NIM : 1220190003
1. Dalam Fiqih Jinayah jarimah disebut juga dengan tindak pidana. Pengertian jinayah
secara bahasa adalah nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang
diusahakannya.pengertian jinayah secara bahasa adalah suatu istilah untuk perbuatan
yang dilarang oleh sara’, baik berupa perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau
lainnya.
Ada beberapa macam pengertian jarimah (tindak pidana): menurut bahasa Jarimah adalah
melakukan perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang dipandang tidak baik, dibenci oleh
manusia karena pertentangan dengan keadilan, kebenaran dan jalan yang lurus (agama).
Pengertian secara umum jarimah adalah pelanggaran terhadap perintah dan larangan
agama, baik pelanggaran tersebut mengakibatkan hukuman duniawi maupun ukhrawi.
2. Hukum Pidana Islam adalah bagian dari hukum Islam.jumurul fuqaha‟ sudah sepakat
sumber-sumber hukum islam pada umumnya ada 4, yakni al-Qur‟an, hadits, Ijmak, Qiyas
dan hukum tersebut wajib diikuti.apabila tidak terdapat hukum suatu peritiwa dalam Al-
Qur‟an baru di cari dalam hadist dan seterusnya prosesnya seperti itu dalam mencari
hokum
Al-Qur’an
Al-Qur‟an adalah sumber hukum ajaran islam yang pertama yang memuat kumpulan
beberapa wahyu yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Diantaranya
kandungan isinya ialah peraturan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah,
dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan hubungannya dengan alam beserta makhluk
lainnya. Sebagaian besar umat islam sepakat menetapkan sumber ajaran islam adalah Al-
qur‟an, As-sunnah dan ijtihad kesepakatan itu tidak semata-mata didasarkan kemauan
bersama tapi kepada dasar-dasar normatif yang berasal dari Al-qur‟an dan al-sunnah
sendiri,
Al-Sunnah / Hadits
Al-sunnah / Hadits merupakan sumber hukum ajaran Islam yang ke 2, karena hal-hal
yang di ungkapkan dalam Al-qur‟an bersifat umum atau memerlukan penjelsan,maka
nabi Muhammad Saw menjelaskan melalui Hadist. Adapun yang dimaksud dengan
sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari nabi. Selain al-Qur‟an, baik berupa
perkataan, perbuatan atau taqrir yang bisa dijadikan sebagai dasar penetapan hukum
syarak. Fungsi dari As- sunnah sendiri adalah untuk menafsirkan menjelaskan ayat Al-
Qur‟an. Ayat-ayat Al-Qur‟an yang hanya menjelaskan dasar-dasar permasalahan sesuatu,
maka hadist berfungsi untuk menjelaskan.
Ijma
’ Menurut bahasa Ijma‟ mempunyai 2 arti yaitu : Kesepakatan, seperti; perkataan: “Jama
al qaumu „alaa kadzaa idzaa itafaquudlaini”. Yang artinya suatu kaum telah berijma‟
begini, jika mereka sudah sepakat kepadanya.
Qiyas.
Qiyas adalah mempersamakan hukum peristiwa yang belum ada ketentuannya dengan
hukuman peristiwa yang sudah ada ketentuannya, karena antara kedua peristiwa tersebut
terdapat segi-segi persamaan. Para fuqaha‟ memperselisihkan kebolehan memakai Qiyas
untuk semua hukum-hukum syara‟ ada yang memperbolehkannya dengan alasan, bahwa
semua hukum-hukum syara‟masih termasuk dalam satu jenis juga, yaitu hukum syara‟.
Dan apabila salah satunya di tetapkan dengan Qiyas, maka terhadap yang lain juga bisa
ditetapkan dengan Qiyas. Menurut fuqaha‟ lainnya Qiyas tidak bisa di pakai untuk semua
hukum-hukum syara‟, sebab meskipun termasuk dalam satu jenis namun sebenarnya
terdapat perbedaan satu sama lain. Apa yang terdapat pada sebagiannya bukan berarti
boleh diterapkan pada lainnya sebab, boleh jadi masing-masing mempunyai ciri khas
tersendiri.
3. Bahwa tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat
kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau menolak
yang mudarat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain,
tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani,
individual dan social.
Pemeliharaan agama merupakan tujuan pertama hukum Islam. Sebabnya adalah
karena agama merupakan pedoman hidup manusia, dan di dalam agama Islam selain
komponen-komponen akidah yang merupakan pegangan hidup setiap Muslim serta
akhlak yang merupakan sikap hidup seorang muslim, terdapat juga syari‟at yang
merupakan jalan hidup seorang muslim baik dalam berhubungan dengan Tuhannya
maupun dalam berhubungan dengn manusia lain dan benda dalam masyarakat.
Karena itulah maka hukum Islam wajib melindungi agama yang dianut oleh
seseorang dan menjamin kemerdekaan setiap orang untuk beribadah menurut
keyakinan (agamanya).
