Kelompok 7 :
2023
Daftar Isi
JUDUL..................................................................................................1
Daftar Isi...............................................................................................2
Daftar Pustaka....................................................................................10
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan
infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap struktur yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi.
Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih pembeli (konsumen)
dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil
kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kualitas tertentu yang
menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual mendapat manfaat dari adanya
transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapat barang yang diinginkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapat imbalan pendapatan untuk selanjutnya
digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang.
Ekonomi kreatif memiliki sumber daya terbarukan berbasis kreativitas dan kemampuan
intelektual serta merupakan karunia Tuhan tidak terbatas seperti ide dan talenta. Industri kreatif
adalah bentuk pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu dengan cara
menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu (Sumotarto 2010).
Industri kreatif memiliki peluang untuk terus meningkat, sebab industri kreatif sangat responsif
menyerap akumulasi fenomena-fenomena sosial di masyarakat dan menuangkan ke dalam
konteks produk dan jasa.
Padahal jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai 1.128 berdasarkan sensus penduduk
2010. Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya berbeda-beda dalam bentuk atau wujud
tarian, lagu, upacara adat, rumah adat, alat musik, senjata tradisional, dan lainnya
- Bahasa
Bahasa yang digunakan di Indonesia adalah bahasa nasional yang diambil dari
bahasa Melayu dan bahasa daerah yang mencapai 746 bahasa. Bahasa daerah
adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah tertentu. Percakapan
antarsesama suku biasanya menggunakan bahasa daerah. Contoh, bahasa
daerah adalah bahasa Sunda, Jawa, Aceh, Gayo, Alas, Mingakabau, Betawi,
dan Dayak.
- Rumah Adat
Setiap daerah di Indonesia memiliki rumah adat masing-masing yang berbeda
antardaerah. Perbedaan rumah adat dari bentuk bahan, bentuk atap, dinding,
lantai dan lain-ain. Perbedaan ini mencerminkan adaptasi manusia terhadap
lingkungannya. Misal, rumah panggung yang cukup tinggi dibangun dengan
pertimbangan menghindari binatang buas masuk ke rumah atau menghindari
bahaya banjir. Contoh, rumah adat, Krong Bade (Aceh), Joglo (Jawa Tengah),
Rumah Panjang (Kalimantan Barat), Tongkonan (Sulawesi Selatan), Baileo
(Maluku) dan Honai (Papua).
- Pakaian adat dan senjata tradisional
Pakaian adat dan senjata tradisional di indonesia berbeda antarsuku atau
daerah. Sehingga dengan mudahdapat dikenali asal pengguna pakaian adat.
Pakaian adat biasanya digunakan saat upacara adat, Contoh, perkawinan,
kematian, kelahiran, dan kegiatan ritual. Contoh pakaian adat, Baju Bodo
(Sulawesi Selatan), ulos (Batak), Baju Inong (Aceh), BajuKurung
(Minangkabau), Kebaya (Jawa Tengah), dan lain-lain.
- Tarian dan Pertunjukan Rakyat
Berbagai jenis tarian di Indonesia menjadi daya tarik pariwisata. Tarian
memiliki makna, pesan atau simbol tertentu. Tarian ada yang melambangkan
pemujaan ataurasa syukur pada Tuhan, penyambutan tamu, kegembiraan
muda-mudi, dan keperkasaan. Contoh, tarian yang bersifat pemujaan adalah
tari Pendet (Bali), tari penyambutan tamu Tari Saman (Nanggroe Aceh
Darussalam), tari perang atau keperkasaan adalah Tari Perang (Kalimantan)
dan Reog (Ponorogo).
Berdasarkan data Grand View Research, nilai produk pembungkus kado global mencapai
US$ 15,1 miliar pada 2018. Inovasi produk dalam pembungkus kado merupakan faktor
utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan industri ini.
Selain itu, peningkatan daya beli telah mendongrak permintaan untuk pilihan hadiah yang
elegan dan disesuaikan. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri produk
hadiah secara keseluruhan, yang secara positif akan mempengaruhi pasar global.
Salah satu pemain besar bisnis gift wrapping paper, IG Design Group PLC, Inggris
ditaksir mampu meraih pendapatan sekitar US$ 634 juta. Mengutip data laporan London
Stock Exchange, 8 Oktober 2021, pendapatan IG Design Group PLC's pada 2019 sebesar
US$ 448,4 juta. Kemudian naik menjadi US$ 494,2 juta pada 2020. Tahun 2021, hingga ini
tercatat sebesar US$ 634,3 juta.
Lalu, pemain besar lainnya di industri ini datang dari China. “China berkontribusi sekitar
30% terhadap pasar gift wrapping paper global,” tutur Theresia. Dia optimistis, nilai pasar
gift wrapping paper global masih terus bertumbuh. Karena itu, peluang perusahaan Indonesia
untuk masuk juga terbuka lebar.
Grand View Research menyebutkan, memberi hadiah dianggap sebagai cara untuk
mengungkapkan rasa terima kasih atau penghargaan. Akibatnya, kebiasaan memberi hadiah
telah berkembang selama bertahun-tahun. Bertukar hadiah tidak terbatas pada festival atau
musim liburan seperti Thanksgiving dan Natal. Orang-orang memberikan hadiah pada
berbagai kesempatan seperti ulang tahun, pesta rumah, pesta kelulusan, dan pesta perpisahan.
Karena produk pembungkus kado dianggap meningkatkan nilai estetika produk secara
keseluruhan, peningkatan acara pemberian hadiah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
pasar.
4. Daya Saing Industri Kreatif
Di antara contoh pengertian daya saing pada tingkat industri ini adalah sebagai berikut:
Suatu industri dikatakan berdaya saing (kompetitif) jika memiliki tingkat produktivitas faktor
keseluruhan (total factor productivity/TFP) sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan
pesaing asingnya (foreign competitors). Suatu industri dikatakan berdaya saing (kompetitif)
jika memiliki biaya satuan (rata-rata) sama atau lebih rendah dibandingkan dengan pesaing
asingnya (foreign competitors).
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi daya saing yang dikutip dari IMD, antara lain:
Daya saing mencakup efisiensi (mencapai sasaran dengan biaya serendah mungkin) dan
efektivitas (memiliki sasaran yang tepat). Pilihan tentang inilah yang sangat menentukan dari
sasaran industri. Daya saing meliputi baik tujuan akhir dan cara mencapai tujuan akhir
tersebut.
Daya saing industri adalah kemampuan perusahaan atau industri dalam menghadapi
tantangan persaingan dari para pesaing asingnya Mendukung kemampuan perusahaan,
industri, daerah, negara atau supranational regions untuk menciptakan tingkat pendapatan
dan pemanfaatan faktor yang relatif tinggi, sambil tetap mempertahankan keberadaan dalam
persaingan internasional.
Hal sangat penting tentang daya saing dalam tingkat industri ini adalah pandangan bahwa
keunggulan daya saing nasional semestinya dilihat pada tingkat ini. Daya saing sering
dikaitkan dengan biaya tenaga kerja relatif (relative unit labour cost/RULC). Seperti
disampaikan oleh OECD, pendekatan ini membawa kepada pengukuran yang berfokus pada
biaya upah dan produktivitas tenaga kerja (terkadang hanya pada upah tenaga kerja), dan
pandangan bahwa devaluasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan daya saing.
Pendekatan RULC dan devaluasi ini banyak mendapatkan kritik mengingat negara-negara
tertentu seperti Jepang dan Jerman Barat dalam kenyataannya mengalami peningkatan RULC
maupun pangsa pasar dunia, dan karena biaya tenaga kerja seringkali tidak lagi menjadi
komponen penting biaya total/keseluruhan.
Modal dan faktor-faktor produksi yang bergerak (mobile), akan mendorong realokasi ke
tempat di mana ketentuan pajaknya lebih rendah. Teori ini meluas dan mendorong
pandangan bahwa daya saing nasional harus dipandang dalam konteks daya tarik
(attractiveness) terhadap faktor-faktor yang mobile. Pendekatan ini juga diadopsi dalam
pengukuran seperti World Competitiveness Report.
