Anda di halaman 1dari 48

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
PRAKATA.......................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
METODE PENELITIAN .................................................................................................... 3
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 3
2.2 Metode Penelitian ............................................................................................... 3
2.3 Tujuan ................................................................................................................. 4
2.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................... 4
2.5 Teknik Analisis Data........................................................................................... 4
ANALISIS DATA .............................................................................................................. 6
3.1 Analisis Kelompok 1........................................................................................... 6
3.2 Analisis Kelompok 2......................................................................................... 14
3.3 Analisis Kelompok 3........................................................................................ 17
3.4 Analisis Kelompok 4......................................................................................... 20
3.5 Analisis Kelompok 5......................................................................................... 23
3.6 Analisis Kelompok 6......................................................................................... 25
3.7 Analisis Kelompok 7......................................................................................... 28
SIMPULAN ...................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 38
LAMPIRAN...................................................................................................................... 39

i
PRAKATA

Alhamdulillahhirobbil alamin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah


Swt, atas limpahan karunia dan rahmat-Nya kepada kami dalam keadaan sehat
wal afiat sehingga kami dapat melakukan observasi tentang “Industri Kreatif
Kebahasaan yang dilaksanakan di Kota Tua Jakarta Utara, serta membuat laporan
akhir produk Industri Kreatif Kebahasaan.

Laporan akhir ini berisi hasil paparan produk dari masing-masing


kelompok yang terdiri atas tujuh kelompok. Observasi penelitian ini dilaksanakan
pada akhir Desember 2018 sampai dengan awal Januari 2019. Mata Kuliah
Entrepreneur Bahasa ini bertujuan guna meningkatkan potensi mahasiswa untuk
mengembangkan Industri Kreatif Daya Dukung Bahasa.

Kegiatan ini tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Sebab itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ketua
Program Studi Sasta Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Jakarta serta Dosen Pengampu Mata Kuliah Entrepreneur Bahasa.

Jakarta, 06 Februari 2019

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Bahasa sebagai produk dari pemikiran dan alat ucap memiliki banyak
fungsi antara lain merefleksikan keadaan, membuktikan peradaban, alat
komunikasi, bahkan ekspresi seseorang. Segala bidang dalam kehidupan
menggunakan aspek kebahasaan. Bidang kedokteran, ekonomi, sains,
teknologi, sejarah, bahkan bidang seni yang abstrak pun menggunakan bahasa
dalam penyajiannya. Kemampuan bahasa dalam menyampaikan makna begitu
diminati masyarakat.

Kita bisa melihat berbagai produk yang menggunakan permainan bahasa.


Contohnya Kaos Joger dari Bali yang dirilis oleh Joseph dan Gerald. Kaos
tersebut hanyalah kaos oblong biasa, yang membedakannya adalah permainan
kata-kata yang memotivasi, mengejek, bahkan mengriketik suatu hal. Kaos
serupa juga diciptakan pabrik Dagadu dari Yogyakarta. Tidak hanya terbatas
pada pakaian, produk-produk lain seperti gelas, tas, topi dan masih banyak
lagi juga banyak dihasilkan oleh dua merk dagang ini.

Dewasa ini, bahasa tidak hanya dijadikan alat tutur dalam bermasyarakat.
Nilai bahasa lebih kepada produk terapan. Bahasa dapat menjadi bahan
kewirausahaan. Untuk menciptakan kewirausahaan dari bahasa, diperlukan
ketelitian dan kepekaan terhadap lingkungan. Dari lingkungan dapat tercipta
berbagai gagasan untuk menciptakan produk kebahasaan. Gagasan tersebut
berupa kriketik, saran, sanjungan, atau lelucon yang sesuai dengan keadaan
masyarakat.

Oleh karena itu, peneliti melakukan observasi lapangan dalam rangka


menggali ide dan gagasan yang berhubungan dengan lingkungan. Penelitian
tersebut dilakukan di tempat yang memiliki kebudayaan yang kental. Sebagai
masyarakat Jakarta, penelitian dilakukan di Kota Tua untuk mengungkap

1
aspek sejarah Kota Jakarta. Aspek sejarah ini diharapkan mampu menjadi
sebuah produk kebahasaan yang bernilai dan bermakna.

1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:

1. Apa saja aspek sejarah Kota Tua yang dapat dijadikan produk industri
kreatif kebahasaan?
2. Bagaimana cara menciptakan produk industri kreatif kebahasaan dari
aspek sejarah Jakarta di Kota Tua?
3. Mengapa aspek sejarah Kota Tua dapat dijadikan produk industri
kreatif kebahasaan?
4. Simbol apa saja yang dapat digunakan untuk mencerminkan sejarah di
Kota Tua dalam produk industri kreatif kebahasaan?

1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut.
“Bagaimana cara menciptakan produk kebahasaan dari aspek sejarah Jakarta
di Kota Tua?”

1.4.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk-produk industri
kreatif kebahasaan yang didasari aspek-aspek sejarah Jakarta yang berada di
Kota Tua.

1.5.Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai acuan pembelajaran mengenai
industri kreatif kebahasaan dalam dunia pendidikan. Selain itu, juga dapat
membantu perkembangan industri kreatif kebahasaan di daerah Jakarta dan
sekitarnya.

2
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wisata Kota Tua, Jakarta Utara, kesalahan


berbahasa di ruang pubik wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Timur.
Tempat penelitian yang dilakukan di wisata Kota Tua adalah Museum
Fatahillah dan Museum Wayang. Selain itu, penggunaan bahasa di ruang
3able3. Tempat penelitian itu dipilih karena mengandung nilai sejarah dan
tempat ini juga di nilai cocok untuk diaplikasikan ke dalam bentuk produk
sebagai keluaran dari mata kuliah Entrepreneur Bahasa. Penelitian ini
dilaksanakan pada akhir Desember 2018 sampai dengan awal Januari
2019.

2.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk membuat produk


interpreneur bahasa adalah metode observasi. Menurut Arikunto
(2006:124), observasi merupakan pengumpulan data atau keterangan yang
harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara
langsung ke tempat yang akan diselidiki. Adapun metode observasi,
seperti yang dikatakan Hadi dan Nurkancana (dalam Suardeyasasri,
2010:9) ialah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara
langsung maupun secara tidak langsung pada tempat yang diamati.
Dalam pembuatan produk entrepreneur bahasa dilakukan metode
observasi untuk mengamati sejarah dari Museum Fatahillah dan Museum
Wayang dari benda-benda peninggalan yang ada di tempat tersebut

3
sekaligus mengamati perbedaan apa saja yang terjadi pada zaman dahulu
dan zaman sekarang.

2.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya produk ini ialah sebagai keluaran tugas Mata
Kuliah Entrepreneur Bahasa.

2.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian ini ialah peneliti itu sendiri. Instrumen pendukung
pada penelitian ini ialah sejarah yang berada di Museum Fatahillah dan
Museum Wayang. Data yang didapat dari kedua museum tersebut
kemudian dianalisis dan dibuat dalam bentuk produk. Hasil dari penelitian
ini adalah produk berupa casing hp (sarung gawai), kaos, tumbler, buku
agenda/catatan, mug, dan tote bag (tas jinjing).

