Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENELITIAN

PENGARUH ETIKA NORMATIF BERKOMUNIKASI


TERHADAP PERSONAL BRANDING DALAM LINGKUP
MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UPN VETERAN
YOGYAKARTA 2019 KELAS B
Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Dr. Prihadi , M.Hum

Disusun Oleh :
Matilda Donna Widonasari Golden (153190032)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan
karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul:
“PENGARUH ETIKA NORMATIF BERKOMUNIKASI TERHADAP PERSONAL
BRANDING DALAM LINGKUP MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UPN
VETERAN YOGYAKARTA 2019 KELAS B ”
Adapun penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dalam rangka memenuhi Ujian Akhir
Semester Bahasa Indonesia. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah mendukung penulis hingga terselesaikannya karya ini, terutama kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat limpahan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan karya ini
2. Orang tua peneliti, yang selalu mendampingi dan memberi dukungan kepada
peneliti
3. Bapak Dr. Prihadi , M.Humselaku dosen Mata kuliah Bahasa Indonesia
4. Seluruh responden yang bersedia membantu
Akhir kata peneliti mengucapkan banyak terima kasih, semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Peneliti sangat mengharap saran dan perbaikan lebih lanjut.

Peneliti

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................................. 7
A. Etika ............................................................................................................................ 7
B. Hubungan antara etika dan komunikasi ...................................................................... 9
Penerapan Etika Komunikasi ........................................................................................... 10
C. Personal Branding ..................................................................................................... 12
BAB III .................................................................................................................................... 16
METODE PENELITIAN......................................................................................................... 16
A. Jenis Penelitian .......................................................................................................... 16
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................ 16
C. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................... 16
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 16
BAB IV .................................................................................................................................... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................... 20
A. Hasil Survey .............................................................................................................. 20
B. Pembahasan ............................................................................................................... 21
BAB V ..................................................................................................................................... 23
PENUTUP................................................................................................................................ 23
A. Kesimpulan................................................................................................................ 23
B. Saran .......................................................................................................................... 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara etimologi (Bahasa) “etika” berasal dari kata bahasa yunani ethos.
Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta
etha berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Etika sebagai salah satu cabang pokok ilmu filsafat menelaah dan
menyelidiki gejala-gejala yang timbul dalam diri manusia baik sebagai individu yang
mandiri maupun sebagai anggota masyarakat. Etika mencoba untuk meneliti tingkah
laku manusia yang dianggap merupakan cermin dari apa yang terkandung dalam jiwa
sanubarinya atau dalam hati nurani. Pada prinsipnya permasalahan tentang etika yaitu
membicarakan baik dan buruk susila atau tidak susila, bermoral atau tidak bermoral
dari perbuatan dan tingkah laku manusia. Akhir akhir ini nampaknya etika dan moral
banyak ditinggalkan manusia dengan alasan perkembangan zaman , padahal etika dan
nilai nilai yang terkandung didalamnya masih akan tetap terus berguna bagi kemajuan
diri.
Komunikasi berarti penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain yang
menghasilkan efek tertentu. Dalam kehidupan sehari hari kita mengartikan
komunikasi sebagai percakapan atau obrolan yang melibatkan dua pihak yang sejajar
atau lebih tinggi sepihak. Dalam komunikasi terdapat subjek dan objek , namun selain
itu tetap harus memperhatikan sopan santun. Meskipun hidup dalam perkembangan
zaman yang semakin pesat , banyak sekali orang yang tidak memahami cara
berkomunikasi yang baik dan juga beretika.
Pada hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi
terhadap satu sama lain atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti
bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti pada hubungan
kulural dan sosiologis. Rentangan perilaku komunikasi yang dibolekan menjadi
sangat berbeda dibandingkan dengan rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan
pada situasi non antarpribadi. Pilihan pribadi dapat secara bebas dilaksankan dalam
pengembangan hubungan. Dalam situasi seperti ini, para komunikator memiliki

