Anda di halaman 1dari 25

TINDAK TUTUR DIREKTIF

PADA PERCAKAPAN REMAJA DAN IBU-IBU

MASYARAKAT KAYUAGUNG (KUTARAYA)

PENELITIAN

OLEH

KARSIDAH (122019020)

PENELITIAN PRAGMATIK

Mata Kuliah : Pragmatik

Dosen Pengajar : Novi Santi, S.Pd,M.Pd.

UNIVERSITAS ISLAM OGAN KOMERING ILIR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

2
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tindak tutur Ilokusi dan perlokusi dalam kegiatan
Masyarakat di lingkungan Kayuagung yang dilaksanakan oleh masyarakat kelurahan
kutaraya Kabupaten Ogan komering Ilir. Terdapat dua permasalahan yang menjadi kajian
pokok dalam penelitian.

ini, yaitu: pertama, bagaimana jenis Derektifdi lingkungan kayuagung yang dilaksanakan
oleh masyarakat kelurahan kutaraya Kabupaten Ogan komering ilir.

Kedua, bagaimanakah wujud Derektif di lingkungan kayuagung yang dilaksanakan oleh


masyarakat kelurahan kutaraya kabupaten ogan komering ilir.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik rekam, simak, dan
catat. Instrumen penelitian adalah media audio , handphone.

Teknik analisis data adalah teknik deskriptif kualitatif hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat dua pemasalahan yang di teliti oleh peneliti yaitutindak tutur ilokusi dan perlokusi.
pada percakapan masayarakat kayuagung kelurahan kutarayaTindak tutur ilokusi dan
perlokusi.Di laksanakan pada bulan Oktober 2021. Sedangkan pengecekan keabsahan data
dilakukan melalui perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan
triangulasi. Hasil penelitian ini fokus pada satu objek peristiwa tindak tutur ilokusi dan
perlokusi , yakni menganalisis percakapan pada kegiatan remaja nongkrong dan ibu-ibu
sedang kumpul menunggu penjual sayur. Pada masayrakat kelurahan kutaraya.

Tindak tutur ilokusi dan perlokusi , Kedua, wujud tindak tutur yang terjadi dalam setiap
percakapan masyarakat di lingkungan kelurahan kutaraya ditemukan dengan meliputi: jenis
tindak tutur ilokusi dan perlokusi. yaitu Perintah, maupun penyataan.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian pramatik inijudul “. Tindak
TuturDirektif Pada Remaja Dan Ibu-Ibu Masyarakat Kayuagung(Kutaraya). Bisa di
selesaikan tepat waktu yang telah di tentukan.

Penelitian ini ditulis berdasarkan sumber-sumber yang kami peroleh dari buku dan
media internet. Adapun tujuan penulisanni yang utamanya adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pembimbing kami ” Novi Santi, S.Pd, M.Pd”.

Segala upaya telah kami lakukan untuk menyelesaikan penelitian ni, bukan juga hal
mustahil jika dalam penulisan ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan baik itu dari
segi penulisan maupun dari segi materi. Oleh karena saya sebagai penulis memohon maaaf
dan kepada Allah memohon ampun. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk kita sebagai
ajuan penambahan wawasan pengetahuan kita dalam mepelajar ilmu bahasa.

Kayuagung, 3 November 2021


                                                                     

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL

ABSTRAK.............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ..............................................................................................3


B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN ...........................................................................................3
D. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................4

A. LANDASAN DAN TEORI.......................................................................................4

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................12

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................................12

PEMBAHASAN....................................................................................................................15

KESIMPULAN .....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa sebagai alat yang digunakan dalam berkomunikasi dan memiliki peranan penting
guna menuangkan ide ataupun gagasan kepada masyarakat luas.Saat seseorang
mengeluarkangagasannya, tidak hanya sebuah kebahasaan yang dibutuhkan tetapi juga perlu
ada pemahaman. Dengan adanya pemahaman maka hubungan komunikasi akan jelas dan
lancar. Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pertukaran
informasi antara penutur dengan lawan tutur melalui suatu sistem simbol, lambang atau tanda
maupun tingkah laku.

Berdasarkan definisi tersebut, proses komunikasi dibangun oleh tiga komponen, yakni :

(1) partisipan, (2) hal yang akan diinformasikan, dan (3) alat.

