Anda di halaman 1dari 19

Teknik Wawancara atau Interview

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keterampilan Komunikasi

Yang diampu oleh Jonet Ariyanto N, SE, MM

Disusun oleh :

Trias Yulvia Widyaranti (K7413163)

Villa Santika (K7413172)

Yerica Satya (K74131

Zulva (K7413190)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013/2014
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul.……………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………………... ii
Daftar Isi.……………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………...


B. Rumusan Masalah …………………………………..
C. Tujuan Penulisan ……………………………………
BAB II PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Keterampilan Komunikasi


B. Pengertian dan Tujuan Wawancara
C. Jenis-jenis Wawancara
D. Sikap-sikap yang Harus Dimiliki oleh Pewawancara
E. Prosedur Pelaksanaan Wawancara
F. Teknik Wawancara
G. Kelebihan dan Kekurangan Wawancara
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………

B. Saran …………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah aktivitas utama manusia dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi
dengan Tuhan, sesama manusia, dan makhluk lainnya. Keterampilan Komunikasi
(Communication Skills) adalah keahlian, kemampuan, atau kepandaian dalam berkomunikasi.
Komunikasi merupakan modal dan kunci sukses dalam pergaulan dan karier karena hanya
dengan komunikasi sebuah hubungan baik dapat dibangun dan dibina. Keterampilan
komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina
hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha, dan perkantoran atau
di mana saja.

Dalam makalah ini akan dibahas salah satu teknik komunikasi, yaitu teknik
wawancara (Interview). Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian
(Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007). Tanya jawab ‘sepihak’ berarti bahwa pengumpul data yang
aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan.
Dari definisi itu, kita juga dapat mengetahuibahwa Tanya jawab dilakukan secara sistematis,
telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan.
Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai
kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara
merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Sebagai metode
pelengkap, wawancara berfungsi sebagai sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan
untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan
untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain. Itu
dilakukan, misalnya, untuk memeriksa apakah para kolektor data memeang telah memperoleh
data dengan angket kepada subjek suatu penelitian, untuk itu dilakukan wawancara dengan
sejumlah sample subjek tertentu.
dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk
bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab”

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil
wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus
informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: pewawancara, responden, topik penelitian yang
tertuang dalam daftar pertanyaaan, dan situasi wawancara.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Keterampilan Komunikasi


Ruang lingkup keterampilan komunikasi meliputi komunikasi lisan (oral
communication), komunikasi tulisan (written communication), dan komunikasi non-verbal
(non-verbal communication).

1. Keterampilan Komunikasi Lisan

 Komunikasi lisan (oral communication) yaitu kemampuan berbicara (speaking)


sehingga mampu menjelaskan dan mempresentasikan gagasan dengan jelas kepada
bermacam-macam orang (audiens).

 Kemampuan ini meliputi keahlian menyesuaikan cara berbicara kepada komunikan


yang berbeda, menggunakan pendekatan dan gaya yang pas, dan memahami
pentingnya isyarat non-verbal dalam komunikasi lisan.

 Komunikasi lisan membutuhkan keterampilan latar belakang (background skills)


presentasi, pemahaman tentang audiens, mendengarkan secara kritis, dan bahasa
tubuh (body language).

2. Keterampilan Komunikasi Tulisan

 Komunikasi tulisan (written communication) yaitu kemampuan menulis secara efektif


dalam konteks dan untuk beragam pembaca dan tujuan. Kemampuan ini mencakup
kemampuan untuk menulis dengan gaya dan pendekatan yang berbeda untuk pembaca
atau media yang berbeda.

 Kemampuan komunikasi tulisan juga termasuk keterampilan komunikasi elektronik


seperti menulis SMS, menulis dan mengirimkan email, terlibat di “forum diskusi
online” (discussion boards), ruang chating, dan pesan instan.

 Komunikasi tulisan memerlukan background skills seperti penulisan akademis,


keahlian revisi dan penyuntingan (editing), membaca kritis, dan presentasi data.

3. Keterampilan Komunikasi Non-Verbal

 Komunikasi non-verbal (non-verbal communication) adalah kemampuan memperkuat


ekspresi ide dan konsep melalui penggunakan bahasa tubuh (body languange), gerak-
isyarat (gesture), ekspresi wajah, dan nada bicara/suara (tone of voice).

 Komunikasi non-verbal juga termasuk penggunaan gambar, ikon (icon), dan simbol.

