Anda di halaman 1dari 10

Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan

Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)


Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)

INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK


(Studi Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
Irma Rachmayani1, Arizka Warganegara2

Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia 1,2


E-mail: irmarachmayani5@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa proses pelembagaan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). penelitian ini didesain dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, metode ini menggambarkan
obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan sedang berlangsung
dengan jalan mengumpulkan, memahami alur peristiwa secara kronologis, dan
menjelaskan data yang diperoleh untuk kemudian dianalisis sesuai teori yang
ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1). Belum teraktualisasikannya
institusional partai PDIP dilihat melalui dominasi pemimpin partai yaitu
Megawati Soekarnoputri. Dan masih kentalnya dominasi elit politik dalam
melahirkan kader instan. 2). Tidak jelasnya ideologi yang hampir berimbas
terhadap ketiadaan ikatan yang kuat antara partai politik, Hampir tidak ada
perbedaan menonjol dalam hal garis ideologi antara satu partai politik dengan
partai politik lain. Akibat dari hal tersebut pemilih terlampau mudah untuk
berpindah-pindah pilihan dalam setiap pemilu sesuai dengan dinamika sosial
politik saat itu. 3). Tingkat partisipasi pemilih (voters turn out) yang terus
mengalami penurunan dalam setiap pelaksanaan pemilu. Dan 4). tantangan lain
PDIP adalah persepsi publik, hingga saat ini PDIP dapat dinilai sebagai partai
yang masih lemah, Ini menunjukan betapa masih lemahnya ideologi yang
dibangun partai. Citra PDIP sebagai partainya “wong cilik”.

Kata Kunci: Institusionalisasi Partai Politik, Partai Politik, PDIP

ABSTRACT

This study aims to analyze the institutionalization process of the Indonesian


Democratic Party of Struggle (PDIP). This study was designed using a descriptive
qualitative research method. This method describes the research object based on
existing and ongoing facts by collecting, understanding the chronological flow of
events, and explaining the data obtained to then be analyzed according to existing
theory. The research results show that: 1). The institutionalization of the PDIP
party has not yet been actualized, seen through the domination of the party
leader, namely Megawati Soekarnoputri. And the dominance of the political elite
is still strong in giving birth to instant cadres. 2). The lack of clear ideology
almost results in the absence of strong ties between political parties. There is
almost no notable difference in terms of ideological lines between one political

Halaman | 389
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
party and another. As a result of this, it was too easy for voters to move between
their choices in each election according to the socio-political dynamics of the
time. 3). The turnout rate of voters (voters turn out) continues to decline in every
election. And 4). Another challenge for PDIP is public perception, until now
PDIP can be assessed as a party that is still weak. This shows how weak the
ideology that the party has built is still weak. The image of PDIP as the party is
“little people”.

Keywords: Institutionalization of Political Parties, Political Parties, PDIP

PENDAHULUAN politik rendah, dari 12 institusi partai


Partai politik hadir sebagai salah politik berada dibawah dengan tingkat
satu upaya perwujudan negara ke arah kepercayaan sebesar 54%
yang lebih demokratis, karena warga (Kompas.com 03/04/2022)
negaranya dapat berpartisipasi Hal ini menjadi hal yang
langsung dalam mengelola kehidupan kontradiktif jika melihat sejarah
berbangsa maupun bernegara. Partai lahirnya partai politik sebagai wadah
politik merupakan sekumpulan orang di perwujudan demokrasi. Secara umum,
dalam organisasi politik yang sama dan tumbuhnya rasa tidak percaya dan
memiliki asas, tujuan, dan visi-misi sikap skeptis publik pada partai politik
yang sama untuk mencapai sebagaimana tergambar dalam
kepentingan bersama. Dalam sistem beberapa kasus yang terjadi yang
politik Indonesia partai politik melibatkan aktivis partai, konflik
memiliki peran yang sangat penting internal yang gaduh di banyak
dalam proses demokrasi (Miriam, pemberitaan, performa partai yang
2008) masih jauh dari harapan, dan
Keberadaan partai politik pelembagaan partai yang jalan di
dihadapkan pada kondisi paradoksal, tempat adalah beberapa masalah yang
dimana tingkat kepercayaan publik masih menghinggapi partai politik di
terus menurun seakan menjadi tren Indonesia hingga saat ini. Padahal
dikalangan masyarakat. Jika partai politik dan demokrasi memiliki
dibandingkan dengan awal reformasi kaitan yang sangat erat, tidak ada
tingkat kepercayaan publik (terhadap demokrasi tanpa partai politik.
parpol) saat itu relatif tinggi, namun Kualitas partai politik berelasi
belakangan justru hasil survei kuat dengan proses pelembagaan,
menunjukan adanya penurunan tingkat dalam konteks ini upaya untuk
kepercayaan publik kepada partai meninjau proses pelembagaan partai
politik. Berdasarkan hasil survei politik merupakan bagian dari upaya
nasional Indikator Politik Indonesia memastikan demokrasi diisi oleh partai
menunjukan bahwa tingkat politik yang berkualitas (Randall dan
kepercayaan publik terhadap partai Lars, 2002). Huntington mengatakan