Pemeliharaan jiwa merupakan tujuan kedua dalam hukum Islam. Karena itu hukum
Islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya. Untuk itu hukum Islam melarang membunuh,
Pemeliharaan akal sangat dipentingkan oleh hukum Islam, karena dengan
mempergunakan akalnya, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa akal, manusia tidak mungkin pula menjadi pelaku dan pelaksana
hukum Islam.
Pemeliharaan keturunan, agar kemudian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat
manusia dapat diteruskan, merupakan tujuan keempat hukum Islam. Hal ini tercermin
dalam hubungan darah yang menjadi syarat untuk mendapat saling mewarisi.
Pemeliharaan harta adalah tujuan kelima hukum Islam. Menurut ajaran Islam, harta
adalah pemberian Tuhan kepada manusia, agar manusia dapat mempertahankan hidup
dan melangsungkan kehidupannya. Oleh karena itu, hukum Islam melindungi hak
manusia untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal dan sah serta
melindungi kepentingan harta seseorang, masyarakat dan Negara,
Tujuan pokok adanya penghukuman dalam syari’at Islam adalah untuk: Pencegahan
(al radd wa al jazr) Perbaikan (al ‘ishlah) Pendidikan (al ta’dib) Sedangkan menurut
Abdul Qadir Audah, bahwa tujuan penghukuman dalam syari’at Islam adalah untuk
memperbaiki kondisi manusia, menjaga mereka dari kerusakan, mengeluarkan
mereka dari kebodohan, menunjukan mereka dari kesesatan, menghindarkan mereka
dari berbuat maksiat dan mengarahkan mereka agar menjadi manusia yang ta’at.
4. Unsur-Unsur Tindak Pidana Menurut Hukum Islam Perbuatan dapat dianggap sebagai
perbuatan pidana, bila dipenuhi unsur- unsurnya, yaitu:
1. Ada nas yang melarang disertai sanksi hukumnya. Unsur ini disebut unsur formil
(rukun syar’i).
2. Adanya perbuatan pidana. Unsur ini disebut unsur materiel (rukun madani).
3. Pelaku tindak pidana harus cakap hukum (mukalaf). unsur ini disebut unsur moril
(rukun adabi
6. Ditinjau dari berat ringannya hukuman yang dikenakan terhadap pelaku jinayah.Jinayah
dapat dibagi menjadi empat yaitu hudud, qishas, diat dan ta’zir, yang biasanya disebut
dengan istilah jarimah hudud, jarimah qishas diat dan jarimah ta’zir.Ahmad Hanafi
mengemukakan yang dimaksud dengan jarimah, adalah laranganlarangan syara’yang
diancam oleh Allah SWT dengan hukuman had dan ta’zir. Adapun Al-ahkam al-jinayah
dalam Islam untuk melindungi kepentingan dan keselamatan umat manusia dari ancaman
tindak kejahatan atau pelanggaran, sehingga tercipta situasi kehidupan yang aman dan
tertib
7. a) Kejahatan hudud adalah kejahatan yangpaling serius dan berat dalam hukum pidana
Islam.Ia adalah kejahatan terhadap kepentingan publik. Tetapi ini tidak berarti bahwa
kejahatan hududtidak mempengaruhi kepentingan pribadi sama sekali, namun, terutama
sekali, berkaitan dengan apa yang disebut hak Allah. Dengan demikian, kejahatan dalam
kategori ini dapat didefinisikan sebagai kejahatan yang diancam dengan hukuman hadd,
yaitu hukuman yang ditentukan sebagai hak Allah. Dalam definisi ini, hukuman yang
ditentukan, berarti bahwa baik kuantitas maupun kualitasnya ditentukan dan ia tidak
mengenal tingkatan. Menurut Mohammad Ibnu Ibrahim Ibnu Jubair, yang tergolong
kejahatan hudud ada tujuh kejahatan yaitu riddah(murtad), al- baghy(pemberontakan),
zina, qadzaf(tuduhan palsu zina), sarigah(pencurian), hirabah(perampokan), dan shurb al-
khamr(meminum khamar).
b) Qishash jatuh pada posisi di tengah antara kejahatan hududdan ta’zirdalam hal
beratnya. Kejahatan-kejahatan dalam kategori qishash ini kurang serius dibanding yang
pertama (hudud), namun lebih berat daripada yang berikutnya (ta’zir).Sasaran dari
kejahatan ini adalah integritas tubuh manusia, sengaja atau tidak sengajaia terdiri dari apa
yang di- kenal dalam hukum pidana modem sebagai kejahatan terhadap manusia atau
crimes against persons. Jadi, pembunuhan dengan sengaja, pembunuhan menyerupai
sengaja, pembunuhan karena kealpaan, penganiayaan, menimbulkan luka/sakit karena
kelalaian, masuk dalam kategori tindak pidana qishash ini.