HUKUM AGRARIA
”Peranan Hukum Agraria Terhadap Masyarakat”
DOSEN : H.Tajuddin S.Pd.,M.Pd
OLEH:
Humairah Kadir
2201006
PRODI PPKN (Semester II)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan izin-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan.
Makalah ini berjudul “Peranan Hukum Agraria Terhadap Masyarakat”
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Hukum Agraria. Dalam
makalah ini, kami mengungkapkan gambaran mengenai ruang lingkup hukum
agraria terkhususnya pertanahan.
saya pun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
rendah hati kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Agraria
b. Hukum Agraria
c. Hukum Tanah
2. Administrasi Pertanahan
3. Hak-hak Atas Tanah
4. Kebijakan Nasional Dibidang Pertanahan
5. Pengadaan Tanah Oleh Negara Untuk Kepentingan Umum
6. Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah
7. Mediasi Sengketa Pertanahan
8. Penataan Guna Tanah
9. Tanah,Hak Asasi Manusia dan Keadilan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Hukum agraria adalah keseluruhan norma-norma hukum baik
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan hukum antara subjek
hukum dalam bidang agraria. Hukum agraraia sebenarnya merupakan sekelompok
berbagai bidang hukum yang masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas
sumber daya alam yakni hukum tanah, hukum air, hukum pertambangan, hukum
perikanan dan hukum penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang
angkasa:
1 . Di Indonesia, sebutan agraria di lingkungan Administrasi Pemerintahan dipakai
dalam arti tanah baik tanah pertanian maupun non pertanian, tetapi Agrarisch Recht
atau Hukum Agraria di lingkungan Administrasi Pemerintahan dibatasi pada
perangkat peraturan perundangundangan yang memberikan landasan hukum bagi
penguasa dalam melaksanakan kebijaksanaannya di bidang pertanahan, maka
perangkat hukum tersebut merupakan bagian dari hukum administrasi negara.
2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria merupakan
produk hukum yang mengakhiri hukum agraria kolonial yakni Undang-undang
Agraria Tahun 1870. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok
Agraria sebagai produk hukum paling populis.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah peran Hukum Agraria Terhadap Masyarakat dalam
implementasi asas itkad baik dalam peralihan hak atas tanah sebagai dasar
pembuktian bagi pemiliknya?
2. Bagaimanakah asas Hukum Agraria atas asas itkad baik dalam peralihan
hak atas tanah sebagai dasar pembuktian bagi pemiliknya ?
3. Bagaimana akibat hukum apabila asas itkad baik tidak diimplementasikan
di dalam peralihan hak atas tanah sebagai dasar pembuktian bagi
pemiliknya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan peran Notaris dalam implementasi asas Nemo Plus
Yuris dan asas itikad baik dalam peralihan hak atas tanah sebagai dasar
pembuktian bagi pemiliknya
2. Untuk mengetahui asas Nemo Plus Yuris dan asas itikad baik
dalamperalihan hak atas tanah sebagai dasar pembuktian bagi pemiliknya 3.
Untuk menganalisis akibat hukum apabila asas Nemo Plus Yuris dan asas
itikad baik tidak diimplementasikan di dalam peralihan hak atas tanah
sebagai dasar pembuktian bagi pemiliknya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat
memberikan masukan bagi pengembangan ilmu hukum khususnya di
bidang hukum agraria dan kenotariatan dalam hal peralihan hak atas tanah 2
2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi para praktisi hukum khususnya dalam hukum pertanahan dan hukum
kenotariataran dalam hal peralihan hak atas tanah .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agraria
Istilah Agraria berasal dri kata Akker ( Bahasa Belanda ), Agros (Bahasa
Yunani) berarti tanah pertanian, Agger (Bahas Latin) berarti tanah atau sebidang
tanah,Agrarius (Bahasa Latin) berarti perladangan,persawahan, pertanian, Agrarian
(Bahasa Inggris) berarti tanah untuk pertanian.
•Menurut Andi Hamzah, agraria adalah masalah dan semua yang ada di
dalam dan diatasnya
•Menurut Subekti dan R Tjitrisoedibio, agraria adalah urusan tanah dan
segala apa yang ada di dalam dan di atasnya, yang di dalam tanah misalnya
batu, kerikil, tambang, sedangkan yang ada diatas tanah berupa tanaman,
bangunan.
Ruang lingkup agraria / sumber daya alam dapat dijelaskan sebagi berikut :
•Bumi; Pengertian bumi menurut pasal 1 ayat (4) UUPA adalah permukaan
bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya serta yang berada dibawah air.
•Air; Pengertian air menurut pasal 1 ayat (5) UUPA adalah air yang berada
diperairan pedalaman maupun air yang berada dilaut diwilayah Indonesia
•Ruang Angkasa; Penertian ruang angkasa menurut pasal 1 ayat (6) UUPA
adalah ruang diatas bumi wilayah Indonesia dan ruang diatas air wilayah
Indonesia. Pengertian ruang angkasa menurut pasal 48 UUPA ruang diatas
bumi dan air yang mengandung tenaga dan unsur – unsur yang dapat
digunakan untuk usaha – usaha memelihara dan memperkembangkan
kesuburan bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
•Kekayaan alam yang terkandung di dalamnya; Kekayaan alam yang
terkandung didalam bumi disebut bahan, yaitu unsur – unsur kimia,
mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan, termasuk batuan-
batuan mulia yang merupakan endapan – endapan alam.
2. Administrasi Pertanahan
Secara umum melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (https://kbbi.kemdikbud.go.id/), dimana
masing-masing berdefinisi :
1.Administrasi
usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara
penyelenggaraan pembinaan organisasi usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kebijakan untuk mencapai tujuan kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan kegiatan kantor dan tata usaha pemerintah atau
lembaga pemerintah
2.Pertanahan
hal-hal yang berhubungan dengan kepemilikan tanah milik
Berangkat dari definisi dasar secara bahasa Indonesia tersebut diatas, maka
dilakukan penelusuran definisi berdasarkan literatur.
Pengertian administrasi pertanahan adalah suatu usaha dan manajemen yang
berkaitan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertanahan
dengan mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan pembahasan diatas telah diketahui bahwa urusan pertanahan
memiliki Undang-undang khusus yang dikenal dengan UUPA, sehingga terkait
seluruh definisi tersebut saya mencoba mendefinisikan pemahaman saya tentang
administrasi pertanahan adalah sebagai berikut :
Usaha dan kegiatan yang dimulai sejak penetapan tujuan, serta cara-cara
penyelenggaraan pembinaan organisasi, hingga termasuk segenap usaha dan
manajemen yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan pemerintah
dalam satu kesatuan yang terdiri atas rangkaian kegiatan penataan.
Rangkaian-rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok dalam
bidang pemerintah ini merupakan kegiatan aparatur negara dalam melayani
kepentingan rakyat yang saling terkait satu sama lain, dan melayani kepentingan
rakyat yang secara lebih spesifik merupakan kepentingan atas hal-hal yang
berhubungan dengan kepemilikan tanah milik, pencapaian pemenuhan kepentingan
rakyat ini dilakukan pemerintah dengan mengerahkan sumber daya untuk mencapai
tujuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
Undang Undang Nomor 5 tahun 1960 yang dikenal dengan Undang Undang Pokok
Agraria (UUPA).
E. Hak Pakai
Penertian Hak Pakai. Menurut pasal 41 ayat (1) UUPA yang dimaksud dengan HP
adalah Hak untuk mengguanakan dan atau memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh
pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perrjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentengan dengan ketentuan UUPA
Jangka Waktu Hak Pakai. Pasal 41 ayat (2) UUPA tidak menentukan secara
tegas berapa lama jangka waktu hak pakai. Dalam PP No. 40 Tahun 1996 jangka
waktu hak pakai diatur pada pasal 45sampai dengan 49 yaitu :
1. Hak Pakai Atas Tanah Negara. Hak pakai ini berjangka waktu untuk
pertama kali paling lama 25 tahun, dapat diperpanjang untuk jagka waktu
paling lama 20 tahun, dan dapat diperbaharui untuk paling lama 25 tahun.