4
banyak informasi mengenai keinginan, kebutuhan, dan nilai-nilai pribadi satu sana
lain serta dapat mengembangkan gaya komunikasi yang cocok bagi kedua belah
pihak.
Sehubungan dengan adanya prediksi yang ditimbulkan dalam komunikasi
antarpribadi , dapat dikatakan bahwa apa yang dikomunikasikan membuat prediksi
orang lain terhadap diri komunikator hal itu dapat mempengaruhi personal image dan
personal branding komunikator.Personal branding sangat diperlukan bagi mahasiswa
nkhususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam menunjang relasi , pekerjaan dll.
Salah satu parameter untuk menilai kualitas sumberdaya manusia adalah dengan
melihat daya sociological seseorang yaitu kemampuan yang berkaitan dengan
interaksi sosial dan komunikasi (Susanto 2010). Ketika kita bekerja dan membangun
karir serta berinteraksi dalam masyarakat atau dunia profesi, sesungguhnya kita
sedang melakukan proses membangun suatu reputasi atau personal branding Jadi
pada dasarnya kehidupan kita setiap hari setiap saat merupakan sebuah proses
pembentukan personal branding yang juga berarti citra diri kita atau "price" kita.
Montoya, seorang spesialis personal branding mengatakan bahwa personal branding
merupakan proses yang akan membawa ketrampilan, kepribadian dan karakteristik
unik seseorang dan kemudian membungkusnya menjadi identitas yang memiliki
kekuatan lebih dibanding pesaing.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembahasan mengenai etika dana etika normatif dalam
berkomunikasi ?
2. Bagaimana pembahasan mengenai hubungan etika dan komunikasi serta
penerapan etika berkomunikasi ?
3. Bagaimana pembahasan mengenai citra diri dan hubungannya dengan etika
berkomunikasi ?
4. Bagaimana etika normatif berkomunikasi antarpribadi mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B ?
5. Bagaimana pengaruh etika normatif berkomunikasi antar pribadi terhadap
personal branding pada mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UPN Veteran
Yogyakarta kelas B ?

5
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pembahasan mengenai etika dana etika normatif dalam
berkomunikasi
2. Mengetahui pembahasan mengenai hubungan etika dan komunikasi serta
penerapan etika berkomunikasi
3. Mengetahui pembahasan mengenai citra diri dan hubungannya dengan etika
berkomunikasi
4. Mengetahui tingkat etika normatif berkomunikasi antarpribadi mahasiswa jurusan
Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B
5. Mengetahui pengaruh etika normatif berkomunikasi antar pribadi terhadap
personal branding pada mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UPN Veteran
Yogyakarta kelas B

D. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah
didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam penelitian yang sebenarnya.
2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan pentingnya etika dalam
membangun personal branding
3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab
masalah atau kegagalan yang terjadi dalam penanaman etika dalam diri yang dapat
membantu terbangunnya personal branding yang baik. Dengan demikian akan
memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.
4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk penanaman nilai etika normatif
dalam komunikasi terhadap diri

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Etika
Secara etimologi (Bahasa) “etika” berasal dari kata bahasa yunani etbos.
Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta
etha berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok,
yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Dalam pembahasan kali ini, maka “etika dapat diartikan
sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya” (Mufid , 2009 : 173).Etika dan moral hampir sama
pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral atau
moralitas digunakan untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,sedangkan etika
digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik
dengan etika adalah sebagai berikut:
a. Susika ( sanskerta ), lebih menunjukkan dasar-dasar, prinsip, aturan hidup
(sila) yang lebih baik (su).
b. Akhlak (arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
Filsuf Aristoteres dalam bukunya etika nikomacbeia menjelaskan tentang
pembahasan etika sebagai berikut.
a. Terminus Tecbicus. pengertian etika dalam hal ini, etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
b.
Manner dan custum. tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat
manusia (inberent in buman nature) yang terkait dengan pengertian “baik dan
buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Sifat dasar etika adalah sifat kritis, karenanya etika bertugas ( Darmodiharjo dan
Shidarta, 2004:263) :
a. Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku diselidikinya
apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan
ketaatan yang dituntut oleh norma yang dapat berlaku.

7
b. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma
yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan
sendirinya akan kehilangan haknya.
c. Etika memersolakan pula hak setiap lembaga seperti orang tua,
sekolah, negara, dan agama untuk memberikan perintah atau larangan
yang harus ditaati.
d. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang
rasional terhadap semua norma.
e. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab
bagi seorang ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang-
ambingkan oleh norma-norma yang ada.
Tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma. Etika menolong
manusia untuk mengambil sikap terhadap semua norma dari luar dan dari dalam,
supaya manusia mencapai kesadaran moral yang otonom. Etika menyelidiki dasar
semua norma moral. Dalam etika biasanya dibedakan antara “ etika deskriptif “ dan “
etika normatif “. Etika deskriptif memberikan gambaran dari gejala kesadaran moral,
dari norma konsep-konsep etis. Sedangkan etika normatif tidak berbicara lagi tentang
gejala, melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan manusia.
Dalam etika normatif, norma dinilai dan setiap manusia ditentukan.Ditinjau teori
dasar dari Etika Normatif tersebut, terdapat dua dasar teori sebagai berikut:
a) Teori Deontologis
Deontologis berasal dari bahasa yunani, deon yang berarti kewajiban (duty).
Artinya, etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara
baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau
tujuan baik dari tindakan tersebut, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai
baik pada dirinya, motivasi, kemauan dengan niat yang baik dan dilaksanakan
berdasarkan kewajiban, serta bernilai moral.
b) Teori Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa yunani, yaitu telos yang artinya tujuan.
Teleologis menjelaskan benar-salahnya tindakan tersebut justru tergantung dari tujuan
yang hendak dicapai, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan
tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau berakibat atau bertujuan mencapai sesuatu
yang baik pula. (Sony, 1993: 29-30).

