Anda di halaman 1dari 48

METODOLOGI PENELITIAN

DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER

DOSEN MATA KULIAH :


DR. BAMBANG WICAKSONO, S.E., M.M.

DISUSUN OLEH :
FIRA GAYUH IMANSARI 32.18.2366
HASBI ASH SHIDDIQI 32.18.2368
CINDY DWI NANDA SARI 32.18.2380

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................

A. PENGERTIAN DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER........................1

B. KARAKTERISTIK PENELITIAN..................................................................2

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN...............................................................3

D. PENGGUNAAN PENELITIAN DENGAN DATA PRIMER DAN DATA


SEKUNDER.........................................................................................................4

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA................................................................6

RANGKUMAN ARTIKEL

ARTIKEL 1........................................................................................................17

ARTIKEL 2.........................................................................................................34

ANALISIS ARTIKEL

ARTIKEL 1.............................................................................................................

ARTIKEL 2.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi


mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek
(orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda
(fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian (Hartanto, 2003:6).
Sedangkan menurut Widya (2010:) mengandung 2 pengertian yaitu:
1) Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
dari sumber datanya.
2) Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang
memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti
harus mengumpulkannya secara langsung.
3) Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
primer antaralain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup
discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain).Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan
yang tidak dipublikasikan (Hartanto, 2003:3).Widya (2010:5) juga
mengemukakan dalam karyanya yaitu bahwa data primer adalah merupakan

1
data data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang
telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).Data sekunder dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan
lain-lain.

B.KARAKTERISTIK DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER

a. Karakteristik Data Primer


Cara mengenali data primer dapat dilihat melalui karakteristik yang
dimilikinya seperti berikut :
1. Data primer umumnya bersifat langsung tanpa perantara atau asli
2. Bersifat Up to Date atau fenomena yang sedang terjadi
3. Benar apa adanya karena data primer diambil dari data asli yang diteliti
oleh si peneliti
4. Data primer umumnya juga dipakai pada penelitian kuantitatif, namun
rata-rata atau kebanyakan diterapkan pada penelitian kualitatif
5. Di dalam penelitian kualitatif yang menggunakan data primer umumnya
sejumlah responden biasa disebut sebagai Informan Penelitian
6. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif data primer sejumlah responden
disebut sebagai sampel penelitian
7. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, dan surveri
(kuisioner, wawancara)
b. Karakteristik Data Sekunder
Cara mengenali data sekunder dapat dilihat melalui karakteristik yang
dimilikinya seperti berikut :
1. Data sekunder bersifat tidak langsung atau melalui perantara
2. Sumber data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada contohnya
seperti lembaga – lembaga pemerintah, BPS, BEI, media massa,dan data –
data yang telah ada lainnya.

2
3. Metode pengumpulan data sekunder bisa dengan metode documenter atau
metode studi kepustakaan
4. Data sekunder umumnya diterapkan pada penelitian kuantitatif

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

Kelebihan dan Kelemahan Data Primer dan Data Sekunder


a. Data Primer
Kelebihan:
 Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur
kebohongan tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data
primer lebih mencerminkan kebenaran yang dilihat.
 Peneliti dapat lebih mengetahui kondisi yang diteliti karena terjun
langsung untuk mendapatkan data asli

Kelemahan:
 Pengumpulan data lebih sulit jika dibandingkan dengan data sekunder
 Akan memakan waktu yang lama serta biaya yang tidak murah
b. Data Sekunder :
Kelebihan:
 Efisiensi biaya, biaya pencarian/pengumpulan data sekunder lebih
murah daripada data primer
 Hemat waktu , untuk mencari data sekunder lebih singkat daripada
data primer.
Kelemahan:
 Jarang sekali data sekunder dapat memenuhi tujuan proyek penelitian.
Hal ini disebabkan oleh factor unit pengukuran, definisi kelas yang
dipergunakan dan peredaran publikasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.

3
 Data dikumpulkan untuk tujuan yang berbeda dengan tujuan penelitian
yang sedang dilakukan.
 Pengambilan keputusan pemasaran biasanya memerlukan informasi
yang mutakhir, padahal sumber data sekunder memerlukan waktu yang
cukup lama dalam proses antara pengumpulan data dan penerbitannya.

D. PENGGUNAAN PENELITIAN DENGAN DATA PRIMER DAN DATA


SEKUNDER

Penggunaan penelitian dengan data primer dan sekunder dapat dilihat dari
Jenis dan sumber data. Secara ringkas, jenis dan sumber data disajikan pada
bagan dimodul. Jenis data penelitian berkaitan dengan sumber data dan
pemilihan metode yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data
penelitian.
Penentuan metode pengumpulan data dipengaruhi oleh jenis dan sumber data
penelitian yang dibutuhkan.
Data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi menjadi tiga
jenis, yaitu:
1. Data Subyek (Self-Report Data)
Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,
pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjadi subyek penelitian (responden Data subyek
diklasifikasikan berdasarkan bentuk tanggapan (respon) yang
diberikan, yaitu : lisan (verbal), tertulis dan ekspresi. Respon verbal
diberikan sebagai tanggapan atas pernyataan yang diajukan oleh
peneliti. Respon ekspresi diperoleh peneliti dari proses observasi.
2. Data Fisik (Physical Data)
Data fisik merupakan jenis data penelitian berupa obyek atau
bendabenda fisik, antara lain dalam bentuk: bangunan atau bagian dari

4
bangunan, pakaian,buku, dan senjata. Data fisik dalam penelitian
bisnis dikumpulkan melalui metode observasi.
3. Data Dokumenter (Documentary Data)
Data dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa:
faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau dalam
bentuk laporan program. Data ini memuat apa dan kapan suatu
kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian.
Data dokumenter dalam penelitian dapat menjadi bahan atau dasar
analisis yang kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi
dan analisis dokumen yang dikenal dengan content analysis, antara
lain berupa: kategori isi, telaah dokumen, pemberian kode berdasarkan
karakteristik kejadian atau transaksi.
Dilihat dari jenisnya, data dapat dibedakan menjadi data kualitatif dan
data kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja
dan tidak dapat diwujudkan dalam bentuk angka. Yang termasuk
dalam klasifikasi data kualitatif adalah data yang berskala ukuran
nominal dan ordinal, seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan, status
pekerjaan, motivasi karyawan, dan lain sebagainya. Data kuantitatif
adalah data yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka, yang termasuk
dalam data kuantitatif adalah data yang berskala ukur interval dan
rasio. Contohnya, jumlah karyawan, jumlah penjualan, jumlah piutang,
jumlah hutang, dan lain-lain.

E.TEKNIK PENGUMPULAN DATA

a. Data Primer
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu :
metode survei, metode observasi, focus-group discussion (fgd)
 Metode Survei (Survey Methods)

5
o Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer
yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis.
o Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara
peneliti dengan subjek (responden) penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan.
o Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif,
akan tatapi pengumpulan data dapat dirancang untuk
menjelesakan sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide. o
Umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang sama
dari banyak subjek.
o Teknik yang digunakan adalah (1) wawancara, dan (2)
kuesioner.
 Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal yang dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sangat sedikit. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan
bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan interview dan juga kuisioner adalah sebagai beikut:
1. Bahwa subyek atau responden adalah orang yang paling tahu
dirinya sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah
benar dan dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaanpertanyan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksud peneliti.
Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur

6
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi yang akan diperoleh. Dengan wawancara
terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan
alternatif jawaban yang sama.
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan atau penelitian yang lebih mendalam
terhadap responden.
 Kuisioner (Angket)
Kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaanpertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui variabel-
variabel yang akan diukur. Sekaran (1992) mengemukakan beberapa
prinsip penulisan angket sebagai metode pengumpulan data yaitu:
prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip penulisan
angket menyangkut beberapa faktor, yaitu:
1. Isi dan tujuan pertanyaan
2. Bahasa mudah
3. Pertanyaan tertutup, terbuka, positif, negatif
4. Pertanyaan tidak mendua
5. Tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa
6. Pertanyaan tidak mengarahkan
7. Panjang pertanyaan
8. Acuan pertanyaan
 Obeservasi

7
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik dibandingkan dengan metode yang lain. Metode pengumpulan
data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua yakni :
1. Observasi berperan serta dalam observasi ini, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
nampak. Sambil mengamati, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data. Misalnya, mengamati bagaimana
perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangant kerjanya,
bagaimana hubungan karyawan dengan karyawan lain, dan
sebagainya.
2. Observasi Nonpartisipan Dalam observasi nonpartisipan peneliti
tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Pengumpulan
data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data
yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah
nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang
tertulis.Misalnya, mengamati perilaku pembeli, mengamati barang-
barang apa saja yang diminati pembeli. Dari segi instrumen yang
digunakan, maka observasi dibedakan menjadi:
1. Observasi terstruktur Observasi terstruktur adalah observasi
yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan
diamati dimana tempatnya. Peneliti telah tahu dengan pasti
tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti menggunakan instrumen yang telah
teruji validitas dan reliabilitasnya.

