Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Civic Hukum,

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 5, Nomor 1, Mei 2020 hal. 52-61 DOI: https://doi.org/10.22219/jch.v5i1.10677
P-ISSN 2443-1591 E-ISSN 2460-0873

PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK: STUDI PADA PARTAI


SOLIDARITAS INDONESIA KOTA BANDUNG TAHUN 2019

Nanang Suryana1, Ari Ganjar Ardiansyah2, Firman Manan3


Universitas Padjajaran, Indonesia
1,2,3

1
Email: Nanangsuryana07@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis proses pelembagaan Partai Solidaritas Indonesia
(PSI) Kota Bandung. Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode kualitatif. Bertolak
dari kerangka teoritik pelembagaan partai politik, penelitian ini menghasilkan beberapa
temuan yang berfokus pada empat derajat pelembagaan. Hasil penelitian memperlihatkan
derajat kesisteman (systemness) dalam proses pelembagaan di tubuh PSI Kota Bandung masih
jauh dari kata ideal. Faktor-faktor seperti penggunaan aturan, prosedur, dan mekanisme yang
disepakati dan ditetapkan dalam konstitusi partai belum mampu diterjemahkan PSI Kota
Bandung dalam menajemen keorganisasian. Di level derajat identitas nilai (value infusion),
PSI Kota Bandung konsisten mengusung nilai yang menjadi landasan partai. Namun, secara
prakis beberapa narasi yang diusung partai tidak terlalu mendatangkan insentif secara elektoral.
Di level decisional autonomy, kondisi PSI Kota Bandung yang hanya mengandalkan sumber
pembiayaan partai dari sumber internal, kendati kondisi ini memberikan keleluasaan dan
derajat otonomi suatu partai dalam pembuatan keputusan, namun keterbatasan kemampuan
keuangan berdampak pada efektifitas jalannya organisasi. Di level value infusion, narasi dan
isu yang dibawa parrtai menjadikan mereka dekat dengan segmen pemilih dari kelompok
minoritas, baik dari kelompok keagamaan maupun etnis. Di level keempat (reification),
diferensiasi identitas yang dibawa partai nampak belum membumi di tengah publik Kota
Bandung.

Kata Kunci: Partai Politik; Pelembagaan; PSI.

ABSTRACT
This study aims to analyze the process of institutionalizing the Indonesian Solidarity
Party (PSI) of Bandung. This research was designed using qualitative methods. Departing
from the theoretical framework of institutionalizing political parties, this study produced
several findings that focused on four degrees of institutionalization. The results showed the
degree of systemic (systemness) in the process of institutionalization in the body of PSI
Bandung is still far from the ideal word. Factors such as the use of rules, procedures, and
mechanisms agreed upon and stipulated in the party's constitution have not been able to be
translated into PSI Bandung City in organizational management. At the level of the degree
of identity value (value infusion), PSI Bandung consistently carries the values that form the
basis of the party. However, in practice some of the narratives carried by the party do not
bring electoral incentives too much. At the decisional autonomy level, the condition of PSI
in Bandung which only relies on party financing sources from internal sources, although
this condition gives the party freedom and degree of autonomy in decision making, but the
limited financial capacity has an impact on the effectiveness of the organization's running. At
the level of value infusion, the narratives and issues brought by parties make them close to
the voter segments of minority groups, both religious and ethnic groups. At the fourth level
(reification), the identity differentiation brought by the party does not seem to be down to
earth in the city of Bandung.

Keywords: Political Parties; Institutionalization; PSI.

52
53

PENDAHULUAN berelasi kuat dengan proses pelembagaan.