2.5 Teknik Analisis Data


Teknis analisis data yang digunakan ialah teknik analisis data kualitatif.
Data dalam penelitian kualitatif diperoleh dengan menggunakan teknik
foto/rekam, data dari buku, dan data dari web serta dari penelitian
lapangan. Kemudian, data yang diperoleh dianalisis dan dikembangkan
dalam bentuk produk. Terakhir, dibuat suatu produk yang memiliki konten
berdasarkan data analisis yang telah diperoleh. Teknik analisis data ini
menggunakan langkah-langkah menurut (Miles dan Huberman, 2007: 16)
yaitu sebagai berikut.
1. Pengumpulan Data
Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil
observasi dan berbagai dokumentasi berupa foto berdasarkan
kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian
dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan

4
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan
final dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007: 16). 48
Menurut Mantja (dalam Harsono, 2008: 169), reduksi data berlangsung
secara terus menrus sepanjang penelitian belum diakhiri. Produk dari
reduksi data adalah berupa ringkasan dari catatan lapangan, baik dari
catatan awal, perluasan, maupun penambahan.
3. Penyajian Data
Sajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan simpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data
dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta
memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan serta
memberikan tindakan (Miles dan Huberman, 2007: 84). Menurut
Sutopo (dalam Harsono, 2008: 169), sajian data berupa narasi kalimat,
gambar/skema, jaringan kerja dan 5able sebagai narasinya.
4. Penarikan Simpulan
Penarikan simpulan merupakan bagian dari sutu kegiatan konfigurasi
yang utuh (Miles dan Huberman, 2007: 18). Simpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Simpulan ditarik semenjak peneliti
menyusun pencatatan, pola, pernyataan, konfigurasi, arahan sebab
akibat, dan berbagai proposisi (Harsono, 2008: 169).

5
BAB III

ANALISIS DATA

Berikut sajian analisis data terbadi ke dalam tujuh kelompok dengan anggota tiga
atau 4 orang, sebagaimana dikemukakan di bawah ini.

3.1 Analisis Kelompok 1

Anggota:

 Anne Nur Aidha (2125150038)


 Devita Yulianti (2125151006)
 Fitri Febriyani (2125152170)

Tema: Tiketik Jelajah Sultan Agung

A. Latar Belakang Pemilihan Tema Kata-kata Sultan Agung

Pada hari Selasa 08 Januari 2019 dilakukan observasi lapangan di Kota


Tua, Jakarta oleh mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta
angkatan 2015. Observasi tersebut dilakukan guna mendapatkan inspirasi dasar
dari bentuk produk mata kuliah Entrepreneur Bahasa.

Dari hasil observasi tersebut, kami tertarik dengan lukisan tokoh Sultan
Agung yang berada di dalam gedung Museum Fatahilah. Lukisan tersebut
menampilkan sketsa gambar posisi duduk Sultan Agung yang berada di sebuah
tanah lapang bersama rakyatnya. Serta terdapat pula sketsa Sultan Agung yang
bersama dengan beberapa punggawanya.

Apabila mendengar nama Sultan Agung, sudah pasti tidak asing di telinga
kita. Dia sosok pahlawan yang berjasa membela negeri. Namun, di era milenial
seperti sekarang ini, banyak yang sudah melupakan jasa tokoh pahlawan,
termasuk Sultan Agung ini. Selain itu, kami juga bermaksud untuk mengenalkan
tokoh Sultan Agung kembali agar tidak dilupakan oleh masyarakat, karena Sultan

6
Agung sangat berperan penting dalam melindungi Tanah Jawa agar tidak direbut
oleh pihak Belanda. Untuk itu, kami mecoba mengenalkan kembali tokoh Sultan
Agung lewat kata-kata yang idenketik dari beliau.

Pemilihan kata-kata disesuaikan dengan zaman milenial sekarang. Kata-


kata dianggap menjadi trik jitu dalam mengenalkan tokoh kepada masyarakat
luas. Dengan adanya kata-kata juga dapat membangun daya tarik membaca
sehingga menimbulkan optimisme. Dengan begitu kami memilih Casing
Handphone sebagai media kata-kata dari Sultan Agung untuk ditampilkan ke
masyarakat. Bentuk casing yang mudah diproduksi, harga terjangkau, serta
banyaknya model casing customize yang membanjiri lahan produksi, itulah yang
menjadi daya tarik kami untuk menampilkan kata-kata Sultan Agung melalui
media casing handphone.

B. Tentang Sultan Agung

Awalnya Sultan Agung hanya ingin menjadi


Brahmana. Namun takdir mengharuskan ia menjadi raja
Mataram dan melawan kelicikan VOC.

Sultan Agung dilahirkan pada hari Senin di


Kutagede, Kesultanan Mataram, tahun 1593 dengan
nama Raden Mas Djatmika. Keketika beranjak dewasa
dia lebih sering dikenal masyarakat sebagai Raden Mas
Rangsang. Dia meninggal dunia pada tahun 1645 di
Mataram. Jenazahnya dikebumikan di Astana Imogiri.
Astana itu dibangun di Bantul sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja
Kesultanan Mataram.

Gelar Sultan Agung Hanyakrukusuma disandang oleh Raden Mas


Rangsang tepat selepas ayahnya, Panembahan Hanyokrowati, wafat pada tahun
1613. Sultan Agung memiliki tugas besar dan sangat beresiko yakni harus
menyatukan adipati-adipati di tanah jawa yang tercerai-berai oleh poliketik VOC
yang dipimpin Jan Pieterszoon Coen di bawah panji Mataram.

7
Di sisi lain, karena keteguhan Sultan Agung untuk negeri, dia
mengorbankan hati dan perasaannya. Dia harus melepas cinta sejatinya sejak
remaja, Lembayung Putri, dengan menikahi perempuan ningrat untuk kebutuhan
kepemimpinannya, yaitu Ratu Kulon Putri Kesultanan Cirebon dan Ratu Wetan
Putri Adipati Batang.

Keberanian Sultan Agung tak tertandingi. Dia lantas segera mengibarkan


Perang Batavia setelah melihat kelicikan Belanda menyebarluaskan poliketik adu
domba di tanah Jawa. Kegusaran juga melanda Sultan Agung, sebab barisan
Kerajaan Mataram yang semenjak sebelum diperintah Sultan Agung tidak pernah
benar-benar menjadi favorit rakyat, retak dari dalam. Ada yang meninggalkan
medan perang, ada juga yang malah berkhianat membelot kepada Belanda. Akan
tetapi, Sultan Agung tetap tak bergeming. “Menang atau Mati!” (itu yang
menjadi ciri khas Sultan Agung). Namun, akhirnya inilah yang menjadi kehebatan
Sultan Agung. Dengan seluruh pasukan Kerajaan Mataram yang tak sebanding
dengan lawan, dia dapat merenggut nyawa Coen dan runtuhnya benteng VOC.
Tentu itu bukan hasil yang mudah karena dia juga melihat dan melawan langsung
pasukan pengkhianat yang lebih membela Belanda daripada negeri sendiri.

Adapun hal yang penting untuk kita kagumi dari Sultan Agung ialah
keketika menjelang akhir hidupnya, Sultan Agung menghidupkan kembali
padepokan tempat dia belajar yang sempat ditutup demi kepentingan Belanda
serta demi melestarikan tradisi dan karya-karya budaya Mataram. Inilah sebabnya,
cerita perjuangan Sultan Agung masih bisa kita saksikan di Museum Fatahilah
sampai saat ini.

Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada zaman Sultan Agung


Hanyakrukusuma (1613 1645). Daerah kekuasaanya mencakup Pulau Jawa
(kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan
Barat.

