Anda di halaman 1dari 2

OCTA CANDIKA

SOCIOLOGY
E031221055

Filsafat berasal dari Yunani kuno dengan beretimologi kata philos dan
Sophos yang mengartikan kawan yang bijaksana ataupun kawan kebijaksanaan dari
arti itu pun orang Yunani terus menerus mengembangkan dan menulis
kebijaksanaan ini dan di teruskan dengan tulisan-tulisan. Beberapa filsuf yang
terkenal pada zaman Yunani kuno pun muncul seperti Pythagoras, demokritos,
Socrates, plato, Aristoteles, diogenese dan banyak lagi mereka adalah figure figure
yang mengembangkan filsafat ke era keemasan membentuk ilmu pengetahuan
seperti yang kita ketahui saat ini semua diawali oleh mereka yang menanyakan
mengenai berbagai macam pertanyaan di dunia dan berusaha memahaminya. Usaha
yang berlangsung beratus tahun membentuk filsafat yang menjadi induk dari segala
ilmu pengetahuan.

PEMBAHASAN
Kebenaran sudah lah menjadi staple yang sering dibahas dalam peradaban
manusia, dimulai dari 3 sisi; posisi moral tertindas, observer(pihak yang hanya
melihat tanpa berada pada penguasaan atau tindasan, dan penguasa.
Sisi tertindas diawalkan dengan manusia yang mendapatkan hak dan naluri
yang diambil oleh manusia lainnya dikenal juga sebagai manusia sebagai serigala
untuk manusia lainnya(homo homini lupus) dari peristiwa ini manusia pun
menciptakan sebuah ekstitensi konsep yang ingin menyeimbangkan perlakuan ini,
konsep itupun dikatakan sebagai sebuah konsep kebenaran atau penyertaan hak
yang dasar nya berasal dari baik dan buruk.
Dari sisi observer kebenaran ini lebih bersifat metafisik diawalkan dengan
pertanyaan akan eksitensi, keberadaan ataupun konsep dari konsep, dimana dari
pernyataan abstrak ini para observer mencari satu asumsi yang pasti kemudian
dibandingkan dengan kenyataan untuk melihat apakah itu valid atau tidak dengan
kata lain. Dasar kebenaran observer adalah pernyataan yang valid.
Terakhir dilihat dari pihak penguasa bagi para pihak penguasa kebenaran ini
berasal dari kenyataan yang ada di masyarakat dimana tindakan yang berlangsung
di realita lah yang dijadikan sebagai sebuah kebenaran. Kengapa dapat dikatakan
demikian? Karena Ketika seseorang dapat memenuhi kebutuhan dan berada pada
posisi pemenuhan keinginan yang lebih tinggi, serta disertakan penghormatan
mereka ingin mengapai yang dinamakan nya aktualisasi diri(menurut maslow),
untuk mencapai aktualisasi diri ini keputusan yang diambil mereka harus
mempertimbangkan kenyataan yang efektif serta efisien bukan didasarkan pada
moralitas kepercayaan terhadap baik dan buruk sehingga tindakan mereka itu dapat
diunsurkan pada pragmatisitas dari kenyataan.
Saya ingin menolak asumsi di makalah mahasiswa kelompok 3 unhas yang
menyatakan bahwa dalam teori agama sebagai pengukur kebaikan tidak disertakan
akal budi dan reason manusia dikutip “Dalam teori ini sangat mengedepankan
wahyu yang bersumber dari tuhan tidak lagi berdasarkan akal budi dan reason
manusia” saya kritikan pada asumsi ketiga geneologi(unsur) yang sudah
dipaparkan( tertindas,observer dan penguasa) dari aspek unsur ini saya melihat
bahwa agama merupakan atribut dari sifat manusia dimana dalam sebuah
tindakan…manusia mau tidak mau akan terpengaruh dengan Namanya budaya,
pemikiran dan sosial ini pun terletak pada alam bawah sadar manusia dalam
melakukan pemikiran sadar nya. Agama itu merupakan salah satu atribut dari
budaya, pemikiran dan sosial maka dari itu Ketika kita melakukan sesuatu tindakan
ini berasal juga secara tidak langsung dari agama cth: 3 adalah bilangan ganjil
atribut dari tiga ini adalah 1+1+1 inilah yang membentuk yang Namanya 3. 1+1+1
tidak mungkin terdiri tanpa sendirinya. 1 harus memiliki atribut yang membentuk
nya menjadi 1, atribut ini 0,5+0,5 inilah yang menjadi atribut 1, dan agama ini
adalah 0,5. Maka dalam membentuk sebuah keputusan sadar yang didasarkan oleh
akal dan reason walaupun tidak langsung eksistensi dari agama harus
dipertimbangkan karena hal tersebut mempengaruhi cara pengambilan keputusan.
Asumsi selaras dengan ketiga contoh genealogi yang diberikan, dimana
dalam pengambilan keputusan kebenaran secara sadar mereka tetap melandaskan
nya pada atribut mereka sendiri mau itu berdasarkan pragmatism, eksitensi ataupun
baik dan buruk. Reason dan akal budi berperan akan tetapi berbeda dibidang hasil
yang diberikan dari masing-masing perspektif.

Anda mungkin juga menyukai