OLEH:
MUH. NUR UDPA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hak kekayaan intelektual (HKI) merupakan hak kebendaan, hak atas
sesuatu benda di mana bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio,
manusia yang menalar. Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan sebagai
intelektualitas. Tidak semua orang dapat dan mampu memperkerjakan otak
(nalar, rasio, intelektual) secara maksimal. Oleh karena itu, tidak semua
orang dapat menghasilkan Hak Kekayaan Intelektual. Hanya orang yang
mampu mempekerjakan otaknya secara maksimal sajalah yang dapat
menghasilkan hak kebendaan. Hal tersebut pula yang menyebabkan hak
atas kekayaan intelektual itu bersifat eksklusif. Hanya orang tertentu saja
yang dapat melahirkan hak semacam itu.1
Sejak
ditandatanganinya
Persetujuan
Pembentukan
Organisasi
perlindungan
bagi
negara-negara
anggota
World
Trade
barang lainnya, termasuk barang mentah dan/atau hasil olahan, baik yang
berasal dari hasil pertanian maupun yang berasal dari hasil tambang.
Penunjukan asal suatu barang merupakan hal penting, karena pengaruh dari
faktor geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari
kedua faktor tersebut di daerah tertentu tempat barang tersebut dihasilkan
dapat memberikan ciri dan kualitas barang yang dipelihara dan dapat
dipertahankan dalam jangka waktu tertentu akan melahirkan reputasi
(keterkenalan) atas barang tersebut, yang selanjutnya memungkinkan barang
tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi.
Indonesia
merupakan
negara
megadiversity,
negara
dengan
dan Telur Asin Brebes asal Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Brebes
merupakan beberapa contoh produk unggulan daerah yang berpotensi
mendapatkan tempat di pasar internasional. 5
Selain dari produk tersebut, terdapat pula Sarung Sutera Mandar asal
Provinsi Sulawesi Barat. Sarung Sutera Mandar yang merupakan hasil
kerajinan yang dikembangkan masyarakat Sulawesi Barat (Sulbar) ini
memiliki potensi menembus pasar ekspor. Kepala Bidang Perdagangan
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Provinsi Sulbar
mengatakan, produksi Sarung Sutera Mandar memiliki kualitas ekspor,
sehingga bisa bersaing dengan produk serupa dari daerah lain. 6
Sarung Sutera Sulbar, yang telah menjadi icon pemerintah kabupaten
Polewali Mandar, memiliki ciri khas tersendiri dari teknik pembuatan sarung
sutera. Teknik pembuatan yang berbeda, menghasilkan sarung sutera
dengan kerapatan tenunan lebih baik daripada produk sarung sutera daerah
lainnya. Tidak hanya dari sisi kualitas kerapatan, Sarung Sutera Mandar
terkenal dengan motif (dalam bahasa Mandar motif disebut Surre) tenunan
yang berbeda dan membawa ciri khas tersendiri. Kotak-kotak yang berukuran
kecil dengan warna coklat tua agak kehitam-hitaman, biru kelam, dan merah
5 www.dgip.go.id/ebhtml/hki/filecontent.php?fid=14871
6http://regional.kompas.com/read/2010/01/15/21335463/Peluang.Ekspor.Ada.di.Sar
ung.Sutera.Sulbar
hati merupakan salah satu motif dan warna, ciri khas dari daerah Mandar. 7
Terdapat beberapa jenis motif dalam Sarung Sutera Mandar, jenis-jenis motif
tersebut memiliki makna tersendiri bagi pemakainya, contohnya Surre LokoLoko (di mana loko-loko merupakan nama si-penenun), Surre Datu (Datu
berarti raja), dan Surre Puang Lembang (Puang Lembang artinya penghulu).8
Jika ciri khas dipertahankan dan dijaga konsistensi mutu tingginya
maka produk tersebut akan tetap mendapatkan pasaran yang baik,
sebaliknya bila ciri khas dan mutu produk tersebut tidak konsisten maka
nilainya akan merosot. Suatu produk yang bermutu khas tentu banyak ditiru
orang sehingga perlu diupayakan perlindungan hukum yang memadai bagi
produk-produk tersebut. Beberapa kasus telah membuktikan bahwa nama
produk Indonesia seperti kopi Mandailing atau Mandheling Coffee digunakan
untuk produk lain atau diisi dengan kopi yang berasal dari daerah lain bahkan
negara lain.
Tidak hanya sebatas penggunaan tanda yang telah disalahgunakan
oleh negara lain di mana menunjukkan produk berasal dari Indonesia, salah
satu contoh lainnya yang dapat dijadikan bahan renungan yaitu produk asal
7 Kajian Sejarah dan Nilai-Nilai Tradisional Ujung Pandang, 1982, Sekilas Lintas
Mengenai Motif-Motif Ornamen dan Ragam Hias Daerah Sulawesi-Selatan, hlm: 23
8 Album Tenun Tradisional. Aceh-Sumatera Barat-Sulawesi Selatan-Nusa Tenggara
Barat. hlm. 54-61
Indonesia,
Toraja-Sulawesi
Selatan,
kopi
Toraja
yang
telah
beralih
kepemilikan oleh Perusahaan Key Coffe asal Negara Jepang. Jepang telah
mendaftarkan kopi Toraja sebagai Hak Kekayaan Intelektual negaranya pada
tahun 2000.9
Sarung Sutera Mandar yang melekatkan kawasan daerah atau wilayah
geografis tempat diproduksinya, berpotensi untuk dilindungi sebagai Indikasi
Geografis apabila telah terdaftar dalam daftar umum Indikasi Geografis di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut Direktorat
Jenderal). Pendaftaran tersebut dapat mencegah produk-produk unggulan
buatan Indonesia, termasuk Sarung Sutera Mandar, digunakan dan diambil
alih kepemilikannya oleh negara lain.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penulisan ini yaitu Sejauh manakah Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
2007 Tentang Indikasi Geografis memberikan Perlindungan Hukum kepada
Produsen Sarung Sutera Mandar?