Pada partisipan terdapat penutur dan lawan tutur, dalam hal yang diinformasikan, tentunya
banyak ide, gagasan atau pemikiran mengenai sesuatu hal. Sedangkan komponen ketiga,
yakni alat, adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi itu. Sarana yang
dibicarakan adalah kode atau lambang (bahasa)menurut (Purba 2011). Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa penutur dan lawan tutur yang saling mengirim
kode atau pesan perlu adanya

lambang (bahasa) yang mendukung dalam proses komunikasi. Dengan kata lain,

fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam komunikasi, satu
maksud atau satu fungsi dapat dituturkan dengan berbagai bentuk atau jenis tuturan.
sehubungan dengan hal tersebut terdapat suatu kontekanalisis yang membahas mengenai
bentuk atau jenis tuturan yang mengaitkan hubungan bahasa dengan kegiatan sosial, yakni
analisis sosiolinguistik. Dalam analisis sosiolinguistik terdiri dari situasi tutur (speech
situation), peristiwa tutur (speech event), dan tindak tutur (speech act). Ketiga aspek tuturan
tesebut saling berhubungan karena tindak tutur menjadi bagian dari peristiwa tutur, dan
masyarakat tutur merupakan konteks analisis yang terluas. Sehingga penting bagi penelitian
ini dilakukan dengan mengambil masyarakat sebagai subjekpenelitiannya. Lebih lanjut,
konsep mengenai syarat-syarat keserasian pemakaian bahasa

1
dalam komunikasi (pragmatik) terdapat tiga jenis tindak tutur, yakni: tindak tutur lokusi,
tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada tindak tutur ilokusi dan perlokusi.Dalam kajian pragmatik ketiga bentuk tindak tutur
tersebut yakni, lokusi, ilokusi, dan perlokusi merupakan peristiwa yang biasa terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Tindak tutur tersebut telah menjadi bagian dalam setiap komunikasi.

Tindak tutur merupakan bentuk dari peristiwa komunikasi yang mempunyai fungsi, maksud,
dan tujuan tertentu serta menimbulkan pengaruh atau efek pada lawan tutur. Hal tersebut
tidak terjadi dengan sendirinya karena terdapat aspek-aspek yang menghubungkan hal
tersebut, yakni adanya konteks, penutur dan lawan tutur, tujuan tuturan, tuturan sebagai
bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal.Sehubungan dengan
penjelasan sebelumnya mengenai bahasa sebagai sarana komunikasi yang menghubungkan
adanya interaksi terhadap masyarakatnbahasa membuat setiap orang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan

sekitarnya. Dengan bahasa pula orang dapat mempelajari karakter, kebiasaan, adat

istiadat, kebudayaan dan latar belakang bagi para penutur bahasa.

Melihat peristiwa sekarang ini, telah banyak pengguna bahasa baik dari kalangan remaja
hingga kalangan dewasa dalam berkomunikasi sering kali memasukkan unsur pragmatik baik
itu dalam bentuk tutur lokusi, ilokusi, maupun perlokusi yang mewarnai suatu pertuturan
setiap kalangan tersebut. Selain itu, mereka menggunakan unsur pragmatik dalam peristiwa
tindak tutur karena

adanya hubungan saling pengertian antara satu sama lain. Berbicara mengenai peristiwa tutur
ada pun tempat terjadinya peristiwa tutur tersebut dapat terjadi di mana saja dan kapan saja si
penutur berada dan mampu memanfaatkan situasi dan kondisi yang dialami. Dengan kata lain
situasi tutur dapat terjadi di mana saja, sehingga peristiwa tutur bisa terjadi di sana yang
berarti tindak tutur pun ada di dalamnya. Adapun tempat terjadinya peristiwa tutur yakni di
sekolah, kampus, perpustakaan, pasar, masjid, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada satu objek peristiwa tutur yakni menganalisis
percakapan pada kegiatan remaja nongkrong dan ibu-ibu sedang kumpul menunggu penjual
sayur. Pada masayrakat kelurahan kutaraya.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam latar belakang mengenai

tindak tutur ilokusi dan perlokusi pada kegiatan

1. Bagaimana jenis tindak tutur direktif di lingkungan kayuagung yang dilaksanakan


oleh masyarakat kelurahan kutaraya Kabupaten Ogan komering ilir.
2. Bagaimanakah wujud tindak tutur direktif di lingkungan kayuagung yang
dilaksanakan oleh masyarakat kelurahan kutaraya kabupaten ogan komering ilir.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

pada bagian sebelumnya. Adapun tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan tindak tutdirektif pada masyarakat kutaraya kayuagung


dalampercakapan komunikasinya.

2. Untuk mendeskripsikan tindak tutur direktif pada masyarakat kutaraya kayuagung dalam
percakapan komunikasinya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini secara praktis dapat menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang linguistik atau bahasa dan dapat menyumbangkan

pengetahuan dalam kajian pragmatik khususnya dalam tindak Direktif dalam percakapan.

2. Manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan untuk melakukan penelitian yang sejenis yakni penelitian mengenai

tindak tuturdirektif Bagi para pembaca, penelitian ini dapat

memberikan pengetahuan dan memperluas pemahaman tentang kajian tindak

tutur sebagai bagian dari bidang pragmatik

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pragmatik

Leech dalam Jumanto (2017:39) mengatakan pragmatik studi tentang bagaimana tuturan
memiliki makna dalam situasi. Tuturan yang menjadi ucapan, kata perkataan yang
disampaikan oleh penutur atau penulis atau orang yang mengajak bicara yang mempunyai
makna atau maksud dalam keadaan tertentu yang sedang berlangsung. Berbeda dengan
pendapat Richards dalam Jumanto (2017:39) pragmatik adalah studi tentang penggunaan
bahasa dalam komunikasi, terutama hubungan yang terjadi antara kalimat dan konteks dan
situasi digunakan kalimat tersebut. Bahasa dalam komunikasi terdapat beberapa hubungan
salah satunya terjadi antara kalimat dengan konteks atau situasi atau kedudukan yang
digunakan dalam kalimat untuk berkomunikasi.