Keberadaan partai politik akhir-akhir Dalam konteks itu, upaya untuk meninjau
ini dihadapkan pada kondisi paradoksal. proses pelembagaan partai politik adalah
Di satu sisi pilihan atas demokrasi bagian dari upaya memastikan demokrasi
meniscayakan peran serta partai politik di diisi oleh partai politik yang berkualitas
dalamnya. Namun di sisi yang lain, tingkat (Randall dan Lars, 2002).
kepercayaan publik pada partai politik Menurut Huntington (Pamungkas,
menunjukan tren yang terus menurun. Dua 2011), pelembagaan adalah proses dimana
hal yang kontradiktif. organisasi dengan mana tata cara (prosedur)
Sekian survei yang dilakukan beberapa memperoleh nilai baku dan stabil. Atau
tahun kebelakang memperlihatkan tren dalam pengertian Randall dan Lars (2002),
penurunan kepercayaan publik terhadap pelembagaan diartikan sebagai proses
partai semakin menguat. Survei Pusat dimana partai menjadi stabil (mantap)
Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu dalam hal pola perilaku yang terintegrasi
Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 19 April-5 maupun dalam hal sikap (attitude) dan
Mei 2018 di 34 provinsi menunjukan tingkat budaya.
kepercayaan publik terhadap demokrasi masih Randall dan Lars (2002) merumuskan
besar. Namun, di sisi yang lain kepercayaan 4 dimensi yang dapat dijadikan pisau
publik terhadap partai politik relatif terpuruk analisis proses pelembagaan partai politik:
(Cnnindonesia, 2019). dimensi kesisteman, dimensi identitas nilai,
Hal senada juga nampak dari hasil dimensi otonomi dan dimensi citra publik.
survei yang dilakukan Charta Politika pada Pertama, dimensi kesisteman, dimensi
23-26 Agustus 2018. Survei yang dilakukan ini merupakan persilangan dari aspek
di 8 kota besar (Medan, Palembang, Jakarta, internal dan struktural. Dalam dimensi
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, ini dijelaskan mengenai fungsi-fungsi
dan Makassar) menunjukan angka 45,8 partai politik (fungsi sosialisasi politik,
persen responden menilai partai politik rekruitmen politik, partisispasi politik,
menjadi lembaga yang tidak bisa dipercaya pemadu kepentingan, komunikasi politik,
(Merdeka.com, 2019). pengendalian konflik dan kontrol politik).
Secara umum, tumbuhnya rasa tidak Kedua, dimensi identitas nilai (value
percaya dan sikap skeptis publik pada infusion) merupakan hasil dari persilangan
partai politik sebagaimana tergambar dalam aspek internal dengan kultural, dimensi
beberapa survei di atas, dilatarbelakangi ini berkaitan dengan identitas partai
beberapa hal. Kasus korupsi yang melibatkan politik yang berdasarkan ideologi partai.
banyak aktivis partai, konflik internal yang indikator dari dimensi ini adalah hubungan
gaduh di banyak pemberitaan, performa partai politik berkaitan dengan kelompok
partai yang masih jauh dari harapan, dan tertentu, dalam hal ini ketergantungan
pelembagaan partai yang jalan di tempat partai politik dengan kelompok sosial
adalah beberapa masalah yang masih tertentu. Kemudian pengaruh klientisme
menghinggapi partai politik di Indonesia dalam organisasi dimana dalam hubungan
sejauh ini (Sinarharapan.com, 2019). antara partai dengan anggota bersifat
Padahal partai politik dan demokrasi instrumentalis (didasarkan pada materi)
memiliki kaitan yang sangar erat. Tak ada atau bersifat ideologis (berdasarkan
demokrasi tanpa partai politik. Karenanya, ideologi yang diterapkan oleh partai
derajat kualitas demokrasi, salah satunya politik).
ditentukan oleh derajat kualitas partai Ketiga, dimensi otonomi suatu partai
politik di dalamnya. Kualitas partai politik dalam pembuatan keputusan (decisional
Nanang Suryana, Ari Ganjar Ardiansyah, Firman Manan, Pelembagaan Partai Politik: Studi Pada Partai
Solidaritas Indonesia Kota Bandung Tahun 2019
54

autonomy), sebagai hasil persilangan aspek dapat bertahan dalam momen-momen


eksternal dengan struktural. Indikator berikutnya (Romli, 2008).
terciptanya dimensi otonomi adalah dalam Bertolak dari latar belakang di atas,
pembuatan keputusan oleh partai poltik peneliti tertarik melihat proses pelembagaan
berkaitan dengan hubungan partai dengan sebuah partai politik baru bernama Partai
aktor luar partai, dalam hal ini pengusaha, Solidaritas Indonesia (PSI). PSI tampil
pemerintah, ormas, dll. Hubungan partai dengan diferensiasi identitas yang tinggi ke
dengan pihak luar ini bersifat saling tengah publik. Dalam banyak kasus, mereka
ketergantungan atau ada salah satu pihak bahkan secara aktif menyerang partai-
yang mendominasi. partai yang dianggap tidak sesuai dengan
Keempat, dimensi citra publik platform partai nasionalis. Karenanya,
(reification) terhadap suatu partai politik menjadi menarik untuk melihat proses
sebagai persilangan aspek eksternal dengan pelembagaan di internal PSI Kota Bandung
kultur. Indikator dari dimensi pengetahuan guna memastikan narasi yang mereka bawa
publik tentang partai politik adalah pada bukan hanya berupa resonansi yang hampa,
keberadaan partai politik yang ada di tengah namun berangkat dari sebuah partai politik
publik sudah melekat pada pengetahuan yang kuat.
masyarakat ataukah masyarakat belum Isu pelembagaan masih menjadi
mengetahui partai politik tersebut. isu sentral dalam studi kepartaian. Selain
Fakta melemahnya pelembagaan karena posisi partai politik yang begitu
partai politik secara khusus, dan vital dalam demokrasi, isu pelembagaan
sistem kepartaian secara umum, dinilai selalu relevan karena banyak studi yang
menjadi salah satu penyebab rendahnya memperlihatkan justru demokrasi tidak
daya survivalitas banyak partai politik. berjalan internal partai. Oleh karena itu,
Sebagaimana yang dikatakan Huntington, isu pelembagaan akan terus relevan selama
dalam konteks pembangunan politik, yang kepercayaan pembenahan pada institusi
terpenting bukanlah jumlah partai poltik yang demokrasi semacam partai politik akan
ada, melainkan sejauh mana kekokohan dan berkorelasi dengan peningkatan kualitas
adaptabilitas partai dalam sistem kepartaian demokrasi (Amalia, 2013).
yang berlangsung (Huntington, 1968). Pelembagaan partai politik adalah
Di Indonesia paska orde baru, sistem proses pemantapan partai politik baik
politik sudah tidak lagi bekerja sebagai dalam wujud perilaku yang memola
non-party system. Partai politik telah maupun dalam sikap atau budaya,
demikian omnipotent dan omnipresent sehingga partai politik menjadi lebih dari
dalam kehidupan politik. Tidak ada satu pun sekedar organisasi. Pelembagaan partai
wilayah politik yang luput dari keterlibatan politik mengandung dua dimensi: internal-
parpol di dalamnya (Ahmad, 2009). eksternal dan struktural-attitudinal. Dari
Tanda dari surplusnya kebebasan kombinasi kedua dimensi ini dihasilkan
politik ditandai dengan kelahiran partai- empat faktor yang dapat digunakan untuk
partai politik baru. Terlebih mejelang banyak menganalisis proses pelembagaan sebuah
momen elektoral. Hampir bisa dipastikan, partai politik, yaitu: derajat kesisteman
partai politik baru tersebut selalu datang (systemness), derajat identitas nilai (value
dengan gagasan menjadi antitesa dari partai- infusion), derajat otonomi suatu partai
partai lama yang dianggap gagal melakukan dalam pembuatan keputusan (decisional
fungsi-fungsi intermediary. Namun, secara autonomy), dan derajat pengetahuan publik
praksis, hanya sedikit dari partai-partai baru (reification) terhadap suatu partai politik
yang memiliki daya survivalitas sehingga (Anggara, 2013).