8
C. Pengambilan Data

Judul Film: Sultan Agung: Tahta,


Perjuangan, Cinta

Sutradara : Hanung Bramantyo

PH: Mooryati Soedibyo Cinema

Tayang 23 Agustus 2018

Kami meninjau laman www.mooryatisoedibyo.co.id untuk mendapat kata-


kata dari Sultan Agung. Berikut tangkapan layar yang peneliti dapatkan dari
website tersebut.

Tangkapan layar kata-kata Sultan Agung


Sumber: www.mooryatisoedibyo.co.id

Dari tangkapan layar tersebut terlihat adanya beberapa kata dari tokoh yang
berperan di dalam film Sultan Agung rumah produksi Mooryati Soedibyo
Cinema. Selain itu, kami juga mendapat kata-kata Sultan Agung melalui

9
mydirtsheet.com. Dari penelusuran tersebut, kata-kata Sultan Agung yang kami
dapat sebagai berikut.

a. “Hari ini, aku bersumpah akan mengemban tahtaku sebagai amanat


rakyat.”
b. “Aku memimpikan kamu, hampir tiap malam.”
c. “Menang atau mati!”
d. “Ajari keluargamu untuk mencintai negeri ini!”
e. “Ini negeriku, bukan negerimu!”
f. “Bahkan nyawaku rela bersaksi di atas tanah ini!”

Kata-kata tersebut kami jadikan sebagai pilihan untuk dicetak ke casing


gawai.

D. Hasil Produk Kata-kata Sultan Agung

Berikut beberapa desain dari kelompok kami

Desain 1

10
Desain 2

Desain 3

11
Desain 4

Hasil Produk (1)

12
Hasil Produk (2)

13
3.2 Analisis Kelompok 2

Anggota:

 Nadia Adha Sabillah (2125153368)


 Putri Eka Wulandari (2125142206)
 Ulfah Ratna Sari (2125152897)

Tema: Ketidakadilan

Dulu Museum Fatahillah merupakan sebuah gedung balai kota di Batavia.


Selama dua abad, balai kota Batavia ini digunakan sebagai kantor administrasi
kota Batavia. Selain itu, juga digunakan sebagai tempat College van Schepenen
(Dewan Kotapraja) dan Raad van Justitie (Dewan Pengadilan). Setelah beralih
fungsi menjadi Dewan Pengadilan, dibangunlah penjara yang ada di bawah
gedung balai kota Batavia. Ada dua jenis penjara, yaitu penjara laki-laki dan
penjara wanita. Penjara bawah tanah ini hampir tidak memiliki ventilasi dan
minimnya cahaya penerangan, hingga akhirnya banyak tahanan yang meninggal
sebelum diadili di Dewan Pengadilan. Sebagian besar dari mereka meninggal
karena menderita kolera, tifus, dan kekurangan oksigen. Keketika sudah
meninggal, jasadnya ada yang dimasukkan ke sumur yang tepat di depan penjara
bawah tanah tersebut. Beberapa tahanan yang pernah menempati penjara balai
kota adalah bekas Gubernur Jenderal Belanda di Sri Lanka Petrus Vuyst, Untung
Suropati, Pangeran Diponegoro, dan kebanyakan adalah kaum pribumi yang
mencoba melawan penjajah.

Terlihat langsung keadaan penjara dengan langit-langit rendah,


penggunaan jeruji besi ganda, pintu kayu tebal, dan puluhan bola besi yang
menunjukan jumlah orang dalam satu penjara tersebut. Kondisi itu membuat kami
merenungi bagaimana rasanya menjadi tahanan pada saat itu. Kemudian, kami
mulai berdiskusi dan membandingkannya dengan keadaan penjara saat ini.
Penjara saat ini dihuni oleh orang-orang yang katanya pejuang rakyat, tetapi
mereka bahkan banyak merugikan mengecewakan rakyat. Keadaan penjara yang
mereka huni bahkan mirip dengan sebuah kamar hotel dengan fasilitas mewah.

14
Saat ini penjara bukan lagi merupakan sebuah tempat yang ditakuti, bukan
lagi sebuah tempat yang memiliki aura kelam. Penjara masa kini hanya menjadi
kedok belaka. Bagi masyarakat umum, penjara memang terlihat seperti sebuah
tempat yang menyeramkan, tetapi kenyataannya para penjahat tinggal di dalam
penjara seperti hotel, dengan fasilitas yang mewah yang pelayanan yang baik.
Tidak jarang para penjahat itu tetap memegang gawai meski telah berada di dalam
penjara. Hal itu merupakan salah satu faktor bahwa setelah masa tahanan selesai,
mereka tidak jera dan mengulangi perbuatan mereka pada masa lalu.

Keadaan yang sangat bertolak belakang tersebut membuat kami


memutuskan mengangkat tema ketidakadilan yang terjadi pada zaman dahulu dan
zaman sekarang. Bagaimana orang-orang yang berusaha memperjuangkan
kemerdekaan dan melawan penjajah hidup di dalam penjara yang mengenaskan.
Bagaimana orang-orang yang sudah merugikan rakyat masih bisa menikmati
fasilitas mewah walaupun di dalam penjara. Berdasarkan latar belakang tersebut,
terciptalah ilustrasi dari ketidakadilan tersebut:

Gambar di bawah melukiskan keadaan penjara zaman dahulu dan penjara


zaman sekarang. Penjara zaman dahulu digambarkan dengan jeruji besi yang
dibuat berdempetan, bola besi yang melilit pergelangan kaki dan warna hitam
yang menggambarkan begitu suramnya keadaan di dalam sel penjara tanpa alat
penerangan. Sementara itu, penjara zaman sekarang digambarkan dengan jeruji
besi yang longgar, menggambarkan hukuman yang begitu leluasa bagi para
tahanan kelas atas, dan rantai uang yang menggambarkan uang dan kemewahan
akan terus mengikuti meski di dalam jeruji besi sekalipun.

Dari ilustrasi dan penjelasan kata-kata di atas, kami memilih kaos sebagai
media produk kami, yang kemudian kami beri nama “KAOS
KETIDAKADILAN”. Mengapa kaos? Mengapa tidak media lain? Sederhana.
Sebab kini, kaos menjadi salah satu busana yang paling banyak dipakai di segala
kalangan, mulai dari kalangan kanak-kanak hingga dewasa. Kaos menjadi media
yang kami rasa pas dan paling mudah untuk menyuarakan keresahan akan
ketidakadilan yang terjadi di negeri ini melalui orang yang memakai produk kaos
kami. Berikut gambar kaos ketidakadilan tersebut.

15
16
3.3 Analisis Kelompok 3

Anggota:

 Elfrida Sakti Aulia (2125150513)


 Lilis Risnawati (2125151341)
 Rosa Amallia (2125154757)

Tema: LAWAN

Ilustrasi di atas menggambarkan tentang perbandingan antara zaman


dahulu dan zaman sekarang. Ilustrasi sebelah kiri menggambarkan kehidupan
pada zaman penjajahan saat masyarakat Indonesia dahulu melawan penjajah yang
sudah menggunakan peralatan perang yang canggih, seperti meriam dan senapan,
sedangkan rakyat Indonesia hanya menggunakan alat seadanya, seperti bambu
runcing. Pohon-pohon juga masih terlihat lebat. Adapun pada sisi ilustrasi sebelah
kanan, terlihat gambaran ibu kota dengan gedung tinggi menjulang dan semakin
sedikitnya pepohonan lebat. Terdapat pula gambaran masyarakat Indonesia
sekarang yang hidupnya hanya terfokus pada gawai sehingga kini dikenal dengan
istilah “generasi merunduk”. Masyarakat zaman sekarang berperang melawan

17
dirinya sendiri, yaitu melawan pengaruh negatif yang dibawa oleh kecanggihan
teknologi.
Adanya gambar bambu di tengah merepresentasikan bahwa rakyat
Indonesia pada saat melawan penjajah yang hanya dengan menggunakan bambu
runcing. Penempatan bambu di tengah merupakan transisi bahwa dahulu hanya
dengan bambu runcing, para pejuang berhasil merebut kemerdekaan sehingga kita
bisa merasakan zaman yang terdapat pada gambar sebelah kanan, yaitu zaman
modern. Alasan digunakannya bambu runcing karena bambu runcing merupakan
senjata yang ditakuti oleh para penjajah. Zaman dahulu penjajah menganggap
bambu runcing merupakan senjata yang memaketikan karena dianggap menyiksa.
Para penjajah lebih baik bertempur menggunakan senapan karena terdapat racun
di ujung bambu yang dapat menyebabkan infeksi dan kematian yang
membutuhkan waktu cukup lama.
Dengan menggunakan bambu runcing, para penjajah tidak mengetahui
pada saat para pejuang datang dan melancarakan serangannya. Bambu runcing
juga tidak mengeluarkan suara, seperti tembakan dan meriam, sehingga para
penjajah tidak menyiapkan strategi penyerangan sebelumnya. Tidak hanya itu,
bambu runcing juga tidak terdeteksi oleh alat pendeteksi logam maka para
penjajah tidak dapat mengetahui kedatangan para pejuang.

Sumber : kcpi.or.id

PRODUK

18
Untuk hasil akhir, dipilih produk berupa tumbler atau botol minum. Alasan
dipilihnya produk tumbler adalah sebagai berikut.

1. Banyak digunakan
Kini banyak masyarakat dari bermacam kalangan yang menggunakan
tumbler. Ada yang memang digunakan untuk menyimpan air minum, ada
juga yang hanya untuk koleksi.
2. Mengurangi penggunaan botol plasketik
Dengan menggunakan tumbler, kita mengurangi penggunaan botol
plasketik. Selain lebih hemat, penggunaan botol plasketik tidak baik untuk
lingkungan karena sulit terurai.
3. Digandrungi masyarakat
Bentuknya yang unik dan desainnya yang beragam menyebabkan banyak
masyarakat yang tertarik untuk menggunakannya.

Kata Mutiara
Merdeka bukan tentang pemenangan, melainkan tentang
pemertahanan.
Maksud dari kata mutiara tersebut adalah merdeka bukan saja tentang cara
mendapatkannya, melainkan juga tentang mempertahankan agar tetap merdeka.
Apabila kita sudah memenangi kemerdakaan, tetapi tidak dapat
mempertahankannya, hal itu tentu sia-sia. Para pahlawan Indonesia sudah
berjuang hingga tiketik darah penghabisan untuk kemerdekaan Indonesia, sudah
seharusnya kita sebagai generasi penerus bangsa mempertahankan kemerdekaan
tersebut dengan mengharumkan nama bangsa agar Indonesia tetap merdeka.
Selain lebih hemat, penggunaan botol plasketik tidak baik untuk
lingkungan karena botol plasketik itu sulit terurai.
4. Digandrungi masyarakat
Bentuknya yang unik dan desainnya yang beragam menyebabkan banyak
masyarakat yang tertarik untuk menggunakannya.

19
3.4 Analisis Kelompok 4

Anggota:
 Luthfira Alifia (2125153705)
 Indriany Ayu M. (2125154826)
 Febriyani (2125153470)

Pada bulan November sampai Desember 2018 kami melakukan observasi


mengenai kesalahan berbahasa yang terjadi di ruang Anasta Jakarta. Terdapat
berbagai macam kesalahan berbahasa di beberapa tempat, seperti pusat
perbelanjaan, gedung perkantoran, dan alat transportasi umum. Dari hasil
penelitian di lapangan masih terdapat kesalahan penggunaan bahasa Indonesia di
ruang Anasta. Penggunaan bahasa Inggris dalam area perkantoran lebih
mendominasi dibandingkan penggunaan bahasa Indonesia. Seharusnya
penggunaan bahasa Indonesia terlebih dahulu lalu didampingi dengan bahasa
Inggris dalam huruf yang lebih kecil dan dicetak miring. Selain itu masih terdapat
kesalahan penulisan dalam bahasa Indonesia seperti penulisan kata antrian
seharusnya antrean.

Pengamatan dilakukan di Kota Tua, Jakarta Utara. Dari beberapa tempat


yang ada di Kota Tua kami melakukan observasi di Museum Fatahillah. Museum
Fatahillah merupakan tempat bersejarah peninggalan Belanda. Bangunan ini
dahulu merupakan balai kota Batavia (bahasa Belanda: Stadhuis van Batavia)
yang dibangun pada tahun 1707-1712 atas perintah Gubernur-Jendral Joan van
Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan
utama dengan dua sayap di bagian timur dan bagian barat serta bangunan sanding
yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah
yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, bangunan itu
kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.

Tempat bersejarah sekarang ini menjadi tempat wisata edukasi yang dapat
mengenalkan sejarah suatu tempat pada masa lalu. Selain berwisata tentu saja
pengunjung yang datang juga berfoto-foto untuk mengabadikan momen saat
mereka berkunjung ke sana. Dari pengamatan di lapangan, kami membuat satu

20
kalimat yang terdapat pada sampul depan buku catatan “Tempat bersejarah? Atau
hanya tempat berswafoto saja?” dengan tampilan seperti pada lini masa suatu
akun media Anasta yang ditujukan untuk membantu kembali masyatakat dalam
mengingat sejarah yang terdapat di area fatahillah dan acap kali dilupakan oleh
masyatakat. Lalu, pada sampul belakang terdapat tulisan “Apa yang membuatmu
tertarik padaku?” dengan latar gedung museum fatahillah. Di dalamnya pun
terdapat dua pembatas yang berisikan sejarah Museum Fatahillah dan keadaan
museum Fatahillah pada masa kini serta diberi tambahan tanggalan dan kata
mutiara untuk menyulutkan semangat perjuangan pemuda.

Lampiran Desain Produk Kelompok 4

Produk: Buku Catatan

Sampul Depan Sampul Belakang

21
Pembatas yang ada di dalam buku catatan

22
3.5 Analisis Kelompok 5

Anggota:

 Anastasia Rita C.R (2125151445)


 Erika Meylinda R (2125150068)
 Riana Septiyani (2125154869)
 Mike Napizahni (2125152899)

Tema: Mari Berkarya

Mesin keketik atau mesin ketik adalah mesin atau alat elektronik dengan
sebuah set tombol-tombol yang, apabila ditekan, menyebabkan huruf dicetak pada
dokumen, biasanya kertas. Dari awal penemuannya sebelum tahun 1870 sampai
abad ke-20, mesin keketik banyak digunakan oleh para penulis profesional dan
pekerja di kantor. Sejak saat itu, mesin keketik telah menjadi bagian dari bisnis
perusahaan dan menjadi produk komersial di seluruh dunia. Walaupun masih
populer dengan beberapa profesi, seperti penulis, mesin keketik fungsinya telah
teralihkan dengan kehadiran komputer. Pada akhir dasawarsa 1980-an, mesin
pengolah kata dan komputer pribadi (personal computer) telah mengganketikan
fungsi mesin keketik di beberapa negara di dunia bagian barat. Walaupun
demikian, mesin keketik masih digunakan di beberapa negara tertentu di dunia
hingga saat ini.

Pada zaman yang serba modern sekarang ini banyak anak muda yang telah
mendapatkan fasilitas baik dari teknologi maupun pendidikan yang memadai. Tak
jarang anak yang baru berusia 5 tahun sudah memiliki gawai. Akan tetapi, tidak
digunakan dengan semestinya, hanya untuk bermain game saja. Banyak juga yang
memiliki laptop yang biasanya dimiliki mulai remaja Sekolah Menengah Pertama
sampai orang dewasa. Dengan kegunaan yang beragam, dan tidak sedikit pula
yang menggunakan laptop hanya untuk main game. Jika kita bandingkan dengan
zaman dahulu, yang serba kekurangan, sangat jauh berbeda penggunaan teknologi
semacam ini. Pada zaman Indonesia dahulu belum ada laptop seperti saat ini, yang
ada mesin ketik yang tidak memiliki layar. Penggunaan mesin ketik itu, jika ada

23
kesalahan sekali saja, kita harus mengulang semuanya dari awal. Begitu
merepotkan. Namun, ketika bangsa Indonesia akan merdeka, Sayuti Melik
menuliskan Teks Proklamasi menggunakan mesin ketik.

Apakah pada zaman sekarang, yang serba modern ini, kita dapat
menghasilkan karya yang bermutu? Jawabannya ialah tentu kita dapat
menghasilkan karya yang bermakna bagi kemajuan bangsa.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami melakukan observasi di


Kota Tua Jakarta Utara untuk memperoleh bahan pembuatan produk industri
kreatif kebahasaan. Ada beberapa pilihan, kami memilih mesin ketik sebagai
bahan produk industri kreatif. Akhirnya, kami membuat produk yang bermanfaat
bagi kehidupan sehari-hari, yaitu mug (cangkir besar), dengan menuangkan ide
mesin ketik pada sisi kiri dan kanan mug pernyataan kata bijak, “Zaman dahulu,
dengan mesin ketik dapat menghasilkan teks proklamasi, zaman sekarang
yang serba modern, kita tidak menghasilkan apa-apa? Yuk Berkarya”

24
3.6 Analisis Kelompok 6

Anggota:

 Diah Lutfi Utami (2125151709)


 Hafsha Hurat F (2125153558)
 Tiara Jasmine A (2125153038)

Tema: SEBUAH PERJALANAN

Dalam membuat suatu produk, pencarian ide sangat dibutuhkan untuk


menghasilkan karya yang lebih segar dan tidak membosankan. Dalam
pencariannya, produsen pergi ke Kota Tua di Jakarta dan berhasil mendapat ide
dari beberapa hal berikut.

(Lorong yang terdapat di Museum Wayang) (Animasi


wayang)

Dari gambar-gambar tersebutlah kami mendapatkan ide. Lorong menggambarkan


sebuah perjalanan setiap orang. Sudah sampai mana seseorang berjalan demi
mencapai apa yang ada di ujung lorong yang berarti impiannya. Lorong juga
dapat diibaratkan sebagai lintasan waktu. Wayang diletakkan di sisi kanan dan kiri

25
yang akan membentuk sebuah jalur seakan-akan membentuk sebuah lorong.
Berikut hasilnya:

Kata-kata yang tertera dalam gambar itu merupakan kata-kata dari Sunan
Kalijaga. Banyak kata-kata dari Sunan Kalijaga yang masih relevan pada zaman
sekarang, seperti “Berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa
harus merendahkan atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan
kekuatan.”

Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai alat untuk menyebarkan


agama islam di pulau Jawa. Pengaruhnya sangat besar dalam menyebarkan agama
Islam. Produk yang akan dibuat adalah tas jinjing (totebag). Di bawah ini contoh
produk industri kreatif kebahasaan yang dibuat.

26
Selain gambar di atas, desain
lainnya yang dibuat adalah seperti
gambar di samping ini. Kata-kata
yang digunakan masihdari Sunan
Kalijaa, yaitu “Jangan merasa
palong pandai agar tidak salah
arah; Jangan berbuat curang
agar tidak celaka.”

Mengapa memilih tas jinjing


karena tas jinjing banyak
digunakan anak remaja untuk
menjadi tas pribadinya atau sebagai
tas tambahan. Bentuknya dapat
disesuaikan dengan permintaan.
Ada yang ukuran kecil dan ada juga
yang besar. Selain itu, tas dipilih
untuk mengurangi penggunaan tas
plastik. Tas berukuran besar dapat
dibawa saat berbelanja untuk mengurangi penggunaan sampah plastik. Untuk itu
tas ini dibuat semenarik mungkin agar pantas dibawa ke manapun.

27
3.7 Analisis Kelompok 7

Anggota Kelompok 7

 Cindy Oktaviani
 Rahma Annisa
 Ratu Nirmala Sholihatunnisa
 Risma Septia Hardiyanti

Latar Belakang Pengambilan Gambar Untuk Desain Produk

Tema: BATAVIA 1732

Indonesia merupakan salah satu negara jajahan Eropa. Terlihat jelas pada
tahun 1732 tatanan kota dan bangunan pada kota Jakarta yang dulunya bernama
kota Batavia ini banyak didirikan bangunan besar nan kokoh yang sering
dimanfaatkan untuk kepentingan penjajah serta masyarakat sekitar. Batavia
terletak di tepi pantai bagian utara Jakarta.

28
Pada zaman itu, jual-beli dapat dilakukan di kota Batavia. Jika banyak
kapal yang berlabuh di bibir pantai untuk mengirim serta mendatangkan keperluan
perdagangan pada masa lalu. Ketika itu kota Batavia merupakan kota yang paling
tertata rapi walaupun masyarakatnya tak memiliki rumah yang cukup besar.
Rumah besar pada zaman itu mayoritas digunakan oleh para bangsawan Eropa
yang singgah di kota itu. Kota yang sangat tertata dan tidak ada kemacetan lalu
lintas tentunya sangat membuat leluasa warga setempat. Akan tetapi, keindahan
kota pada masa itu ternyata menyimpan satu penyakit berbahaya yang menular,
Malaria. Pada waktu itu warga masyarakat sekitar membangun rumah di
sepanjang perairan dan hal itu membuat warga menjadi tak sadar akan hal
kebersihan. Tak sedikit dari mereka yang membuang sampah di sepanjang
perairan itu hingga membuat perairan menjadi kotor dan mengundang nyamuk
berkembang biak di tempat itu. Dokter pun mengatakan bahwa penyakit yang
menyebar luas itu ditularkan oleh nyamuk malaria. Akan tetapi, kebanyakan dari
mereka yang terkena penyakit malaria adalah orang-orang Eropa karena daya
tahan tubuh mereka lemah keketika berada di lingkungan kota Batavia, sedangkan
warga asli Batavia itu sendiri tidak ada yang sakit karena daya tahan tubuh mereka
yang lebih kuat.