Sama halnya pendapat Nunan dalam Jumanto (2017:40). pragmatik adalah studi tentang cara
bahasa digunakan dalam konteks tertentu ntuk mencapai tujuan tertentu. Studi bagaiamana
bahasa itu sendiri digunakan dalamsituasi tertentu yang sesuai dengan situasi agar
tercapainya tujuan tertentu. Berbeda denganpendapat Schiffrin dalam Jumanto (2017:40)
pragmatik adalah pendekatan luas ke wacana, yang berkaitan dengan tiga konsep: makna,
konteks, dan komunikasi yang sangat luas dan tak terbatas. Yule dalam Jumanto (2017:40)
pragmatik adalah studi tentang makna yang dikomunikasikan oleh penutur (atau penulis) dan
diinterpretasikan oleh petutur (atau pembaca), yang mencakupi: makna penutur, makna
kontekstual, makna tersembunyi, dan ungkapan tentang jarak relatif antara penutur dan
petutur. Thomas dalam Jumanto (2017:41)pragmatik adalah makna yang ada dalam interaksi,
yaitu makna yang dihasilkan sebagai proses yang dinamis, yang mencakupi negosiasi makna
antara penutur dan petutur, konteks ujuaran (secara fisik, sosial, dan linguistik), serta potensi
makna dari ujaran.

Mey dalam Jumanto (2017:41) pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam komunikasi
manusia yang ditentukan oleh kondisi-kondisi dari masyarakat. Wijaya (2009:3) pragmatik
adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu
bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Yule (2006:3) mengatakan
pragmatik adalah studi tentang makna

4
yangdisampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).

3. Tindak Tutur

Menurut Arifiany (2016:2) tindak tutur adalah perilaku berbahasa seseorang yang berupa
ujaran dalam sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu tindak lokusi,
tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Menurut Rustono dalam Riswanti (2014:72) tindak tutur
merupakan entitas tang bersifat sentral dalam pragmatik. Entitas yang berarti sesuatu yang
memiliki keberadaan unik dan

berbeda. Tindak tutur yang terhitung jumlahnya dan dikategorikan menjadi lima

jenis yaitu representatif, direktif, ekspresif,komisif, dan deklarasi. Menurut Wiyatasari


(2015:46) tindak tutur merupakan salah satu bagian yang penting yang mendukung terjadinya
situasi tutur. Teori tindak tutur pertama kali dicetuskan oleh Austin (1962) yang kemudian
dikembangkan oleh Searle (1969). Austin menyatakan bahwa pada dasarnya saat seseorang
mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Definisi lainnya mengenai tindak tutur
dinyatakan oleh Yule dalam Wiyatasari (2015:46) tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang
ditampilkan lewat tuturan. Austin memperkenalkan tiga macam tindak tutur yaitu tindak
lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Searle dalam Wijana (2009:20) dalam bukunya Speech Acts
An Essay in The Philosophy of Languagemengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-
tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak
lokusi (Locutionary Act), tindak ilokusi (Ilocutionary Act), dan tindak perlokusi
(Perlocutionary Act). Djatmika (2016:17) mengatakan jenis tindak tutur dalam setiap bahasa
itu dipengaruhi oleh norma, kaidah, kepercayaan, tradisi, dan nilai-nilai sosial dalam sebuah
budaya. Banyak jenis tindak tutur yang ada dalam setiap bahasa, terdapat limaklasifikasi
besar sesuai dengan jenis pragmatic force yangdikandung di dalamnya. Secara garis besar
para ahli pragmatik membagi tindak tutur itu ke dalam lima kelompok yaitu assertive atau
pepresentative, directive, commissive, expressive, dan declarative atau performative.
Menurut Yule (2006:83) mengatakan tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu
tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling berhubungan.

Pertama adalah tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan
suatuungkapan linguistik yang bermakna. Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan
komunikatif suatu tuturan. Tindak perlokusimenciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa
memaksudkan tuturan itu memiliki akibat. Menurut Searle dalam Manaf (2011:212)

5
mengelompokkan tindak tutur menjadi lima jenis yaitu tindak tutur representatif, direktif,
ekspresif, komisif, dan deklarasi. Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat
penuturnya atas kebenaran yang dituturkannya. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang
dilakukan agar penutur melaksanakan apa yang dikatakan oleh penutur.

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud untuk menilai atau
mengevaluasi hal yang disebutkan dalam tuturan. Tindak tutur komisif adalah tindak tutur
yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan hal yang disebutkan dalam tuturan. Tindak
tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud menciptakan keadaan yang
baru.