Jurnal Civic Hukum,Volume 5, Nomor 1, Mei 2020, hal 52-61


55

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan metode Pelembagaan atau institusionalisasi
kualitatif. Proses dimulai dengan memilih partai politik yang juga dipahami sebagai
topik penelitian, merumuskan pertanyaan kondisi multi dimensi sebagaimana
penelitian, menyusun rancangan penelitian, yang dikemukakan oleh Randall dan
mengumpulkan data, menganalisis data/ Svansand, termasuk Basedau dan Stroth
temuan penelitian, menginterpretasi yang mendefinisikan pelembagaan atau
data/temuan penelitian, dan di akhir institusionalisasi partai politik merupakan
menyusun laporan penelitian. Lebih lanjut sistesis dari berbagai aspek meliputi aspek
Moleong (2007) metode kualitatif bersifat internal-eksternal; dan aspek struktural nilai-
deskriptif, lebih mementingkan proses nilai, yang meliputi: (1) Derajat kesisteman,
dari pada hasil, membatasi studi dengan (2) Value infusion, (3) Otonomi, dan (4)
fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk Reification (Firman, 2019).
memeriksa keabsahan data, dan rancangan Level Systemness
penelitiannya bersifat sementara serta hasil Pada level systemness, PSI Kota
penelitiannya disepakati oleh kedua belah Bandung belum menjalankan roda
pihak antara peneliti dan subjek penelitian. organsiasi secara prosedural belum sesuai
Pemilihan metode kualitatif dalam dengan aturan, prosedur, dan mekanisme
penelitian ini karena peneliti menilai yang telah disepakati dan ditetapkan dalam
metode kualitatif sesuai dengan tujuaj Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
penelitian dalam menjawab rumusan Tangga (ART) secara konsisten. Kondisi
masalah yang diajukan. Upaya tersebut ini misalnya dapat dilacak dari kesesuaian
hemat peneliti membutuhkan perangkat antara apa yang tertulis dalam dokumen
motodologis yang disediakan metode AD-ART partai, dengan kenyataan praktik
kualitatif. Oleh karena itu, sebagaimana pengelolaan partai secara praktis.
umumnya penelitian kualtitatif, penelitian Masih nampak ketidaksesuaian
ini melakukan analisis data secara induktif sistem kaderisasi sebagaimana yang
dimana peneliti berusaha membangun tertulis di AD-ART dan kenyataan praktik
pola-pola, kategori-kategori, dengan teknik kaderisasi di internal partai. Dalam AD-
mengolah data ke dalam unit-unit informasi ART, khususnya Bab V (Sistem Kaderisasi),
yang lebih abstrak, mengembangkan tertulis dalam Pasal 12 ayat 1 tentang Bentuk
konstruksi (beragam pemaknaan), dan dan Sumber PSI bahwa PSI adalah Partai
interpretasi atas apa yang peneliti lihat, Kader. Sumber kader partai diantaranya
dengar, dan pahami. diperoleh dari: a) Kader yang tersebar di
Sumber data salam penelitian ini sayap-sayap partai; b) Individu yang telah
adalah subyek dari mana data dapat diperoleh melalui jejaring kaderisasi, c) Individu yang
(Arikunto, 2006). Sumber data primer, yaitu dianggap Dewan Pembina satu visi dan
data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti misi dengan PSI. Dalam Bab yang sama,
dari sumber pertamanya (Suryabrata, 1987). pada pasal 13 tentang Jenjang Perkaderan,
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah disebutkan jenis dan tingkatan kader yang
Partai Solidaritas Indonesia Kota Bandung didasarkan pada proses kaderisasi internal
sumber data sekunder, yaitu data yang di setiap tingkatan.
langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai Fakta di lapangan, peneliti menemukan
penunjang dari sumber pertama. Dapat juga sistem kaderisasi yang tertulis dalam
dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen AD-ART belum tercermin dalam
dokumen-dokumen (Suryabrata, 1987). proses kaderisasi di tubuh PSI Kota Bandung.
Pemilahan jenis kader yang didasarkan