8
Dalam berbagai kesempatan, komunikasi diperlihatkan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain. Ini menandakan
bahwa komunikasi menyentuh berbagai macam bidang sskehidupan manusia.
Komunikasi juga menyentuh aspek ilmu dalam bidang komunikasi. Apa yang terjadi
apabila nilai, gagasan, dan ide komunikasi justru tidak dikomunikasikan. Etika
komunikasi mencoba untuk mengelaborasi standar etis yang digunakan oleh komunikator
dan komunikan. Setidaknya ada tujuh perspektif etika komunikasi yang bisa dilihat dalam
perspektif yang bersangkutan (Ibid : 173) :
a) Perspektif politik , dalam perspektif ini etika untuuk mengembangkan kebiasaan
ilmiah alam praktek berkomunikasi, menumbuhkan bersikap adil dengan memilih atas
dasar kebebasan, pengutamaan motivasi, dan menanamkan penghargaan atas
perbedaan.
b) Perspektif sifat manusia yang paling mendasar adalah kemampuan berpikir dan
kemampuan menggunakan simbol. Ini berarti bahwa tindakan manusia yang benar
benar manusiawi adalah berasal dari rasionalitas yang sadar atas apa yang dilakukan
dan dengan bebas untuk memilih melakukannya.
c) Sikap dialogal adalah sikap setiap parrtisipan komunikasi yang ditandai oleh kualitas
keutamaan, seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan, intensitas, dan lain-lainnya.
d) Perspektif situasional. Faktor situasional adalah relevansi bagi setiap penilaian moral.
Ini berarti bahwa etika memerhatikan peran dan fungsi komunikator, standar
khalayak, derajat kesadaran, tingkat urgensi pelaksanaan komunikator, tujuan dan
nilai khalayak untuk komunikasi etis.
e) Perspektif relegius. Kitab suci atau habit religuis dapat dipakai sebagai standar
mengevaluasi etika komunikasi. Pendekatan alkitabiah dalam agama membantu
manusia untuk menemukan pedoman yang kurang lebih pasti dalam setiap tindakan
manusia.
f) Perspektiif utilitarian. Standar utilitarian untuk mengevaluasi cara dan tujuan
komunikasi dapat dilihat dari adanya kegunaan, kesenangan, dan kegembiraan.
peraturan yang berlaku dan dianggap sebagai perilaku yang etis.6

B. Hubungan antara etika dan komunikasi

Selain diterapkan pada berbagai bidang organisasi di masyarakat, etika juga


memiliki kaitan erat dengan komunikasi. Penerapan etika dalam berkomunikasi

9
diharapkan mampu memberikan sejumlah manfaat seperti manfaat yang diperoleh
organisasi melalui penerapan etika.
Menurut Giles (2003) komunikasi melibatkan pilihan, mencerminkan nilai
nilai, dan memiliki konsekuensi yang merupakan elemen kunci dari komunikasi. Para
ahli telah mengidentifikasi berbagai pendekatan untuk studi etika komunikasi.
Beberapa pendekatan berfokus pada niat, pada cara, dan pada konsekuensi. Beberapa
pendekatan untuk etika komunikasi terutama pada tugas, kewajiban, hak, dan
tanggung jawab.
Johannesen (1996) mengungkapkan pandangan tiga pakar komunikasi
mengenai etika komunikasi, yaitu Dean Barnlund, Gerald R. Miller, dan W. Ross
Winterowd. Menurut Barnlund, bahwa setiap teori/ filsafat komunikasi insani yang
memuaskan harus memasukkan standar-moral tertentu “yang akan melindungi dan
mengembangkan komunikasi insani yang sehat” yang meliputi tanggung jawab etis
seorang komunikator terhadap khalayaknya, menentukan batas-batas moral, etika
tujuan dan cara. “Tanggung jawab etis bagaimanapun, bukanlah masalah niat baik
semata; tanggung jawab etis didasarkan pada penanganan pokok persoalan secara
jujur dan penuh pengetahuan”. Apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan
berpengaruh terhadap orang lain, dengan demikian orang yang bertanggung jawab
selalu berhati-hati dengan etika dalam komunikasi (Wood 2013).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) mendefinisikan sopan sebagai sebuah
tindakan hormat, beradab, baik kelakuan. Etika merupakan landasan dari komunikasi
interpersonal (West & Turner 2006). Itu sebabnya etika komunikasi juga dapat
ditinjau dari perspektif religius.