Gambar yang diambil keketika melakukan observasi di Museum


Fatahillah, Jakarta Pusat itu sengaja dijadikan objek untuk desain produk kaos
oleh kami, untuk menggambarkan keadaan kota Jakarta pada masa penjajahan
Bangsa Eropa. Keadaan lingkungan yang ternyata tidak jauh berbeda dengan
keadaan kota Jakarta saat ini yang memiliki lingkungan yang indah namun masih
menyimpan banyak permasalahan. Gambar ini diletakkan pada bagian depan kaos
untuk mengenang serta menampakkan lingkungan kota Jakarta pada masa lampau.

Sejarah Lingkungan di Batavia Tahun 1732

Pada tahun-tahun awal perkembangan Batavia, kota ini pernah mendapat


julukan sebagai “Ratu dari Timur”—sebuah permukiman Eropa terbaik di dunia
oriental. Tetapi, predikat itu perlahan luntur pada abad ke-18. Malaria jadi gara-
garanya. Pada 1732, VOC baru saja menyelesaikan penggalian kanal baru. Tak
lama setelah itu, banyak penduduk yang bermukim di sekitar kanal mendadak

29
jatuh sakit. Kanal baru tersebut agak jauh dari benteng kota Batavia, akan tetapi
wabah penyakit menyebar juga ke dalam kota. Hingga seabad selanjutnya,
penyakit itu, yang kemudian dikenal sebagai malaria, menjadi momok
mengerikan bagi warga kota.

Sejarawan Bernard H.M. Vlekke dalam karya klasiknya, Nusantara:


Sejarah Indonesia(2018), menulis, “tidak bisa dijelaskan mengapa penyakit itu
muncul begitu tiba-tiba atau, paling tidak, mengapa penyakit itu menyebar luas
begitu mendadak setelah 1731 dan apakah penggalian kanal baru itu berhubungan
dengan hal itu. Dokter masa itu gagal menemukan penyebabnya” (hlm. 197).
Dengan cepat pamor Batavia sebagai kota persinggahan orang Eropa di
Kepulauan Hindia merosot. Dari awalnya dikenal sebagai kota tercanketik, pada
paruh akhir abad ke-18 ia berubah jadi kota paling tak sehat di timur. Penduduk
Eropa yang cukup berada memilih pindah ke pedesaan di selatan yang lebih sehat.

Kondisi itu membuat kapal-kapal orang Eropa sebisa mungkin


menghindari singgah di Batavia. Susan Blackburn dalam Jakarta: Sejarah 400
(2011) mencatat penyesalan pelaut Inggris Kapten James Cook yang pada 1770
terpaksa berlabuh di Batavia karena kapalnya rusak. Keketika ia tiba pada
Oktober, seluruh awak kapalnya dalam keadaan sehat. Namun, hanya berselang
dua bulan banyak di antara mereka terjangkiti malaria dan tujuh orang meninggal
(hlm. 58).

“Lebih banyak orang Eropa meninggal karena udara yang tidak sehat di
Batavia daripada di tempat-tempat lain di dunia,” tulis Kapten Cook dalam
jurnalnya sebagaimana dikutip Blackburn.

Parasit penyebab malaria baru diketahui pada 1880 oleh Dokter Charles
Alphonse Laveran. Patologis asal Perancis itu menemukannya keketika bertugas
sebagai dokter bedah di Algeria. Keketika mengotopsi tubuh seorang korban
malaria di sana, Dokter Laveran mengidentifikasi adanya protozoa dalam darah si
korban. Protozoa itu dinamainya Oscillaria malariae dan kemudian lebih dikenal
sebagai plasmodium.

30
Penemuan Dokter Laveran itu mematahkan persepsi bahwa malaria
disebabkan kondisi udara yang buruk. Temuan Dokter Laveran itu juga memicu
penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai malaria, tak terkecuali di Hindia
Belanda.

Penelitian tentang malaria di Hindia Belanda pertama kali dilakukan


Allard van der Scheer pada 1891. Saat van der Scheer mengakhiri masa tugasnya
di Hindia Belanda pada 1898, tak ada koleganya yang melanjutkan penelitian-
penelitian yang telah diinisiasinya. Sejenak penelitian malaria terhenti. Namun, itu
tak lama. Penelitian terkait malaria kembali dilakukan setahun kemudian. Seorang
dokter asal Jerman bernama Robert Koch berkunjung ke Hindia Belanda dalam
rangkaian ekspedisi penelitian tentang malaria di daerah tropis. Laporan
penelitiannya yang berjudul “Professor Koch’s Investigations on Malaria” dapat
dibaca dalam The British Medical Journal (Vol. 1, No. 2041, 1900).

Dokter Koch tiba di Batavia pada September 1899. Saat itu sebenarnya
epidemi malaria di Batavia sudah mereda. Produksi pil kinine besar-besaran dan
distribusinya yang cukup merata disinyalir telah berhasil menekan merebaknya
wabah ini. Dalam 15 tahun terakhir, kasus malaria telah mereda sekitar 15 persen.
Selain di Batavia, Dr. Koch juga melakukan riset di Ambarawa. Wilayah ini
dipilih karena ada rumah sakit militer dengan fasilitas lengkap dan punya
karakterisketik sebagai daerah endemik malaria. Lanskap Ambarawa dengan
luasan persawahan dan Rawa Peningnya sangat kondusif bagi berkembangnya
malaria.

Di Ambarawa, Dr. Koch mengumpulkan dan meneliti sampel darah


ratusan anak-anak di tiga desa yang dekat dengan area persawahan dan rawa.
Hasilnya, ia berkesimpulan bahwa anak-anak, terutama yang balita, lebih rentan
terjangkiti malaria. Tetapi, kekebalan terhadap malaria akan meningkat seiring
bertambahnya usia. Dr. Koch lalu melanjutkan penelitiannya dengan metode yang
sama di daerah yang bebas malaria. Untuk keperluan ini ia mengunjungi desa
Tosari di dataran tinggi Tengger sebagai objek penelitiannya. Dengan ketinggian
1.777 meter di atas permukaan laut, Tosari adalah tempat di mana tak ditemukan
nyamuk tetapi terdapat kasus malaria di sana.

31
Sebanyak 82 anak usia satu sampai dua tahun diteliti dan tak ada satu pun
yang terindikasi malaria. “Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa malaria tak
hadir di Tosari dalam bentuk endemik, namun kami meyakini bahwa malaria tak
sepenuhnya absen di Tosari,” tulis dokter peraih Penghargaan Nobel bidang
kedokteran dan fisiologi 1905 itu (hlm. 326). Tetapi kebetulan ada seorang lelaki
dewasa yang terserang malaria di sana. Dokter Koch lantas menelusuri riwayat
penyakit lelaki itu. Didapatinya petunjuk bahwa 12 hari sebelum mulai demam dia
bepergian ke Pasuruan yang endemik malaria.

Dr. Koch yakin di sanalah ia terinfeksi. Beberapa kasus yang ditelitinya juga
memberi petunjuk serupa. Sampailah ia pada kesimpulan: tak ada endemik
malaria tanpa adanya nyamuk. Kesimpulan Dokter Koch ini menguatkan postulat
dokter Inggris Ronald Ross bahwa parasit malaria ditularkan oleh nyamuk. Dokter
Ross telah memulai penelitiannya terkait malaria di India sejak 1895. Ia berusaha
membukketikan hipotesis Dokter Laveran (penemu plasmodium) dan Dokter
Patrick Manson dari Inggris bahwa plasmodium yang menjangkiti manusia
dibawa oleh nyamuk.