Menurut Jumanto (2012: 67) mengatakan bahwa Austin membagi tindak t.utur menjadi tiga
tipe yaitu tindak lokusioner, ilokusioner, dam perlokusioner. Tindak lokusioner adalah
tuturan yang berarti bermakna dan dapat dipahami. Tindak ilokusioner adalah tuturan yang
digunakan untuk melaksanakan tindakan atau fungsi bahasa. Kemudian Austin membagi
tindak ilokusioner menjadi performatif dan konstatif. Performatif sendiri adalah tindak tutur
yang secara langsung mengacu ke tindakan yang akan dilakukan, sedangkan konstatif adalah
tindak tutur yang menyatakan sesuatu hal apakah itu benar atau salah. Tipe perlokusioner
adalah efek atau pengaruh dari tuturan yang dihasilkan.

3. Tindak Tutur Ilokusi

Wijana (2009:22) mengatakan sebuah tuturan selain berfungsi untuk menginformasikan atau
mengatakan sesuatu, dapat juga dipergunakan untukmelakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi,
tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of
Doing Something. Menurut Searle dalam Rahardi dalam Sari (2014:43) membagi tindak
ilokusi ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi
komunikatif.

Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu adalah direktif, asertif, ekspresif,
deklarasi, dan komisif. Asertif, yaitu bentuk tutur yang menggabungkan penutur pada
kebenaran preposisi yang diungkapkan, misalnya, menyatakan, membual, menyarankan, dan
mengklaim, mengeluh. Direktif, yaitu bentuk tutur yang penuturnya untuk membuat
pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya memeritah, memesan, menasehati,
memohon, dan merekomendasi. Ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk
menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur atau mitra tutur terhadap suatu
keadaan yang terjadi, misalnya memberi selamat, berterima kasih, meminta maaf, memuji,

6
menyalahkan dan berbelasungkawa. Komisif, yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk
menyatakan penawaran atau janji, misalnya berjanji, menawarkan sesuatu, dan bersumpah.
Deklarasi, yakni bentuk tutur yang menghubungkan atau mengaitkan isi tuturan dengan
kenyataanya, misalnya memecat, berpasrah, membaptis, mengucilkan, memberi nama,
mengangkat, dan menghukum.

Tindak ilokusi adalah suatu tindak yang dikerjakan dalam mengatakan sesuatu seperti
membuat janji, membuat perintah, membuat pernyataan, membuat permintaan, menasbihkan
nama sebuah kapal, dan lain sebagainya. Austin mengatakan bahwa tindak mengatakan
sesuatu berbeda dengan tindak dalam mengatakan sesuatu. Tindak mengatakan sesuatu hanya
bersifat mengungkapkan sesuatu, sedangkan tindak dalam mengatakan sesuatu mengandung
tanggung jawab penutur untuk melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan isi ujuran
yang dituju. tindak dalam mengatakan sesuatu hal inilah yang kemudian Austin namakan
tindak ilokusi. Tindak ilokusi akan mendapatkan suatu daya atau kekuatan yangmewajibkan
si penutur untuk melakukan suatu tindakan tertentu (Rani, 2006: 161)Teori tindak tutur dalam
aspek tuturan yang paling signifikan dalam berkomunikasi adalah tindak ilokuisoner ( an
illocutionary). Secara etimologis, kata ilokusi berasal dari –in (dalam) + locution (lokusi).
Sehingga, ilokusi(illocution) adalah apa yang ada di dalam lokusi atau apa yang dikerjakan
oleh penutur dengan lokusi tersebut. Jadi tindak ilokusi adalah penutur yangmenggunakan
tuturan untuk melakukan sesuatu (the act of doing something). Dengan adanya tindak
ilokusioner, si penutur maupun mitra tutur dapat melakukan berbagai hal dengan
menggunakan tuturan tersebut (Jumanto, 2017: 71).Fraser dalam Nadar (2009:16) membuat
taksonomi sebuah tindak tutur ilokusi menjadi delapan macam yaitu tindakan menegaskan
(acts of asserting), tindakan mengevaluasi (acts of evaluating), tindakan mencerminkan sikap
pmbicara (acts of reflecting speaker attitude), tindakan penetapan (acts of stipulating),
tindakan meminta (acts of requesting), tindakan menarik (acts of sugggesting), tindakan
menjalankan otoritas (acts of exercising authority), tindakan berkomitmen (acts of
commiting).

4. Tindak Tutur Asertif

Yayuk (2016:136) tindak tutur asertif atau disebut juga tindak tutur representatif, yaitu tindak
tutur yang berhubungan dengan menyatakan sesuatu.

7
Tindak tutur ini mengaitkan penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Bentuk
tindak tutur ini biasanya dilakukan seseorang waktu menyatakan sesuatu atau mengemukakan
pendapat, mengklaim, berspekulasi, dan melaporkan. Penanda tindak tutur asertif adalah
modalitas yaitu barangkali, mungkin, tepat sekali, dan betul.