Penerapan Etika Komunikasi


Definisi penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), yaitu 1)
proses, cara, perbuatan menerapkan; 2) pemanfaatan, perihal mempraktekkan.
Penerapan etika komunikasi berarti perbuatan, pemanfaatan atau praktek etika
komunikasi, dengan kata lain dapat dikatakan juga sebagai keterampilan etika
berkomunikasi.
Berdasarkan sejumlah pendapat para pakar dan hasil penelitian empiris terkait
dengan etika komunikasi, maka dapat dirumuskan kriteria etika komunikasi dalam
suasana komunikasi antarpesona (interpersonal) yang sekaligus akan menjadi
pedoman dalam penelitian ini. Kriteria etika komunikasi tersebut meliputi tanggung

10
jawab, jujur dan terus terang, toleransi dan kepekaan (empati), menyampaikan
informasi dengan tepat, tidak menghalangi proses komunikasi, menghormati dan
menghargai orang lain, tidak memonopoli pembicaraan, tidak mengandung kekerasan,
konsisten dalam petunjuk verbal dan non verbal. Kriteria etika komunikasi berikut ini
selaras dengan beberapa sifat pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Lucas
(2009), yaitu rasa hormat, bertanggung jawab dapat dipercaya, peduli, kejujuran, dan
kewarganegaraan.
a. Ragam Pembicara
Manusia terlahir dengan berbagai macam keragaman yang mengakibatkan keragaman
pula dalam pembicaraannya. Ada yang bicara dengan penuh pesona , mahir dalam
mempengaruhi lawan bicaranya , ada yang pendiam , ada yang pengundangtawa ,dll.
Bekal perilaku yang baik membuat kita nyaman dan oke saat berhadapan dengan lawan
bicara tipe manapun. “Manners sukses yang menjadi pagar kokoh yang menjaga
wilayah kita dari serangan lawan bicara , juga membatasi kita agar tak menerobor ke
area pribadi orang lain” (Musiawan dan Kumaat , 2014). Dengan mempunyai etika kita
bisa mencegah terjadinya kesalahpahaman dimana pesan yang hendak kita sampaikan
tidak tersampaikan atau tidak diterima dengan baik.
b. Topik Pembicaraan
Hal yang pertama harus dilakukan sebelum berbicara adalah berpikir terlebih dahulu ,
cari kesempatan unuk mencari topik yang menarik dan cara tepat guna menyampaikan
pesan kepada komunikan. Banyak sekali topik pembicaraan yang menarik untuk
memulai percakapan seperti koran ,buku , radio ,televisi , dan internet. Keterbukaan
terhadap issue terkini dan yang ada disekitar lingkungan sangat berguna pagi wawasan.
Isi pembicaraan menjadi lebih layak didengar dan tidak memalukan. “Agar isi
pembicaraan diterima dengan baik dan benar , berbicaralah denganlafal jelas sehingga
enak didengar. Hindari topik yang menyinggung perasaan orang lain”( Musiawan dan
Kumaat , 2014 : 75)
c. Kedekatan Hubungan
Ketika hendak berkomunikasi hendaknya selalu mempertimbangkan tingkat
kedekatan hubungan dengan lawan bicara ,hal ini dikarenakan tingkat kedekatan sangat
mempengaruhi etika seseorang dalam berkomunikasi. Misalnya cara berkomunikasi
sesorang akan berbeda apabila dengan sahabatnya dan dengan orang yang baru dikenal.
d. Hindari pembicaraan membosankan

11
Hindari untuk membicarakan diri sendiri secara berlenihan , bicara secara terus
menerus , mengulang ulang topik pembicaraan , bersikap sok tau dan menggurui ,
bercerita panjanglebar , dll. Karena komunikasi yang terjalin bukan hanya mengenai
satu pihak saja melainkan setiap pihak memiliki hak yang sama.