Nanang Suryana, Ari Ganjar Ardiansyah, Firman Manan, Pelembagaan Partai Politik: Studi Pada Partai
Solidaritas Indonesia Kota Bandung Tahun 2019
56

jenjang kaderisasi dan sumber kader yang lain yang hanya berorientasi pada jumlah
tersebar di sayap-sayap partai hampir kader, tanpa memberikan porsi pada nilai
tidak berjalan. Bahkan, nampak jelas basis dan syarat-syarat lain yang sesuai dengan
kaderisasi di PSI Kota Bandung mayoritas platform partai.
bersumber dari pendaftar caleg yang akan Kaderisasi adalah jantung partai politik.
maju pada Pileg 2019. Proses kaderisasi bukan hanya berkaitan
Dengan kata lain, rekruitmen kader dengan kelangsungan partai politik sebagai
PSI Kota Bandung belum didasarkan sebuah entitas semata, melebihi itu, kaderisasi
jenjang proses kaderisasi yang sistematis, juga bertalian erat dengan manifestasi visi-misi
namun bergantung pada momentum ataupun gagasan besar yang diusung partai
elektoral seperti Pileg yang secara inheren politik. Di mana, narasi besar itu akan menjadi
mensyaratkan para bakal calon anggota sumber inspirasi yang mampu menjadi
legislatif yang akan maju dalam palagan penggerak moral dan sumber ideologis dari
Pileg 2019 merupakan kader partai. Di setiap arah dan gerak kader (Marsh, 2011).
luar itu, kader-kader PSI adalah mereka Dengan kata lain, kaderisasi merupakan
yang tergabung dalam struktur pengurus instrumen untuk melahirkan ataupun
kecamatan dimana secara jumlah hanya merekrut kader yang dalam setiap geraknya
sedikit karena terdiri dari tiga struktur inti diharapkan mampu merepresentasikan
di masing-masing pengurus kecamatan, gagasan-gagasan yang dibawa oleh partai
yakni ketua, sekretaris, dan bendahara. dan berkesesuain dengan apa yang menjadi
Padahal rekrutmen politik memegang visi besar partai politik (Joseph,1984).
peranan penting dalam sistem politik suatu Temuan lain dalam penelitian
negara. Sebab, proses ini menentukan orang- ini, peneliti melihat keterkaitan proses
orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi pengambilan keputusan yang dalam AD-
sistem politik negara melalui lembaga- ART PSI diatur dalam BAB XII tentang
lembaga politik yang ada.54 Rekrutmen Permusyawaratan, khususnya sebagaimana
politik secara khusus sering merujuk pada yang tertuang dalam pasal 23 tentang jenis-
seleksi kandidat (kandidasi), rekrutmen jenis permusyawaratan partai di tingkat
legislatif dan eksekutif (Lewis, 2002). daerah disebutkan ada tiga jenis: sidang
Namun, kendati secara umum jalannya paripurna daerah, rapat harian daerah, dan
proses kaderisasi kenggotaan partai belum rapat komite kerja belum termanifestasikan
mencerminkan amanat konstitusi organisasi, secara praksis dalam jalannya roda
beberapa temuan lain memperlihatkan kondisi organisasi.
yang sedikit menjajikan. Hal ini misalnya dapat Bertolak dari hasil pengamatan dan
dilacak melalui pola rekrutmen yang mereka wawancara peneliti terhadap beberapa
gunakan. narasumber, peneliti mendapati kenyataan
Pola rekrutmen kaderisasi PSI yang jenis-jenis permusyawaratan sebagaimana
sesuai dengan AD-ART partai yakni diatur dalam AD-ART masih jarang
komitmen mereka pada pembatasan usia dilaksanakan, atau bahkan nyaris tidak
di bawah 45 tahun, tidak boleh pernah pernah. Hal ini misalnya tercermin jelas
aktif di partai lain, dan merupakan orang dalam proses pergantian kepemimpinan
baik dalam artian tidak pernah terlibat dalam tubuh PSI yang tidak dilakukan
masalah kriminalitas. Sebagai partai politik dalam sebuah forum pengambilan
yang berusaha menawarkan kebaruan, keputusan secara formal, namun dilakukan
komitmen pada hal-hal tersebut hemat secara informal.
peneliti patut mendapat apresiasi, terlebih Temuan penelitian selanjutnya yang
di tengah pragmatisme banyak partai politi berkait dengan derajat kesisteman, yakni