8
2. Observasi tidak terstruktur Merupakan observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya
berupa rambu-rambu pengamatan.
 Focus – Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD)
adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada
penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema
menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk
mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil
diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga
dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang
peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. Ada beberapa
ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin melakukan FGD.
Pertama, jumlah FGD berkisar antara 5- 10 orang. Kedua, Peserta
FGD harus bersifat FGD. Ketiga, perlunya dinamika kelompok.
Kapan FGD dilakukan?. Ada beberapa kepentingan mengapa peneliti
melakukan FGD, antara lain:
1. Jika peneliti membutuhkan pemahaman lebih dari satu sudut
pandang,
2. Jika terjadi gap komunikasi antar kelompok,
3. Untuk menyingkap suatu fakta secara lebih detail dan lebih kaya,
4. Untuk keperluan verifikasi

b. Data Sekunder
Pengambilan data sekunder tidak boleh dilakukan secara sembarangan,
oleh karena itu kita memerlukan metode tertentu. Cara-cara pengambilan
data dapat dilakukan secara a) manual, b) online dan c) kombinasi manual
dan online.

9
a) Pencarian Secara Manual Sampai saat ini masih banyak organisasi,
perusahaan, kantor yang tidak mempunyai data base lengkap yang dapat
diakses secara online. Oleh karena itu, kita masih perlu melakukan
pencarian secara manual. Pencarian secara manual bisa menjadi sulit jika
kita tidak tahu metodenya, karena banyaknya data sekunder yang tersedia
dalam suatu organisasi, atau sebaliknya karena sedikitnya data yang ada.
Cara yang paling efisien ialah dengan melihat buku indeks, daftar pustaka,
referensi, dan literature yang sesuai dengan persoalan yang akan diteliti.
Data sekunder dari sudut pandang peneliti dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu data internal__ data yang sudah tersedia di lapangan; dan data
eksternal__ data yang dapat diperoleh dari berbagai sumber lain.
*) Lokasi Internal: Lokasi internal dapat dibagi dua sebagai sumber
informasi yang berasal dari database khusus dan database umum. Data
base khusus biasanya berisi informasi penting perusahaan yang biasanyan
dirahasiakan dan tidak disediakan untuk umum, misalnya, data akutansi,
keuangan, sdm, data penjualan dan informasi penting lainnya yang hanya
boleh diketahui oleh orang-orang tertentu di perusahaan tersebut. Data
jenis ini akan banyak membantu dalam mendeteksi dan memberikan
pemecahan terhadap masalah yang akan kita teliti di perusahaan tersebut.
Sebaliknya, database umum berisi data yang tidak bersifat rahasia bagi
perusahaan dan boleh diketahui oleh umum. Data jenis ini biasanya dapat
diketemukan di perpustakaan kantor / perusaahaan atau disimpan dalam
komputer yang dapat diakses secara umum. Data ini diperoleh dari luar
perusahaan biasanya berbentuk dokumen-dokumen peraturan pemerintah
mengenai perdagangan, berita, jurnal perusahaan, profil perusahaan dan
data-data umum lainnya.
*) Lokasi Eksternal: Data eksternal dapat dicari dengan mudah karena
biasanya data ini tersimpan di perpustakaan umum, perpustakaan kantor-
kantor pemerintah atau swasta dan universitas, biro pusat statistik dan
asosiasi perdagangan, dan biasanya sudah dalam bentuk standar yang

10
mudah dibaca, seperti petunjuk penelitian, daftar pustaka, ensiklopedi,
kamus, buku indeks, buku data statistik dan buku-buku sejenis lainnya.
b) Pencarian Secara Online Dengan berkembangnya teknologi Internet
maka munculah banyak data base yang menjual berbagai informasi bisnis
maupun non-bisnis. Data base ini dikelola oleh sejumlah perusahaan jasa
yang menyediakan informasi dan data untuk kepentingan bisinis maupun
non-bisnis. Tujuannya ialah untuk memudahkan perusahaan, peneliti dan
pengguna lainnya dalam mencari data. Pencarian secara online
memberikan banyak keuntungan bagi peneliti, diantaranya ialah :
a) Hemat waktu, karenakita dapat melakukan hanya dengan duduk
didepan computer.
b) Ketuntasan, melalui media Internet dan portal tertentu kita dapat
mengakses secara tuntas informasi yang tersedia kapan saja tanpa
dibatasi waktu.
c) Kesesuaian, Peneliti dapat mencari sumber-sumber data dan
informasi yang sesuai dengan mudah dan cepat.
d) Hemat biaya, dengan menghemat waktu dan cepat dalam
memperoleh informasi yang sesuai berarti kita banyak menghemat
biaya.
Kriteria Dalam Mengevaluasi Data Sekunder
Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria sebagai
berikut:
 Waktu Keberlakuan: Apakah data mempunyai keberlakuan waktu?
Apakah data dapat kita peroleh pada saat diutuhkan. Jika saat dibutuhkan
data tidak tersedia atau sudah kedaluwarsa, maka sebaiknya jangan
digunakan lagi untuk penelitian kita.
 Kesesuaian: Apakah data sesuai dengan kebutuhan kita? Kesesuaian
berhubungan dengan kemampuan data untuk digunakan menjawab
masalah yang sedang diteliti.

11
 Ketepatan: Apakah kita dapat mengetahui sumber-sumber kesalahan yang
dapat mempengaruhi ketepatan data, misalnya apakah sumber data dapat
dipercaya? Bagaimana data tersebut dikumpulkan atau metode apa yang
digunakan untuk mengumpulkan data tersebut?
 Biaya: Berapa besar biaya untuk mendapatkan data sekunder tersebut?
Jika biaya jauh lebih dari manfaatnya, sebaiknya kita tidak perlu
menggunaknnya.

F. Rangkuman Materi
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang)
secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),
kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Karakteristik Data Primer Dan
Data Sekunder Cara mengenali data primer dapat dilihat melalui karakteristik yang
dimilikinya seperti berikut : Data primer umumnya bersifat langsung tanpa
perantara atau asli, Bersifat Up to Date atau Fenomena yang sedang terjadi, Benar
apa adanya karena data primer diambil dari data asli yang diteliti oleh si peneliti,
Data primer umumnya juga dipakai pada penelitian kuantitatif, namun rata-rata
atau kebanyakan diterapkan pada penelitian kualitatif. Di dalam penelitian
kualitatif yang menggunakan data primer umumnya sejumlah responden biasa
disebut sebagai Informan Penelitian. Penelitian kuantitatif data primer sejumlah
responden disebut sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan datanya
menggunakan metode observasi, dan surveri (kuisioner, wawancara). Cara
mengenali data sekunder dapat dilihat melalui karakteristik yang dimilikinya
seperti berikut: Data sekunder bersifat tidak langsung atau melalui perantara,
Sumber data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada contohnya seperti

12
lembaga – lembaga pemerintah, BPS, BEI, media massa,dan data – data yang telah
ada lainnya. Metode pengumpulan data sekunder bisa dengan metode documenter
atau metode studi kepustakaan. Data sekunder umumnya diterapkan pada
penelitian kuantitatif.

