Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REVIEW

PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun oleh:
Adinda Amalia Rahmasari
(5183144023)
Reg B

DOSEN PENGAMPU :

FAZLI RACHMAN,M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TATA RIAS
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas Critical book review selaku Dosen mata kuliah
pendidikan pancasila yang telah memberi tugas ini. Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kepemimpinan operasional.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran serta usulan
demi perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan tugas ini di
waktu yang akan datang.

Medan ,Oktober 2019

Adinda Amalia

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….………..ii

BAB 1. IDENTITAS BUKU.……………………………………………………………………..1

BAB 2. RINGKASAN…………………………………………………………………………….3

BAB 3. PEMBAHASAN………………………………………………………………………….8

BAB 4. PENUTUP………………………………………………………………………………11

A. KESIMPULAN…………………………………….…………………………………….11
B. SARAN…………………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Informasi Bibliografi
1. Judul Buku I : Pendidikan Pancasila
2. Penulis : M.syamsudin, Munthoha, Kartini Pramono, Muzhoffar Akhwan,budi
ruhiatuddin
3. Penerbit : Total Media
4. Tahun Terbit : 2009
5. Edisi :3
6. Halaman :-
7. ISBN : 979-1519-27-7
8. Tebal buku : 214,23 x 16 cm

1
1. Judul Buku II : Buku Ajar Pendidikan Pancasila
2. Penulis : Dr. Iriyanti Widisusero, M.Hum , Dra. Ana Irhandayaningsih,M.Si,
Dra.Sri Rahayu Wilujeng, M.Hum, Ellen Ch. Nugroho,SH, M.Hum
3. Penerbit : Universitas diponegoro
4. Tahun Terbit : 2007
5. Edisi :-
6. Halaman :99
7. ISBN :978-979-704-519-7

2
BAB II

RINGKASAN BUKU

1.1 LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

1.1.1 Landasan Historis

Secara historis, Pancasila dirumuskan dengan tujuan untuk dipakai sebagai Dasar Negara
Indonesia Merdeka. Pancasila yang akan dijadikan dasar negara tersebut, dalam proses
perumusannya digali dan berasal dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Pandangan hidup masyarakat ini kemudian dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan
hidup bangsa. Lebih lanjut, pandangan hidup bangsa itu dituangkan dan dilembagakan pula
menjadi pandangan hidup negara atau dasar negara.

1.1.2 Landasan Kultural


Pancasila dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indoneisa adalah salah satu hasil
budaya bangsa yang sangat penting. Olehkarena itu, Pancasila-pun hams diwariskan kepada
generasi muda bangsa Indonesia berikutnya melalui pendidikan. Tanpa usaha mewariskan
Pancasila ini, negara dan bangsa akan kehilangan hasil budaya atau kultur yang amat penting.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kepedulian kepada pewarisan budaya luhur
bangsanya.
Untuk memahami landasan kultural pendidikan Pancasila tersebut, dapat dilihat dari asal
mula unsur-unsur Pancasila itu. Meskipun secara formal Pancasila bam menjadi Dasar Negara
Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1345, namun jauh sebelum itu bangsa Indonesia
telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka.
Secara kultural unsur-unsur Pancasila terdapat pada adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan,
kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya

3
1.1.3 landasan Yuridis
Dengan dituangkannya rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945, mengandung
konsekuensi bahwa Pancasila secarayuriilis konstitusional telah secara formal menjadi Dasar
Negara I4cj)ul)lik Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekt~atan-kekuatan
mengikat secara yuridis. Seluruh tatanan Iritlup bernegara yang bertentangan dengan Pancasila
sebagai ki~idah yuridis konstitusional pada dasarnya tidak berlaku dan hi~rusd icabut.