Halaman | 390
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
(Pamungkas, 2011) pelembagaan hanya satu-dua parpol, beberapa parpol
merupakan proses dimana organisasi di Indonesia mengandalkan figuritas
dan prosedur memperoleh kestabilan. ketokohan semata, sistem internal
Atau dalam pengertian Randall dan parpol yang masih feodal yakni pucuk
Lars (2002), pelembagaan diartikan pimpinan partai dikuasai oleh keluarga.
sebagai proses dimana partai menjadi Berdasarkan hasil latar belakang
stabil (mantap) dalam hal pola perilaku yang telah dipaparkan penulis tertarik
yang terintegrasi maupun dalam hal untuk menganalisa secara mendalam
sikap (attitude) dan budaya. terkait, “Institusionalisasi Partai Politik
Tidak hanya persoalan (tudi pada Partai Demokrasi Indonesia
pelembagaan partai politik yang perlu Perjuangan (PDIP)”.
diatur dengan sedemikian baik tetapi
partai pula harus mampu mengikuti KAJIAN PUSTAKA
perubahan-perubahan pada sistem Konsep Pelembagaan Partai Politik
politik agar tetap mampu berkompetisi Terkait dengan masalah
partai politik harus mampu pelembagaan partai politik, Vicky
menyesuaikan diri dengan perubahan Randall dan Lars Svasand (2002)
yang terjadi di masyarakat, agar dapat mencoba memberikan penjelasan
bertahan dan meraih dukungan ataupun tentang pelembagaan partai.
simpati yang besar dari masyarakat Pelembagaan partai politik merupakan
(Romli, 2008). proses penetapan partai politik baik
Saat ini terus bermunculannya secara struktural dalam rangka.
aktivis-aktivis partai politik koruptif. Mempolakan perilaku maupun secara
Misalnya dalam beberapa tahun kultural dalam mempolakan sikap
terakhir beberapa ketua parpol maupun budaya. (the process by which
mendekam dipenjara . Selain itu, dalam the party become established in terms
isu korupsi pengadaan kartu tanda of both integrated patterns on
penduduk berbasis elektronik (e-KTP) behaviour and of attitude and culture)”
menjerat sebagian besar elite politik (Ridha, 2016). Proses pelembagaan ini
yang didakwa terlibat kasus tersebut, dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek
sistem kaderisasi internal partai yang internal-eksternal, dan aspek struktural-
masih menggunakan patronase kultural. Apabila kedua aspek ini
ketokohan semata. Beberapa parpol dipersilangkan maka akan
yang saat ini memiliki perwakilan di menghasilkan sebuah tabel empat sel
parlemen misalnya ketua umumnya yaitu :
sudah beberapa periode tidak 1. Derajat kesisteman (systemnes),
tergantikan, paling bergeser ke ketua sebagai hasil persilangan aspek
Dewan Pembina. Artinya, regenerasi internal dengan struktural.
kaderisasi kepemimpinan di parpol 2. Derajat identitas nilai (value
tersebut tidak berjalan. Dan, bukan infusion), suatu partai sebagai

Halaman | 391
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
hasil persilangan aspek internal penguasa maupun pemerintah, atau
dengan kultural. sumber dana misalnya, pengusaha,
3. Derajat otonomi suatu partai penguasa, negara, atau lembaga luar
dalam pembuatan keputusan lainnya serta sumber dukungan massa
(decisional autonomy), sebagai seperti organisasi masyarakat.
hasil persilangan aspek eksternal Hal yang terpenting dalam
dengan struktural. dimensi ini adalah: Pertama, apakah
4. Derajat pengetahuan atau citra partai tergantung pada aktor luar
publik (reification), sebagai hasil tersebut. Kedua, apakah keputusan
persilangan aspek eksternal partai turut ditentukan oleh aktor luar.
dengan kultural (Ridha, 2016). Idealnya, partai politik tersebut
Pertama, Derajat Kesisteman melembaga apabila semua keputusan
atau systemness merupakan proses partai yang dibuat partai terbebas dari
pelaksanaan fungsi-fungsi partai intervensi pihak luar (Wahid, 2018).
politik, termasuk penyelesaian konflik, Keempat, Derajat reifikasi atau
dilakukan menurut aturan, persyaratan, derajat pengetahuan publik tentang
prosedur dan mekanisme yang partai politik yang merujuk pada
disepakati dan ditetapkan oleh partai pertanyaan apakah keberadaan partai
politik dalam AD dan ART partai politik itu telah tertanam pada imajinasi
politik. publik ? (Susanto, 2018). Keberadaan
Kedua, Derajat Identitas Nilai, partai politik merupakan aspek yang
berkaitan dengan ideologi atau penting dalam pendekatan terhadap
platform partai, berdasarkan basis masyarakat dan apabila pengetahuan
sosial pendukungnya dan identifikasi publik terhadap partai politik sudah
anggota terhadap pola dan arah tercapai maka publik akan
perjuangan yang diperjuangkan partai menyesuaikan aspirasi dan harapan
tersebut. Derajat identitas nilai suatu maupun sikap dan perilaku mereka
partai berkaitan dengan hubungan dengan keberadaan partai politik
partai dengan kelompok populis tersebut (Prattama, 2015).
(popular group) tertentu, apakah suatu Partai Politik
partai mengandung dimensi sebagai Partai politik merupakan salah
gerakan sosial yang didukung satu acuan yang terdapat di dalam
kelompok populis tertentu, baik masyarakat atau negara yang menganut
berdasarkan kelas maupun komunitas sistem demokrasi. Seiring dengan
agama atau etnik tertentu. Selain itu, berkembangnya sistem demokrasi pada
derajat identitas nilai (Romli, 2008). saat ini, partai politik memiliki
Ketiga, Derajat Otonomi. Derajat kedudukan yang sangat penting dalam
otonomi lebih menekankan aspek relasi sistem demokrasi karena ikut serta
antara partai dengan aktor di luar dalam kegiatan politik. Partai politik
partai, baik sumber otoritas seperti merupakan salah satu manifestasi dari

Halaman | 392
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
sebuah adanya kebebasan yang Fungsi partai politik itu dibentuk
diberikan oleh negara yaitu kebebasan secara umum, pertama, sebagai sarana
untuk berserikat dan berkumpul komunikasi politik yaitu untuk
(Wiraraja, 2012). memperbincangkan dan
Menurut Carl J. Friedrich, menyebarluaskan rencana - rencana
mengemukakan bahwa : “Partai politik dan kebijakan - kebijakan pemerintah.
merupakan sekelompok manusia yang Partai politik berperan sebagai
terorganisir secara stabil dengan tujuan penghubung antara yang memerintah
merebut atau mempertahankan dan yang diperintah. Dimana partai
penguasaan terhadap pemerintahan politik mengagregasikan kebijakan
bagi pimpinan partainya dan yang bertumpu pada aspirasi yang
berdasarkan penguasaan ini, berasal dari masyarakat. Kemudian
memberikan kepada anggota partainya rumusan tersebut diartikulasikan
kemanfaatan yang bersifat idiil serta kepada pemerintah agar dapat dijadikan
materiil (A political, party is a group sebagai sebuah kebijakan (Natalia,
og human beings, stably organized with 2015).
the objective of securing or Kedua, partai politik sebagai
maintaining for its leaders the control sarana sosialisasi politik, sosialisasi
of a government, with the further politik diartikan sebagai proses melalui
objective of giving to members of the mana seseorang memperoleh sikap dan
party, through such control ideal and orientasi terhadap fenomena politik,
material benefits and advantages)”. yang umumnya berlaku dalam
Sementara menurut Sigmund masyarakat dimana ia berada.
Neumann, menyebutkan bahwa : Ketiga, rekrutmen politik
“Partai politik adalah organisasi dari merupakan seleksi dan pemilihan atau
aktivis-aktivis politik yang berusaha seleksi dan pengangkatan seseorang
untuk menguasai kekuasaan atau sekelompok orang untuk
pemerintahan serta merebut dukungan melaksanakan sejumlah peranan dalam
rakyat melalui persaingan dengan satu sistem politik pada umumnya dan
golongan atau golongan golongan lain pemerintah pada khususnya. Dari partai
yang mempunyai pandangan yang politiklah diharapkan ada proses
berbeda (A political party is the kaderisasi pemimpin-pemimpin
articulate organization of society’s ataupun individu-individu yang
active political agents; those who are mempunyai kemampuan untuk
concerned with the control of menjalankan tugasnya dengan baik
governmental polity power, and who sesuai dengan jabatan yang mereka
compete for popular support with other pegang. (Prasetya, 2011).
group or groups holding divergent Keempat sebagai sarana pengatur
view)’’ (Miriam, 2008) konflik (conflict management). Partai
Fungsi Partai Politik politik diharapkan menjadi sarana

Halaman | 393
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
pengatur konflik yang ada dalam dilihat melalui 1) dominasi partai, 2)
kehidupan masyarakat. Dalam suasana ideologi yang tidak jelas, 3) tingkat
demokrasi, persaingan dan perbedaan partisipasi pemilih, dan 4) persepsi
pendapat dalam masyarakat selalu ada publik.
dan dianggap sebagai suatu hal yang
wajar. Jika sampai terjadi konflik, HASIL DAN PEMBAHASAN
partai politik berusaha untuk Indonesia merupakan salah satu
mengatasinya. Dalam praktek politik penganut bentuk pemerintahan yang
sering dilihat bahwa fungsi-fungsi yang demokrasi, ide dasar yang mendorong
telah disebutkan tidak dilaksanakan demokrasi bahwa setiap warga
seperti yang diharapkan (Ramlan, memiliki hak yang setara dalam
2000. Dalam kutipan Jondar, 2018). mengambil keputusan dengan harapan
dapat mengubah kehidupan mereka.
METODE Demokrasi juga menghendaki
Jenis penelitian yang digunakan dibentuknya partai politik sebagai
dalam penelitian ini adalah metode sarana partisipasi rakyat dalam proses
penelitian deskriptif dengan pengelolaan negara.
mengelompokan data yang bersifat Indonesia pasca-Orde Baru
kualitatif, Metode ini menggambarkan mengalami perubahan dalam penerapan
obyek penelitian berdasarkan fakta- sistem politik, dari sistem politik
fakta yang ada dan sedang berlangsung otoritarian ke sistem politik
dengan jalan mengumpulkan, demokratis. Penerapan sistem
memahami alur peristiwa secara demokratis memberikan perubahan
kronologis, dan menjelaskan data yang terhadap dinamika kehidupan politik,
diperoleh untuk kemudian dianalisis dalam hal kebebasan berekspresi dan
sesuai teori yang ada. Kualitatif yang berasosiasi untuk mendirikan dan
bertujuan untuk mendeskripsikan apa membentuk partai politik.
yang terjadi pada penelitian ini dan Pada era Orde Baru berlaku
tidak menggunakan kuantitas angka- sistem multipartai, namun di hegemoni
angka statistik. Menurut Moleong satu partai. Pada masa Reformasi,
(2017) Metodologi penelitian kualitatif kemudian kembali pada sistem multi-
merupakan metode yang dalam partai tanpa hegemoni satu partai. Pada
mengumpulkan data melalui cara yaitu: Era Reformasi menunjukan adanya
survey, pengamatan (observasi), dan penurunan tingkat kepercayaan
penelaah dokumentasi. Penelitian ini (kredibilitas) masyarakat terhadap
menggunakan teori Scott Mainwaring partai politik secara masif. Hal ini
yang membagi 4 ciri pemikiran terkait disinyalir terjadi karena ketidak
institusionalisasi partai politik. Scott mampuan partai politik itu sendiri yang
Mainwaring berpendapat bahwa tidak mampu memainkan fungsinya
institusionalisasi partai politik dapat secara optimal.

Halaman | 394
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
Melihat sejarah lahirnya Partai terbilang sangat rendah, hal itu dapat
Demokrasi Indonesia Perjuangan dilihat dari belum teraktualisasikannya
(PDIP) adalah partai politik yang ada di empat dimensi institusionalisasi partai
Indonesia. Sejarah PDIP dapat dituntut politik. Sebagaimana diungkapkan
mulai dari Partai Nasional Indonesia Scott Mainwaring, ciri pertama dari
(PNI) yang didirikan oleh Ir Soekarno belum kuatnya institusionalisasi partai
pada 4 Juli 1927. PNI bergabung politik adalah dominasi personal dari
dengan Partai Musyawarah Rakyat seorang elite politik. Dalam konteks
Banyak (Partai Murba), Ikatan politik Indonesia hal ini dapat dilihat
Pendukung Kemerdekaan Indonesia dari dominasi personal seorang tokoh
(IPKI), Partai Kristen Indonesia di internal partai politik. Partai
(Parkindo) dan Partai Katolik. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
gabungan tersebut kemudian (PDIP) memiliki ketergantungan tinggi
dinamakan Partai Demokrasi Indonesia terhadap sosok Megawati
(PDI) pada 10 Januari 1973. Sejak awal Soekarnoputri, dominasi ini yang
terbentuk, konflik internal PDI terus membuat warna kepemimpinan PDIP
terjadi dan diperparah dengan adanya tetap sama. Puan yang keturunan Mega
intervensi dari pemerintah. dan menjadi ketua DPR dinilai belum
PDIP merupakan salah satu partai menjadi simbol pemersatu. Perihal lain
besar ia memiliki captive market yang pada pemilihan Walikota Solo dan
luas yaitu pengagum Sukarno, juga Medan pada 2020 lalu ini
kelompok minoritas yang jumlahnya menggambarkan bagaimana secara
sekitar 13% dari total penduduk. terbuka PDIP membangun hubungan
Beberapa pendapat mengatakan dinasti politik dengan mencalonkan
baseline suara PDIP minimal 14%. Gibran Rakabuming Raka yang
PDIP juga merupakan partai penguasa, merupakan anak dan Bobby Afif
tentunya ia dayagunakan posisinya di Nasution yang merupakan menantu
pemerintahan untuk membesarkan presiden RI sekaligus kader PDIP,
partai. Dalam proses perjalanannya kehadiran 2 tokoh ini tidak hanya
PDIP sudah membangun sistem politik menggambarkan politik yang
yang baik, baik dari sisi struktur partai, dilahirkan secara instan hal ini juga
proses pengkaderan, proses kerja, menunjukan adanya dominasi elit
hingga pendanaan partai. PDIP sangat politik.
menyadari bahwa partai politik Ideologi partai politik di
memiliki fungsi penting yang sangat Indonesia yang cenderung tidak jelas
ideal. Namun disadari pula masih ada juga menjadi ciri kedua dari
gap antara fungsi ideal dan praktik di ketiadaan ikatan kuat terhadap partai
lapangan. politik di tingkat akar rumput. Hampir
Tidak dapat dipungkiri kualitas tidak ada perbedaan menonjol dalam
tata kelola partai politik masih hal garis ideologi antara satu partai

Halaman | 395
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
politik dengan partai politik lain. ketidak berpihaknya pemerintah
Akibat dari hal tersebut pemilih kepada masyarakat.
terlampau mudah untuk berpindah- Faktor utama yang menyebabkan
pindah pilihan dalam setiap pemilu hal itu terjadi adalah partai politik tidak
sesuai dengan dinamika sosial politik mampu memainkan fungsinya secara
saat itu. Dari pemilu legislatif tahun optimal sebagai organisasi profesional.
1999 hingga pemilu legislatif tahun Institusi partai politik cenderung
2004, PDIP mengalami penurunan terjebak hanya mengejar kepentingan
perolehan suara 15,5%. sendiri dan golongannya, kemudian
Ciri ketiga institusionalisasi melupakan keberadaan hakikatnya
partai politik berupa adanya pengakuan dalam sistem politik. Untuk itu,
dari elite dan warga negara bahwa dibutuhkan kerangka institusionalisasi
partai politik merupakan hal penting partai politik sebagai acuan
dan mendasar bagi kehidupan menciptakan sistem politik yang lebih
demokrasi. Dalam konteks politik demokratis.
Indonesia mutakhir hal itu mulai Pertama, partai politik harus
terlihat rapuh. Jika di masa-masa awal membangun kekuatan institusi yang
reformasi publik sangat menaruh demokratis, bukan membangun
ekspektasi tinggi terhadap partai politik kekuatan ketokohan personal atau
sebagai harapan bagi perubahan bintang politik. Apabila masih
kehidupan berbangsa dan bernegara mengandalkan figur belaka, bila figur
menuju arah lebih baik, tetapi publik itu rusak, rusak juga seluruh institusi
justru merasa sangat kecewa terhadap partai tersebut sehingga peran
kinerja partai politik. Tingkat kaderisasi dalam partai politik sungguh
partisipasi pemilih (voters turn out) vital. Menghidupkan sistem rekrutmen
yang terus mengalami penurunan internal yang terstruktur dan
dalam setiap pelaksanaan pemilu. menggunakan sistem merit. Partai
Selain ketiga hal tersebut politik memilih kader terbaik dari
tantangan lain PDIP adalah persepsi tingkat ranting, kecamatan untuk
publik, hingga saat ini PDIP dapat menjadi calon pemimpin yang akan
dinilai sebagai partai yang masih diusung pada pemilu maupun pilkada
lemah, Ini menunjukan betapa masih ke depan
lemahnya ideologi yang dibangun Kedua, partai politik harus
partai. Citra PDIP sebagai partainya memiliki integritas internal yang kuat.
“wong cilik”, seketika sudah Dengan memiliki kekuatan internal
terbantahkan dengan melihat aksi Puan yang memiliki integritas, kebijakan
Maharani mematikan mic di saat rapat yang kemudian diterapkan keluar akan
pengesahan Undang-Undang cipta memiliki kualitas yang baik karena
kerja yang saat itu disinyalir adanya lahir dari sistem integritas internal yang
baik.

Halaman | 396
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
Ketiga, Undang-Undang melalui dominasi pemimpin partai
Pemilihan Umum (Pemilu) harus yaitu Megawati Soekarnoputri.
mendukung partai politik untuk Perihal lain pada pemilihan
membentuk jadi dirinya sehingga partai Walikota Solo dan Medan pada
tidak mengandalkan kekuatan uang 2020 lalu ini menggambarkan
(money politic) dan tawaran kekuasaan bagaimana secara terbuka PDIP
sebagai senjata utama meminta membangun hubungan dinasti
dukungan. Membentuk jadi diri parpol politik dengan mencalonkan Gibran
lambat laun dapat mengikis parpol Rakabuming Raka yang merupakan
yang hanya mengandalkan uang. anak dan Bobby Afif Nasution yang
Keempat, negara bisa hadir merupakan menantu presiden RI
membiayai partai politik. Tujuannya sekaligus kader PDIP, kehadiran 2
agar partai bisa bekerja secara efisien tokoh ini tidak hanya
tanpa terbebani oleh pendana swasta. menggambarkan politik yang
Namun, pendanaan parpol oleh APBN dilahirkan secara instan hal ini juga
ini harus dipertanggungjawabkan dan menunjukan adanya dominasi elit
harus terbuka untuk umum politik.
pelaksanaannya. 2. Tidak jelasnya ideologi yang hampir
Kerangka institusionalisasi partai berimbas terhadap ketiadaan ikatan
politik di atas diharapkan menjadikan yang kuat antara partai politik,
partai politik di Indonesia menjadi Hampir tidak ada perbedaan
lebih profesional dan kembali menonjol dalam hal garis ideologi
dipercaya oleh masyarakat. Hidupnya antara satu partai politik dengan
mesin internal partai politik diharapkan partai politik lain. Akibat dari hal
kelak dapat melahirkan banyak politisi tersebut pemilih terlampau mudah
negarawan. Dengan begitu, pada suatu untuk berpindah-pindah pilihan
titik Indonesia akan menuju tahap akhir dalam setiap pemilu sesuai dengan
proses transisi demokratisasi dan sudah dinamika sosial politik saat itu.
sepenuhnya menjadi negara yang 3. Tingkat partisipasi pemilih (voters
demokrasi Pancasila seutuhnya. turn out) yang terus mengalami
penurunan dalam setiap pelaksanaan
KESIMPULAN pemilu.
Berdasarkan hasil analisis 4. Tantangan lain PDIP adalah
peneliti dan pembahasaan yang telah persepsi publik, hingga saat ini
dijelaskan dan dipaparkan, maka dapat PDIP dapat dinilai sebagai partai
diambil kesimpulan pada institusional yang masih lemah, Ini menunjukan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan betapa masih lemahnya ideologi
(PDIP), sebagai berikut : yang dibangun partai. Citra PDIP
1. Belum teraktualisasikannya sebagai partainya “wong cilik”.
institusional partai PDIP dilihat

Halaman | 397
Moderat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
Volume 9, Nomor 2, Mei 2023 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 25 Agustus 2022, Reviewed 20 Februari 2023, Publish 31 Mei 2023 (389-398)
DAFTAR PUSTAKA Konferensi Perkumpulan Dekan
Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Sosial Ptn Se Indonesia.
Ilmu Politik . Jakarta : Gramedia Prattama, Y. D. (2015). Pelembagaan
Pustaka Utama. Partai Nasional Demokrat : Studi
Randall, Vicky dan Lars, Svasand. Kasus Penguatan Elektoral Di
(2002). Party Institutionalisation Kabupaten Nganjuk. Politik
in New Democracies. Party Muda.
Politics Wiraraja, A. (2012). Pelembagaan
Pamungkas, Sigit. (2011). Partai Politik Partai Politik (Studi Kasus :
: Teori dan Praktik di Indonesia. Proses Rekrutmen Calon Anggota
Yogyakarta : Institute for DPRD Partai Demokrat di Kota
Democracy and Welfarism Surabaya Tahun 2009). Politik
Romli, Lili, dkk. (2008). Kerangka Muda.
Penguatan Partai Politik di Natalia, A. (2015). Peran Partai Politik
Indonesia. Jakarta : Puskapol Dalam Mensukseskan Pilkada
Fisip UI. Serentak Di Indonesia Tahun
Ridha, M. (2016). Dilema 2015 . Tapis
Pelembagaan Partai Di Tingkat Pasaribu, P. (2017). Peran Partai Politik
Lokal : Fenomena Politik Klan. Dalam Melaksanakan Pendidikan
Jurnal Ilmu Pemerintahan , Vol. 2 Politik . Ilmu Pemerintahan Dan
No. 1. Sosial Politik .
Wahid, M. (2018). Penguatan https://nasional.kompas.com/read/2022
Pelembagaan Partai Politik /04/03/19371471/survei-
Melalui Pilkada Serentak 2018 : indikator-kepercayaan-publik-
Sebagai Upaya Melahirkan Elit terhadap-partai-politik-
Politik Yang Etis. Jakarta : rendah?page=all

Halaman | 398

Anda mungkin juga menyukai