Jurnal Civic Hukum,Volume 5, Nomor 1, Mei 2020, hal 52-61


57

soal origins atau asal-usul partai politik. PSI merupakan bagian dari eksperimentasi
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, politik Jeffrie Geovanie di ceruk pemilih
analisis soal origins akan berkaitan dengan nasionalis. Namun, karena hal tersebut
asal-usul terbentuknya sebuah partai tidak menjadi fokus dari penelitian ini,
politik, apakah partai tersebut bentukan peneliti tidak mengelaborasi lebih juah dan
elit (atas) atau lahir dari kehendak massa lebih berfokus pada PSI Kota Bandung
(bawah). sebagai subjek dalam penelitian ini.
Secara umum dapat dikatakan PSI Level Value infusion
terbentuk dari kalangan bawah (massa). Derajat identitas nilai berkaitan
Mengingat latar belakang kelahiran PSI di dengan: a) hubungan partai politik dengan
banyak daerah diinisiasi oleh banyak anak kelas populis tertentu (popular base), hal
muda yang kecewa terhadap partai politik ini berkaitan dengan pertanyaan apakah
lama. Hal ini bisa dilihat sebagaimana yang suatu partai politik mengandung dimensi
tertuang dalam AD-ART PSI sendiri yang sebagai gerakan sosial yang didukung
mengharuskan kader-kadernya adalah oleh kelompok populis tertentu, seperti
orang-orang baru yang sebelumnya tidak buruh, petani, kalangan masyarakat
pernah tergabung secara struktural partai tertentu, komunitas agama tertentu,
politik lama. komunitas kelompok etnik tertentu, b)
Bahkan secara tegas dalam banyak pengaruh klientelisme dalam organisasi,
pernyataan politik di ragam media, sikap dengan: a) hubungan partai politik dengan
ini dipilih PSI karena tidak ingin tersandera kelas populis tertentu (popular base),
dengan kepentingan politik lama, seperti hal ini berkaitan dengan pertanyaan
praktik klientelisme, rekam jejak yang apakah hubungan partai dengan anggota
buruk, dan beban sejarah dan citra yang cenderung bersifat instrumentalis (anggota
buruk terhadap partai politik lama. selalu mengharapkan tangible resources
Berangkat dari fakta tersebut, nampak PSI berupa materi dari partai) ataukah lebih
sebagai sebuah partai politik baru memang bersifat ideologis (anggota mengenal
terbentuk dari bawah, bukan dari kalangan dan mengharapkan partai bertindak
elit politik yang sudah ada sejak lama. berdasarkan identifikasi terhadap ideologi
Namun, kendati PSI mendaku partai). Partai politik yang mempunyai
sebagai partai politik baru yang tumbuh basis sosial pendukung yang spesifik
dari bawah dan bukan bentukan elit politik, niscaya akan memiliki identitas nilai yang
kehadiran sosok Jeffrie Geovanie selaku jelas (Bakry dan Andy, 2009).
Ketua Dewan Pembina DPP PSI seolah Suatu partai politik dapat dikatakan
mematahkan dalil PSI sebagai partai telah melembaga dari segi identitas nilai
yang terbentuk dari bawah. Sebagaimana apabila partai tersebut telah memiliki
diketahui, Jeffrie Geovanie pernah tercatat lapisan sosial atau golongan masyarakat
duduk menjadi elit di beberapa partai. sebagai pendukung loyal (basis sosial)
Jeffrie tercatat pernah menjadi bagian dari karena pola dan arah kebijakan yang
Partai Amanat Nasional (PAN), Partai diperjuangkannya dan apabila dukungan
Golongan Karya (Golkar), dan Partai yang diberikan kepada partai itu bukan
Nasional Demokrat (Nasdem). Kehadiran semata-mata karena menerima materi
Jeffrie inilah yang banyak memunculkan tertentu dari partai melainkan karena
tanda tanya terkait indepedensi PSI orientasi politiknya sesuai dengan ideologi
dari jaringan elit partai yang sudah ada atau platform partai tersebut. Sebagai
lama dalam praksis politik di Indonesia. catatan tambahan, partai politik yang
Sehingga, tidak sedikit yang menganilisis mempunyai basis sosial pendukung yang

Nanang Suryana, Ari Ganjar Ardiansyah, Firman Manan, Pelembagaan Partai Politik: Studi Pada Partai
Solidaritas Indonesia Kota Bandung Tahun 2019
58

spesifik niscaya akan memiliki identitas dukungan massa (organisasi masyarakat):


