorema dalam integral tak tentu antara lain sebagai berikut.
a. Jika r sebarang bilangan rasional kecuali −1, maka ∫𝑥𝑟𝑑𝑥=𝑥𝑟+1𝑟+1+𝐶
b. ∫sin𝑥𝑑𝑥=−cos𝑥+𝐶 dan ∫cos𝑥𝑑𝑥=sin𝑥+𝐶
c. Kelinieran:
1) ∫𝐾𝑓(𝑥)𝑑𝑥=𝐾∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥,
2) ∫[𝑓(𝑥)+𝑔(𝑥)]𝑑𝑥=∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥+∫𝑔(𝑥)𝑑𝑥,
3) ∫[𝑓(𝑥)−𝑔(𝑥)]𝑑𝑥=∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥−∫𝑔(𝑥)𝑑𝑥.
d. Diberikan 𝑓 fungsi yang diferensiabel dan 𝑟 bilangan rasional dengan
𝑟≠−1, maka: ∫[𝑓(𝑥)]𝑟𝑓′(𝑥)𝑑𝑥=[𝑓(𝑥)]𝑟+1𝑟+1+𝐶, C konstanta.
e. Penggantian: dipunyai 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔⊂ 𝐼
dengan I adalah suatu selang. Jika 𝑓 terdefinisi pada selang 𝐼 sehingga
𝐹′(𝑥)=𝑓(𝑥), maka ∫𝑓[𝑔(𝑥)]𝑔′(𝑥)𝑑𝑥=𝐹[𝑔(𝑥)]+𝐶.
f. Integral Parsial: Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang mempunyai
turunan pada selang buka I, maka ∫𝑈.𝑑𝑉=𝑈.𝑉−∫𝑉.𝑑𝑈.
g. Jika dijumpai integral fungsi trigonometri yang rumit, diusahakan dapat
dikembalikan ke dalam bentuk yang pokok.
h. Untuk mengintegralkan fungsi rasional (𝑥)= 𝑝(𝑥)𝑞(𝑥) dicek dulu derajat
𝑝(𝑥) dan 𝑞(𝑥), 𝑞(𝑥) difaktorkan menjadi faktor linear atau kuadrat,
kombinasikan semua suku dalam pecahan bagian dengan menyamakan
penyebut, hitung semua koefisien yang ada, dan diintegralkan.
3. Deret dan notasi sigma diperlukan dalam pembahasan tentang jumlah
Riemann hingga integral tertentu. Teorema yang sering digunakan,
khususnya dalam perhitungan integral tertentu melalui limit jumlah
Riemann antara lain sebagai berikut.
a. Σ𝑐=𝑛.𝑐𝑛𝑖=1 untuk sebarang konstanta c,
b. Σ𝑐.𝑎𝑖=𝑛𝑖=1𝑐.Σ𝑎𝑖𝑛𝑖=1
c. Σ(𝑐.𝑎𝑖+𝑑.𝑏𝑖)=𝑛𝑖=1𝑐.Σ𝑎𝑖+𝑑.Σ𝑏𝑖𝑛𝑖=1𝑛𝑖=1
4. Definisi partisi: dipunyai [𝑎,] suatu selang tutup, suatu 𝑃𝑛 untuk selang
[𝑎,] adalah sebarang himpunan yang terdiri (𝑛+1) bilangan
{𝑥0,1,𝑥2,…,𝑥𝑛}, dengan 𝑎=𝑥0<𝑥1<𝑥2<⋯<𝑥𝑛=𝑏.
5. Definisi Jumlah Riemann: dipunyai 𝑓:[𝑎,𝑏]→ℝ. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu
partisi untuk selang [a,b], dan 𝑡𝑖∈[𝑥𝑖−1,𝑥𝑖]. Bangun 𝑅𝑛=Σ(𝑡𝑖).Δ𝑖𝑥.
Bangun 𝑅𝑛 disebut Jumlah Riemann untuk 𝑓 pada selang [𝑎,].
6. Definisi integral tertentu sebagai limit jumlah Riemann:
Dipunyai fungsi 𝑓:[𝑎,𝑏]→ℝ, jika lim‖𝑃‖→0Σ𝑓(𝑡𝑖).Δ𝑖𝑥𝑛𝑖=1 ada, maka
dikatakan fungsi 𝑓 terintegralkan secara Riemann pada selang [𝑎,𝑏].
Selanjutnya ditulis lim‖𝑃‖→0Σ(𝑡𝑖).Δ𝑖𝑥=∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥𝑏𝑎𝑛𝑖=1 disebut integral
tertentu (integral Riemann) fungsi 𝑓 dari 𝑎 ke 𝑏.
7. Teorema-teorema Integral Tertentu:
a. ∫𝑑𝑥𝑏𝑎=lim‖𝑃‖→0ΣΔ𝑖𝑥=𝑏−𝑎𝑛𝑖=1
b. ∫𝐾𝑑𝑥𝑏𝑎=lim‖𝑃‖→0Σ𝐾.Δ𝑖𝑥=𝐾(𝑏−𝑎)𝑛𝑖=1
c. Kelinearan:
1) ∫[𝑓(𝑥)+𝑔(𝑥)]𝑑𝑥=∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥+∫𝑔(𝑥)𝑑𝑥𝑏𝑎𝑏𝑎𝑏𝑎, dan
2) ∫𝐾.(𝑥)𝑑𝑥=𝐾.∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥𝑏𝑎𝑏𝑎
d. ∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥=∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥+∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥𝑏𝑐𝑐𝑎𝑏𝑎
e. Teorema Dasar Kalkulus 1: jika f kontinu pada selang [𝑎,𝑏] dan 𝑥
suatu titik dalam [𝑎,𝑏], maka 𝑑[∫𝑓(𝑡)𝑑𝑡𝑥𝑎]𝑑𝑥=𝑓(𝑥)
f. Teorema Dasar Kalkulus 2: jika (𝑥) kontinu pada [𝑎,𝑏] dan 𝐹(𝑥)
sebarang antiturunan 𝑓(𝑥), maka ∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥𝑏𝑎 = 𝑭(𝒃) – 𝑭(𝒂).
Selanjutnya ditulis (𝑏) – (𝑎) = [(𝑥)].
8. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi
f, x = a, x = b, dan sumbu X. L adalah luas daerah D.
a. Jika 𝑓(𝑥)≥0 untuk semua 𝑥∈[𝑎,𝑏], maka 𝐿=∫𝑓(𝑥) 𝑑𝑥𝑏𝑎
b. Jika (𝑥)<0 untuk semua 𝑥∈[𝑎,𝑏], maka 𝐿=−∫𝑓(𝑥) 𝑑𝑥𝑏𝑎.
c. Secara umum 𝐿=∫|(𝑥)|.𝑑𝑥𝑏𝑎
9. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang dibatasi dua grafik fungsi
𝑓 dan 𝑔 dengan (𝑥)≥𝑔(𝑥) untuk semua 𝑥∈[𝑎,𝑏],𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika 𝐿
adalah luas daerah 𝐷, maka 𝐿=∫[𝑓(𝑥)−𝑔(𝑥)] 𝑑𝑥𝑏𝑎.
10. Benda Putar dari suatu daerah 𝐷 pada bidang datar yang diputar dengan
suatu poros tertentu, di mana 𝐷 dibatasi oleh grafik 𝑓, sumbu 𝑋, 𝑥 = 𝑎,
dan 𝑥 = 𝑏 diputar dengan poros sumbu 𝑋, dengan metode cakram,
diperoleh:
Volume 𝑉=lim‖p‖→0Σ𝜋.[𝑓(𝑡𝑖)]2.Δ𝑖𝑥ni=1=𝜋∫[𝑓(𝑥)]2𝑑𝑥
11. Volume Benda Putar dari suatu daerah 𝐷 pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, di mana 𝐷 dibatasi oleh grafik fungsi g dan
h dengan 𝑔(𝑥)≥ℎ(𝑥) pada [𝑎,𝑏], x = a, dan x = b diputar terhadap sumbu
𝑋, dengan metode cincin, diperoleh:
Volume 𝑉=lim‖p‖→0Σ𝜋.[[𝑔(𝑡𝑖)]2−[ℎ(𝑡𝑖)]2].Δ𝑖𝑥.ni=1
=𝜋∫[[𝑔(𝑥)]2−[ℎ(𝑥)]2]𝑑𝑥𝑏𝑎
12. Volume Benda Putar dari suatu daerah 𝐷 pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, di mana dibatasi oleh grafik fungsi kontinu
𝑓 dengan 𝑓(𝑥)≥0 pada selang [𝑎,𝑏], garis 𝑥 = 𝑎, garis 𝑥 = 𝑏, dan sumbu
𝑋, diputar terhadap sumbu 𝑌, dengan metode sel silinder (kulit tabung),
diperoleh:
Volume 𝑉=2𝜋.lim‖p‖→0Σ𝑡𝑖.(𝑡𝑖)Δ𝑖𝑥ni=1=2𝜋∫𝑥𝑓(𝑥)𝑑𝑥.𝑏𝑎
13. Panjang busur grafik 𝑓 dari titik 𝑃0(𝑎,𝑓(𝑎)) sampai titik 𝑃𝑛(𝑏,𝑓(𝑏))
adalah 𝐽=lim‖𝑃‖→0Σ√1+[𝑓′(𝑡𝑖)]2.Δ𝑖𝑥𝑛𝑖=1 = ∫√1+[𝑓′(𝑥)]2𝑑𝑥𝑏𝑎.
14. Luas permukaan benda putar dengan 𝐷 adalah daerah yang dibatasi oleh
grafik fungsi kontinu 𝑓 pada selang [𝑎,] diputar mengelilingi sumbu 𝑋.
𝑆=𝑙𝑖𝑚‖𝑃‖→0Σ𝜋⋅[𝑓(𝑥𝑖−1)+𝑓(𝑥𝑖)]⋅√1+[𝑓′(𝑡𝑖)]2⋅𝛥𝑖𝑥𝑛𝑖=1
= 2𝜋⋅∫(𝑥)⋅√1+[𝑓′(𝑥)]2 𝑑𝑥𝑏𝑎.
2 Daftar materi 1. Turunan fungsi implisit dan fungsi Invers
yang sulit 2. Aplikasi turunan
dipahami di 3. Integral tertentu
modul ini 4. Aplikasi integral
5. Fungsi linear
3 Daftar materi 1. Turunan fungsi implisit dan fungsi Invers
yang sering 2. Aplikasi turunan
mengalami 3. Integral tertentu
miskonsepsi 4. Aplikasi integral