2, 166–178
Kata kunci: efikasi politik, kepercayaan politik, orientasi kandidat, partisipasi politik
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
How to cite this article in accordance with the American Psychological Association (APA) 7th guidelines:
Putra, R. P., Valentina, T. R., & Putri, I. A. (2021). Peran kepercayaan politik, efikasi politik, dan orientasi
kandidat terhadap partisipasi politik. MEDIAPSI, 7(2), 166–178. https://doi.org/10.21776/ub.mps.2021.007.02.8
166
MEDIAPSI
2021, Vol.7, No. 2, 166–178
PUTRA, VALENTINA, & PUTRI
dijabarkan di atas, penelitian ini dianggap sudah memiliki nalar dan cara
mengajukan tiga hipotesis. Pertama, bertutur kata yang baik, sesuai dengan
political trust atau kepercayaan politik sikap kedewasaan dan tingkat pengetahuan
berperan signifikan dalam meningkatkan yang dinilai sudah berkembang ke arah
partisipasi politik, dimana semakin tinggi penalaran yang baik. Komposisi jenis
kepercayaan politik maka semakin tinggi kelamin partisipan adalah 50% laki-laki
partisipasi politik (H1). Kedua, efikasi dan 50% perempuan. Peneliti
politik berperan signifikan dalam menggunakan sampling acak sederhana
meningkatkan partisipasi politik, dimana untuk menentukan responden yang akan
semakin tinggi efikasi politik maka diberikan kuesioner.
semakin tinggi partisipasi politik (H2). Penelitian ini menggunakan metode
Ketiga, orientasi kandidat berperan survei korelasional. Desain survei
signifikan dalam meningkatkan partisipasi digunakan untuk memperoleh data empirik
politik, dimana semakin positif persepsi dalam menganalisis hubungan political
terhadap orientasi kandidat maka semakin trust, efikasi politik dan orientasi kandidat
tinggi partisipasi politik (H3). terhadap partisipasi pada Pemilu legislatif
tahun 2019 (Singarimbun, 1995). Sumber
Metode data utama yang peneliti gunakan adalah
Partisipan dan desain penelitian kuesioner sebagai analisis kepercayaan
Sampel penelitian diseleksi atas politik, efikasi politik, orientasi kandidat,
dasar cluster sampling dan sampling acak dan partisipasi masyarakat.
sederhana. Dengan metode sampling ini,
cluster yang dijadikan sebagai patokan Prosedur dan pengukuran
penentuan sampel adalah kabupaten, Dengan menggunakan fasilitas
kecamatan, dan seterusnya. Cara sampling angka acak yang tersedia pada komputer,
cluster seperti ini digunakan melalui dua peneliti mengurutkan DPT pemilih dan
tahapan, yaitu tahapan awal dengan masukan ke dalam rumus komputer.
menentukan jumlah dari sampel daerah, Penarikan sampel dilakukan dari Nagari
dan tahapan selanjutnya dengan Lingkuang Aua dengan tempat
menentukan orang yang berada pada pemungutan suara (TPS) yang pertama
daerah itu secara sampling (Sarwono, terpilih sebanyak 5 dengan jumlah
2006). Peneliti menggunakan metode populasi (DPT) 150. Selanjutnya, dari 150
cluster sampling dikarenakan populasi pemilih, diperlukan 6 sampel yang
Kabupaten Pasaman Barat Terbagi atas 4 dijadikan responden. Setelah diacak
Daerah Pemilihan dengan karakteristik menggunakan komputer, yang terpilih
masyarakat yang heterogen dengan total adalah 6 responden pertama yaitu
sampel sebanyak 400 responden. responden nomor 23, 38, 57, 3,1, dan 3.