 Komunikasi non-verbal memerlukan background skills seperti pemahaman tentang


audiens, presentasi personal, dan bahasa tubuh.
B. Pengertian Dan Tujuan Wawancara

Pengertian wawancara menurut para ahli:


 Lexy J( 2006 :186) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut.
 Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan
yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan,
dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
 Menurut Banister dkk (1994 dalam Poerwandari 1998: 72 - 73) wawancara adalah
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
 Menurut Denzin & Lincoln (1994: 353) interview merupakan suatu percakapan, seni
tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral,
pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-
jawaban diberikan. Maka wawancara menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh
situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus. Metoda tersebut
dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesukuan,
dan gender.
 Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 – 771) wawancara (interview)
adalah situasi peran antar-pribadi berhadapan muka (face to face), ketika seseorang
yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada
seseorang yang diwawancarai, atau informan.

 Djumhur dan Muh.Surya (1981:50), sedangkan menurut Komunikasi tersebut


dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak
langsung
 Dewa Ketut Sukardi (2000:159) wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan tanya jawab antar interviewer (penanya) dengan interviewee
(responden), atau dengan kata lain dalam wawancara terdapat unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Pertemuan tatap muka (face to face).
b. Cara yang dipergunakan dalam wawancara adalah cara lisan.
c. Pertemuan tatap muka itu mempunyai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, pengertian wawancara secara umum mengandung


beberapa aspek atau unsur-unsur antara lain:
a. Proses tanya jawab (percakapan).
b. Melibatkan dua pihak (interviewer dan interviewee).
c. Komunikasi verbal dan non verbal.
d. Informasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan proses tanya jawab (percakapan)
antara interviewer dan interviewee untuk mendapatkan suatu informasi yang dilakukan
melalui komunikasi verbal dan didukung oleh komunikasi non verbal, yang mempunyai
tujuan antara lain:

a. Pengumpulan data.
b. Penyampaian informasi.
c. Penempatan.

Adapun tujuan-tujuan wawancara yang lainnya adalah sebagai berikut:

1. Wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi, mempengaruhi sikap


orang-orang dan kadang-kadang mempengaruhi perilaku mereka
2. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana memungkinkan
pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner
atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal
3. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan
mendapatkan jawaban dari responden.
C. Jenis-jenis wawancara

 Jenis-jenis wawancara dapat dikelompokkan menurut responden dan menurut


prosedur.
a. Wawancara menurut responden
Dapat dibedakan menjadi wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.
Wawancara langsung dilakukan dengan berhadapan langsung dengan mahasiswa yang ingin
diketahui data-datanya. Wawancara tidak langsung dilakukan secara langsung tetapi dengan
orang lain yang diharapkan dapat memberikan data atau informasi tentang mahasiswa yang
ingin diketahui data-datanya. Misalkan: dapat mewawancarai orang tua, teman, tetangga, dan
lain lain.

b. Wawancara menurut prosedur


Dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan kombinasi
keduanya.
a. Wawancara terstruktur : ketika melakukan wawancara, pewawancara telah menyusun
pedoman wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan secara terinci.
b. Wawancara tidak terstruktur : ketika melakukan wawancara, pewawancara
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan saja, dan
mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan data atau informasi
yang diinginkan.
c. Wawancara kombinasi : pewawancara dapat menggunakan sekaligus kedua jenis
wawancara dengan tujuan untuk mendapatkan data atau informasi yang maksimal dari
individu.

 Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden,
namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang
diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
2. Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang
lengkap dan terinci.
3. Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas
dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa
pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

 Menurut Floyd G. Arpan dalam Toward Better Communications, berdasarkan


bentuknya, wawancara dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yaitu:
1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
2. Wawancara berita (news interview)
3. Wawancara jalanan (man in the street interview)
4. Wawancara sambil lalu (casual interview)
5. Wawancara telepon (telephone interview)
6. Wawancara tertulis (written interview)
7. Wawancara kelompok (discussion interview)

 Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :


a. Wawancara berstruktur
wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur
wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
D. Sikap – Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku
sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-
sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:

 Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap


informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh
keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.

 Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si


responden.

 Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan


sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden
bagaimanapun keberadaannya.

 Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan,


jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang,
responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk
tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan
pembicaraan agar terarah.

Adapun sikap yang harus dimiliki pewawancara yang lain sebagai berikut:

 PERHATIKAN DAN PERGUNAKAN WAKTU SENGGANG SASARAN

 USAHAKAN JANGAN MENGGANGGU KESIBUKAN SEHARI-HARI.

