Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yong Irwana Indrajaya

NIM : 195120600111040

Pandemi dan Fenomena Blusukan Kepala Daerah dalam Sudut Pandang Political
Linkage

PENDAHULUAN

Tulisan singkat ini bertujuan untuk memahami strategi blusukan yang terjadi antara
kepala daerah dengan masyarakat di dalam kondisi pandemi seperti sekarang dengan
teori political linkage menggunakan studi kasus Bupati Klaten Sri Mulyani.

Secara bahasa, kata blusuk berasal dari bahasa jawa yang berarti “masuk ke dalam”
dan blusuk-an dapat didefinisikan menjadi “masuk kemana-mana”. Blusukan secara
makna seringkali dimaknai sebagai kegiatan memasuki suatu tempat yang asing bagi
seseorang, tidak lazim, dan tidak seharusnya. Di dalam dunia perpolitikan fenomena
blusukan mengisyaratkan suatu penerapan politik kritis para elite yang menolak untuk
terpaku pada data dan berusaha untuk mencari fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Melalui blusukan para aktor politik dapat melihat secara langsung bagaimana implikasi
suatu kebijakan yang telah dibuat secara verifikatif atau bahkan dapat menjaring aspirasi
secara langsung.

Politik linkage atau tautan politik adalah jalinan yang menghubungkan anggota
parlemen konstituennya (pemilih/voters) yang bertujuan menghasilkan kebijakan publik.
Dalam teori dasar demokrasi, adanya linkage dipahami sebagai pertautan antara partai
politik dengan para pemilihnya (voters), kemudian antara parlemen (arena dimana kader
partai politik bekerja) dengan voters. Konsep linkage seringkali dipakai dalam organisasi
organisasi politik (partai politik, kelompok kepentingan, gerakan sosial), dan perannya
terhadap demokrasi, yakni bagaimana organisasi-organisasi tersebut bertindak sebagai
intermediari antara pemerintah dan warga negara. 1

Dalam political linkage setidaknya terdapat tiga aktor utama yang saling
berhubungan yaitu, aktor politik seperti dewan ataupun partai politik, masyarakat sebagai

1
Departemen Politik & Pemerintahan UGM, Survei Perilaku Pemilih dan Linkage Politik, (Yogyakarta: The Asia
Foundation, 2014), hal. 5.
konstituen, dan media atau lembaga swadaya masyarakat. Partai politik dengan
masyarakat yang tergabung dalam kelompok-kelompok yang ada jelas memiliki cara
maupun kerangka berfikir yang berbeda. Maka baik partai politik maupun masyarakat
perlu membuka dirinya untuk saling memahami. Komunikasi dua arah membutuhkan
proses sense-giving dan sense-making. Komunikasi antar aktor itu lebih dari pertukaran
informasi, namun juga menuntut adanya proses membangun pemahaman bersama akan
suatu permasalahan.
Blusukan merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang terbukti efektif
diterapkan di Indonesia. Efektivitas strategi ini telah dibuktikan berhasil oleh Presiden
Joko Widodo ketika sedang berkampanye pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Provinsi DKI Jakarta. Komunikasi interpesonal yang dilakukan Joko Widodo ketika
blusukan menciptakan kedekatan secara emosional antara Joko Widodo dengan
masyarakat. Akibatnya, masyarakat melihat Joko Widodo sebagai pemimpin yang pro-
rakyat dan merakyat sehingga rakyat memberi kepercayaan kepada dirinya untuk menjadi
pemimpinnya. Dapat dikatakan bahwa strategi yang dilakukan Joko Widodo berhasil
membentuk hubungan yang baik dengan masyarakat.

Implementasi blusukan pada masa kini sangat beragam, blusukan kini tidak hanya
dapat diaplikasikan di lingkup perpolitikan tetapi, juga dapat diaplikasikan di kegiatan-
kegiatan lain seperti kesejahteraan sosial. Salah satu contohnya adalah, blusukan akhir-
akhir ini yang dilakukan oleh beberapa kepala daerah dan elite politik dalam membagikan
bantuan terhadap masyarakat terdampak pandemi Covid-19. Namun, setiap langkah yang
diambil politisi pada umumnya memiliki maksud lain selain membantu. Bantuan Sosial
(Bansos) yang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini adalah bansos yang dilakukan
Bupati Klaten Sri Mulyani.

PEMBAHASAN

Pandemi COVID-19 merupakan suatu fenomena yang dapat mengancam seluruh


aspek yang terdapat di dalam masyarakat. Hal tersebut tentu membuat sebagian besar
masyarakat baik yang terdampak secara langsung maupun tidak menjadi panik. Selain
ketakutan masyarakat terjangkit Virus COVID-19, terdapat berbagai aspek terdampak
yang membuat masyarakat menjadi tidak tenang aspek tersebut antara lain, perekonomian
dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional Badan
Pusat Statistik 2019, jumlah masyarakat yang berstatus pekerja formal sebanyak
55.272.968 orang dan masyarakat yang berstatus pekerja informal sejumlah 74.093.224
orang.2 Data tersebut secara tidak langsung menunjukan betapa banyaknya jumlah
masyarakat yang terdampak secara langsung oleh pandemi ini yaitu para pekerja yang
bekerja di sektor-sektor informal. Realita ini menginisiasi banyak pihak termasuk
kepala daerah untuk melakukan bantuan sosial kepada masyarakatnya melalui berbagai
cara salah satunya adalah melalui blusukan.