Darmayanti (2014:137) menyatakan tindak asertif pada umumnya direalisasikan atau


diterapkan dalam wujud kalimat deklaratif berupa pemberian informasi. Tindak tutur ini
berfungsi memberi tahu atau menginformasikan orang-orang mengenai suatu fakta, simpulan,
penegasan, dan pendeskripsian. Dengan kata lain, pada tindak tutur jenis asertif penutur
berupaya agar tuturan atau kata-kata yang dihasilkan sesuai dengan kenyataan dunia.

Swashaning (2015) tindak representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada
kebenaran yang dikatakan. Tindak tutur ini juga disebut tindak asertif. Tindak asertif atau
representatif terdapat beberapa bagian yaitu mengatakan, menyarankan, melaporkan,
menyebutkan, dan menunjukkan. Djatmika (2016: 17) assertive atau representative segala
sesuatu hal yang bekaitan dengan perlontaran proposisi baik yang benar atau salah. Ujaran
tersebut sering kali ditandai dengan kahdiran verba seperti menyatakan, mengatakan,
menjelaskan, menguraikan, menceritakan, menuturkan, mengomentari, menyetujui,
memberikan informasi, dan lain-lain.

5. Tindak Tutur Direktif

Menurut Yule (2006:93) direktif adalah jenis tindak tutur yang digunakan oleh penutur untuk
menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang terjadi
keinginan penutur atau mitra tutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, permohonan,
pemesanan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada
waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat
pendengar).

Menurut Djatmika (2016:17) untuk membuat orang kedua melakukan sesuatu atau tidak
melakukan

sesuatu tindakan untuknya, maka seorang penutur akan menggunakan tuturan berjenis
directive. Kata kerja yang digunakan untuk merepresentasikan tindak tutur ini diantaranya
adalah memerintah atau menyuruh, memesan, memberikan instruksi, menasihati, meminta,
menyarankan, melarang, mengundang, mengornfirmasi, dan sebagainya.Thamrin (2010:92)
tindak direktif yakni tindak bahasa yang dilakukan penutur dengan tujuan menghasilkan

8
suatu pengaruh berupa tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh penutur. Menurut Brown
dan Levinson dalam Manaf (2011:212)

tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang kemungkinan menjatuhkan muka. Oleh karena
itu, tindak tutur direktif perlu dilengkapi dengan piranti penyelamat muka yang berupa
kesopanan (politeness) berbahasa. Darmayanti (2014:140) menjelaskan tindak tutur direktif
untuk memerintah pada umumnya direalisasikan atau diterapkan dalam wujud kalimat
imperatif yang menggunakan verba performatif berupa verba dasar atau verba dasar+lah atau
verba dasar+kan.

6. Tindak Tutur Komisif

Partana (2010:83) tindak tutur berjanji atau komisif adalah tindakan yang diucapkan oleh
penutur kepada mitra tutur tentang kesediaannya untuk berbuat sesuatu atau mengucapkan
janji. perbuatan dalam tindak tutur berjanji dilakukanpada waktu yang akan datang.
Pelaksanaan tindak tutur berjanji didasarkan atas keadaan yang mendesak supaya mitra tutur
mempunyai kepercayaan kepada penutur. Tindak tutur berjanji ditandai dengan tuturan iya,
sungguh, pasti, insha Allah, ya sudah... aku akan.... di lain itu, tindak tutur berjanji dapat
ditandai dengan bentuk lain yang secara implisit menyatakan tindak tutur berjanji.

Wicaksono (2015:76) tindak tutur komisif berniat adalah tindak bertutur untuk menyatakan
niat melakukan suatu tindakan bagi orang lain atau suatu pekerjaan.Niat itu dilakukan dalam
kondisi ketulusan dengan pelaku tindakan betul-betul penutur sendiri yang melakukan
tindakan. Tindakan tersebut belum dilakukan, dan akan dilakukan pada masa mendatang.
Tindak tutur komisif berjanji adalah suatu tindakan bertutur yang dilakukan oleh penutur
dengan penyatakan janji kepada mitra tutur akan melakukan suatu pekerjaan yang dimintai
orang lain.

Ibrahim dalam Swashaning (2015) mendefinisikan tindak tutur komisif sebagai tuturan yang
mengekspresikan kehendak dan kepercayaan penutur sebagai ujarannya mengharuskan untuk
melakukan sesuatu yang dispesifikasikan dalam isi proposisinya (mungkin dalam kondisi-
kondisi tertentu). Tindak tutur komisif tersebut dibagi menjadi dua jenis, yaitu menawarkan
dan menjanjikan. Menjanjikan memiliki fungsi diantaranya bersumpah, mengutuk,
berkontrak, bertaruh, menyerah, menjamin, dan mengundang. Sedangkan fungsi menawarkan
antara lain mengusulkan, tawar menawar, dan menawarkan pengabdian.

9
Djatmika (2016:17) tindak komisif apabila seorang penutur membuat seuah komitmen untuk
melakukan suatu tindakan di waktu yang akan datang untuk orang kedua, maka tuturan yang
mengakomodasinya diklarifikasikan sebagai tindakan komisif. Tindak komisif biasanya
ditandai dengan kata kerja yaitu bersumpah, berjanji, bernadzar, berikrar, menolak,
mengancam, menawari, dan lain-lain.

7. Tindak Tutur Eksresif

Tindak tutur ekspresif mengacu pada penutur yang menunjukkan sikap atau perasaannya,
contohnya berterima kasih atau meminta maaf. Tindak tutur ekspresif apabila seorang
penutur mengungkapkan perasaan kondisi emosinya kepada orang kedua atau lawna tutur
maka tuturan yang digunakan bersifat ekspresif. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa
hal yang berasal dari diri si penutur. Sebagaicontohnya keadaan penutur yang sedang tidak
enak hati atau bad mood yang berasal dari luar. Misalnya perilaku atau tindakan dari pihak
lawan tutur kepada si penutur yang membuat pengaruh terhadap kondisi emosional si
penutur. Tindak ekspresif sering ditandai dengan verba mengucapkan belasungkawa,
menghina, beterima kasih, memuji, mengejek, memberikan salam, mengucapkan salam
perpisahan, meminta maaf, menyalahkan,dan sebagainya (Djatmika, 2016:18).

8. Tindak Tutur Deklaratif

Tindak tutur deklaratif mengacu pada penutur yang melakukan perbuatan yang mengubah
kenyataan yang ada di dunia, contohnya melakukan proses ritual atau memberi nasihat
(Searle dalam Jumanto, 2017:69). Tindak tutur deklaratif adalah ketika seseorang membuat
sebuah kondisi menjadi kondisi lain. Sealanjutnya, ketikanama decalarative itu
dipertimbangkan akan rancu dengan istilahh gramatikal yang ada. Deklaratif yang
mempresentasikan kontruksi gramatika subyek + verba dan kemudian contoh tindak tutur
yang digunakan bukan hanya declarating, namun juga naming, baptizing, marrying,
sentecing, dan lain sebagainya. (Djatmika, 2016:18).

Menurut Searle dalam Rani (2006:162) kategori tindak tutur deklaratif merupakan tindak
ilokusi yang sangat spesifik. Tindak deklaratif dilakukan oleh seseorang yang memiliki tugas
khusus untuk melakukannya dalam rancangan kerja institusional. Sebagai contohnya, hakim
yang mempunyai tugas menjatuhkan hukuman kepada terdakwa, seorang pejabat tinggi atau
orang yang mempunyai

10
kedudukan meresmikan sebuah acara resmi, seorang pendeta yang menikahkan sepasang
calon pengantin.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif
bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan
atau diistilahkan dengan penelitian ilmiah yang menekankan pada karakter alamiah sumber
dataPenelitian ini bersifat deskriptif karena tidak dituangkan dalam bentuk bilangan. Dalam
arti, berupa kata-kata yang diujarkan oleh para remaja nongkrong dan ibu-ibu yang sedang
kumpul menunggu penjual sayur.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis percakapan pada kegiatan remaja
nongkrong dan ibu-ibu sedang kumpul menunggu penjual sayur.

dilaksanakan yakni selamaselama 1 minggu tanggal 18-28 Oktober 2021

C. Defini Istilah

1.Tindak tutur : suatu aksi atau tindakan seseorang dalam menanggapi sesuatu

hal dengan menggunakan bahasa yang di dalamnya memerlukan sebuah makna atau arti
tindakan.

Tindak Tutur Direktif

Menurut Yule (2006:93) direktif adalah jenis tindak tutur yang digunakan oleh penutur untuk
menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang terjadi
keinginan penutur atau mitra tutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, permohonan,
pemesanan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada
waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat
pendengar).

Menurut Djatmika (2016:17) untuk membuat orang kedua melakukan sesuatu atau tidak
melakukan

12
sesuatu tindakan untuknya, maka seorang penutur akan menggunakan tuturan berjenis
directive. Kata kerja yang digunakan untuk merepresentasikan tindak tutur ini diantaranya
adalah memerintah atau menyuruh, memesan, memberikan instruksi, menasihati, meminta,
menyarankan, melarang, mengundang, mengornfirmasi, dan sebagainya.Thamrin (2010:92)
tindak direktif yakni tindak bahasa yang dilakukan penutur dengan tujuan menghasilkan
suatu pengaruh berupa tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh penutur. Menurut Brown
dan Levinson dalam Manaf (2011:212)

tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang kemungkinan menjatuhkan muka. Oleh karena
itu, tindak tutur direktif perlu dilengkapi dengan piranti penyelamat muka yang berupa
kesopanan (politeness) berbahasa. Darmayanti (2014:140) menjelaskan tindak tutur direktif
untuk memerintah pada umumnya direalisasikan atau diterapkan dalam wujud kalimat
imperatif yang menggunakan verba performatif berupa verba dasar atau verba dasar+lah atau
verba dasar+kan.

D. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah ujaran atau percakapan pada kegiatan remaja nongkrong
objeknya hanya 1 remaja Laki-laki dan 1remaja dan 1 ibu-ibu sedang kumpul menunggu
penjual sayuribu-ibu menjadi objeknya.Dalam memperoleh sumber data tempat penelitian
Pada masyarakat kelurahan kutaraya kayuagung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media rekam

audio. Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara. Dalam penelitian ini,
yang digunakan adalahhandphone.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi
nonpartisipan, peneliti tidak terlibat aktif dalam kehidupan informan, tetapi hanya menjadi
pengamat independen. Kemudian menggunakan teknik rekam yang dilakukan dengan
menggunakan media handphone.

merekam setiap peristiwa dan tindak tutur. Setelah memperoleh hasil rekaman audio
diadakan teknik simak yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Setelah itu,
hasil simakan yang berupa data dimasukkan ke dalam data mentah yang merupakan sebuah

13
kondisi untuk sebuah data di dalam sebuah sistem komputer yang dikoleksi langsung dari
sebuah sumber langsung tanpa perubahan apa pun. Kemudian data diklasifikasi ke dalam
korpus datadengan mengidentifikasi tindak tutur ilokusi dan perlokusi.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah setelah data terkumpul dari hasil
rekaman audio visual yang kemudian dicatat dalam kartu data dan sudah ditata secara
sistematis sesuai dengan kepentingan penelitian. Tahap ini data dianalisis sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa
mengindentifikasi jenis tindak tutur ilokusi dan perlokusi percakapan pada kegiatan remaja
nongkrong objeknya hanya 1 remaja. Dan ibu-ibu sedang kumpul menunggu penjual sayur 1
orang ibu menjadi objeknya. Dalam memperoleh sumber data . Tempat atau sumber
penelitian Pada masyarakat kelurahan kutaraya kayuagung oki.

14
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.Permintaan

Tindak tutur permintaan menunjukkan bahwa dalam mengucapkan sesuatu tuturan, penutur
meminta kepada mitra tutur untuk melakukan suatu perbuatan. Penutur mengekspresikan
keinginan dan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan atas keinginan penutur. Fungsi
tindakan permintaan antara lain mengajak, meminta, dan memohon. Ciri-ciri kalimat ajakan
biasanya dimulai dengan kata (ayo, mari, yuk, dll) serta adanya penggunaan kata (kita), yang
menandakan bahwa pembicara atau penulis mengajak melakukan sesuatu secara bersama-
sama. Jika yang diajak lebih dari satu orang, biasannya menggunakan kata ganti jamak, misal
(teman-teman, kawan-kawan, dll). Sementara itu, tindak tutur permintaan dengan fungsi
memohon dapat dilihat melalui kalimat yang menggunakan dengan kata (tolong atau mohon).

Di bawah ini dapat dilihat contoh tuturan direktif permintaan dengan fungsi mengajak dan
memohon.

Data / Rekaman Tindak Tutur Direktif

Contoh 1:

Narasumber: Andi

Konteks: Percakapan ini terjadi pada saat mereka para remaja berkumpul di warung

Rian: tolong akokkon hp ku di cas ine andi(ambilkan hp yang di cas itu)

Andi: oyo ( iya)

Rian : makasih( terimakasih)

Permintaan

Pada contoh (1) di atas, rian meminta temannya untuk mencabut cager hpnya .Ciri kalimat ini
ditandai dengan penggunaan kata “tolong‟ mengandung makna memohon. Meminta
anditemannya untuk mecabut cas hpnya diirespon dengan sangat baik oleh temannya
menerima permintaan dari andi. Pada situasi ini, penutur berharap mitra tuturnya
melaksanakan atau melakukan apa yang ia tuturkan terhadap lawan tutur Dan permintaan
penutur andibisa di pahami oleh (rian) tersebut langsung direspon dan dipahami dengan baik
oleh mitra tuturnya
15
Data / Rekaman Tindak Tutur Direktif

Contoh 2:

Narasumber: Ibu yanti, dan Ibu solmah

Konteks: Percakapan ini terjadi pada saat menunggu tukang sayur.