13
RANGKUMAN ARTIKEL 1

PENGARUH RISIKO KREDIT, RISIKO SOLVABILITAS DAN KUALITAS


AUDIT TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN SERTA
IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LABA

1. PENDAHULUAN
Perusahaan asuransi merupakan salah satu pilar usaha pada Industri Keuangan
Non-Bank (IKNB) yang berkontribusi dan sangat siap menghadapi tantangan revolusi
industri 4.0. Industri ini merupakan bagian yang terintegrasi pada kinerja agen
asuransi dengan serangkaian proses atau paperwork yang cukup kompleks, hadirnya
era 4.0 yang diimplementasikan ke konsep digitalisasi, modernisasi dan digitalisasi
jalur proses antara perusahaan-agen-nasabah (Baskoro, 2018).Usaha perasuransian
sebagai jasa pengelolaan risiko menjalankan aktivitas utama antara lain strategi
penetapan harga,penanganan klaim,underwriting, dan reinsurance management yang
harus dikelola sebaik-baiknya dalam rangka perusahaan mempertahankan
kelangsungannya(Wani & Dar, 2015).
Setiap perusahaan asuransi harus menyampaikan laporan tingkat solvabilitas
dengan menggunakan metode risk-based capital(RBC)sebagaimana tertuang pada
Pasal 3 POJK No.71 tahun 2016 atas tingkat solvabilitas paling rendah 100 persen
dari risiko modal minimum berbasis risiko (MMBR)(OJK, 2016). Ketidakmampuan
dalam pemenuhan klaim sebelumnya atas dispersi arus kas bersih dan kewajiban
jangka pendek menjadi bagian dari pengelolaan likuiditas perusahaan dalam konteks
risiko kebangkrutan tunai (cash insolvency)(Wani & Dar, 2015).
Faktor penting lainnya untuk pengelolaan modal berbasis risiko dan
profitabilitas melalui sistem supervisi dari organ komite audit, audit internal dan
eksternal untuk lebih memantau ketentuan keuangan yang disyaratkan oleh
Pemerintah berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 2 Tahun
2014 dalam penunjukkan auditor eksternal (Merawati & Hatta, 2014), kondisi di atas

14
menjadi bukti bahwa kualitas audit menjadi prasyarat untuk memastikan kinerja
keuangan perusahaan asuransi.
Penurunan hasil total pendapatan dan nilai aset ini berdampak pada
pengukuran rasio profitabilitas untuk mengukur keberhasilan dari kinerja perusahaan
asuransi. Penurunan kinerja yang terjadi diantaranya indikator yang diantaranya
adalah pendapatan premi, premi bisnis baru dan lanjutan serta nilai aset (impairment
of assets) dibandingkan dengan jumlah investasi(Aldila, Jatmiko, & Hana,
2019).Industri pada sektor keuangan asuransi masih cukup optimis tumbuh sepanjang
tahun 2019. Menurut Direktur eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
melaporkan bahwa pendapatan premi brutoRp39,95 triliun hingga Juni 2019 dengan
persentase pertumbuhan 20,6 persen dibandingkan Rp33,31 triliun pada Juni 2018
(Dalimunthe, 2019).
Asumsi risiko kredit dapat dipahami sejauh mana kemampuan dalam
menyerap kerugian dan pengembalian minimun yang diharapkan dapat diterima
untuk tingkat risiko tertentu termasuk obligasi, risiko gagal bayar, pinjaman utang
yang dipertanggungkan dan peran debitor (The National Bank of Ethiopia (NBE),
2010). Risiko kredit berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan asuransi
yang melibatkan 8 perusahaan asuransi dalam kurun 16 periode pengamatan (Sisay,
2017). Risiko kredit juga diungkap dengan arah pengaruh negatif terhadap
profitabilitas yang melibatkan 14 bank komersial dalam kurun 6 periode
pengamatan(Olalekan, Olumide, & Irom, 2018) serta temuan risiko kredit juga yang
berpengaruh negatif studi empiris pada 22 perusahaan perbankan yang listingdi BEI
Tahun 2011-2015 dengan proksi non-performing Loan (NPL) (Suryo, Rahayu, &
Nurbaiti, 2016).
Risiko solvabilitas berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan dengan
proksi solvencymarginpada 24 perusahaan asuransi jiwa di India(Wani & Dar, 2015).
Pengukuran solvency riskdengan temuan arah pengaruh negatif terhadap profitabilitas
perusahaan asuransi dengan pengukuran perbandingan total kewajiban dan total
aset(Sisay, 2017).

15
Kinerja perusahaan yang diukur berdasarkan profitability ratio'sdengan
pendekatan return on assets(ROA) dan return on equity(ROE) juga telah dilakukan
oleh beberapa penelitian di atas dengan hasil yang cukup konsisten atas faktor risiko
keuangan yang mencakup risiko kredit dan risiko solvabilitas.Pentingnya keterlibatan
mekanisme corporate governancedalam fungsi monitoring dan pengawasan struktur
pengendalian eksternal yaitu auditor eksternal yang dapat menjembatani fungsi agent
dan stakeholders'dalam konteks biaya keagenan untuk menghasilkan kualitas audit
yang baik.
Kualitas laba yang dilaporkan yang ditinjau dari tingkat profitabilitas sebagai
faktor penghubung juga belum banyak dilakukan penelitian di Indonesia. Pengaruh
risiko keuangan dengan pengukuran leverage yang tidak membuktikan pengaruhnya
terhadap perataan laba yang melibatkan 150 data observasi selama tahun 2013-2015
pada industri manufaktur sehingga perusahaan yang memiliki nilai risiko keuangan
yang lebih besar tidak cenderung untuk melakukan tindakan perataan laba(Lathifah,
Hidayati, & Malikah, 2018). Hasil pengujian solvabilitas yang diproksikan dengan
risk-based capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba perusahaan
reasuransi dengan proksi ROA(Suud, 2016).
Penetapan proksi laba perusahaan dalam riset ini menggunakan pengukuran
return on investment (ROI) pada subjek penelitian sektor keuangan perusahaan
asuransi, karena masih minimnya penelitian khususnya di Indonesia dengan
melibatkan faktor-faktor risiko keuangan seperti risiko kredit dan risiko solvabilitas
sehingga penelitian ini diharapkan dapat merepresentasikan kinerja dan kesehatan
perusahaan serta kualitas laba yang dilaporkan atas keputusan investasi. Kualitas laba
pada penelitian ini menggunakan pengukuran distribusi laba(Phillips, Pincus, &
Rego, 2003). Tujuan penelitian ini adalah merumuskan faktor risiko kredit dan risiko
solvabilitas dengan menambahkan faktor kualitas audit terhadap profitabilitas
perusahaan serta implikasinya terhadap kualitas laba. Pemilihan subjek penelitian ini
hanya berfokus pada perusahaan asuransi kategori umum yang listingdi Bursa Efek
Indonesia. Saham perusahaan asuransi cukupdiminati investor dalam pengambilan
keputusan investasi sehubungan dengan pendapatan premi, premi bisnis baru dan

16
premi lanjutan untuk perusahaan-perusahaan asuransi atau rate of returnmenjadi tolok
ukur suatu investasi. solvabilitas.Pentingnya keterlibatan mekanisme corporate
governancedalam fungsi monitoring dan pengawasan struktur pengendalian eksternal
yaitu auditor eksternal yang dapat menjembatani fungsi agent dan stakeholders'dalam
konteks biaya keagenan untuk menghasilkan kualitas audit yang baik.
Kualitas laba yang dilaporkan yang ditinjau dari tingkat profitabilitas sebagai
faktor penghubung juga belum banyak dilakukan penelitian di Indonesia. Pengaruh
risiko keuangan dengan pengukuran leverage yang tidak membuktikan pengaruhnya
terhadap perataan laba yang melibatkan 150 data observasi selama tahun 2013-2015
pada industri manufaktur sehingga perusahaan yang memiliki nilai risiko keuangan
yang lebih besar tidak cenderung untuk melakukan tindakan perataan laba(Lathifah,
Hidayati, & Malikah, 2018). Hasil pengujian solvabilitas yang diproksikan dengan
risk-based capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba perusahaan
reasuransi dengan proksi ROA(Suud, 2016).
Penetapan proksi laba perusahaan dalam riset ini menggunakan pengukuran
return on investment (ROI) pada subjek penelitian sektor keuangan perusahaan
asuransi, karena masih minimnya penelitian khususnya di Indonesia dengan
melibatkan faktor-faktor risiko keuangan seperti risiko kredit dan risiko solvabilitas
sehingga penelitian ini diharapkan dapat merepresentasikan kinerja dan kesehatan
perusahaan serta kualitas laba yang dilaporkan atas keputusan investasi. Kualitas laba
pada penelitian ini menggunakan pengukuran distribusi laba(Phillips, Pincus, &
Rego, 2003). Tujuan penelitian ini adalah merumuskan faktor risiko kredit dan risiko
solvabilitas dengan menambahkan faktor kualitas audit terhadap profitabilitas
perusahaan serta implikasinya terhadap kualitas laba. Pemilihan subjek penelitian ini
hanya berfokus pada perusahaan asuransi kategori umum yang listingdi Bursa Efek
Indonesia. Saham perusahaan asuransi cukupdiminati investor dalam pengambilan
keputusan investasi sehubungan dengan pendapatan premi, premi bisnis baru dan
premi lanjutan untuk perusahaan-perusahaan asuransi atau rate of returnmenjadi tolok
ukur suatu investasi.