Pada 20 Agustus 1897 di Secunderabad, India, Dokter Ross


membuat penemuan bersejarah. Ia sedang membedah perut nyamuk
genus anopheles yang sebelumnya menggigit manusia. Ia menemukan adanya
parasit plasmodium di perut nyamuk itu. Melalui serangkaian riset lanjutan,
Dokter Ross sampai pada kesimpulan bahwa nyamuk adalah inang plasmodium.
Peraih Penghargaan Nobel 1902 itu juga berhasil menjabarkan siklus hidup parasit
itu dan cara penularan malaria ke manusia.

Hasil riset Dokter Koch ini penting karena juga berhasil meyakinkan orang bahwa
nyamuk adalah perantara malaria. Bagi penduduk Hindia Belanda kala itu,
gagasan bahwa malaria disebabkan oleh nyamuk itu aneh. Alasannya sederhana:
malaria tak ditemukan di semua tempat, sementara nyamuk ada di mana-mana.
Fakta bahwa plasmodium dibawa oleh nyamuk anopheles bisa menjelaskan
kesalahan anggapan umum itu. Benar belaka bahwa tak setiap gigitan nyamuk
berujung malaria, karena hanya nyamuk dari genus anopheles yang menyebarkan
malaria di tempat-tempat tertentu.

32
Latar Belakang Kalimat Bagian Depan Untuk Desain Produk

“Lelah mengurus politik yang tidak lurus-lurus. Lebih baik urus lingkungan kita
buat anak cucu”

Pernyatan di atas tercetus berdasarkan keadaan lingkungan Batavia


dengan penataan infrastruktur yang memadai tidak seimbang dengan budaya
masyarakat betawi yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. karena pada
saat itu jalur perdagangan datang dari arah utara Pulau Jawa yang menyebabkan
berdirilah rumah-rumah untuk berjualan atau sekadar untuk tempat singgah para
pedagang dari luar negeri. Karena semakin banyak rumah yang didirikan di
sepanjang jalur perairan, dan kebersihan yang kurang terurus maka penyakit
Malaria pun menyebar begitu cepat.

Jika melihat dari kota Jakarta kita sekarang, banyak juga orang yang
mendirikan rumah di jalur perairan. Walupun sudah ada peraturan yang dibuat
untuk melarang mereka membuat rumah di sepanjang jalur perairan. Tetapi
peraturan itu tidak juga membuat jalur perairan menjadi lengang dan membuat
jera. Semua itu mungkin disebabkan kurangnya rasa peduli akan kebersihan
lingkungan baik untuk umum maupun pribadi masing-masing, maka dari itu tidak
serta merta membuat pemerintah bisa menegakan peraturan itu dalam semalam.

Peraturan itu pun tidak sertamerta bisa berdiri tegak dengan hanya
masyarakat yang memahami dan peduli dengan lingkungan sekitarnya, tetapi
pemerintah pun perlu memberikan sanksi yang tegas untuk mereka yang
menyalahi peraturan tersebut. Berikan contoh konretnya mengenai sanksi yang
telah tertera.

Sekarang ini, pemerintah jarang sekali mengusut tuntas mengenai


kebersihan yang nantinya akan menopang kehidupan kita kedepannya di Ibukota
ini. Bagaimana bisa jika lingkungan yang kita tempati ini tidak terurus?
Lingkungan sekitar saja tidak terurus apalagi lingkungan pribadi? Maka dari itu
kami sebenarnya ingin pemerintah memberikan waktu lebi huntuk mengurusi
perihal kebersihan yang menyangkut khalayak ramai ini. Jangan hanya berfokus

33
pada masalah kriminal dan juga KKN yang terjadi di Jakarta ini. Kenapa
kriminalitas di Jakarta tinggi? Mungkin Karena lingkungannya yang tidak
nyaman. Karena sesungguhnya lingkungan disekitar kita bisa mempengaruhi
suasana hati kita. Kebersihan yang nantinya akan menopang kehidupan kita
kedepannya di Ibukota ini. Bagaimana bisa jika lingkungan yang kita tempati ini
tidak terurus? Lingkungan sekitar saja tidak terurus apalagi lingkungan pribadi?
Maka dari itu kami sebenarnya ingin pemerintah memberikan waktu lebi huntuk
mengurusi perihal kebersihan yang menyangkut khalayak ramai ini. Jangan hanya
berfokus pada masalah kriminal dan juga KKN yang terjadi di Jakarta ini. Kenapa
kriminalitas di Jakarta tinggi? Mungkin Karena lingkungannya yang tidak
nyaman. Karena sesungguhnya lingkungan disekitar kita bisa mempengaruhi
suasana hati kita.

Latar Belakang Gambar dan Kalimat Bagian Belakang Untuk Desain


Produk

JAKARTA MASA KINI

Tingginya gedung di JAKARTA, menutup KESEMRAWUTAN di


IBUKOTA!

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau,
provinsi, suku, budaya dan agama. Wilayah yang disebut-sebut sebagai kota
metropolitan ini tentunya sangat menjadi impian masyarakat daerah untuk datang
ke kota itu. Hanya untuk sekadar berkunjung maupun bertempat tinggal di situ.
Karena posisinya yang selalu menjadi sorotan Indonesia, kota ini dijadikan

34
masyarakat sebagai tempat mata pencaharian karena standar upah yang lebih
besar dibandingkan dengan kota-kota lainnya.

Dengan begitu, kota Jakarta pada masa kini tentunya sudah dipenuhi
gedung-gedung pencakar langit, tempat rekreasi dan juga didukung fasilitas
umum yang memudahkan warganya. Terlebih, di Jakarta sudah disediakan LRT
(Light Rail Transit) JABODETABEK, yaitu sebuah sistem angkutan cepat dengan
kereta api ringan yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya
seperti Bekasi dan Bogor. LRT sendiri di datangkan langsung dari negara Korea
Selatan yang menjadi permintaan pemerintah untuk mempermudah warga Jakarta.

Jakarta pada masa kini, sudah cukup berkembang karena didukung oleh
fasilitas yang banyak didatangkan dari luar negeri. Dengan didukung teknologi
yang canggih tentunya membuat Kota Jakarta selalu menjadi sorotan dari segi
fasilitas umum. Hal tersebut tentunya memancing para masyarakat daerah untuk
berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk berlomba mengadu nasib di kota
ini. Akibatnya, tak sedikit problemaketika yang bisa dibahas dalam kota ini.

Ditengah kecanggihan teknologi yang semakin berkembang, fasilitas


umum yang semakin mendukung pergerakan warga Jakarta ternyata masih banyak
yang harus diatasi dari kota ini. Di antaranya kemacatan lalu lintas, kejahatan para
ketikus berdasi yang semakin merajalela, polusi udara yang semakin menumpuk,
kemiskinan yang semakin meningkat karena kurangnya lapangan pekerjaan
kalangan-kalangan tertentu, wilayah yang masih penuh dengan perumahan kumuh
di tepi sungai yang membuat sungai menjadi semakin kotor karena tidak ada
wilayah hijau di sekitar sungai serta banyaknya sampah yang di buang ke sungai,
dan kabel listrik yang melintang tak karuan di setiap ruas jalan sungguh tak
menyajikan pemandangan yang indah untuk kota Jakarta.