Solmah :“dek tolong yobepube sayur ”( dek tolong betitip sayur)

Yanti : oh oyo yuk (oh iya yuk)

Solmah :Makaseh go (makasih)

Permintaan

Pada contoh (2) di atas tidak jauh beda dengan contoh (2) yaitu tuturan yang mengandung
makna memohon, penutu ibur solmah meminta pada mitra tutur yakni kepada ibu yanti
untuk meminta tolong membelikan sayurnya. Ciri kalimat ini ditandai dengan penggunaan
kata “tolong‟. Mitra tutur pun merespons dengan sangat baik serta memahami dan mengikuti
permintaan si penutur

Contoh 3:

Konteks: Percakapan ini terjadi pada remaja

Eni :payu kanti kanti payu kite kumpu mongan-mongan debenueku tapi ad yang bawa makan
tambahan dan pukul 01.00 dibenueku.(yo kawan-kawan payo kito kumpul di rumahku makan
tambahan dan pukul 01.00 sudah ada dirumahnya )

Intan : oyo naon ku usong mudah ine ( oh iya aku kagek bawa mudah soal makanab tu)

Permintaan

Tuturan orang dewasa pada contoh (3) di atas mengekspresikan keinginan eni untuk
meminta agar teman-temannya datang ke rumahnya membawa makanan dan tepat waktu
Penutur dalam hal ini mengekspresikan tuturannya dengan ekspresi sungguh-sungguh atau
dengan harapan tuturannya dipatuhi, maka mitra tutur dalam hal ini diharapkan segera
melaksanakan apa yang diinginkan oleh penutur. Tuturan permintaan orang dewasa ditandai
dengan penggunaan kata “yok” yang mengandung makna mengajak dan kalimat “bawa
makanan” mengandung makna meminta.

16
Tiga contoh tuturan tersebut menunjukkan tuturan imperative atau perintah berupa Instruki
yang diujarkan oleh remaja.kepada temnnya . Contoh (1) penutur (Andi) menyampaikan
tuturan kepadantemannya untuk mencabut cager hpnya dengan respon rian iya andi pun
mengucap terimakasih kepada mitra tuturnya

Pada contoh (2) di atas tidak jauh beda dengan contoh (2) yaitu tuturan yang mengandung
makna memohon, penutu ibur solmah meminta pada mitra tutur yakni kepada ibu yanti
untuk meminta tolong membelikan sayurnya. Ciri kalimat ini ditandai dengan penggunaan
kata “tolong‟. Mitra tutur pun merespons dengan sangat baik serta memahami dan mengikuti
permintaan si penutur

Tuturan orang dewasa pada contoh (3) di atas mengekspresikan keinginan eni untuk
meminta agar teman-temannya datang ke rumahnya membawa makanan dan tepat waktu
Penutur dalam hal ini mengekspresikan tuturannya dengan ekspresi sungguh-sungguh atau
dengan harapan tuturannya dipatuhi, maka mitra tutur dalam hal ini diharapkan segera
melaksanakan apa yang diinginkan oleh penutur. Tuturan permintaan orang dewasa ditandai
dengan penggunaan kata “yok” yang mengandung makna mengajak dan kalimat “bawa
makanan” mengandung makna meminta.

C.Jawaban Pernyataan Penelitian

Jawaban dari pernyataan penelitian ini setelah dilakukan analisis dan penelahan pada tindak
tutur direktif memperhatikan tindak tutur direktif yang dikaji berdasarkan pendekatan
pragmatik Menurut Yule (2006:93) direktif adalah jenis tindak tutur yang digunakan oleh
penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa
yang terjadi keinginan penutur atau mitra tutur. Tindak tutur ini meliputi perintah,
permohonan, pemesanan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan
negatif. Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata
(lewat pendengar).

17
D.Diskusi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, bahwa tindak tutur
direktif benar terdapat di dalam tuturan yang digunakan remaja dan ibu ibu.

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari banyak kekurangan dari penelitian ini, sehingga jauh dikatakan dari kata
sempurna. Keterbatasan penelitian ini seperti, buku referensi dan masih adanya pandemi di
berbagai daerah yang membuat peneliti kurang maksimal. Dalam penelitian ini.

Semua ini dikaji berdasarkan kajian pragmatik. Walaupun dengan keterbatasan penelitian ini,
peneliti masih tetap semangat dan berusaha keras untuk menyelesaikan penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa jenis tindak tutur direktif yang terdapat pada interaksi – interaksi
remaja dan ibu-ibu di masyarakat kutaraya meliputi permintaan, dan menyuruh /perintah
Tindak tutur yang digunakan orang dewasa kepada anak usia dini dalam kehidupan sehari –
hari ada dua jenis, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Akan tetapi
tindak tutur langsung lebih banyak digunakan dibandingkan dengan tindak tutur tidak
langsung.

18
DAFTAR PUSTAKA

Rima Dwi Purwati binti Muhammad Ramli. Pada Kegiatan Mengaji Santri Wati Di

Masjid Jami Rappokalling. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

https://drive.google.com/file/d/1vJAKENl1UnYAKqCs8yG1r-DIWZ1Ua5T9/view?
usp=drivesdk. Di akases pada tanggal 18 oktober 2021

Djajasudarma. 2014. Sosiolinguistik. Singaraja: Graha Ilmu.

Ibrahim. 2015. Pragmatik. Singaraja: Graha Ilmu.

Kridalaksana. 2014. Sosiolinguistik. Singaraja: Graha Ilmu.

Http://eprints.Ums.ac.idBab II Kajian Pustaka A. landasan Teori PrakmatikLeeach 18


oktober 2021

19

Anda mungkin juga menyukai