Ukuran tersebut terutama memuat rangking subyektif dari perspektif para eksekutif bisnis
tentang daya tarik beragam negara sebagai tempat bisnis mereka. Analisis daya saing dalam
tingkat industri juga berkembang antara lain dari teori perdagangan internasional
(international trade). Bidang ini, yang diawali” oleh konsep Ricardo tentang keunggulan
komparatif, Hecksher-Ohlin, dan pengembangan oleh berbagai pakar teori perdagangan
internasional, termasuk Paul Krugman, banyak menjadi dasar bagi kajian daya saing industri.
Dollar and Wolff mendefinisikan bahwa suatu negara berdaya saing jika berhasil dalam
perdagangan internasional melalui teknologi dan produktivitas yang tinggi, yang dibarengi
dengan pendapatan dan upah yang tinggi.”
Konsep keuangan juga sering digunakan dalam menganalisis daya saing (yang juga
digunakan pada tingkat makro). Contoh paling populer adalah real exchange rate (RER), dan
real effective exchange rate (REER). Ukuran ini mencerminkan tingkat kesesuaian mata uang
berdasarkan asumsi purchasing power parity (PPP). Untuk tingkat industri, biasanya
digunakan penggunaan indeks harga dalam industri tertentu. Daya saing dalam hal ini
berkaitan dengan beragam aspek seperti statis-dinamis, satu dimensi-multidimensi,
stochastic-deterministik, dan sebagainya. Tentu saja dalam analisa ini tidak akan dibahas hal
tersebut satu persatu. Untuk diskusi luas dan mendalam tentang ini, lihat misalnya tulisan
Siggel dan literatur yang khusus menelaah isu-isu tersebut. Kajian daya saing pada tingkat
industri berkembang pada dasarnya dalam dua perspektif arus utama (mainstreams). Pertama,
yang memandang agregasi perusahaan dalam suatu sektor” industri atau aktivitas ekonomi
tertentu (sebagaimana telah dikenal luas saat ini). Pandangan kedua, meletakkan industri
dengan tekanan sebagai sehimpunan perusahaan dan organisasi dalam konteks rangkaian
mata rantai.
Industri kreatif meliputi industri kerajinan hingga sektor pariwisata juga masih
mengalami kendala dalamproses perkembangannya. Salah satunya adalah terbatasnya akses
kredit yang dikarenakan belum tertatanya laporankeuangan UMKM secara rapi. Sehingga
dalam perkembangannya, industri kreatif masih terhamat modal.
Selain itu, para pelaku industri kreatif juga belum memiliki akses yang luas ke pasar
internasional. Ketebatasan akses ini disebabkan volume produksi yang belum mencapai batas
minimun ketentuan impor. Keterampilan beberapa Sumber Daya Manusia (SDM) yang
kurang mumpuni juga menjadi kenadala untuk bersaing di pasar domestik. Pengembangan
produk kreatif juga masih terbatas pada hal yang umumnya sudah beredar di pasar.
Untuk itu, BI selaku bank sentral juga turut berbepan aktif dalam mengembangkan
UMKM yang umumnya bergerak di industri kreatif dengan mempermudah akses keuangan
hingga peningkatan kapsitas UMKM.
Daftar Pustaka
Endaryati, Eni. “Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif”. http://komputerisasi-akuntansi-
d4.stekom.ac.id/informasi/baca/Ekonomi-Kreatif-dan-Industri-Kreatif/
3d22125140bae447627951585e7683a3ff671fe4.
Chandra, Ardan Adhi. “Ini Kendala Yang Dihadapi Pelaku Industri Kreatif”.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3284282/ini-kendala-yang-dihadapi-
pelaku-industri-kreatif.
Gunawan, Akbar. Katili, Bhuana Putiri. Lestari, Mukti (2017). “Pemetaan Potensi
Industri Kreatif Unggulan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi”. Vol. 3 No. 1b.