17
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian teori
a. Signalling Theory
Teori sinyal (signalling theory) diperkenalkan oleh Spence pada tahun 1973
yangmenjelaskan bahwa sinyal atau isyarat yang berasal dari pihak perusahaan
sebagai pemilik informasi semaksimal mungkin akan memberikan informasi relevan
yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lainnya sebagai penerima informasi. Signalling
theory merupakanperilaku seorang manajer yangmemberikanpetunjuk kepadainvestor
atas prospek perusahaan dimasa yang akan datang(Brigham & Houston, 2014). Sinyal
dimaksud dapat berupa informasi bahwa perusahaan tersebut dinyatakan lebih baik
dari perusahaan lain.Informasi keuangan yang dirilis oleh perusahaan-perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memberikan sinyal bagi investor
yang terlebih dahulu dilakukan analisis dan interpretasi untuk pengambilan keputusan
investasi.
b. Risk-based capital (RBC)
Risk-based capital (RBC) sebagai instrumen untuk mengukur solvabilitas atas
rasio kecukupan modal menjadi tolok ukur atas kepentingan nasabah khususnya pada
perusahaan-perusahaan asuransi yang menjadi salah satu objek penting dalam
penelitian ini. Menurut Pasal 3 ayat (2) dan (3)Salinan POJK menetapkan bahwa
target tingkat solvabilitas internal serendah-rendahnya adalah120 persen dari MMBR
berdasarkan profil risiko perusahaan serta mempertimbangkan hasil simulasi atas
skenario perubahan (stress test)(OJK, 2016).Target tingkat solvabilitas ini pada setiap
perusahaan sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar
mengenai keamanan stakeholders. Setelah menerima isyarat maka pasar akan
bereaksi terhadap keputusan investasi dan regulator akan memonitoring pada setiap
perusahaan asuransi yang memiliki risk-based capitalyang di bawah 120 persen.

c. Risiko Kredit

18
Teori Risiko pada dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti
bahaya,kehilangan, dan konsekuensi lainnyayang terjadi. Potensi kerugianyang
menjadiketidakpastian yang dipahami dan semestinya dikelola dengan baikyang
tertuang dalam strategi perusahaansehingga menjadi value addeddalammendukung
pencapaian tujuan organisasi(Lokobal, 2014, hal. 2).
d. Risiko Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi biaya tetap jangka panjang
dan mencapai ekspansi dan pertumbuhan jangka panjangperusahaan.Rasiosolvabilitas
lebih dari dua puluh persen dianggap sehat secara finansial.Rasio solvabilitas yang
tersedia berarti kelebihan nilai aset di atas nilai kewajiban asuransi dan kewajiban lain
dari dana pemegang polis dan pemegang saham.Solvabilitas kategori asuransi
sebagaimana dinyatakan melalui solvabilitas margin dan dengan demikian memberi
kita gambaran tentang ukuran dan kondisi kecukupan modal perusahaan asuransi.
Solvency marginadalah jumlah modal yang harus dipegang perusahaan asuransi
untuk menutupibiaya yang mungkin terjadi karena terjadinya peristiwa yang tidak
terduga(Nurfadila, Hidayat, & Sulasmiyati, 2015).
e. Kualitas Audit
Kualitas audit dapat dipahami dengan memisahkan antara pengertian kualitas
dan audit.Audit didefinisikan atas pemeriksaan secara objektif yang dilakukan oleh
seorang akuntanatas informasikeuangan organisasi yang bertujuan dalam menentukan
apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan
kinerjaperusahaan (Tandiontong, 2016, hal. 159,67).
f. Kualitas Laba
Kualitas laba merujuk pada suatu ukuran untuk mengkonfirmasiapakah laba
yang diperolehsama dengan yang direncanakan sebelumnya. Kemampuan laba
merefleksikan laba perusahaan yang sebenarnya dalammemprediksi laba periode
mendatangdengan mempertimbangkan persistensi dan stabilitas laba(Surifah,
2010).Kualitas laba (earnings quality) yang tinggi merepresentasikan fundamental
laba perusahaan yang relevan ditujukan kepada para pengambilkeputusan(Dechow,
Ge, & Schrand, 2010). Beberapaatribut yang digunakan untuk mengukur earnings

19
quality meliputipersistensi (persistence),value relevance, kualitas akrual (accruals
quality), prediktabilitas(predictability),conservatism, smoothness, timelinessserta
pendekatan distribusi laba (Dechow, Ge, & Schrand, 2010; Phillips, Pincus, & Rego,
2003).
B. Hasil Penelitian Terdahulu dan Hipotesis
hipotesis alternatif ke-1 dan ke-2 dinyatakan sebagai berikut:
H1:Risiko Kredit berpengaruh negatifterhadap Profitabilitas
H2:Risiko Solvabilitasberpengaruh negatif terhadap Profitabilitas
Profitabilitas sebagai outcome kinerja perusahaan atas investasi diakhiri
dengan net income sebagai bottom-lineyang menjadi bahan bagi
stockholders'sebelum menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi dan kesehatan perusahaan.
Penetapan untuk memilih KAP Big Four maupun selain Big Four melibatkan
seperangkat struktur pengendalian eksternal yang tertuang dalam corporate
governance. Audit eksternal dalam menjalankan perannya secara efektif mempunyai
2 (dua)dimensi yaitu: standar umum dan standar pelaporan yang diukur dengan
beberapa indikator yang mencerminkan kualitas audit(Merawati & Hatta, 2014).
Temuan penelitian yang menguji kualitas audit Big-4terhadap profitabilitas
perusahaan belum banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu. Pentingnya
pengukuran kualitas audit ini untuk menguji profitabilitas perusahaan dirumuskan ke
dalam hipotesis alternatif ke-3 berikut ini:
H3:Kualitas Audit berpengaruh positif terhadap Profitabilitas
Profitabilitas untuk mengukur tingkat kualitas laba juga dipengaruhi oleh
profitabilitas perusahaan dengan pendekatan income smoothing (perataan laba) secara
positif (Lathifah, Hidayati, & Malikah, 2018). Sementara pengukuran profitabilitas
dengan pengembalian investasi masih menghasilkan nilai di bawah batas minimal
atau dengan kata lain rasio profitabilitas ini memiliki hubungan yang sangat lemah
yaitu 15 persen (Nurfadila, Hidayat, & Sulasmiyati, 2015). Temuan penelitian yang
menguji kualitas laba dengan faktor profitabilitas dengan proksi ROA memiliki
pengaruh negatif dan signifikan (Laoli & Herawaty, 2019). Pentingnya rasio

20
profitabilitas ini untuk menguji kualitas laba dirumuskan ke dalam hipotesis alternatif
ke-4 berikut ini:
H4:Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba
Risiko keuangan yang diproksikan dengan leverage juga tidak
mengkonfirmasi temuannya terhadap kualitas laba dengan pendekatan perataan laba
(Lathifah, Hidayati, & Malikah, 2018). Sementara variabel Risk Based Capital (RBC)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan (Sumartono & Harianto, 2018). Oleh karena
itu, hipotesis alternatif ke-5 dan ke-6 dinyatakan sebagai berikut:
H5:Risiko Kredit berpengaruh negatif terhadap Kualitas Laba
H6:Risiko Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap Kualitas Laba
Auditor dapat meningkatkan kepercayaan stockholders' menggunakan standar
profesional kerja yang bertujuan mengurangi risiko litigasi serta menjaga reputasi
dengan memberikan jaminan atas misstatement dan kecurangan dalam laporan
keuangan auditee. Pembatasan praktik kualitas laba ini diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan sinyal baik bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi. Kualitas audit mempunyai peran terhadap kualitas
labadengan arah positif (Aryengki, Satriawan, & Rofika, 2016), sementara
dalammendeteksi praktik manajemen laba yang menggunakan salah satu teknik
pengukuran kualitas laba tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan menggunakan
faktor ukuran KAP dengan prokosi The Big-4 dan lainnya (Ulina, Mulyadi, &
Tjahjono, 2018). Temuan penelitian di atas yang mengkonfirmasi dan tidak
mengkonfirmasi faktor kualitas audit dengan pendekatan KAP Big-Fourdan selain
Big-Four, melatar belakangi penggunaan kualitas audit yang difungsikan terhadap
kualitas laba.
H7:Kualitas Audit berpengaruh terhadap Kualitas Laba
C. Metode penelitian
a. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mencoba
melakukan pengukuran yang akurat terhadap perilaku, pengetahuan, opini, atau
sikap(Indrawati, 2015, hal. 184).Penelitian ini menggunakan serangkaian observasi