Desain siluet Kota Jakarta masa kini serta tulisan yang terdapat di
dalamnya sengaja kami sajikan untuk desain produk kaos kami pada bagian
belakang ini. Ada apa dengan Jakarta masa kini? Banyak yang terlihat maju
namun semakin maju tapi juga banyak yang tertinggal namun tetap saja tertinggal.
Segala kemajuan yang semakin berkembang di Kota Jakarta masa kini seperti

35
tidak berpengaruh apapun terhadap masyarakat yang mengalami kekurangan di
tengah ibu kota. Semacam tak pernah berkesudahan tentang segala permasalahan
yang ada.

36
SIMPULAN

Telah dilaksanakan penelitian pada Selasa, 8 Januari 2019 bertempat di


Kota Tua, Jakarta Barat. Kami mengunjungi Museum Fatahillah dan Museum
Wayang sebagai tempat penelitian kami. Tempat penelitian ini dipilih karena
mengandung nilai sejarah dan dinilai cocok untuk diaplikasikan ke dalam bentuk
produk sebagai output dari mata kuliah Entrepreneur Bahasa.

Kami melakukan observasi terkait banyak peninggalan sejarah dan


berusaha menemukan perbedaan dari kebutuhan yang ada pada zaman dulu dan
zaman sekarang. Setelah itu dapat kami pilih untuk dijadikan bentuk produk dari
mata kuliah ini.

Kami merumuskan konsep untuk menjadikan hasil penelitian kami sebuah


produk. Bentuk produk yang dihasilkan yakni berupa casing hp (sarung gawai),
kaos, botol tumbler, buku agenda atau buku catatan, mug, dan tote bag (tas
jinjing). Produk yang telah disebutkan sudah terlampir saat pengumpulan data ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan dapat menjadi sarana
pemasaran dalam era industri kreatif di bidang kebahasaan. Apabila terdapat
kekurangan dalam produk, kami menerima kritik dan saran agar produk yang
kami hasilkan dapat lebih baik lagi dari sebelumnya. Terima kasih atas
kesempatan yang diberikan untuk mengembangkan ide kami menjadi sebuah
produk, mata kuliah Entrepreneur Bahasa.

37
DAFTAR PUSTAKA

Sugono, Dendy. 2014. “Peran dan Kekuatan Bahasa Indonesia dalam Industri
Kreatif”. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Sugono, Dendy. 2013. “Industri Kreatif Kebahasaan Potensi Media


Permasyarakatan Dwibahasa. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa.

Sugono, Dendy. 2012. “Pengembangan Industri Kreatif Daya Dukung Bahasa”.


Seminar Pengembangan Indsutri Kreatif Berbasis Media, Teknologi, dan Iptek,
Yogyakarta.

http://www.kcpi.or.id/2013/04/bambu-runcing-saksi-bisu-perjuangan.html?m=1
diakses pada, 15 Januari 2019.

http://digilib.unila.ac.id/124/7/Bab%202.pdf diakses pada Selasa, 5 Februari 2019

https://www.google.com/search?q=mesin+ketik+ilustrasi&tbm=isch&ved=2ahU
KEwiFhcD1z6TgAhUKBXIKHZh4BL4Q2-
cCegQIABAB&oq=mesin+ketik+ilustrasi&gs_l=mobile-gws-wiz-
img.12...3713.9997..10783...0.0..0.229.1341.5j6j1......0....1.........0i13j30i10.UFIII
osKpsQ&ei=l4VZXMXdEoqKyAOY8ZHwCw&bih=532&biw=360&client=ms-
opera-mobile&prmd=isnv&safe=strict#imgrc=Oy7vy80G1IPMYM diakses 25
januari pukul 15.00

http://bobo.grid.id/read/08675632/4-fakta-penjara-bawah-tanah-di-museum-
sejarah-jakarta?page=all (diunduh pada 04/02/2019 23:55 WIB)

https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah#cite_note-Heuken15-2 (diunduh
pada 04/02/2019 23:55 WIB)

https://tirto.id/di-hindia-belanda-para-ilmuwan-menyingkap-misteri-malaria-cPpy
29 januari 2019 11:39

https://tirto.id/menjinakkan-malaria-di-zaman-kolonial-cPlD 29 januari 2019


11:39

38
LAMPIRAN

Contoh Kesalahan Berbahasa di Ruang Publik

Kesalahan berbahasa pada gambar di samping,


yaitu penggunaan kata Stop yang sebaiknya
menggunakan kata Berhenti.

Kesalahan berbahasa pada gambar kedua


terletak pada kata Jum’at yang seharusnya
tidak perlu menggunakan tanda apostrof (‘),
cukup menuliskan dengan kata Jumat yang
telah sesuai dengan KamusBesar Bahasa
Indonesia (KBBI).

Kesalahan berbahasa pada gambar ketiga


terletak pada kata Copy yang menurut KBBI
seharusnya dituliskan dengan fotokopi.

39
Kesalahan berbahasa pada gambar pertama,
yaitu terletak pada kata Servic yang
seharusnya ditulis dengan kata Servis sesuai
dengan penulisan pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

Kesalahan berbahasa pada gambar kedua, yaitu


terletak pada kata Standart yang seharusnyaditulis
dengan kata Standar sesuai dengan penulisan pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Kesalahan berbahasa pada gambar ketiga,


yaitu terletak pada kalimatWifi Zone yang
seharusnya ditulis dengan kalimat Area Bersinyal
karena kalimat di atasnya pun sudah menggunakan
bahasa Indonesia.

40
Kesalahan berbahasa pada gambar pertama,
terletak pada kata Apotik yang seharusnya
menggunakan kata Apotek sesuai dengan penulisan
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Kesalahan berbahasa pada gambar kedua,


terletak pada kata Praktek yang seharusnya
menggunakan kata Praktik sesuai dengan
penulisan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI).

Kesalahan berbahasa padagambar ketiga,


terletak pada kata Bis yang seharusnya
menggunakan kata Bus sesuai dengan penulisan
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

41
Kesalahan berbahasa pada gambar
pertama, yaitu terletak pada seluruh kalimat yang
mana kalimat Juwal Materiyal seharusnya
ditulis dengan kalimat Jual Material.

Kesalahan berbahasa pada gambar


kedua, yaitu penulisan kata DI JUAL
seharusnya dituliskan dengan kata DIJUAL.
Imbuhan /di/ seharusnya tidak dipisah dengan
kata jual.

Kesalahan berbahasa pada gambar


ketiga, yaitu terletak pada kata DI KUNCI
dan DILUAR. Penulisan yang benar
seharusnya DIKUNCI dan DI LUAR.

42
Kesalahan berbahasa pada gambar
pertama, yaitu pada penulisan kata Antrian,
menurut KBBI, penulisan yang benar adalah
Antrean.

Kesalahan berbahasa pada gambar


kedua, yaitu penulisan kata
Mensukseskan, kata tersebut seharusnya
di ganti dengan kata Menyukseskan,
karena S bertemu dengan awalan Me-
sehingga S tersebut luluh.

Kesalahan berbahasa pada gambar


ketiga, yaitu penulisan kata Busway, kata
tesebut seharusnya di ganti dengan Bus
Trans Jakarta, karena Busway sendiri
memiliki arti Jalan Bus. Kesalahan
berbahasa pada penulisan kata Separator,
kata tersebut seharusnya di ganti dengan
kata Pemisah.

43
Kegiatan Observasi Mahasiswa Linguistik Prodi Sasra Indonesia bersama Prof
Dendy Sugono di Kota Tua, Jakarta Utara.

44

Anda mungkin juga menyukai