Political Linkage yang terjadi antara Bupati Klaten Sri Mulyani dengan masyarakat
merupakan salah satu contoh dari jenis political linkage menurut Kay Lawson yaitu,
clientelistic linkage. clientelistic linkage sendiri berarti di mana suatu aktor politik
bertindak sebagai saluran berbagi keuntungan dengan timbal balik loyalitas ataupun
dukungan suara. Tautan ini terjadi ketika Bupati Klaten melakukan bantuan sosial
berbentuk beras, sembako, dan hand sanitizer kepada masyarakat. Yang menjadikan
tautan politik ini clientelistic linkage adalah, penempelan foto dari wajah bupati tersebut
disetiap barang yang diberikan kepada masyarakat. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang
kontroversial karena, perbuatan yang dilakukan Bupati itu dianggap tidak etis selain
dianggap menggunakan momentum pandemi sebagai media kampanye, sang bupati juga
menggunakan uang negara dalam mencetak sticer wajahnya. Tidak hanya itu, bantuan
yang berasal dari luar pemerintah daerah seperti bantuan yang diberikan Kementerian
Sosial (Kemensos) juga ditempel stiker berwajah sang bupati. Sri Mulyani berdalih
bahwa tidak ada maksud menumpangi atau mengambil keuntungan pribadi kejadian
penempelan sticker pada bantuan sosial merupakan kekeliruan dan bukan hal yang
disengaja.

Permasalahan lain yang timbul adalah strategi blusukan yang dilakukan bupati
dianggap tidak tepat waktu karena, dalam kondisi pandemi seperti ini berkumpul di
tempat ramai atau melakukan interaksi sosial secara langsung bukanlah hal yang bijak.
Sejak kasus positif pertama diumumkan di Indonesia pada 2 Maret 2020 silam, berbagai
pihak termasuk pemerintah telah mengupayakan pencegahan penyebaran virus Covid-19.
Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sejak awal Maret 2020 antara lain,
pembatasan hubungan sosial (Social distancing), himbauan untuk bekerja dari rumah
(work from home), penutupan tempat-tempat wisata atau tempat yang dapat menjadi titik
kumpul (gathering point). Sayangnya apa yang dilakukan oleh Sri Mulyani tidak
2
Badan Pusat Statistik. (2020). Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama
1986 – 2019. Diakses dari https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/970/penduduk-15-tahun-ke-atas-
yang-bekerja-menurut-lapangan-pekerjaan-utama-1986---2019.html
mengindahkan himbauan social distancing dengan membuat masyarakat dengan jumlah
yang banyak berkumpul disatu titik. Tentu saja kejadian tersebut sangat berisiko menjadi
media penyebaran virus Covid-19.

Pada intinya, apa yang dilakukan oleh Sri Mulyani merupakan bentuk dari
clientelistic linkage yang bertujuan untuk mendapatkan loyalitas masyarakat Klaten.
Alibinya yang mengatakan bahwa penempelan sticker pada barang-barang bantuan sosial
merupakan kesalahpahaman dan kesalahan teknis merupakan hal yang tidak rasional. Sri
Mulyani tentunya dapat menarik kembali barang-barang tersebut jika memang terjadi
kesalahpahaman sebelum diedarkan. Kejadian yang dianggap sebagian orang tidak etis ini
diperparah dengan keputusannya untuk melakukan blusukan pada moment yang tidak
tepat. Blusukan yang dilakukan oleh Sri Mulyani secara terang-terangan telah melanggar
protokol kesehatan yang diisukan oleh pemerintah untuk membatasi kerumunan massa
dan melakukan social distancing. Kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi para
aktor politik dalam mengambil keputusan, para aktor politik dapat bersikap lebih bijak
dan tulus dalam melakukan sesuatu demi rakyatnya.

Daftar Pustaka
Departemen Politik & Pemerintahan UGM. (2014). Survei Perilaku Pemilih dan Linkage
Politik. Jurnal Jurusan Politik & Pemerintahan FISIPOL UGM.

Mulyono, Slamet. (2008). Kamus Pepak Basa Jawa. Jogjakarta: Pustaka Jogjakarta
Widyatama.

Salman. (2013). Pola Komunikasi Interpersonal dan Strategi Blusukan Joko Widodo. Jurnal
JMA Kalbis Institute, Vol 18(2).

Sardjono, Djok. 2020. Bupati Klaten Blusukan ke Pasar Bagikan Masker dan Hand Sanitizer,
diakses dari https://mediaindonesia.com/read/detail/298154-bupati-klaten-blusukan-
ke-pasar-bagikan-masker-dan-hand-sanitizer. Pada tanggal 17 Mei 2020.

Zulkarnain, A., & Harris, S. (2017). Fenomena Blusukan Dalam Model Kepemimpinan
Politik Joko Widodo. POLITIK, Vol 13(1).

Anda mungkin juga menyukai