 PERKENALKAN DIRI SECARA TEGAS DAN TERANGKAN MAKSUD


KEDATANGAN/ WAWANCARA.

 AMBILAH PERANAN SEBAGAI SEORANG YANG INGIN


BELAJARSESUATU DARI INFORMAN.

 PERLIHATKAN SIKAP PERHATIAN PENUH PADA POKOK


PEMBICARAAN.

 PERHATIKAN BAHASA TUBUH PENELITI.

 BERUSAHA UNTUK SENSITIF DAN MENGHINDARI PERTANYAAN YANG


SEKIRANYA DAPAT MEMOJOKKAN INFORMAN.

 JANGAN MELAKUKAN LEADING DALAM BERTANYA ATAU MEMBERI


TANGGAPAN PADA JAWABAN INFORMAN.
Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara (interviewers) meliputi
pedoman-pedoman sebagai berikut:
a. Tidak pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi itu; gunakan
penjelasan standar yang diberikan pengawas. (“Never get involved in long explanations of
the study; use standard explanation provided by supervisor”).
b. Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau rumusan
pertanyaan. (“Never deviate from the study introduction, sequence of questions, or
question wording”).
c. Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi wawancara, jangan
membiarkan individu lain menjawab untuk responden, atau memberikan saran, atau
pandangannya pada pertanyaan itu. (“Never let another person interupt the interview; do
not let another person answer for the respondent or offer his or her opinions on the
questions”).
d. Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju dengan suatu
jawaban. Jangan memberikan kepada responden suatu ide dari pandangan pribadi anda
pada topik dari pertanyaan atau survey. (“Never suggest an answer or agree or disagree
with an answer. Do not give the repondent any idea of your personal views on the topic of
questions or survey”).
e. Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya mengulangi pertanyaan
dan memberikan instruksi atau klarifikasi seperti yang diberikan dalam latihan atau oleh
pengawas. (“Never interpret the meaning of a question; just repeat the questions and give
instructions or clarifications that are provided in training or by supervisors”).
f. Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori jawaban, atau
membuat perubahan susunan kata-kata. (“Never improvise, such as by adding answer
categories, or make wording changes”) (Denzin & Lincoln, 1994: 364).
E. PROSEDUR PELAKSANAAN WAWANCARA
Pelaksanaan wawancara hendaknya memperhatikan prosedur sebagai berikut:
a. Penyusunan Pedoman Wawancara
b. Pelaksanaan Wawancara
c. Analisis Hasil Wawancara

1. Penyusunan Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara perlu disusun agar proses wawancara dapat terarah dan data yang
diperoleh sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Langkah penyusunan pedoman wawancara
yaitu:
a. Menetapkan tujuan wawancara.
b. Menetapkan pertanyaan.
c. Membuat butir pertanyaan yang jelas agar mudah dipahami individu.
d. Pertanyaan harus fokus pada informasi yang diinginkan.
e. Pertanyaan jangan memiliki makna ganda.
f. Pertanyaan hendaknya tidak mengandung unsur SARA, dan sugestif.
g. Apabila bentuk wawancara terstruktur maka pertanyaan-pertanyaan harus disusun secara
rinci, dan bila tidak terstruktur dapat dituliskan pokok-pokok pertanyaannya saja.

2. Pelaksanaan Wawancara
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum wawancara dilakukan:
a. Menetapkan individu yang akan diwawancarai
b. Menetapkan jadwal dan tempat wawancara
c. Menghubungi individu yang akan diwawancarai
d. Melaksanakan wawancara
e. Melakukan verbal setting sebelum wawancara dilakukan dengan memberikan penjelasan
tentang tujuan wawancara, informasi apa yang dibutuhkan, lama wawancara dilakukan dan
jaminan akan adanya kerahasiaan .
f. Selama proses wawancara, pewawancara hendaknya mampu melakukan attending skill,
mampu bertanya dengan baik, mampu mendengar aktif dan mampu mencatat hasil
wawancara dengan lengkap.
g. Menutup wawancara dengan membuat kesimpulan hasil wawancara.

3. Analisis Hasil Wawancara


Hasil wawancara yang diperoleh segera dianalisis dengan mengikuti beberapa tahap di bawah
ini:
a. Mengidentifikasi dan mengelompok-kan jawaban individu berdasarkan pokok pikiran pada
pedoman wawancara dan pencapaian tujuan wawancara.
b. Menganalisis dan mensintesakan hasil jawaban individu sesuai dengan tujuan wawancara
c. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil sintesis dari berbagai jawaban individu.