C. Personal Branding

Personal branding didasarkan atas nilai-nilai kehidupan anda dan memiliki


relevansi tinggi terhadap siapa sesungguhnya diri anda. Personal branding merupakan
merek , pribadi anda di benak semua orang yang anda kenal. Personal branding akan
membuat semua orang memandang anda secara berbeda dan unik. Orang mungkin
akan lupa dengan wajah anda, namun “merek pribadi‟ anda akan selalu diingat orang
lain. Konsistensi merupakan prasyarat utama dari personal branding yang kuat. Hal-
hal yang tidak konsisten akan melemahkan personal branding anda, dimana pada
akhirnya akan menghilangkan kepercayaan serta ingatan orang lain terhadap diri anda
(McNally & Speak, 2002: 13)

Personal Branding adalah sesuatu tentang bagaimana mengambil kendali atas


penilaian orang lain terhadap anda sebelum ada pertemuan langsung dengan anda.
(Montoya & Vandehey, 2008) “Personal Branding is about taking control of how other
people perceive you before they come into direct contact with you.” (Montoya
&Vandehey, 2008) Ada beberapa alasan mengapa sangat penting untuk sebuah
profesional memiliki personal branding :

1. Dunia bisnis menjadi semakin kompetitif dan dampak globalisasi semakin


terasa, semuaorang berlomba untuk mendapatkan pelanggan yang sama.
2. Hubungan baik dengan pelanggan yang akan menentukan penjualan, bukan
lagi kualitasatau harga produk yang kita jual.
3. Personal branding akan menjadi titik awal (tipping point ) yang ada dalam
pikiran pelanggan saat mengevaluasi produk atau jasa yang kita jual.
4. Personal branding akan mengarahkan strategi bisnis dan memberi nilai tambah
bagi dirisendiri.
5. Dapat membantu kita untuk tetap fokus pada penciptaan nilai diri sendiri dan
produk yang kita jual

12
6. Personal branding dapat memimpin kita pada kenyamanan pribadi dan
kepuasan kerja
7. Dapat disimpulkan bahwa personal branding adalah suatu proses membentuk
persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh seseorang,
diantaranya adalah kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai, dan bagaimana
stimulus – stimulus ini menimbulkan persepsi positif dari masyarakat yang
pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat pemasaran. Ada tiga dimensi
utama pembentuk personal branding (McNally & Speak, 2002: 26)

Tiga dimensi utama pembentuk personal branding

a. Kompetensi atau Kemampuan Individu

Untuk membangun reputasi atau personal branding, kita harus memiliki suatu
kemampuan khusus atau kompetensi dalam satu bidang tertentu yang dikuasai. Seseorang
dapat membentuk sebuah personal branding melalui sebuah polesan dan metode komunikasi
yang disusun dengan baik. Personal Brand adalah sebuah gambaran mengenai apa yang
masyarakat pikirkan tentang seseorang. Hal tersebut mencerminkan nilai-nilai, kepribadian,
keahlian dan kualitas yang membuat seseorang berbeda dengan yang lainnya.

b. Style

Gaya merupakan kepribadian dari personal branding anda. Gaya merupakan bagian
yang menjadikan diri anda unik di dalam benak orang lain. Gaya adalah cara anda
berhubungan dengan orang lain. Seringkali kata-kata yang digunakan orang untuk
menilaigaya kita mengandung suatu emosi yang kuat,

c. Standar

Standar personal branding anda sangat mempengaruhi cara orang lain memandang
diri anda. Standar akan menetapkan dan memberikan makna terhadap kekuatan personal
branding. Namun kuncinya adalah anda sendiri yang menetapkan standar, anda sendiri yang
harus melakukan.Terkadang kita menetapkan standar yang terlalu tinggi dan terlanjur
mengatakan pada oranglain bahwa kita mampu melakukan suatu hal dengan cepat dan dapat
memperoleh hasil yang baik (agar kompetensi dan gaya personal branding kita kelihatan
menarik di benak semuaorang). Namun yang terjadi adalah sebaliknya, terkadang kita gagal
untuk mencapai standar yang kita tetapkan sendiri

13
Jadi dengan menggabungkan ketiga faktor tersebut, yaitu kompetensi, style dan
standart, kita dapat mulai terus membangun dan mengembangkan reputasi dalam bidang
khusus yang di pilih dan Proses membangun reputasi adalah proses seumur hidup. Kita
berharap semakin bertambah usia kita, semakin kuat "brand" kita di masyarakat. Delapan hal
berikut adalah konsep utama yang menjadi acuan dalam membangun suatu personal branding
seseorang. (Peter Montoya, 2002) :