Kirdi Dipoyudo menyatakan bahwa dengan penerapan Pancasila sebagai dasar falsafah
negara berarti bahwa illoral bangsa telah menjadi moral negara. Hal itu berarti bahwa Pancasila
telah menjadi sumber tertib negara dan sumber tinrtib hukumnya, serta jiwa seluruh kegiatan
negara dalam segala bidang kehidupan. Dengan demikian, Pancasila sebagai dasar Ilcgara hams
menjadi landasan bagi peraturan-peraturan dalamtertib hukum Indonesia atau sumber dasar
nasional, yaitu menjadi sumber bagi penyusunan peraturan perundang-undangan. Aturan- ,Ituran
hukum yang dimaksudkan adalah seperti Undang-undang Ilasar RI Tahun 1945, Undang-
undanglperaturan Pemerintah pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
I'residen, dan Peraturan Daerah (Pasal 7 ayat (1) UU RI No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang- Il n dangan).

1.1.4 Landasan Filosofi


Secara intrinsik nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat filosofis dan secara praktis
nilai-nilai tersebut berupa pandangan liidup (filsafat hidup) bangsa Indonesia. Nilai-nilai (tata
nilai) itu tidak lain adalah merupakan kebulatan ajaran tentang berbagai segilbidang kehidupan
suatu masyarakat/bangsa dalam ha1 ini bangsa Indonesia.
Tata nilai suatu bangsa dipengaruhi oleh potensi, kondisi bangsa, kondisi alam, dan cita-
cita manusianya. Oleh karena itu, lebih lanjut ajaran filsafat itu sedemikian kuat mempengaruhi
alam pikiran manusia berupa filsafat hidup, filsafat negara, etika, logika dan sebagainya.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, diakui bahwa nilai-nilai Pancasila adalah
pandangan hidup (filsafat hidup) yang berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. Nilai

4
Pancasila dianggap nilai dasar dan puncak budaya bangsa sebagai hasil perenunganlpemikiran
yang sangat mendalam. Oleh karenanya nilai tersebut diyakini sebagai jiwa dan kepribadian
bangsa. Sedemikian mendasarnyanilaiitudalam menjiwaidan memberikan watak (kepribadian,
identitas) bangsa sehingga pengakuan atas kedudukan Pancasila sebagai filsafat adalah wajar.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Secara etimologis istilah filsafat berasa! dari bahasa Yunani I'hilo-shophia. Istilah ini
merupakan bentukan dari kata asal philo (philein) yang berarti cinta, dan sophos yang artinya
hikmah/kebijaksanaan. Jadi filsafat artinya mencintai hal-ha1 yang sifatnya bijaksana. Filsafat
merupakan ilmu pengetahuan mengenai hakekat dari segala sesuatu yang mencari sebab-
sebabnya yang tcrdalam dengan menggunakan rasiolakal budi manusia .

Filsafat merupakan ilmu pengetahuan artinya seperangkat pengetahuan-pengetahuan


tentang suatu obyek tertentu yang dihimpun oleh manusia secara sistematis dan logis dengan
dipertanggungjawabkan obyek kajiannya dengan menunjukkan sebab musababnya. Melalui
proses belajar mengajar, membaca, diskusi, penelitian dan sebagainya, pengetahuan (knowledge)
manusia berkembang menjadi ilmu pengetahuan (science). Setiap ilmu pengetahuan itu pasti
mempunyai obyek material tertentu. llmu botani misalnya berbicara tentang tumbuh-tumbuhan,
ilmu bumi obyek materialnya bumi, ilmu jiwa obyek materialnya adalah jiwa dsb. Obyek
material filsafat adalah jauh lebih luas, yaitu segala sesuatu yang ada, pernah ada, akan ada, yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang rohani maupun yang jasmani,yang konkrit maupun
yang abstrak.