nilai yang jelas (Budiardjo, 1985). (a) apakah partai tergantung kepada aktor
PSI di Kota Bandung, sebagaimana luar tersebut ataukah hubungan itu bersifat
yang juga tercermin pada PSI pusat, saling tergantung (interdependen), dan (b)
memiliki kedekatan dengan kelompok apakah keputusan paitai ditentukan oleh
populis tertentu, baik dengan kelompok aktor luar ataukah hubungan itu berupa
berlatar belakang agama juga etnis tertentu. jaringan (linkage) yang memberi dukungan
Hal ini dapat dipahami mengingat platform kepada partai (Firman, 2017).
dan narasi yang diusung PSI bernafaskan Kendala keuangan adalah masalah
inkulsivitas. Utamanya terhadap kelompok- lain yang dihadapi PSI Kota Bandung.
keompok yang selama yang ini dianggap Berbeda dengan partai-partai lama yang
banyak tersisihkan dari politik. lebih mapan, akses keuangan PSI Kota
Identitas nilai sebagai partai nasionalis Bandung relatif hanya mengandalkan iuran
menjadikan PSI memiliki kedekatan dalam anggota dan sumbangan yang sifatnya masih
konteks identifikasi partai dengan PDIP. terbatas. Kondisi ini di satu sisi berdampak
Hal ini dikonfirmasi oleh Ketua DPD positif pada otonomi pengambilan
PSI Kota Bandung. Oleh karennya, dapat keputusan di internal partai yang masih
dikatakan, segmen pemilih dan konstituen relatif demokratis. Berbeda dengan proses
PSI berada pada “kolam” yang sama pengambilan keputusan di partai-partai
dengan PDIP. Namun, PSI secara spesifik lama yang bepusat pada ketua umum, di
menentukan titik bidik konstituennya internal PSI, relatif proses pengambilan
pada segmen pemilih pendukung isu anti keputusan partai tidak dimonopoli oleh
intoleransi, yang sebagian besar, berasal pucuk pimpinan(Gaffar, 2000).
dari kelompok masyarakat minoritas. Sebagai contoh, pada saat pengundian
Di level ini, PSI harus tetap nomor urut caleg, PSI Kota Bandung
mendapat apresiasi, terlebih lagi untuk melakukan pengundian secara transparan.
ukuran sebuah partai politik baru. Boleh Setelahnya, nama-nama yang telah
dikatakan PSI Kota Bandung menunjukan memiliki nomor urut tersebut diserahkan
sebuah kemajuan. Terlebih lagi, mengingat kepada DPW dan DPP untuk disahkan.
dari berbagai studi, di Indonesia secara Namun, pada sisi yang lain, keterbatasan
umumnya masih sukar menemukan partai sumberdaya keuangan semacam ini
politik dengan basis sosial yang spesifik. berdampak pada jalannya roda organisasi.
Hal tersebut dikarenakan ideologi partai Bahkan, guna memenuhi kebutuhan dasar
belum dijabarkan dalam bentuk pola dan seperti ketersediaan seketariat pun, PSI
arah kebijakan pubik yang jelas, sehingga Kota Bandung memiliki keterbatasan.
perbedaan diantara partai politik tersebut Ditambah, kemampuan pengurus dalam
baru tampak secara simbolik semata. Bukan mengakses sumber-sumber pendaan partai
berdasar pada platform kebijakan partai dari pihak lain juga relatif terbatas.
yang spesifik terhadap isu-isu tertentu. Level Reification
Level Decisional autonomy Derajat pengetahuan publik (reification)
Dimensi otonomi suatu partai dalam terhadap suatu partai politik berkaitan dengan
pembuatan keputusan berkaitan dengan pengetahuan publik pada partai politik,
hubungan partai politik dengan aktor di luar merujuk pada pertanyaan apakah keberadaan
partai politik, baik dengan sumber otoritas partai politik tersebut telah tertanam pada
tertentu (penguasa, pemerintah), maupun imajinasi publik. Bila keberadaan partai politik
dengan sumber dana (pengusaha, penguasa, tertentu telah tertanam pada imajinasi publik,
negara atau lembaga luar) dan sumber maka pihak lain baik para individu maupun

Jurnal Civic Hukum,Volume 5, Nomor 1, Mei 2020, hal 52-61


59

lembaga akan menyesuaikan aspirasi dan Dengan kata lain, PSI Kota Bandung
harapan ataupun sikap dan perilaku mereka pun secara aktif menggunakan dua metode
dengan keberadaan partai politik tersebut. kampanye, yakni kampanye modern
Derajat pengetahuan publik ini merupakan dan kampanye tradisional. Kampanye
fungsi dari waktu dan kiprah partai tersebut modern adalah metode kampanye dengan
(Hanafi, 2018). menggunakan instrumen-instrumen, seperti
Secara praktis, dibanding dengan media radio dan sebagainya. Sementara
beberapa partai politik baru lainnya, kampanye tradisional adalah metode
terkecuali Perindo yang secara massif kampanye dengan tatap muka secara
memanfaatkan fasilitas iklan di televisi, langsung.
popularitas PSI terbilang relatif cukup Menurut Norris, salah seorang
baik. Hal ini misalnya tercermin dari ilmuwan komunikasi yang menganut
temuan beberapa survei popularitas partai pendekatan modernisasi, di kebanyakan
politik yang dilakukan setidaknya sejak negara, bahkan di negara demokrasi
tahun 2017. Namun, dalam perkembangannya maju sekalipun, munculnya format
menjelang Pileg 2019, berdasar pada temuan- kampanye modern yang bertumpu pada
temuan survei, peningkatan tingkat pengenalan media radio serta model kampanye pasca
PSI di tengah pemilih kurang menjanjikan. Hal ini modern dengan merambah new media,
terbukti kemudian pada hasil Pileg 2019 dimana sepeti internet, tidaklah membuat format
PSI tidak mampu untuk lolos ambang batas raihan dan gaya kampanye tradisional yang
suara parlemen sebesar empat persen. bertumpu pada pembangunan jaringan
PSI sendiri tergolong partai politik sosial kandidat, berbasis sukarelawan atau
yang maksimal menggunakan saluran- aktivis partai serta komunikasi langsung
saluran komunikasi politik maupun (face to face communication) antara
komunikasi persuasif, pun juga PSI Kota kandidat dan pemilih menjadi hilang. Yang
Bandung. PSI Kota Bandung melakukan terjadi adalah, model kampanye gaya lama
komunikasi massa, seperti melalui radio, tersebut disempurnakan atau dilengkapi
maupun menulis kolom-kolom opini dalam (supplemented) secara substansial oleh
media sosial. PSI Kota Bandung aktif model-model kampanye gaya baru.
melakukan komunikasi interpersonal, hal Diakui, kecenderungan fenomena
itu dibuktikan dengan bagaimana mereka pembaruan ini menjadi kecenderungan umum
yang selain sering mengadakan pertemuan- negara-negara berkembang. Sebagai tambahan,
pertemuan dengan berbagai macam tokoh, Norris pun mencatat bahwa fenomena tersebut
mereka pun aktif mengadakan dialog- terjadi juga di negara-negara makmur atau
dialog ataupun membuka ruang-ruang negara di mana peran mesin partai masih
diskusi. kuat (Labolo dan Ilham, 2015). Kampanye
Selain itu, PSI Kota Bandung aktif tradisional pun masih hidup karena adanya
dalam melakukan konsolidasi dalam tubuh partai-partai kecil yang memiliki sumber
partai, yang tujuannya selain penguatan dana terbatas untuk berkampanye di media.
secara internal, juga untuk mengusahakan Dengan demikian, dapat dikatakan meski
secara maksimal komunikasi politik kepada dengan sumber dana yang operasional yang
publik (dalam hal ini pubik Kota Bandung) terbatas, PSI Kota Bandung sudah berusaha
agar lebih terorganisir dan sistematis, semaksimal mungkin untuk meningkatkan
tentu saja guna meningkatkan pengetahuan reifikasi atau derajat pengetahuan publik,
publik Kota Bandung terhadap PSI. Untuk dengan tidak hanya mengandalkan format
itu, mereka pun aktif melakukan komunikasi kampanye tradisional, tetapi juga format
organisasi. kampanye modern.