1. Spesialisasi (The Law of Specialization) Ciri khas dari sebuah Personal


Brand yang hebat adalah ketepatan pada sebuah spesialisasi,
terkonsentrasi hanya pada sebuah kekuatan, keahlian atau pencapaian
tertentu. Spesialisasi dapat dilakukan pada satu atau beberapa cara,
yakni:
a. Ability – misalnya sebuah visi yang stratejik dan prinsip-prinsip
awal yang baik
b. Behavior – misalnya keterampilan dalam memimpin,
kedermawanan, atau kemampuan untuk mendengarkan.
c. Lifestyle – misalnya hidup dalam kapal (tidak dirumah seperti
kebanyakan orang), melakukan perjalanan jauh dengan sepeda
d. Mission – misalnya dengan melihat orang lain melebihi persepsi
mereka sendiri
e. Product – misalnya futurist yang menciptakan suatu tempat kerja
yang menakjubkan.
f. Profession – niche within niche – misalnya pelatih kepemimpinan
yang juga seorang psychotherapist.
g. Service – misalnya konsultan yang bekerja sebagai seorang
nonexecutive director
2. Kepemimpinan (The Law of Leadership) Masyarakat membutuhkan
sosok pemimpin yang dapat memutuskan sesuatu dalam suasana penuh
ketidakpastian dan memberikan suatu arahan yang jelas untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Sebuah Personal Brand yang dilengkapi
dengan kekuasaan dan kredibilitas sehingga mampu memposisikan
seseorang sebagi pemimpin yang terbentuk dari kesempurnaan
seseorang

14
3. Kepribadian (The Law of Personality) Sebuah Personal Brand yang
hebat harus didasarkan pada sosok kepribadian yang apa adanya, dan
hadir dengan segala ketidaksempurnaannya. Konsep ini menghapuskan
beberapa tekanan yang ada pada konsep Kepemimpinan (The Law of
Leadership), seseorang harus memiliki kepribadian yang baik, namun
tidak harus menjadi sempurna.
4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness) Sebuah Personal Brand yang
efektif perlu ditampilkan dengan cara yang berbeda dengan yang
lainnya. Banyak ahli pemasaran membangun suatu merek dengan
konsep yang sama dengan kebanyakan merek yang ada di pasar,
dengan tujuan untuk menghindari konflik. Namun hal ini justru
merupakan suatu kesalahan karena merek-merek mereka akan tetap
tidak dikenal diantara sekian banyak merek yang ada di pasar
5. The Law of Visibility Untuk menjadi sukses, Personal Brand harus
dapat dilihat secara konsisten terus-menerus, sampai Personal Brand
seseorang dikenal. Maka visibility lebih penting dari kemampuan
(ability)-nya. Untuk menjadi visible, seseorang perlu mempromosikan
dirinya, memasarkan dirinya, menggunakan setiap kesempatan yang
ditemui dan memiliki beberapa keberuntungan
6. Kesatuan (The Law of Unity) Kehidupan pribadi seseorang dibalik
Personal Brand harus sejalan dengan etika moral dan sikap yang telah
ditentukan dari merek tersebut. Kehidupan pribadi selayaknya menjadi
cermin dari sebuah citra yang ingin ditanamkan dalam Personal Brand.
7. Keteguhan (The Law of Persistence) Setiap Personal Brand
membutuhkan waktu untuk tumbuh, dan selama proses tersebut
berjalan, adalah penting untuk selalu memperhatikan setiap tahapan
dan trend. Dapat pula dimodifikasikan dengan iklan atau public
relation. Seseorang harus tetap teguh pada Personal Brand awal yang
telah dibentuk, tanpa pernah ragu-ragu dan berniat merubahnya.
8. Nama baik (The Law of Goodwill) Sebuah Personal Brand akan
memberikan hasil yang lebih baik dan bertahan lebih lama, jika
seseorang dibelakngnya dipersepsikan dengan cara yang positif.
Seseorang tersebut harus diasosiasikan dengan sebuah nilai atau ide
yang diakui secara umum positif dan bermanfaat.
15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif yaitu penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk mengambil
kesimpulan. Artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan
analisisnya pada data-data numeric (angka) yang diolah dengan menggunakan metode
penelitian ini, akan diperoleh hubungan yang signifikan antar variabel yang diteliti.
Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas (Sugiyono, 2005: 21).

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi : Seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas
B
Sampel : Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sejumlah 20 orang
mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B

C. Waktu dan Tempat Penelitian


a. Waktu:
Bulan Desember 2019
b. Tempat:
UPN Veteran Yogyakarta

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijwabnya. Menurut Sugiyono (2012: 142) kuesioner dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan terbuka atau tertutup, dapat diberikan secara langsung atau dikirim
melalui pos atau internet. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

16
bisa diharapkan dari responden.
Dalam penelitian ini, skala pengukuran data yang peniliti gunakan kuesioner
adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Kuesioner dibuat
dengan nilai satu 1-5 untuk mewakili pendapat responden seperti sangat setuju,
setuju, cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Riduwan, 2008: 87).

2. Metode Analisis
Data Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data yang lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan msalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2012: 147).
3.5.1
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganilisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012: 147). Statistik deskriptif hanya
berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan mengenai suatu
data atau fenomena dengan kata lain statistik deskriptif berfungsi menerangkan
keadaan, gejala, atau persoalan. Jika terdapat penarikan kesimpulan pada statistik
deskriptif hanya ditujukan pada data yang ada.
Analisis deskriptif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi
untuk mengetahui apakah tingkat perolehan skor variabel penelitian masuk dalah
kategori: sangat setuju, setuju, sukup setuju, kurang setuju, dan sangat tidak setuju.
Selanjutnya menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dan dilihat dari
perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal, nilai aktual diperoleh melalui
hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai dengan klasifikasi bobot yang
diberikan (1, 2, 3, 4,dan 5) sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan
prediksi nilai tertinggi dikali dengan jumlah kuesioner dan dikalikan dengan jumlah
responden.

17
A. Instrumen Penelitian
Angket

18
19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Survey
1. Anda selalu berpikir sebelum menemukan topik pembicaraan yang tepat

2. Anda merasa bosan mendengar orang yang terlalu mendominasi pembicaraan

3. Anda merasa kesal ketika ada orang yang berbicara dengan anda yang
cenderung
menggurui

20
4. Kesopan santunan seseorang dalam berkomunikasi mempengaruhi cara
pandang anda terhadap personal branding orang tersebut

5. Anda menganggap bahwa ketidaksopanan menimbulkan keseganan bagi orang


disekitar

B. Pembahasan
Dari pernyataan pertama 63,2% responden menyatakan sering berpikir sebelum
menemukan topik pembicaraan yang tepat , 19,3% responden menyatakan jarang berpikir
sebelum menemukan topik pembicaraan yang tepat, 15,8% reesponden menyatakan selalu
berpikir sebelum menemukan topik pembicaraan yang tepat menyatakan jarang sekali
mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Dari data tersebut , dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B berpikir
sebelum menemukan topik pembicaraan yang tepat.
21
Dari pernyataan kedua , 43,9% responden menyatakan sering merasa bosan ketika ada
orang yang terlalu mendominasi pembicaraan. 33,3% menyatakan bahwa merasa bosan
ketika ada orang yang terlalu mendominasi pembicaraan., dan 15,8% menyatakan jarang
merasa bosan ketika ada orang yang terlalu mendominasi pembicaraan.. dpat disimpulkan
bahwa sebagian besar mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B merasa
bosan ketika ada orang yang terlalu mendominasi pembicaraan.
Dari pernyataan ketiga 50,9% responden menyatakan selalu merasa kesal ketika ada
orang yang berbicara yang cenderung menggurui. 29,8% lainnya menyatakan sering selalu
merasa kesal ketika ada orang yang berbicara yang cenderung menggurui.15,8% lainnya
menyatakan jarang selalu merasa kesal ketika ada orang yang berbicara yang cenderung
menggurui.. Dari data tersebut , dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa Ilmu
Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B merasa kesal ketika ada orang yang berbicara
yang cenderung menggurui
Dari pernyataan keempat 77,2% menyatakan bahwa kesopan santunan seseorang
dalam berkomunikasi selalu mempengaruhi cara pandang terhadap personal branding orang
tersebut. 17,5% lainnya menyatakan bahwa kesopan santunan seseorang dalam
berkomunikasi sering mempengaruhi cara pandang terhadap personal branding orang
tersebut Dari data tersebut , dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa Ilmu
Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B menganggap kesopansantunan seseorang
mempengaruhi cara pandang mengenai personal branding orang tersebut.

Dari pernyataan kelima 75,4% responden menyatakan tidak pernah menganggap


bahwa ketidaksopanan menimbulkan keseganan bagi orang disekitar, 15,8% responden lain
menganggap bahwa ketidaksopanan menimbulkan keseganan bagi orang disekitar , 7%
lainnya mengatakan jarang menganggap bahwa ketidaksopanan menimbulkan keseganan bagi
orang disekitar Dan sisanya menyatakan selalu merusak fasilitas sekolah , mencoret-coret
tembok di lingkungan sekolah. Dari data tersebut , dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
besar mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B tidak mrnganggap
bahwa ketidaksopanan menimbulkan keseganan bagi orang disekitar