F. Teknik Wawancara
Beberapa teknik wawancara yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut
(Cooper& Schindler, 2006:241-250):

(1). Wawancara mendalam individu (individual depth interview/IDI)


Merupakan interaksi antara peneliti (pewawancara) dengan seseorang peserta tunggal.
Wawancara mendalam individu biasanya membutuhkan waktu antara 20 menit (melalui telepon)
sampai 2 jam (wawancara tatap muka), tergantung pada isu atau topik yang dibahas. Wawancara
mendalam individu biasanya direkam (audio dan atau video) dan kemudian diterjemahkan
sehingga memberikan rincian informasi yang kaya bagi peneliti. Informan yang dipilih sebagai
peserta wawancara dipilih bukan karena opini mereka mewakili opini umum tetapi karena
pengalaman serta sikap mereka mencerminkan keseluruhan cakupan isu yang sedang dipelajari.
Selain itu informan yang diwawancara memiliki kemampuan verbal agar dapat memperkaya
rincian informasi yang dinginkan peneliti.

(2). Wawancara Kelompok


Wawancara kelompok adalah metode pengumpula data dengan mengunakan lebih dari satu
informan (peserta). Wawancara kelompok dapat dilakukan dengan beberapa ukuran kelompok:

� Dyad (2 oarang)

� Triad (3 orang)

� Kelompok mini (2 hingga 6 orang)

� Kelompok kecil (kelompok fokus 6 - 10 orang)

� Kelompok super (hingga 20 orang)

Kelompok yang lebih kecil biasanya digunakan pada saat populasi asal sampel kecil, pada saat
topik atau daftar konsepnya ekstensif atau teknis atau pada saat dibutuhkan keakraban lebih
jauh. Kelompok super digunakan pada saat dibutuhkan rentang ide yang lebar pada periode
waktu yang pendek dan pada saat peneliti ingin mengorbankan interaksi agar lebih cepat.
Komposisi kelompok dapat berupa:

� Kelompok heterogen, berisikan individu yang berbeda, beragam opini, latar belakang
tindakan.
� Homogen, berisikan individu yang mirip; pendapat, latar belakang dan tindakan yang
seragam.

� Kelompok yang berisikan pakar, yaitu individu yang sangat memahami isu yang akan
didiskusikan

� Kelompok bukan pakar, yaitu mereka yang sedikit memiliki beberapa informasi yang
dibutuhkan namun pada tingkat yang tidak diketahui.

Dalam wawancara kelompok, jumlah dan komposisi kelompok ditentukan dengan


mempertimbangkan:

� Cakupan isu yang diteliti. Semakin lebar isu, semakin banyak kelompok yang
dibutuhkan.

� Jumlah segmen pasar yang berbeda: semakin banyak jumlahnya dan semakin besar
perbedaannya, semakin banyak kelompok yang dibutuhkan.

� Jumlah ide baru atau pemahaman yang diinginkan: semakin besar jumlah, semakin
banyak kelompok yang dibutuhkan

� Tingkat perincian informasi: semakin rinci semakin banyak kelompok dibutuhkan.

� Tingkat perbedaan geografis atau etnis pada sifat atau perilaku: semakin besar
pengaruhnya, semakin banyak kelompok dibutuhkan.

� Homogenitas kelompok: semakin tidak homogen, semakin banyak kelompok yang


dibutuhkan.

(3). Kelompok Fokus

Adalah suatu panel yang umumnya terdiri dari 6 hingga 10 orang yang dipimpin oleh seorang
moderator. Fasilitator atau moderator menggunakan prinsip dinamika kelompok untuk
memfokuskan atau menuntun kelompok dalam mempertukarkan ide, perasaan, dan pengalaman
tentang topik tertentu.

Dalam sebuah penelitian kualitatif, kelompok fokus sering menjadi unik karena keterlibatan
sponsor penelitian dalam prosesnya. Sebagian besar fasilitas wawancara memungkinkan sponsor
mengamati kelompok dan dinamika yang terjadi pada saat proses sedang berjalan, mengambil
pemahaman sendiri dari percakapan dan sinyal norverbal yang diamatinya. Kelompok fokus
sering digunakan sebagai teknik eksplorasi tetapi juga dapat menjadi metodologi utama.
Kelompok fokus sangat bermanfaat dalam skenario berikut ini:

� Mendapatkan latar belakang umum tentang suatu topik (isu)

� Menghasilkan pertanyaan riset untuk dieksplorasi.

� Menerjemahkan hasil riset sebelumnya.