21
atau pengukuran hasilnya menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
tahunan dan laporan keuanganperusahaan yang terdaftar di BEI.
b. Populasi dan sampel penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan sektor keuangan sub sektor asuransi
umum yang terdaftardi BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2014-2018. Prosedur
sampling menggunakan metode purposive, yaitu dengan pertimbangan
tertentu(Sugiyono, 2018, hal. 126). Penetapan sampel penelitian inidengan
pertimbangan kriteria:(a) Perusahaanmerupakan kategori asuransi umum; (b)
Perusahaanlisting di BEI berturut-turut selama periode pengamatan; dan (c)
Perusahaan yang menggunakanmata uang rupiah(IDR) sebagai mata uang pelaporan
dikonversikan ke dalam Kurs Tengah Bank Indonesia (BI).
Sampel awal perusahaan sub sektor asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2018
sebanyak 15 (lima belas) perusahaan dengan mengeliminasi: (a)2perusahaan pada
kategori asuransi jiwa, yaitu PT Asuransi Jiwa Syari'ah Jasa Mitra Abadi, Tbk. dan
Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG, Tbk.; (b) 1 perusahaan reasuransi, yaitu PT Maskapai
Reasuransi Indonesia, Tbk.; dan (c) perusahaan yang listing sejak periode tahun
2017-2018yaitu PT Malacca Trust Wuwungan Insurance, Tbk. dan PT Asuransi Tugu
Pratama Indonesia, Tbk.
c. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Variabel Risiko Kredit(X1)didefinisikan sebagai potensi risiko akibat adanya
penurunan nilai atau kehilangan aset atas kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada perusahaan serta kegagalan/ketidakmampuan
penanggung ulang(reasuradur) untuk memenuhi kewajibannya kepada perusahaaan.
d. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur
merupakan pengembangan model analisis regresi linear berganda yang telah
dirumuskan sebelumnya berdasarkan teori. Hubungan kausalitas antar variabel
penelitian yang dirumuskan dengan suatu model berdasarkan landasan teoritis yang
bertujuan untuk menentukan pola hubungan tiga atau lebih variabel dan tidak dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis imajiner.

22
D. Hasil
Risiko Kredit(X1) menghasilkan sebaran deskriptif yang berkisar antara skor
0,0814 dan 0,6136. Nilai rata-rata credit risk(CR)diperoleh sebesar0,229442 dengan
standar deviasi sebesar 0,1189992. Artinya, 50 data observasi pada perusahaan sub
sektor asuransi umum yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018 memiliki variasi data
sampel yang cukup besar (perbandingan nilai rata-rata dengan standar deviasi lebih
dari 30%).
Risiko Solvabilitas (X2) menghasilkan sebaran deskriptif yang berkisar antara
skor 1,3087 dan 10,64191. Nilai rata-rata risk-based capital(RBC) diperoleh sebesar
3,02231 dengan standar deviasi sebesar 2,1730141. Artinya, 50data observasi pada
perusahaan sub sektor asuransi umum yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018
memiliki variasi data sampel yang cukup besar (perbandingan nilai rata-rata dengan
standar deviasi lebih dari 30%).
Kualitas Audit(X3) menghasilkan sebaran deskriptif yang berkisar antara skor
0 dan 1. Nilai rata-rata diperoleh sebesar0,28 dengan standar deviasi sebesar
0,454.Nilai 0,28 persen artinya perusahaan diaudit oleh KAP dengan kategori Big-
Four.50data observasi pada perusahaan sub sektor asuransi umumyang terdaftar di
BEI tahun 2014-2018 memiliki variasi data sampel yang cukup besar (perbandingan
nilai rata-rata dengan standar deviasi lebih dari 30%).

E. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, maka pembahasan hasil penelitian yang
dimaksud dikaitkan dengan teori maupun hasil dari penelitian terdahulu adalah
sebagai berikut:
a. Hipotesis alternatif ke-1 menyatakan bahwa Risiko Kredit berpengaruh
negatif terhadap Profitabilitas Perusahaan memiliki koefisien regresi 1
sebesar -2,727dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,052. Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa Risiko Kredit yang diukur berdasarkan credit
riskter bukti tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perusahaan.

23
b. Hipotesis alternatif ke-2 menyatakan bahwa Risiko Solvabilitas berpengaruh
negatif terhadap Profitabilitas Perusahaan memiliki koefisien regresi
2sebesar -0,216 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,007. Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Risiko Solvabilitas yang diukur
berdasarkan risk-based capital (RBC) terbukti berpengaruh negatif terhadap
Profitabilitas Perusahaan.
c. Hipotesis alternatif ke-3 menyatakan bahwa Kualitas Audit berpengaruh
positif terhadap Profitabilitas Perusahaan memiliki koefisien regresi 3sebesar
-0,750 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,033. Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa Kualitas Audit yang diukur berdasarkan
kategori KAP Big-Fourdan selain Big-Four tidak terbukti berpengaruh negatif
melainkan berpengaruh positif terhadap Profitabilitas Perusahaan.
d. Hipotesis alternatif ke-4 menyatakan bahwa Profitabilitas Perusahaan
berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba memiliki koefisien regresi
4sebesar 0,000 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,999. Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Profitabilitas Perusahaan yang
diukur dengan return on equity terbukti berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap Kualitas Laba.
e. Hipotesis alternatif ke-5, ke-6, dan ke-7 menyatakan bahwa Risiko Kredit,
Risiko Solvabilitas dan Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Kualitas
Laba memiliki koefisien regresi 5, 6 dan 7 masing-masing sebesar -0,820,
-0,025 dan -0,066 dengan probabilitas signifikansi masing-masing sebesar
0,369, 0,632 dan 0,771. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Risiko
Kredit, Risiko Solvabilitas dan Kualitas Audit terbukti berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan terhadap Kualitas Laba.
f. Hipotesis alternatif ke-8, ke-9, dan ke-10 menyatakan bahwa Risiko Kredit,
Risiko Solvabilitas dan Kualitas Audit yang dimediasi oleh Profitabilitas
Perusahaan terhadap Kualitas Laba memiliki koefisien regresi 8, 9 dan 10
masing-masing sebesar -1,195, -0,1250 dan -0,4902 dengan probabilitas
signifikansi masing-masing sebesar 0,8815, 0,7914 dan 0,8056. Hasil

24
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Risiko Kredit dan Risiko
Solvabilitas. Sementara kualitas audit juga tidak dimediasi oleh Profitabilitas
Perusahaan terhadap Kualitas Laba yang juga sejalan dengan tidak dibuktikan
oleh variabel kualitas audit yang menjadi prediktor dalam pengukuran book-
tax differences terhadap kualitas laba (Ritonga, 2019).
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi total (Rm2) memberikan informasi untuk
mengukur kekuatan pengaruh variabel-variabelyang diteliti terhadap profitabilitas
serta implikasinya pada kualitas laba dari kedua model regresi. Hasil perhitungan
yang diperoleh dari Tabel 7 menunjukkan skor koefisien determinasi sebesar 0,2111
atau hanya 21,11 persen variabel dependen tersebut dipengaruhi oleh faktor risiko
keuangan yaitu risiko kredit dan solvabilitas serta faktor kualitas audit sementara
sisanya 78,89 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diuji ke dalam model
penelitian ini. Hasil analisis ini dapat dinyatakan bahwa pengaruh Risiko Kredit,
Risiko Solvabilitas dan Kualitas Audit terhadap Profitabilitas Perusahaan serta
Implikasinya terhadap Kualitas Laba pada perusahaan sektor keuangan sub sektor
asuransi umumyang terdaftardi BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2014-2018 dengan
model yang sangat terbatas.
F. Kesimpulan, keterbatasan, saran
Risiko kredit dengan pendekatan credit risk yang menggambarkan risiko
kemungkinan adanya kehilangan atau penurunan nilai aset yang disebabkan oleh
kegagalan debitur tidak berpengaruh signifikan baik secara langsung maupun yang
dimediasi oleh profitabilitas perusahaan terhadap kualitas laba.Risiko solvabilitas
dengan pendekatan risk-based capital (RBC) yang menggambarkan risiko
kemungkinan yang timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba secara langsung maupun yang dimediasi oleh
profitabilitas perusahaan terhadap kualitas laba.Kualitas audit dengan pengukuran
kategori KAP Big-Fourdan selain Big-Four berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas perusahaan tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba

25
secara langsung maupun yang dimediasi oleh profitabilitas perusahaan terhadap
kualitas laba.
Penentuan sampel hanya terbatas pada sub sektor asuransi kategori umum
yang lingkupnya sangat sempit dibandingkan dengan sektor keuangan dan
keseluruhan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga hasil
penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk perusahaan-perusahaan asuransi di
Indonesia, hasil penelitian ini juga dibuktikan dengan koefisien determinasi total
(Rm2) sebesar 0,2111 yang artinya masih banyak terdapat faktor-faktor lain yang
tidak dilibatkan pada penelitian ini. Di samping itu, pada model pengukuran
profitabilitas perusahaan dan kualitas laba menggunakan pendekatan ROE dan
distribusi laba yang cenderung menghasilkan pengukuran yang sama sehingga hasil
penelitian yang dimediasi oleh profitabilitas perusahaan juga tidak mampu
membuktikan signifikansi temuan penelitian.
Agenda pada penelitian mendatang diharapkan dapatmemperluas lingkup
penelitian pada sektor lainnya dan pengukuran profitabilitas perusahaan
menggunakan pengukuran selain return on equity (ROE)serta menggunakan
pengukuran kualitas laba dengan pendekatan lainnya seperti kualitas akrual (accruals
quality), persistensi (persistence), prediktabilitas (predictability), smoothness, value
relevance, timeliness dan conservatism(Dechow, Ge, & Schrand, 2010).Penambahan
faktor-faktor lain untuk memprediksiProfitabilitas perusahaan serta dampaknya atas
Kualitas Laba seperti pengukuran rasio keuangan serta faktor risiko dalam
perhitungan MMBR pada Pasal 3 ayat (1) tentang Kesehatan Keuangan perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yaitu risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar,
risiko asuransi dan risiko operasional (OJK, 2016).

26
RANGKUMAN ARTIKEL 2

PENGARUH PENYESUAIAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK TERHADAP


KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(STUDI PADA WAJIB PAJAK DI KOTA PALEMBANG

A. PENDAHULUAN
Pajak memiliki peranan yang sangat penting sebagai sumber
penerimaan Negara yang paling dominan. Sumber penerimaan Negara yang
berasal dari pajak digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa
pembangunan infratrusktur dan belanja rutin. Pemerintah Daerah dalam
menjalankan roda pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat memerlukan dana/pembiayaan yang nantinya akan digunakan
untuk pembangunan yang tertata dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah atau APBD (Mea, dkk; 2017)
Salah satu sumber penerimaan bagi APBD adalah pajak daerah. Pajak
daerah merupakan wujud dari sistem Otonomi daerah yang dianut oleh
Indonesia sejak diberlakukannya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang
sekarang berubah menjadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004. Pajak Daerah
merupakan pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah
Daerah. Pelaksanaan pemungutan pajak daerah di laksanakan oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Suandy, 2016).
Salah satu jenis pajak yang berkontribusi tinggi bagi negara adalah
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Strategi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
tersebut tidak lain karena objeknya meliputi seluruh bumi dan bangunan dan
bangunan yang berada di wilayah Indonesia (Tarigan, 2013). Hal ini
menyebabkan pemerintah selalu menetapkan target penerimaan PBB setiap
tahun.
Kota Palembang pada tahun 2017 memiliki surplus penerimaan PBB
sebesar 42 Miliar. Sementara pada tahun 2018, berdasarkan hasil peneriman
per September 2019 pemerintah yakin dapat mencapai target 190 Miliar

27
hingga akhir tahun karena adanya penghapusan denda (www.neraca.co.id).
Selain itu, terdapat peningkatan jumlah wajib pajak PBB di kota Palembang
pada tahun 2018 (www.sumatera.bisnis.com). Hal ini semakin menunjukkan
bahwa PBB-P2 merupakan sumber penerimaan yang memiliki potensi besar
di Kota Palembang.
Perkembangan kota yang semakin pesat, peningkatan jumlah
penduduk dan sering diselenggarakannya event bertaraf nasional dan
Internasional tampaknya memberikan pengaruh pada perluasan wilayah.
Dengan dinobatkannya Palembang sebagai Kota International, menyebabkan
investasi yang dibutuhkan juga semakin meningkat. Hal inilah yang
menyebabkan pada tahun 2019, pemerintah daerah meningkatkan target
perolehan PBB-P2 hingga mencapai 275,6 miliar rupiah. Peningkatan target
ini didasari dengan adanya penyesuaian dasar perhitungan pajak yaitu Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP).
Penyesuaian NJOP di seluruh kawasan kota Palembang menyebabkan
terbaginya peningkatan menjadi zona rendah dan zona ekonomis tinggi.
Peningkatan NJOP yang paling tinggi berada pada wilayah antara lain jalan
Sudirman, Rajawali, dan Demang Lebar Daun. Sementara zona rendah berada
di Sematang Borang, Gandus, Kertapati, dan Jakabaring. Perbedaan zona ini
menyebabkan perbedaan peningkatan tarif PBB-P2 di wilayah-wilayah
tersebut.Peningkatan tarif PBB-P2 yang didasari adanya penyesuaian dasar
pengenaan pajak berupa NJOP menimbulkan reaksi yang hampir seragam.
Dihimpun dari berbagai media pemberitaan, masyarakat merasa terbebani
untuk membayar PBB-P2 yang kenaikannya mencapai 400%. Bahkan terdapat
sebagian masyarakat yang benar-benar enggan utuk membayar.
Berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB), perilaku seseorang
akan ditentukan berdasarkan pengaruh individu dan pengaruh normatif. Niat
masyarakat untuk membayar pajak bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya adalah kenaikan tarif. Niat akan menimbulkan pola perilaku.
Sebagian besar masyarakat telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak

28
Terutang (SPPT) dengan jangka waktu pembayaran PBB-P2 adalah selama 6
(enam) bulan. Dalam jangka waktu dan informasi mengenai pajak terutang
tersebut, masyarakat akan menentukan niat hingga akhirnya dapat
memutuskan untuk membayar pajak atau tidak. Hal ini menjadi penting untuk
diteliti mengingat kemauan membayar pajak dari masyarakat akan
menentukan tingkat kepatuhan dalam membayar PBB-P2. Tingkat kepatuhan
menjadi salah satu faktor penentu dalam besarnya jumlah penerimaan pajak.

B. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Theory of planned behavior atau teori tindakan terencana adalah teori
yang dikemukakan oleh Ajzen (1991). Teori ini digunakan dalam berbagai
penelitian (research) untuk menjelaskan intention (niat) seseorang yang
kemudian menjelaskan perilaku orang tersebut. Teori ini juga merupakan
pengembangan dari theory of reasoned action (TRA). Teori ini memiliki
fondasi terhadap perspektif kepercayaan yang mampu mempengaruhi
seseorang untuk melaksanakan tingkah laku yang spesifik. Perspektif
kepercayaan dilaksanakan melalui penggabungan beraneka ragam
karakteristik, kualitas dan atribut atas informasi tertentu yang kemudian
membentuk kehendak dalam bertingkah laku (Yuliana, 2004) dalam Seni dan
Ratnadi (2017). Intensi (niat) merupakan keputusan dalam berperilaku melalui
cara yang dikehendaki atau stimulus untuk melaksanakan perbuatan, baik
secara sadar maupun tidak (Corsini, 2002) dalam Seni dan Ratnadi (2017).
Intensi inilah yang merupakan awal terbentuknya perilaku seseorang. Menurut
teori ini niat untuk berperilaku dapat diprediksi oleh sikap terhadap perilaku
(attitude towards behavior), norma subjektif (subjective norm), dan kontrol
perilaku persepsian (perceived behavioral control).
Penelitian ini ingin menguji pengaruh kenaikan tarif Pajak Bumi dan
Bangunan terhadap niat untuk membayar pajak tersebut. Niat untuk
membayar pajak mewakili intention behavior yang terdapat dalam model
theory of planned behavior, sedangkan kenaikan tarif pajak mewakili norma

29
subjektif. Hal ini dikarenakan kenaikan tarif pajak adalah salah bentuk
tekanan sosial yang dapat menimbulkan reward dan punishment.