Penelitian ini melibatkan masyarakat Peneliti mendatangi responden yang
Kabupaten Pasaman Barat yang sudah terpilih dan yang bersedia berpartisipasi
memiliki hak pilih atau sudah berumur 17 secara suka rela.
tahun dalam pemilihan legislatif pada Penelitian ini memakai empat
tahun 2019. Hal itu dilakukan karena variabel. Pertama adalah kepercayaan
dengan kriteria tersebut masyarakat politik atau political trust sebagai variabel
independent pertama (X1). Kedua adalah interaksi sosial dengan penekanan pada
efikasi politik sebagai variabel pengalaman politik. Pada literatur
independent kedua (X2). Ketiga adalah psikologi sosial, dimensi ini disebut
orientasi kandidat sebagai variabel political self-efficacy, dan dipahami
independent ketiga (X3), dan keempat sebagai aspek domain spesifik dari
adalah partisipasi politik sebagai variabel pengertian umum self-efficacy. Efikasi
dependen (Y). Kualitas psikometris politik dalam penelitian ini diukur dengan
masing-masing variabel diukur atas dasar 5 butir pertanyaan dan memiliki nilai
internal consistency Cronbach Alpha. Cronbach Alpha yang memadai (α = .85).
Suatu variabel atau skala dinyatakan Untuk variabel orientasi kandidat,
reliabel atau memiliki konsistensi internal peneliti menggunakan mazhab Michigan
yang memadasi jika nilai Cronbach Alpha (Cambell, 1966). Secara lebih spesifik,
lebih besar .60 (Ponterotto & orientasi kandidikat diukur atas dasar
Ruckdeschel, 2007). pengetahuan tentang calon kandidat, nilai
Peneliti mengadaptasi alat ukur serta sikap dari pemilih dalam mengamati
kepercayaan politik yang disusun oleh calon pada proses pemilihan umum,
Loeber (2011). Alat ukur kepercayaan pengetahuan mengenai integritas calon
politik ini terdiri dari 12 butir pertanyaan kandidat, kepedulian calon pada
dan tiga dimensi: kepercayaan pada masyarakat, keteladanan calon kandidat,
politisi (trust pada politisi, termasuk serta reputasi dari calon kandidat serta
pejabat pemerintah), kepercayaan pada cara bicara dari kandidat. Dalam
organisasi atau institusi (kepercayaan pada penelitian ini, orientasi kandidat diukur
lembaga politik, termasuk DPR, DPRD), dengan 20 butir pertanyaan. Hasil
dan kepercayaan pada demokrasi menunjukkan bahwa nlai Cronbach Alpha
(kepercayaan pada sistem demokrasi). variabel orientasi kandidat dalam
Dalam penelitian ini, relibilitas alat ukur penelitian ini adalah sangat memadai (α =
kepercayaan politik memadai karena nilai .97).
Cronbach Alpha (α) = .97 (Ponterotto & Sedangkan untuk partisipasi politik,
Ruckdeschel, 2007). peneliti mengukur variabel dependen
Selanjutnya, variabel efikasi politik tersebut atas dasar teori Gabriel A.
mengadaptasi dari teori Craig 1990), yang Almond (dalam MacAndrews, 1991).
mengatakan bahwa internal political Konstruk ini mencerminkan bentuk
efficacy merupakan keyakinan tentang partisipasi konvensional dengan beberapa
kompetensi seseorang untuk memahami indikator. Indikator-indikator tersebut
dan berpartisipasi secara efektif dalam mencakup pemungutan suara dalam
politik. Internal efficacy terdiri dari self- Pemilu, diskusi mengenai politik, aktifitas
perception yang meliputi pengetahuan atau kampanye yang dilakukan kandidat,
politik, pemahaman politik, kepercayaan afiliasi dengan partai politik,
diri untuk terlibat dalam urusan politik, dankomunikasi secara pribadi dengan
dan kemampuan dalam urusan politik. kandidat dan pejabat. Partisipasi politik
Sementara itu, Beaumont (2011) diukur dengan 7 butir pertanyaan, yang
menjelaskan bahwa efikasi politik internal memiliki reliabilitas sangat memadai
berkembang melalui pengaturan dan (Cronbach alpha [α] = .90).
pada Gambar 1, hasil menunjukkan bahwa Plot). Sebagaimana bisa dicermati pada
sebaran titik atau Scatterplot yang tidak Gambar 2, hasil menunjukkan bahwa P
membentuk pola tertentu. Bukti visual ini Plot mendekati garis lurus sehingga dapat
membuktikan bahwa hubungan antar disimpulkan bahwa data residual
variabel dalam penelitian ini terbebas dari terdistribusi secara normal. Hasil ini
heteroskedastisitas. sejalan dengan asumsi klasik dari regresi
Terakhir, uji normalitas dilakukan linier dengan pendekatan ordinary least
atas dasar sebaran titik Probability Plot (P square (OLS; Das dkk., 2016).
Efek B SE β t p
Sebagai contoh, penelitian Sari (2020) memilih partai politik atau kandidat untuk
yang membahas mengenai pengaruh jabatan publik. Partai-partai yang secara
perilaku pemilih terhadap partisipasi tradisional memperjuangkan kesetaraan
politik di Sumatera Utara dalam pemilihan ras dan etnis cenderung didukung oleh
Gubernur tahun 2018, khususnya di kelompok ras dan etnis minoritas karena
Kecamatan Stabat. Hasil penelitian kelompok ini terkena dampak langsung
tersebut menunjukkan bahwa pendekatan dari isu tersebut. Secara khusus, kesamaan
sosiologis, psikologis, dan rasional secara ras dan etnis antara pemilih dan calon
simultan berpengaruh terhadap partisipasi pejabat publik cenderung memengaruhi
politik di Sumatera Utara dalam pemilihan perilaku memilih.
gubernur tahun 2018 khususnya di Tetapi hasil penelitin ini bertolak
Kecamatan Stabat. Selain itu, penelitian belakang dengan penelitian sebelumnya.
Rahmawati (2016) di Kelurahan Sunter Penelitian ini membuktikan bahwa dalam
Agung dalam Pilkada DKI Jakarta tahun ranah politik lokal dengan karakter
2012 menyimpulkan bahwa figure calon masyarakat yang heterogen, faktor
yang memiliki kemampuan dan psikologis lebih dominan dalam
kredibilitas berpengaruh signifikan menentukan orientasi kandidat. Hal ini
terhadap partisipasi politik masyarakat dibuktikan dari hasil penelitian ini bahwa
(Rahmawati, 2016). masyarakat setuju ikut memilih calon
Hasil kajian ini mengenai pengaruh legislatif (caleg) atas dasar hasil evaluasi
orientasi kandidat masyarakat terhadap terhadap caleg tersebut pada Pemilu
partisipasi politik, memperkuat kajian- Pasaman Barat tahun 2019 serta penilaian
kajian teori tentang partisipasi politik mengenai visi, misi, dan program
sebelumnya. Disimpulkan bahwa orientasi unggulan caleg. Penilaian terhadap caleg
kandidat yang tinggi dalam Pemilu sangat ini sangat dipengaruhi oleh sejarah dan
memengaruhi partisipasi politik. pengalaman masa lalu caleg baik dalam
Partisipasi ini dapat berbentuk ikut serta kehidupan bernegara maupun
berpartisipasi aktif dalam Pemilu. bermasyarakat.
Berpartisipasi aktif seperti ikut membantu Dinamika pergeseran perilaku
partai politik atau calon kandidat untuk memilih di atas selanjutnya memengaruhi
memperoleh suara, dan terlibat di setiap penilaian pemilih terhadap caleg.
proses politik dalam Pemilu. Masyarakat juga mengetahui sosialisasi
Hasil-hasil penelitian lain yang dilakukan oleh caleg pada Pemilu
menunjukkan bahwa dalam ranah politik legislatif tahun 2019 di Kabupaten
lokal, terjadi perubahan perilaku memilih Pasaman Barat. Semakin selaras posisi
masyarakat yang selama ini melihat dari atau pendapat pemilih dengan kandidat
faktor sosiologis beralih kepada faktor tertentu, maka semakin besar
psikologis. Aliran politik yang dipandang kemungkinan bahwa mereka akan
sebagai pendekatan sosiologis hanya dapat memilih kandidat tersebut. Hal ini juga
dipelajari dalam bidang politik lokal. mendukung asumsi peneliti bahwa
Menurut Mujani dkk. (2012), ras dan etnis kekalahan 25 petahana dipengaruhi oleh
juga dianggap sebagai faktor sosiologis orientasi kandidat di mana masyarakat
yang memengaruhi cara seseorang Pasaman Barat mengevaluasi kandidat