� Merangsang ide baru bagi produk dan program.

� Menggarisbawahi bidang peluang yang harus dikejar oleh manajer tertentu.


� Mendiagnosis masalah yang harus dipecahkan manajer.

� Menciptakan kesan dan persepsi merek dan ide produk.

� Menghasilkan suatu tingkat pemahaman tentang pengaruh dalam dunia peserta.

Kelompok fokus juga dapat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut ini:

� Kelompok fokus telepon, terutama untuk menjangkau informan yang tidak dapat
dijangkau oleh kelompok secara tatap muka. Kelompok fokus dapat dilakukan dengan
efektif dalam situasi berikut ini:

o Pada saat tidak mudah untuk merekrut peserta yang diinginkan. (seperti; pakar
dan profesional)

o Pada saat kelompok sasaran yang jarang dijumpai. (kendala geografis)

o Pada saat isunya sangat sensitif sehingga penyamaran identitas dibutuhkan tetapi
informan harus berasal dari wilayah geografis yang lebar. (seperti; kompetitor
(pesaing)

o Pada saat ingin melakukan beberapa kelompok fokus saja namun harus mewakili
keseluruhan wilayah.

� Kelompok fokus online, suatu teknik yang sedang berkembang untuk riset eksplorasi
adalah dengan mendekati dinamika kelompok dengan menggunakan email, situs web,
newsgroup atau ruang bicara internet (chatting)

� Kelompok fokus konferensi video, merupakan teknologi yang digunakan dalam


wawancara berkelompok.
G. Kelebihan dan Kekurangan Wawancara

1. Kelebihan Wawancara
a. Pertanyaan-pertanyaan yang belum dipahami dapat segera diperjelas oleh pewawancara
hingga individu dapat memahami maksud pertanyaan tersebut dan memberikan jawaban yang
sesuai dengan pertanyaan.
b. Melalui tatap muka langsung, dapat memberikan peluang untuk terbinanya hubungan baik
diantara pewawancara dengan individu yang akan besar pengaruhnya bagi kelancaran
wawancara.

2. Kekurangan Wawancara
a. Membutuhkan waktu dan tenaga untuk memperoleh data/informasi
b. Diperlukan keahlian dan pengalaman untuk dapat menjadi pewawancara, khususnya
pewawancara di bidang Bimbingan dan Konseling.
c. Hasil wawancara dapat bersifat subyektif apabila telah terbentuk prasangka.
d. Hasil wawancara sangat tergantung dengan keterampilan pewawancara dalam menggali,
mencatat dan menganalisa setiap jawaban individu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau
percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal. Wawancara juga
memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-
pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan j
Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face
to face) antara pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee)
tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi,
sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara, maka hasilnya pun dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi pewawancara. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang
berharga, dimana memungkinkan pewawancara awaban dari responden.
Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan
berita yang disiarkan dalam media massa. Namun wawancara juga dapat dilakukan oleh
pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian atau penerimaan pegawai. Wawancara
dapat disamakan dengan obrolan. Namun ada perbedaan mendasar antara obrolan biasa
dengan wawancara. Hal-hal yang membedakan tersebut adalah tujuannya, hubungan
antara narasumber dan pewawancara, tata krama, dan batasan waktunya.

B. Saran
Sebaiknya pertanyanyaan yang diajukan untuk narasumber disusun secara baik , rapi dan
menggunakan bahasa yang sopan, tidak menyinggung perasaan narasumber dan harus
sesuai prosedur dan tepat sasaran.
Pewawancara dan narasumber sebaiknya harus bersikap terbuka dalam pelaksanaan
wawancara.
Pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden, merangsang
responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki
mencatatnya. Bila semua tugas ini tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya maka hasil
wawancara menjadi kurang bermutu. Syarat menjadi pewawancara yang baik ialah
ketrampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan
takut untuk menyampaikan pertanyaan.
Demikian pula responden dapat mempengaruhi hasil wawancara karena mutu jawaban
yang diberikan tergantung pada apakah dia dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat
serta bersedia menjawabnya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.komunikasipraktis.com/keterampilan-komunikasi-pengertian-ruang-lingkup-dan-
fungsi/

http://sondix.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-tujuan-wawancara.html

http://www.amheru.staff.gunadarma.ac.id/

http://teorikuliah.blogspot.com/2009/09/pengertian-wawancara-tv-tujuan-dan.html

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/EKMA_5104/menu%204/4.3.3.1_teknik
%20wawancara.html

Anda mungkin juga menyukai