C. PAJAK
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Halim, Bawono, dan Dara (2016) menjelaskan bahwa
terdapat tiga prinsip utama dalam pajak, yaitu (1) Efficiency, pemungutan
pajak harus mudah dan murah dalam penagihannya, sehingga hasil
pemungutan pajak lebih besar dari biaya pemungutannya. (2) Equity,
pemungutan pajak harus adil di antara satu wajib pajak dengan wajib pajak
lainnya. Pajak dikenakan kepada wajib pajak harus sebanding dengan
kemampuannya untuk membayar pajak tersebut dan manffat yang
diterimanya. (3) Economic effects must be considered, pajak yang
dikumpulkan dapat mempengaruhi kehidupan ekonomis wajib pajak.
Menurut Resmi (2017) terdapat dua fungsi pajak, yaitu (1) Fungsi
Budgetair (Sumber Keuangan Negara), sebagai sumber keuangan negara,
pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas
negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi
pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak,
seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambhan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dan sebagainya. (2) Fungsi Regularend (Pengatur), pajak mempunyai fungsi
pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai
tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

30
D. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek, yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan, keadaan
subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar pajak (Suandy,
2016). Mardiasmo (2016) menjelaskan mengenai objek pajak PBB, yaitu (1)
yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan. (2) Yang dimaksud
dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan
bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk
memudahkan perhitungan pajak yang terutang. (3) Objek pajak yang tidak
dikenakan PBB adalah objek yang digunakan semata-mata untuk melayani
kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan, digunakan untuk
kuburan dan peninggalan purbakalan, merupakan hutan lindung, hutan suaka
alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh
desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak, digunakan oleh
perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik,
digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan. (4) Objek pajak yang digunakan oleh
negara untuk penyelenggaraan pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. (5) Besarnya Nilai Jual
Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan untuk masing-masing
Kabupaten/Kota paling rendah Rp 10.000.000 untuk setiap Wajib Pajak.
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dengan besarnya Nilai Jual Objek
Pajak sebagai dasar pengenaan pajak yang ditetapkan oleh Kepala Daerah,
setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak. Peraturan Daerah
terbaru dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang yang menerbitkan

31
keputusan Wali Kota Nomor 17 Tahun 2019 mengenai NJOP bumi di kota
Palembang.

E. KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK


Rantung dan Adi (2009) dalam Herdjiono dan Sulo (2015) menyatakan
bahwa kemauan membayar pajak merupakan suatu nilai yang rela
dikontribusikan oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan pajak yang
mengikat dan dilindungi oleh Undang-undang yang hasilnya digunakan untuk
pengeluaran umum Negara dan tidak mendapat timbal balik secara langsung .
F. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Menurut teori tindakan terencana atau theory of planned behavior,
salah satu hal yang dapat mempengaruhi niat berperilaku atau behavioral
intention adalah norma subjektif. Niat berperilaku dalam penelitian ini
diwakilkan oleh niat untuk membayar pajak yang pada akhirnya akan
menimbulkan kepatuhan pajak. Sedangkan norma subjektif pada penelitian ini
diwakilkan dengan penyesuaian tarif pajak sebagai bentuk tekanan sosial
kepada masyarakat.
Terdapat dukungan dari beberapa penelitian sebelumnya mengenai
pengaruh tarif terhadap niat membayar pajak dan kepatuhan. Antara lain,
penelitian Ananda (2015) yang dapat membuktikan bahwa tarif pajak
mempengaruhi kepatuhan pajak pada UMKM. Penelitian lain yang
mendukung hal ini adalah penelitian Ningtyas (2012) yang dapat
membuktikan bahwa tarif pajak, sosialisasi pajak, pelayanan dapat menjadi
prediktor bagi kepatuhan wajib pajak UMKM. Penelitian lainnya adalah
penelitian Suhendri (2015) yang juga membuktikan bahwa tarif pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Perubahan tarif pajak bumi dan
bangunan kota Palembang didasarkan pada penyesuaian nilai jual objek pajak
(NJOP). Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ‘Penyesuaian NJOP
berpengaruh terhadap kemauan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan di Kota Palembang’.

32
G. METODE PENELITIAN
a. DATA DAN SAMPEL
Populasi penelitian ini adalah Wajib pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan Perkotaan di seluruh kecamatan di Kota Palembang. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang memiliki aset berupa
tanah dan atau bangunan dan telah menerima SPPT.

b. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner.
Kuesioner akan disusun dengan menggunakan Likert Scale dimana responden
akan menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju dari berbagai pernyataan
mengenai perilaku, objek, orang, atau kejadian (Kuncoro, 2009). Pilihan
jawaban akan berbentuk Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral
(N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Teknik pengambilan sampel akan
menggunakan metode convenience sampling.

c. KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK


Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Kemauan membayar
pajak. Kemauan Membayar Pajak didefinisikan sebagai suatu nilai yang rela
dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung (Vanessa dan Hari,
2009). Indikator Kemauan Membayar Pajak dalam penelitian ini di adopsi dari
indikator variabel Hardiningsih (2011):

a. Konsultasi sebelum melakukan pembayaran pajak.


b. Dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak.
c. Informasi mengenai cara dan tempat pembayaran pajak
d. Informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak.

33
e. Membuat alokasi dana untuk membayar pajak

d. TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah:

1. Uji Instrumen Penelitian


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer, maka
akan dilakukan pre-test terlebih dahulu untuk menguji instrumen
penelitian berupa kuesioer.

a. Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam
pengukuran. Uji validitas dalam penelitian ini diukur dengan Korelasi
Produk Momen Pearson, nilai r hitung akan dicocokkan dengan r tabel
pada taraf signifikansi 5%. Jika nilai r hitung lebih besar dari pada
nilai r tabel 5%, maka butir pengukuran dapat dikatakan valid.

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur
apakah alaat ukur tersebut dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan nilai Cronbach’s Alpha.

2. Uji Asumsi Klasik

Karena teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah


analisis regresi sederhana, maka sebelum melakukan pengujian terlebih
dahulu harus bebas dari syarat asumsi klasik. Uji asumsi klasik dalam
penelitian ini antara lain adalah;

34
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
apakah variabel residual berdistribusi normal. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini untuk uji normalitas adalah uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Heteroskedastitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model penelitian terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji Glejser.

3. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

b. Uji t
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t
menunjukkan pengaruh variabel independen dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai t hitung akan dibandingkan dengan
nilai t tabel dengan derajat kepercayaan 5%.

H. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS


Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa variabel NJOP yang terdiri
6 butir pertanyaan memiliki nilai minimum 13 dan nilai maksimum 30 dengan
nilai rata-rata 23,27, serta standar deviasi sebesar 2,91. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab netral hingga setuju
mengenai variabel NJOP. Artinya bahwa wajib pajak PBB-P2 di Kota

35
Palembang memahami mengenai dasar pengenaan pajak, dampak
penyesuaian, mendapatkan sosilisasi terkait penyesuaian NJOP yang
menyebabkan perubahan tarif PBB-P2, serta sanksi yang akan diterima jika
tidak melakukan pembayaran PBB-P2. Statistik deskriptif untuk variabel
kemauan membayar pajak memiliki nilai minimum sebesar 11 dan maksimum
25. Nilai rata-rata untuk variabel ini sebesar 19,57 dengan standar deviasi
2,40. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab netral hingga
setuju terkait variabel kemauan membayar pajak. Responden telah
mempersiapkan dana dan dokumen terkait pembayaran PBB-P2.

I. PEMBAHASAN
Penelitian ini menguji apakah penyesuaian NJOP yang dilakukan
berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Palembang No 17 Tahun 2019
berpengaruh terhadap kemauan wajib pajak dalam membayar pajak.
Penyesuaian Nilai Jual Objek Pajak akan mempengaruhi jumlah pajak yang
terutang dikarenakan NJOP adalah dasar pengenaan PBB. Berdasarkan
Keputusan Wali Kota Nomor 17 Tahun 2019 mengenai Nilai Jual Objek Pajak
Bumi dan Bangunan, wajib pajak diharuskan membayar PBB dengan
kenaikan tarif mencapai 300 persen. Namun, Pemkot juga menggratiskan
batas tarif PBB senilai Rp.300.000
Dari hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa adanya penyesuaian
NJOP di Kota Palembang berpengaruh terhadap kemauan wajib pajak dalam
membayar pajak. Terdapatnya peraturan pemerintah yang menyesuaikan
NJOP sehingga tarif PBB meningkat akan mempengaruhi kemauan membayar
pajak. Berdasarkan Theory of Plan and Behaviour (TPB), kemauan akan
mempengaruhi niat dalam membayar pajak yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada aksi atau kepatuhan membayar pajak. Hasil ini juga
dimungkinkan bahwa pada periode pengambilan sampel, Pemda Kota
Palembang memberikan pemberitahuan baru bahwa kenaikan akibat
penyesuaian NJOP hanya akan mencapai 100% dari sebelumnya yang

36
berikisar 300% hingga 400%. Hal ini menyebabkan masyarakat tetap
berkeinginan untuk membayar pajaknya meskipun ada penyesuian NJOP.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Zebua (2015) yang menyatakan
bahwa masyarakat menerima peraturan mengenai NJOP dan bersedia
membayar pajak sesuai NJOP dan sesuai tarif yang tertera dalam Surat
Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan. Meskipun terdapat kenaikan atau
penurunan dasar pengenaan, masyarakat akan tetap mau membayar pajak
dikarenakan pajak merupakan kewajiban yang harus dibayarkan dan bersifat
memaksa atau mengikat secara hukum.

