Party Voting
Identifi- Behavior
cation
Long Term
Issues
Sekalipun tampak “ringkas” dan “sederhana”,
variabel-variabel di atas mencakup dimensi yang
sangat luas. Seperti yang dikatakan oleh Paul
Alien Beck:
“The American voters employs virtually all of the
concepts conventionally drawn upon in analyzing
voter choice; attitudes toward parties, candidates,
and issues, party loyalties, ideology, election laws,
social group membership, social calss, economic
outlooks, farm conditions, geographical mobility,
education, incupations, sex, personality and party
performance”.
Namun demikian, variasi yang luas itu sebenarnya
dapat dikelompokkan kedalam enam faktor.
Keenam faktor itu: (1) identifikasi terhadap partai;
(2) persepsi pemilih terhadap atribut-atribut pribadi
masing-masing calon (candidate); (3) kepentingan
kelompok yang mereka wakili; (4) isu-isu politik
dalam negeri; (5) isu-isu politik luar negeri; (6)
penampilan partai dalam mengelola pemerintahan.
Cara berfikir kelompok Michigan ini juga tidak luput
dari kritik.
Setidaknya ada tiga kelemahan utama dari
pemikiran kelompok Michigan. Pertama, model ini
hanya menekankan pengaruh satu arah (one way
influence). Identifikasi terhadap partai dianggap
sebagai varibel bebas yang mempengaruhi isu
jangka pendek, isu jangka panjang, kemudian
keputusan memilih. Model ini menihilkan
kemungkinan adanya pengaruh balik (feedback
influence) dari, misalnya, isu jangka pendek
terhadap identifkasi partai.
Kedua, pengaruh langsung yang dikemukakan
dalam model ini, bisa saja menjadi pengaruh yang
tidak langsung (indirect influence). Adanya
kemungkinan hubungan yang bersifat timbal balik
(reciprocal) antar variabel-variabel yang terlibat,
dapat mengakibatkan turunnya daya penjelas
langsung antara identifikasi ke partai dengan
keputusan memilih.
Ketiga, sebagai konsekuensi dari kelemahan-
kelemahan di atas, maka identifikasi partai tidak
selamanya berfungsi sebagai faktor penjelas
(independent variable). Faktor ini dapat pula
berubah menjadi faktor yang dijelaskan (dependent
variable).
Menyadari kelemahan-kelemahan di atas, serta pada
saat yang bersamaan kekuatan dari pemikiran
Sosiologis, maka para analis berusaha untuk
memperbaharui pola pemikiran Kelompok Michigan.
Viorina, misalnya, menemukan bahwa identifikasi ke
satu partai itu sebenarnya merupakan keputusan
yang berkembang berdasarkan pada identifikasi
partai terdahulu (past party identification), penilaian-
penilaian penampilan partai di masa lalu
(retrospective evaluations of performance), dan
harapan-harapan terhadap partai itu di masa
mendatang (future expectations). Dengan demikian,
identifikasi terhadap partai itu bersifat dinamis.
pengembangan model kelompok Michigan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sos Pol Is. Pol
Keterangan:
Sospol : Sosialisasi Politik.
Sejarah : Pemahaman akan Sejarah.
I.P.K. : Isu Politik Masa Kini.
Is. Pol. : Isu Politik secara Umum.
Is. Kand. : Isu seputar Kandidat yang akan ditampilkan.
Kep. Pil. : Keputusan untuk memilih.
Kuatnya ketiga variabel anteseden ini, tidak
menjamin bahwa orang yang secara formal
berafiliasi ke satu partai, benar-benar akan
memberikan suaranya pada partai politik atau
kandidat calon Presiden/Wakil Presiden atau
Kepala Daerah. Keputusan memberi suara, masih
tergantung kepada perkembangan isu politik
secara umum, serta penampilan atau kemampuan
kandidat menangkal atau mengantisiapsi isu-isu
tersebut.
D. Pendekatan Rasional
• Pada kenyataannya sebagian pemilih mengubah
pilihan politiknya dari satu pemilihan ke pemilihan
lainnya, peristiwa atau kejadian politik dan sosial
tertentu dapat mempengaruhi perilaku politik
seseorang. Begitu pula dengan acara kumpul-
kumpul seperti majelis ta’lim atau pengajian jika
dikemas dengan substansi dan strategi tidak
mustahil dapat pula mempengaruhi preferensi
pemilih.
• Ketertarikan pemilih pada isu-isu tertentu dan figur
kandidat yang ditawarkan oleh partai politik bersifat
situsional dan tidak selalu permanen dan bisa
berubah-ubah, dan tidak terlepas dari peristiwa
sosial, ekonomi dan politik yang berlangsung
menjelang dan selama pilkada secara langsung
Dalam pendekatan rasional, perilaku pemilih
ditentukan pula oleh faktor-faktor tertentu seperti
prosedur dan aturan main dalam Pemilu.
Pendekatan rasional menekankan bahwa para
pemilih benar-benar rasional dalam memilih dan
melakukan penilaian yang valid terhadap tawaran
calon kandidat. Pemilih rasional biasanya memiliki
sifat rasional sebelum menjatuhkan pilihannya,
motivasi yang tinggi, prinsip yang kuat, memiliki
pengetahuan dan informasi yang cukup luas, pilihan
mereka terhadap calon kandidat bukanlah faktor
kebetulan atau kebiasaan, bukan pula untuk
kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan
umum.
Adapun ciri-ciri pemilih rasional antara lain:
1. Dapat mengambil keputusan bila dihadapkan
pada suatu alternatif;
2. Dapat membandingkan apakah sebuah alternatif
lebih disukai, sama dengan atau lebih rendah
dibandingkan alternatif lain;
3. Menyusun alternatif secara transitif; Jika A lebih
disukai daripada B, dan B lebih baik daripada C,
maka A lebih disukai daripada C.
4. Memilih alternatif yang tingkat preferensinya lebih
tinggi;
5. Selalu mengambil keputusan yang sama bila
dihadapkan pada alternatif yang sama.
E. Pendekatan Domain Kognitif /Political Marketing