PENGERTIAN SISTEM DAN UNSUR-UNSURNYA


Sistem dapat didefinisikan sebagai satu keseluruhan yangterdiri dari aneka bagian yang
bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian merupakan tata rakit yang
teratur, dan tata rakit itu sesuai selaras dengan tata rakit keseluruhan. Tiap-tiap bagian
mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dengan bagian yang lain, namun demikian tugas dan
fungsi itu demi kemajuan, memperkuat keseluruhan. Lemahnya satu bagian akan berdampak
negatif terhadap keseluruhan, sebaliknya kuatnya tiap-tiap bagian akan memperkuat keseluruhan
tersebut. suatu system memenuhi lima persyaratan seperti berikut,ini

5
1. Merupakan satu kesatuan utuh dari unsur-unsurnya
2. Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung kontradiktif
3. Ada hubungan antara bagian satu dengan bagian lainnya
4. Ada keseimbangan dalam kerja sama
5. Semuanya mengabdi pada tujuan yang satu yaitu tujuan bersama

PENGERTIAN dan ARTI PENTING IDEOLOGI BANGSA DAN


NEGARA
Ideologi merupakan sebuah konsep yang selalu menarik untuk dikaji karena akan
menyentuh persoalan-persoalan yang fundamental danaktual. Fundamental karena hampirsemua
bangsa dan seluruh hidup dan kehidupannya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh ideologi.
Aktual karena pembicaraan, diskusi dan kajian terhadap ideologi tidak pernah usang dan
ketinggalan jaman. Oleh karena itu, setiap individu seyogyanya mengerti dan memahami arti,
fungsi, dan karakteristik ideologi. Pemahaman dan pengertian ini tidak hanya terbatas pada
ideologi yang diyakini kebenarannya, tetapi juga yang diyakini orang lain. Meskipun demikian
ideologi boleh dikatakan sebagai konsep yang paling kontroversial dalam perkembangan
pemikiran politik di negara dan kalangan masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat bahkan dari
kalangan akademis lebih suka jika menghindari pembicaran politik dan perdebatan ideologi.
Seiringdengangerakanreformasidanglobalisai, kesadaran akanpentingnya dan
strategisnya ideologi harus ditumbuhkembangkan di kalangan generasi muda pada umumnya,
para mahasiswa pada khususnya. Secara filosofis maupun konseptual, ideologi memiliki peran
dan fungsi yang strategis dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Hams disadari
bahwa tanpa ideology yang mantap dan berakar pada nilai-nilai budaya sendiri, suatu bangsa
akan mengalami hambatan dalam mencapai cita-citanya. Pentingnya ideologi dapat dilihat dari
kehidupan politik praktis, di mana setiap partai politik yang ada memiliki platform yang jelas.
Platform inilah yang merupakan refleksi atau implemetasi dari ideologi.
Secara etimologis, ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani ideos yang berarti bentuk atau
idein yang berarti melihat, sedangkan logos berarti ilmu. Dengan demikian ideologi berarti ilmu
pengertian-pengertian dasx ide-ide (the science of ideas) atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar. Ide dapat di artikan cita-cita yang bersifat tetap dan yang hams dicapai. Dengan

6
demikian cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan atau faham yang diyakini
kebenarannya. Secara terminologis, ideologi adalah keseluruhan prinsip atau norma yang berlaku
dalam suatu masyarakat yang meliputi berbagai aspek, seperti sosial-politik, ekonomi, budaya,
dan hankam. Di sini ideologi berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan kehidupan
kenegaraan.