J. KESIMPULAN, KETERBATASAN DDAN SARAN


Hasil penelitian ini menemukan bahwa hipotesis yang menyatakan
adanya penyesuaian NJOP akan mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam
membayar pajak diterima. Artinya, kenaikan atau penurunan dasar pengenaan
pajak bumi dan bangunan yang dilakukan oleh Pemda Kota Palembang akan
tetap membuat masyarakat kota Palembang mau untuk membayar pajak. Ada
beberapa kemungkinan dari hasil ini bahwa periode pengambilan sampel
dilakukan pada saat setelah Pemda memberikan pengunguman pengurangan
tarif atau karena memang pajak merupakan hal yang wajib dibayarkan oleh
masyarakat karena bersifat mengikat dan dilingungi oleh Undang-undang.

Keterbatasan
1. Penelitian ini hanya menggunakan 1 (satu) variabel yaitu penyesuaian
NJOP
2. Waktu pengambilan sampel seharusnya tepat setelah peraturan diumumkan
sebelum adanya perubahan.

Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah proksi lain untuk
pengukuran Penyesuaian NJOP misalnya Sosialiasi, Pemahaman, atau Sanksi.

37
38
ANALISIS ARTIKEL 1
PENGARUH RISIKO KREDIT, RISIKO SOLVABILITAS DAN KUALITAS
AUDIT TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN SERTA
IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LABA

A. KARAKTERISTIK DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER


Dilihat dari karakteristik artikel 1, artikel ini termasuk jenis data
sekunder karena pada artikel ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan juga
data yang diambil dari BEI
 Pembuktian:
 Metodepenelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan mencoba melakukan pengukuran yang akurat terhadap
perilaku, pengetahuan, opini, atau sikap(Indrawati, 2015, hal.
184).Penelitian ini menggunakan serangkaian observasi atau
pengukuran hasilnya menggunakan data sekunder yang
diperoleh darilaporan tahunan dan laporan
keuanganperusahaan yang terdaftar diBEI.

B. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN DATA SEKUNDER


Kelebihan data sekunder terdapat pada artikel 1 dimana proses dalam
pencarian data tidak memakan waktu yang lama dan biaya yang dikeluarkan
lebih murah, karna data diambil langsung di BEI (bursa efek indonesia)
 Pembuktian:
 Penelitian ini menggunakan serangkaian observasi atau
pengukuran hasilnya menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan yang terdapat di BEI.
Sedangkan kelemahan pada artikel 1 yaitu pada artikel ini tidak dapat
memenuhi tujuan proyek penelitian sehingga hasilnya belum jelas.
 Pembuktian:
 Hasil analisis ini dapat dinyatakan bahwa pengaruh Risiko
Kredit, Risiko Solvabilitas dan Kualitas Audit terhadap
Profitabilitas Perusahaan serta Implikasinya terhadap Kualitas
Laba pada perusahaan sektor keuangan sub sektor asuransi
umumyang terdaftardi BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2014-
2018 dengan model yang sangat terbatas.

39

40
C. PENGGUNAAN PENELITIAN DENGAN DATA PRIMER DAN DATA
SEKUNDER

Dalam artikel 1 data penelitiannya menggunakan data subyek dan juga


data dokumenter
 Pembuktian :
 melakukan pengukuran yang akurat terhadap perilaku,
pengetahuan, opini, atau sikap(Indrawati, 2015, hal.
184).Penelitian ini menggunakan serangkaian observasi atau
pengukuran hasilnya menggunakan data sekunder yang
diperoleh darilaporan tahunan dan laporan
keuanganperusahaan yang terdaftardiBEI.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data pada artikel 1 meggunakan data sekunder
dengan cara pencarian secara manual dengan data internal
 Pembuktian :
 Risk-based capital (RBC) sebagai instrumen untuk mengukur
solvabilitas atas rasio kecukupan modal menjadi tolok ukur
atas kepentingan nasabah khususnya pada
perusahaanperusahaan asuransi yang menjadi salah satu objek
penting dalam penelitian ini. Menurut Pasal 3 ayat (2) dan
(3)Salinan POJK menetapkanbahwa target tingkat solvabilitas
internal serendah-rendahnya adalah120persen dari MMBR
berdasarkanprofil risiko perusahaan serta mempertimbangkan
hasil simulasi atas skenario perubahan (stress test)(OJK,
2016).Target tingkat solvabilitas ini pada setiap perusahaan
sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata
kepadapasarmengenaikeamanan stakeholders.
Setelahmenerimaisyaratmakapasarakanbereaksi terhadap
keputusan investasi dan regulator akan memonitoring pada
setiap perusahaan asuransi yang memiliki risk-based
capitalyang di bawah 120persen.

41
ANALISIS ARTIKEL 2

PENGARUH PENYESUAIAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK TERHADAP


KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(STUDI PADA WAJIB PAJAK DI KOTA PALEMBANG)

A. KARAKTERISTIK DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER


Kalau dilihat dari karakteristiknya artikel 2 termasuk jenis data primer
karena teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner.
 Pembuktian
 Kepala keluarga yang memiliki aset
 Cara penyebaran menggunakan kuesioner
B. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN DATA SEKUNDER
Kelebihan artikel 2 dapat dilihat dari datayang dihasilkan
mencerminkan suatu kebenaran tanpa adanya rekayasa.
 Pembuktian
 Dari hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa adanya
penyesuaian NJOP di Kota Palembang berpengaruh terhadap
kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Terdapatnya
peraturan pemerintah yang menyesuaikan NJOP sehingga tarif
PBB meningkat akan mempengaruhi kemauan membayar
pajak. Berdasarkan Theory of Plan and Behaviour (TPB),
kemauan akan mempengaruhi niat dalam membayar pajak
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada aksi atau
kepatuhan membayar pajak. Hasil ini juga dimungkinkan
bahwa pada periode pengambilan sampel, Pemda Kota
Palembang memberikan pemberitahuan baru bahwa kenaikan
akibat penyesuaian NJOP hanya akan mencapai 100% dari
sebelumnya yang berikisar 300% hingga 400%. Hal ini
menyebabkan masyarakat tetap berkeinginan untuk membayar
pajaknya meskipun ada penyesuian NJOP.

42
Selain kelebihan ada juga kelemahan dari data primer yang terdapat
pada artikel 2 karna pada penelitian ini memakan waktu yang cukup lama
pasalnya harus melewati beberapa langkah2 teknik analisi data karna penelitia ini
menggunakan metode kuesioner
 Pembuktian :
 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
primer, maka akan dilakukan pre-test terlebih dahulu untuk
menguji instrumen penelitian berupa kuesioer.

C. PENGGUNAAN PENELITIAN DENGAN DATA PRIMER DAN SEKUNDER


Pada artikel ini penggunaan penelitian menggunkan data subyek karena
pada data penelitian ini berupa sikap seseorang dalam kemauan membayar pajak
 Pembuktian
Menurut teori tindakan terencana atau theory of planned behavior, salah satu
hal yang dapat mempengaruhi niat berperilaku atau behavioral intention
adalah norma subjektif. Niat berperilaku dalam penelitian ini diwakilkan oleh
niat untuk membayar pajak yang pada akhirnya akan menimbulkan kepatuhan
pajak. Sedangkan norma subjektif pada penelitian ini diwakilkan dengan
penyesuaian tarif pajak sebagai bentuk tekanan sosial kepada masyarakat.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pada artikel ini menggunakan data primer dengan metode kuesioner
 Pembuktian
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner. Kuesioner
akan disusun dengan menggunakan Likert Scale dimana responden akan
menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju dari berbagai pernyataan
mengenai perilaku, objek, orang, atau kejadian (Kuncoro, 2009). Pilihan
jawaban akan berbentuk Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral
(N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Teknik pengambilan sampel akan
menggunakan metode convenience sampling.

43
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2017. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Artikel-artikel penelitian akuntansi dari berbagai jurnal baik nasional maupun
international
Efrin, S dkk. 2017. Metode Penelitian Akuntansi
Indriantoro, N dan Supomo, B. 2019. Metodologi Penelitian Bisnis (Akuntansi dan
Manajemen)
Martono,Nanang.2011.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi fakultas Ekonomi Untag
Priadana, S M. 2019 Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
Supomo, B. 2002. Metedologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : Edisi Pertama.
Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung.:
Alfabeta. Cet Ke-14.
Sekaran, U. 2016. Research Methods For Business.
Sudaryana, B. 2019. Penelitian Akuntansi (Teori dan Praktek).
Sunyoto, D. 2019. Metodologi Penelitian Akuntansi.

44
Tanzen, Ahmad.2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

45

Anda mungkin juga menyukai