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang
baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,
dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat..
Dalam etika biasanya dibedakan antara “ etika deskriptif “ dan “ etika normatif “.
Etika deskriptif memberikan gambaran dari gejala kesadaran moral, dari norma
konsep-konsep etis. Sedangkan etika normatif tidak berbicara lagi tentang gejala,
melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan manusia.
Komunikasi melibatkan pilihan, mencerminkan nilai nilai, dan memiliki konsekuensi
yang merupakan elemen kunci dari komunikasi. Para ahli telah mengidentifikasi
berbagai pendekatan untuk studi etika komunikasi. Beberapa pendekatan berfokus
pada niat, pada cara, dan pada konsekuensi. Beberapa pendekatan untuk etika
komunikasi terutama pada tugas, kewajiban, hak, dan tanggung jawab.
Personal branding didasarkan atas nilai-nilai kehidupan anda dan memiliki
relevansi tinggi terhadap siapa sesungguhnya diri anda. Dimana nilai nilai kehidupan
dapat tercermin melalui etika normatif seseorang dalam berkomunikasi.Personal
branding merupakan merek , pribadi anda di benak semua orang yang kenal.
Personal branding akan membuat semua orang memandang anda secara berbeda dan
unik. Orang mungkin akan lupa dengan wajah, namun “merek pribadi‟ akan selalu
diingat orang lain. Konsistensi merupakan prasyarat utama dari personal branding
yang kuat. Hal-hal yang tidak konsisten akan melemahkan personal branding anda,
dimana pada akhirnya akan menghilangkan kepercayaan serta ingatan orang lain
terhadap diri anda

Berdasarkan penelitian yang saya lakukan sebagian besar mahasiswa Ilmu


Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B memperhitungkan etika dalam tindakan
berkomunikasinya , hal ini dibuktikan melalui hasil survey yang menyatakan bahwa
lebih dari 70% mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B
berpikir terlebih dahulu sebelum menemukan topik yang tepat. Tindakan seperti
terlalu mendominasi pembicaraan dan bersikap menggurui menurut hasil penelitian
kamu merupakan halyang tidak disukai oleh sebagian besar mahasiswa Ilmu

23
Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta kelas B. Menurut penelitian yang saya
laksanakan , lebih dari 70% mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta
kelas B menyatakan bahwa Kesopan santunan seseorang dalam berkomunikasi
mempengaruhi cara pandang terhadap personal branding orang tersebut. Dan yang
terakhir adalah pernyataan bahwa sebagian besar orang tidak tertarik membangun
personal branding negatif melalui perilaku ketidaksopanannya.

B. Saran
Saran untuk kampus adalah hendaknya dalam pendidikan kampus , penerapan
mengenaietika lebih dilakukan serta sebaiknya kampus memberi pengertian bahwa
selain akademik dan soft skills etika juga merupakan hal penting dalammembangun
personal branding yang baik

Saran untuk mahasaswa adalah hendaknya mahasiswa mulai menanamkan


nilai nilai yang terkandung dalam dirinya guna membentuk kepribadian dan personal
branding yang bagus. Seperti yang kita ketahui personal branding akan menunjang
relasi serta karir kita kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi , Hamid.2003.Dasar Konsep Pendidikan Moral.Bandung.Alfabeta.

Mulyana , Deddy. 2010 . Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar .Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya

Giles D. 2003. Media Psychology. London (GB): Lawrence Erlbum Associates.

Iskandar , Intan , dkk. 2006. Oh Behave : Etiquette for Everyday Life. Jakarta : Cosmopolitan

Johannesen RL. 1996. Etika Komunikasi. Bandung (ID). Remaja Rosdakarya

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007

McNally, D., & Speak, K. D. 2002. Be Your Own Brand.San Fransisco: Berret Koehler
Publisher

Mufid ,Muhammad. 2009. Etika Dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: kencana prenada media
group,

Musiawan,Ria dan Sirikit Kumaat . 2014. Small Things That Matter : Hal Hal Kecil Yang
Perlu Diperhatikan dalam Pergulan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Montoya, Peter 2002, The Personal branding Phenomenon, Nashville, VaughanPrinting

Montoya, Peter., & Vandehey, Tim.(2008). The Brand Called You: Make Your Business Stand
Out in a Crowded marketplace (paperback). United States of America: McGraw-Hill.

Profil Program Diploma IPB. [Internet]. Diakses tanggal 02 Desember 2019. Tersedia
di www.diploma.ipb.ac.id.

Wood. 2013. Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian. Edisi 6. Jakarta

25
(ID): Penerbit Salemba Humanika.

26

Anda mungkin juga menyukai