PANCASILA SEBAGAI ETlKA POLlTlK

 PENGERTIAN ETIKA,ETIKA POLITIK DAN PANCASILA


SEBAGAI SISTEM DIKA
Etika adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang berasal dari kata Yunani Etos yang
artinya sepadan dengan arri kata susila. Melalui etika diajarkan bagaimana kehendak ma~usiait u
dapat dibimbing menuju ke arah pemahaman dan pengamalan nilainilai kesusilaan atau
kebaikan.
Dengan kata lain, etikasebagai cabang ilmu filsafat mengajarkan bagaimana hidup secara
arif atau bijaksana sebagai suatu "seni" sehingga filsafat etika juga dikenal sebagai filsafat moral.
Yang perlu diperhatikan ialah bahwa dalam permasalahan etika justru yang penting ialah saat di
mana hams diambil keputusan konkrit untilk rnenentukan satu di antara dua masalah yang sama
baiknya arau dua masalah yang sama-sama tidak baiknya.
Apabila dilacak tradisi filsafat Barat semenjak zaman Socrates, I'lato, dan Aristoteles
hingga zaman Abad Pertengahan, kesemuanya rnenunjukkan bahwa hidup secara bijaksana akan
mengantarkan seseorang menjadi bahagia. Kebijaksanaan (wisdom) adalah syarat yang hams
dimiliki untuk menuju kebahagiaan hidup. Karena itu, etika pada zaman itu bercorak
eudomonistik.
Dengan tampilnya ajaran Imanuel Kant di abad ke-18 masalah etika bukan lagi masalah
kebijaksanaan, melainkan sudah merupakan kewajiban. Etika menurut Immanuel Kant adalah
suatu kategori imperatif, dalam arti bahwa etika bukanlah alat untuk mencapai tujuan tertentu,
melainkan menjadi tujuan di dalam dirinya sendiri. Artinya etika dipatuhi, dengannya orang
berbuat baik atau susila bukan untuk mencapai suatu tujuan, melainkan untuk dan demi kebaikan
atau kesusilaan itu sendiri.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang pancasila


a. Latar Belakang Historis Pendidikan Pancasila
Dilihat dari segi historis Pancasila dirumuskan dengan maksud untuk dijadikan sebagai dasar
negara Indonesia Merdeka. Pancasila yang dimaksudkan sebagai dasar negara itu, isinya
digali dan/atau berasal dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan
hidup masyarakat tersebut kemudian dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan
kemudian mejadi Pandangan Hidup Negara atau Dasar Negara.
Bukti atau fenomena historis yang mejadi landasan bahwa Pancasila akan dijadikan Dasar
Negara dapat disimak dari bukti-bukti, peristiwa, ungkapan atau pernyataan seperti berikut
ini.

1. Dalam pembukaan sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Dr. KRT. Radjiman
Widyodiningrat sebagai ketua Badab Penyelidik meminta agar sidang mengemukakan dasar
negara Indonesia Merdeka (philosofiche grondslag) dari Indonesia Merdeka.

2. Pada tanggal 29 Mei 1945, Moh Yamin pada permulaan pidato dalam sidang badan
Penyelidik, antara lain mengatakan sebagai berikut:
" Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang menjadi dasar negara dan susunan
negara yang akan terbenntuk dalam suasana kemerdekaan yang telah diakui dan telah dibela
oleh rakyat Indonesia dengan korban darah daging sejak beratus-ratus tahun" (naskah
persiapan UUD 1945)

3. Ir. Soekarno dalam pidato tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang badan Penyelidik antara lain
menyebutkan bahwa yang diminta oleh ketua Badan Penyelidik adalah agar sidang
megemukakan Dasar Indonesia Merdeka yaitu Philosofiche Grondslag dari Indonesia

8
Merdeka. Selanjutnya beliau memberi nama Philosofiche Grondslag atau dasar Falsafah
Negara Indonesia Merdeka tersebut : Pancasila

B. Latar Belakang Kultural Pendidikan Pancasila

Pancasila dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah salah satu hasil
budaya bangsa yang sangat penting. Oleh karena itu Pancasila pun hrus diwariskan kepada
generai muda bangsa Indonesia berikutnya melalui pendidikan. Tanpa usaha mewariskan
Pancasila kepada generasi muda melalui pendidikan negara dan bangsa akan kehilangan hasil
budaya atau kultural yang amat penting itu. Setiap bangsa memilki kepedulian kepada
pewarisan budaya luhur kepada bangsanya. Oleh karena itu perlu adanya upaya pewarisan
budaya penting tersebut melalui pendidikan Pancasila.
Pendidikan Pancasila adalah proses pembudayaan atau pewarisan budaya dari generasi
tua ke generasi muda agar generasi muda tak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa
Indonesia.

C. Latar Belakang Yuridis Pendidikan Pancasila

Pancasila sebagi dasar negara harus menjadi l;andasan bagi peraturan-peraturan dalam
tertib hukum Indonesia atau sumberhukum dasar nasional, yaitu menjadi sumber bagi
penyusunan peraturan perundang-undangan. aturan-aturan hukum yang dimaksudkan adalah
seperti UUD, ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, keputusan Presiden dan Peraturan Daerah. Sebagai dasar
negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, seluruh tatanan hidup
bernegara yang bertentangan dengan Pancasila sebagai kaidah yuridis-konstitusional pada
dasarnya tidak berlaku dan harus dicabut.

D. Latar Belakang Filosofi Pendidikan Pancasila

Secara intrinsik nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat filosofi dan secar praktis
nilai-nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa Indonesia. Nilai itu yidak

9
lain adalah merupakan kebulatn ajaran tentang berbagai segi/ biadang kehidupa suatu
masyarakat / bangsa dalam hal ini bangsa Indonesia.

B. Kelemahan dan kelebihan buku 1 dan buku pembanding (2)


Dilihat dari penyusunan buku ini disusun berdasarkan bab bab yang sesuai,begitu juga sama
dengan buku ke 2 .didalam buku 1 dan buku 2 juga dapat membantu pembaca memahami
pancasila untuk pertama kalinya.juga berisi tentang kajian teori dari beberapa para
ahli,penyusunan sangat jelas sehingga mahasiswa lebih mudah mengerti
Sedangkan di kelemahan buku 1 dan buku 2,
1. Kalimat yang digunakan pada setiap pembahsan terlalu bertele-tele tidak langsung
menjurus ke intinya mengahbiskan awaktu yang banyak dalam membaca satu
paragraph
2. Dilihat dari pengetikan masih banyak typo ( salah ketik )
3. Pembahasan tidak di kemas dengan menarik, pembaca mudah ngantuk dan tidak
tertarik untuk membacanya

10
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

  Kita telah melihat dan membaca bahwa Pancasila memang berakar dari budaya
bangsa Indonesia. Karena dari segi Pancasila terkandung kebudayaan yang menekankan
persatuan serta sebaliknya. Tidak lupa dari segi pengertian, Pancasila merupakan lima buah asas
atau prinsip yang harus dijunjung tinggi kita sebagai bangsa Indonesia. Sedangkan kebudayaan
merupakan sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sehingga Pancasila tercipta
berdasarkan kebudayaan. Kaitan di antara keduanya begitu erat sehingga timbal balik antara
Pancasila dan Kebudayaan dapat terjadi dengan signifikan karena keduanya saling berhubungan.
Pancasila berakar dari kebudayaan dikarenakan di dalam pancasila terkandung nilai kebudayaan.
Bagaimana bisa demikian? Karena unsur persatuan dapat kita lihat di dalam pancasila,
sedangkan kita sebagai negara yang memiliki beragam macam kebudayaan, memang
sepantasnya memiliki asas persatuan yang terkandung di dalam Pancasila. Sehingga kita sebagai
insan berbudaya, harus juga berdasarkan kepada Pancasila yang adalah ideologi bangsa kita..

B. Saran

Cover buku sangatlah penting untuk menarik minat calon pembaca,ketika calon pembaca kurang
suka membaca buku , hal utama yang dilihat pembaca yang malas adalah tampilan buku.Karna
akan percuma jika isi buku itu sangat lengkap tapi daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca
untuk membaca buku tersebut kurang. Pembaca  yang malas tidak akan membaca buku yang
tampilannya kurang bagus , dan lebih memilih membaca buku dengan tampilan bagus walaupun
isi dari buku tersebut kurang lengkap.begitu juga dengan isi buku, lebih baik menggunakan

11
gambar serta penjelasan yanh sederhana sehingga orang tidak mencari-cari arti dari kalimat yang
ada dibuku tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37547255/Buku_Pendidikan_Pancasila_bububub

http://eprints.undip.ac.id/33065/1/Buku_Ajar_Pendidikan_Pancasila_-
_Iriyanto_W.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai