Anda di halaman 1dari 7

" DINAMIKA KEPARTAIAN DI INDONESIA :

POLITIK KARTEL DALAM PARTAI POLITIK "

Oleh:

1
Mutiara Dwi Putri Mulyana (223507057)

2
Fayza Salsabila(223507069)

3
Muhammad Royhan Khildani(223507073)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Dinamika kepartaian di Indonesia merupakan hal yang penting untuk dikaji, mengingat partai
politik merupakan salah satu pilar demokrasi. Salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji
adalah politik kartel dalam partai politik. Politik kartel adalah sistem kerjasama antarpartai
politik yang cenderung mewujudkan kemapanan sistem kepartaian dalam politik di
Indonesia.

Abstrak ini akan membahas tentang dinamika kepartaian di Indonesia, dengan fokus pada
politik kartel dalam partai politik. Abstrak ini akan membahas tentang konsep politik kartel,
faktor-faktor yang mendorong politik kartel, dan dampak politik kartel terhadap demokrasi di
Indonesia.

Kata kunci: dinamika kepartaian, politik kartel, demokrasi

ABSTRACT

Party dynamics in Indonesia is an important thing to study, considering that political parties
are one of the pillars of democracy. One interesting phenomenon to study is cartel politics
within political parties. Cartel politics is a system of cooperation between political parties
that tends to realize the establishment of the party system in politics in Indonesia.

This abstract will discuss party dynamics in Indonesia, focusing on cartel politics within
political parties. This abstract will discuss the concept of cartel politics, the factors that drive
cartel politics, and the impact of cartel politics on democracy in Indonesia.

Keywords: party dynamics, cartel politics, democracy


PENDAHULUAN

Kepartaian di Indonesia studi ini bertujuan untuk memahami


memainkan peran penting dalam konsep politik kartel dan menyusun
membentuk lanskap politik negara ini. kerangka pemahaman yang kokoh.
Sebagai salah satu pilar demokrasi, partai Analisis deskriptif juga diterapkan untuk
politik menjadi arena utama di mana menguraikan secara rinci bagaimana
kebijakan-kebijakan publik dirumuskan politik kartel diimplementasikan dalam
dan dipertanggungjawabkan. Namun, praktik politik di Indonesia.
dinamika internal partai politik seringkali
Namun, politik kartel juga
melibatkan fenomena yang kompleks dan
membawa dampak yang kompleks
menarik untuk dikaji. Salah satu fenomena
terhadap demokrasi di Indonesia. Di satu
yang semakin mencuat dalam konteks
sisi, politik kartel dapat membentuk koalisi
partai politik Indonesia adalah politik
yang stabil dan efektif dalam
kartel.
pemerintahan, mendukung pembentukan
Politik kartel adalah sistem kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan.
kerjasama antarpartai politik yang Namun, di sisi lain, fenomena ini dapat
melibatkan berbagai strategi kolaborasi. mereduksi variasi ideologis di antara partai
Dalam kerangka ini, partai-partai politik politik, mengurangi pilihan politik yang
bekerja sama untuk mengamankan posisi disajikan kepada pemilih, dan membatasi
dan memperkuat kekuatan politik mereka transparansi politik.
dalam pemerintahan. Dalam konteks
Dalam konteks ini, kajian ini
Indonesia, politik kartel telah menjadi titik
bertujuan untuk menyelidiki secara
fokus diskusi akademis dan politikus
mendalam dinamika politik kartel di
karena potensinya dalam membentuk
Indonesia. Dengan memahami konsep
kestabilan politik, sekaligus menimbulkan
politik kartel, menganalisis faktor-faktor
pertanyaan kritis terkait dengan integritas
pendorongnya, dan menganalisis
demokrasi.
dampaknya terhadap demokrasi, penelitian
Metode penelitian studi pustaka ini diharapkan dapat memberikan wawasan
digunakan sebagai pendekatan utama yang lebih baik tentang kompleksitas
untuk menyelidiki literatur dan teori-teori sistem kepartaian Indonesia. Melalui
yang terkait dengan politik kartel. Dengan pemahaman yang lebih dalam, kita dapat
mengacu pada karya-karya yang relevan,
menggali solusi yang berkelanjutan untuk merupakan salah satu fungsi partai untuk
memperkuat demokrasi tanah air kita. menyiapkan calon pejabat politik. Peran
sentral partai politik ini kemudian
TINJAUAN PUSTAKA
menjadikan partai politik sebagai
Dinamika kepartaian di Indonesia
kendaraan utama dalam mendapatkan
telah menjadi topik yang menarik
jabatan politik.
perhatian banyak peneliti. Salah satu topik
yang sering dibahas adalah politik kartel Dalam pemilu di Indonesia, suatu
dalam partai politik. partai mungkin mengorbankan salah satu
tujuan partai politik demi mendapatkan
Menurut Kuskridho Ambardi,
dukungan elektoral yang diperoleh dalam
terdapat 5 ciri kartel dalam sistem
pemilu.Jebakan pertanggungjawaban
kepartaian di Indonesia, yakni: (1)
adalah kondisi dimana partai politik gagal
hilangnya peran ideologi partai sebagai
menjalankan fungsi pengawasan dan
faktor penentu perilaku koalisi partai, (2)
perimbangan (check and balances) di
sikap permisif dalam pembentukkan
tingkat pemerintahan. Hal ini muncul
koalisi, (3) tidak adanya oposisi, (4) hasil-
karena partai politik hanya berpangku pada
hasil pemilu hampir-hampir tidak
target posisi politik.
berpengaruh dalam menentukan perilaku
partai politik, dan (5) kuatnya Studi tentang politik kartel di
kecenderungan partai untuk bertindak Indonesia dapat membantu
secara kolektif sebagai satu kelompok. memperkenalkan satu elemen kontekstual
dalam membahas politik keuangan partai.
Politik kartel berlawanan dengan
Kenyataan bahwa peran pemerintah di
system kepartaian yang
bidang ekonomi sangat tinggi, dan
kompetitif.Persaingan antar partai dapat
kenyataan bahwa di Indonesia korupsi
didefinisikan sebagai situasi dimana partai
masih merajalela, harus diperlakukan
menegaskan berbagai perbedaan politik
sebagai elemen khusus dalam membahas
mereka demi mengartikulasikan
model keuangan partai. Partai politik yang
kepentingan kolektif kelompok sosial yang
terkartelisasi mampu merebut rente
coba diwakili. Perbedaan itu bisa bersifat
ekonomi yang dimiliki para menteri
ideologis. Partai politik mempunyai peran
melalui kontrolnya atas kabinet.
sentral dalam pemilu di Indonesia. Partai
politik adalah yang berperan menyodorkan Studi tentang politik kartel di Indonesia
kandidat pejabat politik. Hal ini memang dapat membantu memperkenalkan satu
elemen kontekstual dalam membahas Pola serupa juga tampak pada Pemilu
politik keuangan partai. Kenyataan bahwa 2004. Berbagai partai politik dengan
peran pemerintah di bidang ekonomi variasi ideologinya bersaing keras dalam
sangat tinggi, dan kenyataan bahwa di Pemilu legislatif dan presiden. Ketika
Indonesia korupsi masih merajalela, harus Pemilu berakhir, tam- pak partai-partai
diperlakukan sebagai elemen khusus dalam politik itu membuang jauh-jauh persaingan
membahas model keuangan partai. yang telah berlangsung, seolah mereka
mengabaikan sama- sekali hasil-hasil
PEMBAHASAN Pemilu dalam membentuk pemerintahan
Pada masa awal reformasi, politik inklusif yang melibatkan semua pihak.
kepartaian di Indonesia memperlihatkan Dengan mengambil nama serupa, Kabinet
satu fenomena yang tampak bertolak bela- Indonesia Bersatu memasukkan seka- ligus
kang: partai-partai politik bersaing sengit partai-partai Islam dan sekuler. Sekali lagi,
namun sekaligus bekerjasama. Menjelang ideologi par- tai tampak sebagai nonfaktor
Pemilu 1999, dengan mudah kita melihat dalam pembentukan kabinet. Akibatnya
betapa partai-partai politik itu saling tidak ada oposisi di panggung politik.
bersaing keras. Mereka menikmati
Ada cerita tambahan yang menambah
kebebasan untuk menegaskan warna ide-
"keanehan" sistem kepartaian di Indonesia.
ologinya; dan pemilih tidak lagi
Memasuki Pemilu 2004, dua partai Islam,
diintimidasi dalam menen- tukan partai
PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan
pilihannya. Penegasan ideologis menjadi
PBB (Par- tai Bulan Bintang), bergerak
hal yang normal seba- gai upaya untuk
semakin ke kanan. Mereka menjadi lebih
menggalang suara. Misalnya, partai bebas
konservatif dan memperlihatkan derajat
mengidentifikasi dirinya sebagai partai
ke- islaman yang lebih tinggi dengan
Islam atau partai sekuler. Namun ketika
mendorong gagasan dima- sukkannya
memasuki proses pembentukan pe-
syariat Islam ke dalam konstitusi. Mereka
merintahan, persaingan politik tersebut
seolah keluar dari kolektivitas yang semula
tampak berhenti. Berbagai perbedaan
terbentuk di kabinet dan semakin tegas
ideologis di antara partai-partai seolah
memisahkan diri dari posisi yang diambil
tidak lagi menjadi faktor penting. Dengan
partai-partai lain. Akibatnya, jarak
mengambil nama Kabinet Persatuan
ideologis antara partai- partai Islam dan
Nasional, kabinet yang kemudian terben-
sekuler makin melebar. Anehnya, pada
tuk melibatkan semua partai di DPR yang
langkah politik selanjutnya, partai-partai
mencakup partai Islam dan sekuler.
sekuler merangkul mereka untuk berkoalisi
dalam pemilihan presiden (Pilpres). Apa penyebab terjadinya kartelisasi
mengakomodasinya di kabinet, dan tersebut? Dalam studi ini saya
mengajak mereka dalam kaukus mengembangkan argumen bahwa
parlementer, sehingga seolah-olah tidak kepentingan partai-partai untuk menjaga
ada perbeda- on ideologis di antara kelangsungan hidup kolektif
mereka. mengharuskan mereka membentuk kartel.
Dengan demikian, kelangsungan hidup
Tiga amatan ini memunculkan tiga
mereka ditentukan oleh kepentingant
pertanyaan penting: Mengapa partai-partai
bersama untuk menjaga berbagai sumber
itu memperlihatkan perilaku yang
keuangan yang ada, terutama yang berasal
kontradiktif? Bagaimana kita
dari pemerintah. Pada titik ini, sumber
mendeskripsikan watak sistem kepartaian
keuangan partai yang dimaksud bukanlah
yang dihasilkan dari interaksi antarpartai
uang pemerintah yang resmi dialokasikan
terse- but? Apakah sistem ini bisa disebut
untuk partai politik, melainkan uang
sebagai sistem kepartai- an yang berbasis
pemerintah yang didapatkan oleh partai
persaingan atau kolusi? Saya berpendapat
melalui perburuan rente (rent-seeking).
bahwa sejak reformasi partai-partai di
Aktivitas ini hanya dimungkinkan jika
Indonesia telah membentuk sistem
mereka memiliki akses dalam jabatan
kepartaian yang mi- rip kartel. Bukti-bukti
pemerintahan dan par- lemen. Lebih
yang saya kumpulkan menunjukkan
khusus lagi, jabatan menteri dan parlemen
adanya lima ciri kartel dalam sistem
di tingkat komisi sangat penting untuk
kepartaian di Indone- sia, yakni: (1)
memelihara sumber ke- uangan partai.
hilangnya peran ideologi partai sebagai
Sekali satu partai terlibat dalam perburuan
faktor penentu perilaku koalisi partai; (2)
rente, ia teri- kat dalam satu kelompok
sikap permisif dalam pembentukan koalisi;
kartel. Dengan demikian, nasib po- litik
(3) tiadanya oposisi; (4) hasil-hasil Pemilu
dan ekonominya bergantung pada
hampir-hampir tidak berpengaruh dalam
terpeliharanya kartel itu. Dalam situasi
menentu- kan perilaku partai politik; dan
seperti ini, partai melihat jabatan-jabatan
(5) kuatnya kecenderungan partai untuk
di kabinet dan parlemen terutama sebagai
bertindak secara kolektif sebagai satu
gerbang untuk menjalankan perburuan
kelompok. Kelima ciri ini, khususnya yang
rente, bukan untuk mewujudkan. tujuan
kelima, berlawanan dengan sifat umum
partai yang bersifat ideologis atau
sistem kepartaian yang kompetitif.
programatis.
Ambardi, K. (n.d.). Mengungkap Politik
Kartel. Google Buku.
Lestari, Y. S. (n.d.). Kartel Politik Dan
Korupsi Politik di Indonesia. Pandecta
KESIMPULAN Research Law Journal.
kesimpulan dari dinamika kepartaian di
Indonesia adalah bahwa politik kartel ada Ambardi, kuskidho.2009. Mengungkap
dalam partai politik. Politik kartel adalah Politik Kartel, Jakarta: kepustakaan
istilah yang digunakan untuk populer Gramedia
menggambarkan kelompok partai politik
yang bekerja sama untuk mempertahankan Bawaslu,tahun 2014.kajian mengenai
kekuasaan dan pengaruh mereka, daripada sistem kepartaian, sistem pemilu, dan
bersaing satu sama lain. Fenomena ini sistem presidensial di Indonesia.
ditandai dengan hilangnya peran partai
politik dalam mewakili kepentingan rakyat Ambardi (2009) dan Edward Aspinall
dan munculnya oligarki politik. Adanya (2004). kartel politik dan oligarki di
politik kartel telah menyebabkan Indonesia, mengutip beberapa sumber
kurangnya persaingan dalam sistem termasuk Kuskridho
politik, yang mengakibatkan munculnya
calon tunggal dan tingkat abstensi yang
tinggi dalam pemilihan. Persepsi publik
terhadap partai politik di Indonesia
umumnya negatif, dan mereka dianggap
bertanggung jawab atas kinerja buruk
lembaga politik. Untuk mengatasi masalah
ini, disarankan agar partai politik
memperkuat institusionalisasi mereka dan
menyederhanakan sistem partai politik di
Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Kadir, A. G. (n.d.). Dinamika Partai politik
di Indonesia. Sosiohumaniora.

Anda mungkin juga menyukai