2. Hak Pakai Atas Tanah Hak Pengelolaan. Hak pakai ini berjangka waktu
untuk pertama kali paling lama 25 tahun, dapat diperpanjang untuk paling
lama 20 tahun, dan dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 25
tahun.
3. Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik. Hak Pakai ini diberikan untuk paling
lama 25 tahun dan tidak dapat diperpanjang. Namun atas kesepakatan
antara pemilik tanah dengan pemegang hak pakai dapat diperbaharui
dengan pemberian hak pakai baru dengan akta yang dibuat oleh PPAT dan
wajib didaftarkan ke kantor pertanahan kabupaten.
F. Hak Sewa Untuk Bangunan
Pengertian Hak Sewa Untuk Bangunan menurut pasal 44 ayat (1) UUPA
adalah Hak yang dimiliki seseorang atau badan hokum untuk mendirikan dan
mempunyai bangungan diatas tanah Hak Milik orang lain dengan membayar
sejumlah uang sewa tertentu dan dalam jangka waktu tertentu yang disepakati oleh
pemilik tanah dengan pemegang hak sewa untuk bangunan.
Pasal 1
Dalam rangka mewujudkan konsepsi kebijaksanaan dan sistem pertanahan nasional
yang utuh dan terpadu, serta pelaksanaan Tap MPR Nomor !X /MPR/2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Badan Pertanahan
Nasional melakukan langkah-langkah percepatan:
a. penyusunan Rancangan Undang-Undang penyempurnaan Undand-undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria dan
Rancangan Undang-Undang tentang Hak Atas Tanah serta perundang-
undangan lainnya di bidang pertanahan.
b. pembangunan sistem informasi dan managemen pertanahan yang meliputi:
Pasal 2
(3). Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang bersifat lintas
Kabupaten/Kota dalam satu Propinsi, dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi yang
bersangkutan.
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini maka ketentuan pasal 114 ayat (6)
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor30 Tahun 2003 dinyatakan tidak berlaku.
2. SARAN
1. Pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana undang-undang
diharapkan untuk merevisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang PokokPokok Agraria. Revisi tersebut berupa pengecualian
asas pemisahan horizontal terhadap rumah susun. Asas pemisahan
horizontal dikecualikan dengan menggunakan asas perlekatan.
Pemerintah juga diharapkan memberikan pendidikan konsumen
kepada masyarakat yang akan membeli unit satuan rumah susun.
2. Bagi pelaku usaha diharapkan untuk lebih bersikap kooperatif dan
terbuka mengenai status tanah di mana rumah susun tersebut
didirikan.
3. Bagi masyarakat yang akan membeli unit satuan rumah susun
diharapkan untuk lebih cermat dan teliti dalam membeli unit satuan
rumah susun.
DAFTAR PUSTAKA
• http://e-journal.uajy.ac.id/8901/6/5MIH02218.pdf
• https://makalahiainibpadang.blogspot.com/2015/12/tata-
guna-tanah-hukum-agraria.html
• http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1334920&val=907&title=PERAN%20BADAN
%20PERTANAHAN%20NASIONAL%20DALAM
%20PENYELESAIAN%20SENGKETA
%20PERTANAHAN%20MELALUI%20MEKANISME
%20MEDIASI#:~:text=Mediasi%20merupakan
%20penyelesaian%20sengketa%20melalui,yang%20dapat
%20disepakati%20para%20pihak.&text=Penyelesaian
%20sengketa%20pertanahan%20dapat
%20diselesaikan,BPN%20(Badan%20Pertanahan
%20Nasional).