9 http://www.scribd.com/doc/20976488/Perlindungan-Indikasi-Geografis-danPotensi-Indikasi-Geografis-Indonesia
BAB 2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Lokasi Penelitian
Pada penelitian yang berjudul Perlindungan Hukum Produsen Produk
Sarung Sutera Mandar ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
2007 Tentang Indikasi Geografis Penulis mengambil lokasi penelitian di
Makassar untuk pengumpulan data sekunder. Adapun lokasi dalam tahap
pengumpulan data sekunder ini yaitu
a. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,
b. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin, dan
c. Perpustakaan Daerah Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Selanjutnya untuk mengumpulkan data primer penulis mengambil lokasi
penelitian di Sulawesi Barat, lokasi dalam tahap pengumpulan data primer ini
yaitu:
a. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi
Sulawesi Selatan;
b. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi
Selatan; dan
c. Polewali Mandar, tepatnya di Kecamatan Balanipa.
kesimpulan
bahwa
Indikasi
Geografis
yang
diberikan
11
tunggal
diartikan
bahwa
12
tanggal,
bulan,
dan
tahun
permohonan;
nama
lengkap,
13
Direktorat
jenderal
melakukan
pemeriksaan
14
tersebut
memiliki
jangka
waktu
selambat-
sebulan
kelengkapan
terhitung
persyaratan,
sejak
tanggal
Direktorat
dipenuhinya
Jenderal
akan
Geografis
mempertimbangkan
bahwa
permohonan
telah
15
pemohon
atau
kuasanya
dapat
menyampaikan
16
Geografis
akan
melakukan
pemeriksaan
kembali
dan
sebelumnya
setelah
Geografis,
pengumuman
sebagaimana
yang
secara
tertulis
keputusan
penolakan
tersebut
kepada
tanggal
diterimanya
pemberitahuan
keputusan
dan
nama
Indikasi
Geografis
yang
dimohonkan
pendaftarannya.
Setiap pihak dapat mengajukan keberatan terhadap hasil
keputusan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal, namun hak tersebut
dibatasi selama jangka waktu pengumuman disetujuinya tanggapan
penolakan dan atau pendaftaran Indikasi geografis. Keberatan tersebut
ditujukan kepada Direktorat Jenderal secara tertulis dalam rangkap tiga
dengan membayar biaya. Keberatan tersebut memuat alasan yang
disertai bukti yang cukup bahwa permohonan seharusnya tidak didaftar
atau ditolak berdasarkan PP tentang Indikasi Geografis maupun
mengenai batas daerah yang mencakup Indikasi Geografis yang
dimohonkan pendaftarannya. Direktorat Jenderal dalam waktu paling
18
sanggahan
terhadap
keberatan
kepada
Direktorat
Jenderal dalam waktu paling lama dua bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan salinan keberatan dimaksud.
Sanggahan yang disampaikan oleh pihak pemohon atau
kuasanya akan ditindaklanjuti melalui proses pemeriksaan substantif
ulang oleh tim ahli Indikasi Geografis yang akan diselesaikan dalam waktu
paling lama enam bulan terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu
penyampaian sanggahan. Hasil keputusan yang akan dikeluarkan tim ahli
Indikasi Geografis dapat berupa:
a. Tidak diterimanya keberatan yang ditujukan oleh pihak
keberatan
kepada
pemohon
atau
kuasanya,
dengan
19
Indikasi
Geografis,
memproduksi/menenun
Sarung
seluruh
Sutera
produsen
Mandar
yang
diharuskan
akan
untuk
yang
ditetapkan
oleh
Direktorat
Jenderal
dengan
20
tersebut
akan
berdampak
positif
dengan
sebagai
pemakai
Indikasi
Geografis di
21
pendaftaran
mengingat
jarak
tempuh
12 Desa Galung Tulu dan Desa Pambusuang merupakan desa sentra industri
tenunan Sarung Sutera Mandar.
22
yang
harus
pengawasan
dilakukan,
maupun
baik
berupa
diterimanya
ditolaknya
penyampaian
keputusan
tersebut
dalam
Berita
Resmi
Indikasi
23
geografis;
Untuk mendapatkan keuntungan dari pemakaian;
Untuk mendapatkan keuntungan atas reputasi Indikasi
Geografis;
c. Pemakaian Indikasi Geografis yang dapat menyesatkan
masyarakat sehubungan dengan asal-usul geografis barang
tersebut;
d. Pemakaian Indikasi Geografis secara tanpa hak sekalipun
tempat asal barang dinyatakan;
e. Peniruan atau penyalahgunaan
lainnya
yang
dapat
24
dari
Sarung
Sutera
Mandar,
lembaga
yang
mewakili
Mandar;
Memperkuat ekonomi wilayah Sulawesi Barat;
Mempercepat perkembangan wilayah Sulawesi Barat;
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Barat; dan
Memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
produsen.
25
26
pun konsumen
untuk
mengajukan
aplikasi
pendaftaran,
tetapi
hak
untuk
27
melakukan
pengaduan
atau
gugatan
jika
suatu
indikasi
sampai
kelompok
konsumen
tidak
akan
membawa
pengaruh
28
penyuluhan
hukum
terkait
Indikasi
Geografis
kepada
pendaftaran
Indikasi
Geografis
di
Kantor
Wilayah
29
bekerjasama
dengan
pihak
yang
mengusahakan,
30
31