Nanang Suryana, Ari Ganjar Ardiansyah, Firman Manan, Pelembagaan Partai Politik: Studi Pada Partai
Solidaritas Indonesia Kota Bandung Tahun 2019
60

Kondisi demikian sudah selayaknya masih berjalan dinamis. Sebagai partai


dibenahi, terlebih, mengacu pada salah satu politik baru yang berusaha menawarkan
prinsip politik PSI yang ditujukan menjadi gagasan menjadi antitesa dari partai politik
partai modern, masalah mendasar seperti lama, PSI Kota Bandung belum menunjukan
ini seharusnya bukan lagi menjadi sebuah performa yang terlalu menjanjikan.
hambatan. Gagasan menjadikan PSI Segudang masalah pelembagaan
menjadi partai dengan nilai-nilai terbuka, masih menyandera PSI Kota Bandung.
demokratis, terpimpin, berbasis platform, Perbaikan dan penguatan institusi bisa
budaya partisipasi dan berkemajuan, harus dilakukan dimulai dari hal-hal mendasar
didahului oleh pembenahan manajemen dalam manajemen organisasi, seperti:
organsisasi. Mengingat, hal yang substantif distribusi kewenangan, pembagian tugas,
sukar digapai jika hal-hal teknis tidak peningkatan kuantitas dan kualitas sumber
diselesaikan terlebih dahulu. Bila diringkas, daya manusia, penguatan sumberdaya
semua itu mengarah kepada profesionalitas keuangan partai, ketersediaan secretariat
dan cara kerja dan manajemen organisasi permanen, pola kaderisasi yang sistematis,
yang sistematis dalam tubuh organisasi dan distribusi kader di kanal-kanal pemilih
(Nurhasim, 2013). yang menjadi target utama PSI.
Di sisi yang lain, berdasar pada hasil Sebelum beranjak menjadi partai
penelitian di lapangan, pengenalan publik politik yang kuat secara politik, PSI Kota
pada PSI lebih dilatari oleh beberapa Bandung harus terlebih dahulu menjadi
isu kontroversial yang bahkan menjadi partai politik yang kuat secara manajerial.
platform PSI itu sendiri. Hal ini menjadikan Jika tidak, narasi dan gagasan besar yang
pengenalan publik pada PSI Kota Bandung diusung tidak akan memiliki pijakan yang
lebih berdimensi negatif secara citra. kuat. Terlebih dalam dinamika elektoral
Hal ini misalnya disebabkan oleh yang kian dinamis, penguatan infrastuktur
beberapa narasi politik yang diamplifikasi partai adalah modal dasar yang harus
DPP PSI yang cukup merepotkan gerak dimiliki oleh semua partai politik.
partai di daerah, termasuk di Kota Bandung. Di level citra, PSI Kota Bandung
Kondisi ini diamini secara eksplisit oleh harus mempu membumikan narasi dan
Ketua DPD PSI Kota Bandung. Sebagai gagasan besar yang diusung DPP PSI
contoh, narasi PSI yang menolak perda sehingga compatible dengan frekuensi
berbasis agama dan partai anti poligami, publik Kota Bandung. Jika tidak, ceruk
turut membentuk citra PSI sebagai partai pemilih PSI Kota Bandung tidak akan
yang mengeliminasi wacana agama, meluas dan tentu akan berdampak pada
sebuah citra yang kurang popular di tengah eksistensi dan survivalitas PSI Kota
mayoritas pemilih. Kondisi ini diperkuat Bandung.
misalnya dengan pengalaman adanya Dengan modal keterpilihan tiga kader
pengusiran terhadap salah satu caleg yang PSI Kota Bandung di DPRD Kota Bandung
berkampanye di Dapil 6 Kota Bandung seharusnya dapat menjadi modal kuat bagi
karena alasan tersebut. Fenomena ini cukup penguatan partai kedepan. Setidaknya,
memberi gambaran tumbuhnya resistensi aspek pembiayaan partai dan jejaring yang
terhadap PSI dan nilai yang dibawanya di dimiliki dapat berkontribusi bagi penguatan
tengah pemilih. kelembagaan partai kedepan.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Penelitian ini berkesimpulan proses Ahmad, D. (2009). Iklan Politik TV,
pelembagaan di tubuh PSI Kota Bandung Modernisasi Kampanye Politik Pasca

Jurnal Civic Hukum,Volume 5, Nomor 1, Mei 2020, hal 52-61


61

Orde Baru. Yogyakarta: LKis. Joseph A. (1984). On the Theory of Party


Amalia, L. S.. (2013). Evaluasi Sistem Organization. The Journal of Politics,
Kepartaian di Era Reformasi. Jurnal 46 (2, 369-400.
Penelitian Politik LIPI, 10 (2) 145-161. Labolo, M dan Ilham, T. (2015). Partai
Anggara, Sahya. (2013). Sistem Politik Politik dan Sistem pemilihan Umum
Indonesia. Bandung: CV Setia Pustaka. di Indonesia: Teori, Konsep dan lsu
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Strategis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Lewis-Beck, Michael dan Chlarson, Kevin.
PT. Rineka Cipta. (2002). Party, Ideology, and Institution
Bakry, La dan Andy Ramses M. (editor). in 1995 French Presidential Election.
(2009). Politik dan Pemerintahan The British. Journal of Political
Indonesia. Jakarta: MIPI. Science, 32 (3), 489-512.
Budiardjo, Miriam. (1985). Dasar Dasar Marsh, David., dan Stoker, Gary. (2011).
Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Teori dan Metode Dalam Ilmu
Agung, Bintoro. (2018). Survei LIPI: Politik. Bandung: Nusa Media.
Demokrasi Kian Dipercaya, Parpol Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian
Makin Dijauhi. (online). https:// Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
www.cnnindonesia.com/nasional/ Rosdakarya.
20180720025810-32-315566/survei- Nurhasim, M. (2013). Kegagalan Modernisasi
lipi-demokrasi-kian-dipercaya- Partai Politik di Era Reformasi. Jurnal
parpol-makin-dijauhi diakses tanggal Penelitian Politik, 10 (1), 17-28.
19 juli 2019. Pamungkas, Sigit. (2011). Partai Politik:
Creswell, J., W. (2012). Research Design Teoridan Praktik di Indonesia.
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif Yogyakarta: Institute for Democracy
dan Mixed; Cetakan ke-2. and Welfarism
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Priyasmoro, M. Radityo. (2018). Survei
Firman, Noor. (2017). Evaluasi Kondisi Charta Politika: Kepercayaan publik
Kepartaian 14 Tahun Reformasi terhadap parpol masih rendah.
Dalam Perspektif Pelembagaan (online) https://www.merdeka.
Sistem Kepartaian. Jurnal Masyarakat com/politik/survei-charta-politika-
Indonesia, 38 (2), 221-250. kepercayaan-publik-terhadap-
______. (2019). Institusionalisasi Parpol parpol-masih-rendah.html, diakses
Menyambut Pemilu 2019, diakses 22 Juli 2019
darihttps://www.slideshare.net/ Randall, Vicky dan Lars, Svasand. (2002).
doelha/institusionalisasi-partai- Party Institutionalisation in New
politik-menyambut-pemilu-2019? Democracies. Party Politics, 34 (1)
from_action=save, 20 Desember 2019. Romli, Lili, dkk. (2008). Kerangka Penguatan
Gaffar, Afan. (2000). Politik Indonesia, Partai Politik di Indonesia. Jakarta:
Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka Puskapol Fisip UI.
Pelajar: Yogyakarta. Sinar Harapan. (2018). LSI: Kepercayaan
Hanafi, Ridho Imawan. (2018). Kemunculan Masyarakat ke Parpol A n j l o k .
Dan Tantangan Partai Politik Baru (online) http://www.sinarharapan.
Pada Pemilu 2019, Jurnal Penelitian co/hukumdanpolitik/read/3962/lsi
Politik LIPI, 15(2), 197-213. kepercayaan_masyarakat_ke_parpol_
Huntington, S. (1968). Political Order in anjlok, diakses 22 Juli 2019
Changing Societies, New Haven: Yel Suryabrata, S. (1987). Metode Penelitian.
University Press Jakarta: Rajawali.

Nanang Suryana, Ari Ganjar Ardiansyah, Firman Manan, Pelembagaan Partai Politik: Studi Pada Partai
Solidaritas Indonesia Kota Bandung Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai