Anda di halaman 1dari 10

REVIEW JURNAL

Reviewer : Sri Nurjanah (2032018033)


Jurusan : HTN
S/U : 5/1
Mata kuliah : filsafat hukum Islam siyasah

Judul jurnal :FILSAFAT HUKUM ISLAM: Implikasi Logis terhadap Konstruksi


Pendidikan Islam.
Volume dan Halaman:Vol. 46 No. II, Juli-Desember 2012,Hal.551-570.
Tahun :2012.
Penulis : Mukhammad Ilyasin.
Tanggal : 16 Januari 2021
Metode penelitian
Metodologi yang digunakan ialah falsafah al-tasyri dan falsafah al-syari’ah. Dua hal
ini juga yang menjadi kerangka dasar dan platform dari konstruksi hukum Islam.

Tujuan penelitian
Mengetahui beberapa hikmah disyariatkannya hukum (hikmah al-tasyri’) serta
tujuan hukum dan rahasia-rahasia hukum (asrar al-ahkam).

Isi jurnal
Falsafah al-tasyri’ adalah filsafat yang memancarkan, menguatkan, dan
memelihara hukum Islam atau filsafat yang membicarakan hakikat dan tujuan
penetapan hukum Islam. Falsafah tasyri' dibagi menjadi: pertama (dasar-dasar
hukum Islam), Asas kedua dari asas-asas hukum Islam adalah tidak
membanyakkan hukum taklifi, agar tidak memberatkan pundak mukallaf dan tidak
menyukarkan. Membina hukum dengan menempuh jalan tadarruj (gradual).
Artinya, hukum tidak dilimpahkan sekaligus, akan tetapi satu demi satu atau tahap
demi tahap yang nantinya tidak merasa berat untuk melaksanakannya. Hal ini
memberikan ilustrasi bahwa hukum-hukum taklifi datang beriringan sesudah
berakar hukum-hukum yang telah ditetapkan, baru kemudian datang hukum lain.
Seiring dengan kemaslahatan manusia.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat, bahkan merupakan suatu proses atau kegiatan yang
diarahkan untuk mengubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan
Behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang. Namun, yang paling utama adalah membangun
moralitas manusia modern dalam menggapai peradaban madani. Oleh sebab itu,
bagi masyarakat Islam, mengkaji dan mengembangkan pendidikan untuk
melahirkan manusia-manusia unggul dengan berpegang teguh kepada al-Qur’an
dan Sunnah selain nalar juga wahyu merupakan suatu bentuk kemutlakan pada
ranah teoretis-normatif maupun aplikatif-normatif.

Dengan demikian, untuk mendapatkan hasil maksimal dari sebuah proses


pendidikan Islam tersebut, perlu landasan Filosofis pendidikan Islam yang selama
ini dikotomik menjadi nilai filosofis monokotomik dengan landasan normatif
wahyu Verbal Tuhan, yaitu al-Qur'an dan al-Hadis. Upaya ini akan mampu
mengarahkan pada penyatuan nilai filosofis yang dibingkai dengan nilai normatif
dan akan memberikan nilai pendidikan suatu nilai moralitas yang diterjemahkan
dalam bentuk akhlaq al-karimah. Sebab pendidikan telah memberikan
kemampuan untuk menerima dan mengimplementasikan alternatif-alternatif baru,
sehingga tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia menjadi insan
kamil yang mampu menyeimbangkan ranah tujuan duniawi dan ukhrawi.

Menurut Leonard Binder, pendidikan Islam dan era modern bisa bersesuaian,
sebab nilai-nilai Islam tidak sedikit pun bertentangan dengan peradaban modern.
Oleh karena itu, tanpa harus meninggalkan keyakinannya terhadap ajaran Islam,
umat Islam dapat memasuki kemajuan yang telah diperoleh peradaban
modern.Hal ini dikarenakan antara modernisasi dan agama adalah satu. Jika
modernisasi dilepaskan dari agama, modernisasi tersebut akan tumbuh secara
bebas nilai (free of value), dan jika ini yang terjadi, tentu akan meruntuhkan nilai-
nilai agama yang ada. Saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat
serta di saat filsafat hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan dan saat
perdagangan bebas dunia sudah berjalan, maka posisi dan keberadaan pendidikan
Islam akan semakin tampak dibutuhkan. Di masa modern, agama diharapkan
dapat memberikan arahan dan perspektif baru, sehingga kehadiran Agama akan
dirasakan manfaatnya oleh penganut Agama.

Kesimpulan
Jurnal ini menjelaskan bahwa pendidikan Islam dan hukum Islam dengan realitas
zaman menuntut dimunculkannya pertanyaan ulang terhadap produk-produk
pemikiran ulama atau ilmuwan terdahulu, terutama jika dihubungkan dengan
spektrum masalah dewasa ini yang semakin luas dan kompleks. Oleh sebab itu,
dengan meminjam pisau analisis dari hukum Islam, pendidikan Islam dituntut
untuk terus berbenah diri dari sisi substansi teoretiknya agar sesuai dengan
perkembangan zaman yang terus Bergulir dengan semangatnya.

Kelebihan isi jurnal


Jurnal ini menjelaskan tentang pendidikan di era modern dengan prinsip-prinsip
yang telah di kemukan, serta menjelaskan penggunaan filsafat pendidikan Islam
sebagai bagian dari pendidikan di era modern ini.

Kekurangan isi jurnal


Isi dari jurnal ini sudah sangat baik, hanya saja menurut saya dalam penjelasan di
bagian kontruksi pendidikan Islam saya kurang faham , karna menurut saya dalam
penjelasanya kurang mendetail sehingga sulit untuk memahaminya.
Judul jurnal :KAJIAN FILSAFAT HUKUM ISLAM DALAM Al-QURAN.
Volume dan Halaman : Vol. 8 No. 2, Juli 2015,57-69.
Tahun :2015
Penulis : Muhammad Hasdin Has
Tanggal :17 Januari 2021.
Metode penelitian
jurnal ini menggunakan motede diskriptif analisis tentang filsafat hukum Islam
dan hasilnya bahwa filsafat hukum islam terbagi kepada dua rumusan, yaitu
falsafah tasyri dan falsyafah syariah. Falsafah tasyri.

Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini Mengungkap hakikat , sejarah dan fungsi hukum Islam
serta hubungannya dengan al-Quran dan Hadis.

Isi jurnal
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang kata dasarnya
adalah philein artinya mencintai atau philia, cinta dan sophia artinya kearifan yang
pada akhirnya melahirkan kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan
dalam pengertian “cinta kearifan” pengertian filsafat ini pertama sekali
dipergunakan oleh Pytagoras (572-497 SM). Ia membagai kedalam dua kata
“philos” (cinta), sophie (pengetahuan). Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan
seseorang yang bernama Leon kepada Pytagoras tentang pekerjaannya. Maka
Pytagoras menjawab bahwa pekerjaannya adalah ia sebagai seorang filosof
(pencinta pengetahuan).
Filsafat Hukum Islam dalam Sejarah
Dalam Al-Qur’an maupun dalam as-sunnah, tidak terdapat kata filsafat, tidak
berarti bahwa Al-Qur’an dan As-sunnah tidak mengenal apa yang dimaksud
dengan falsafah itu. Dalam kedua sumber itu dikenal kata lain yang sama
maksudnya dengan itu yaitu kata hikmah. Pemikiran terhadap Hukum Islam telah
lahir sejak awal sejarah umat Islam, disebabkan oleh adanya dorongan Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul agar manusia menggunakan pikirannya dalam menghadapi
persoalan-persoalan hidup, lebihlebih dalam persoalan yang fundamental,
menyangkut akidah atau keyakinan agama. Meskipun dalam Hadist Mu’adz
tentang sumber-sumber Hukum Islam dinyatakan bahwa ijtihad dilakukan dalam
hal-hal yang tidak tercantum Al-Qur’an atau Sunah Rasul, namun dalam
sejarahnya, para sahabat Nabi melakukan ijtihad juga dalam hal-hal yang nyata-
nyata disebutkan ketentuan hukumnya dalam nash. Ijtihad dalam hal yang
disebutkan dalam Al-Qur’an atau Sunah Rasul itu dapat menyangkut
pemahamannya, dapat menyangkut penerapannya dan sebagainya.
Perkembangan Filsafat Hukum Islam
Kerangka berpikir al-Juwaini di atas di kembangkan oleh muridnya alGazali. Dalam
kitabnya Syifa al-Gali, al-Gazali menjelaskan maksud syariat dalam kaitannya
dengan pembahasan al-Munasabat al-Mashlahiyyat dalam qiyas, sementara dalam
kitabnya yang lain ia memebicarakannya dalam pembahasan istishlah. Maslahat,
baginya adalah memelihara maksud al-Syari’, pembuat hukum. Kemudian ia
memerinci maslahat itu menjadi lima, yaitu: Memelihara agama, jiwa, akal
keturunan dan harta. Kelima aspek maslahat ini menurut alGhazali, berada pada
peringatan yang berbeda, bila ditinjau dari segi tujuannya, yaitu peringkat
daruriyyat, hajat dan tahsiniyyat. Dari sini teori maqasid alSyariah sudah kelihatan
bentuknya. Ahli fiqh yang berikutnya yang membahas secara khusus aspek utama
Maqasid al- Syariah, adalah Izz al-Din Ibn Abd al-Sala>m dari kalangan mazhab
Syafii. Dalam kitabnya Qowaid al-Ahkam fi Masalih al-Anam, ia lebih banyak
mengelaborasi hakikat mas}lahat yang dijawantahkan dalam bentuk daru’
almafasid wa jalwu al-manafi’ (menghindari mafsadat dan menarikmanfaat).
Baginya Mas}lahat dunyawiyat tidak dapat dilepaskan dari tiga peringkat, yaitu:
daruriyyat, hajiyat, dan tatimmat atau takmillat.
Kegunaan Filsafat Hukum Islam
Diantara kegunaan memempelajari Filsafat Hukum Islam:
1. Menjadikan filsafat sebagai pendekatan dalam menggali hakikat, sumber dan
tujuan hukum Islam.
2. Dapat membedakan kajian ushul fiqih dengan filsafat terhadap hukum Islam.
3. Mendudukkan Filsafat Hukum Islam sebagai salah satu bidang kajian yang
penting dalam memahami sumber hukum Islam yang berasal dari wahyu maupun
hasil ijtihad para ulama.
4. Menemukan rahasia-rahasia syariat diluar maksud lahiriahnya.
5. Memahami ilat hukum sebagai bagian dari pendekatan analitis tentang berbagai
hal yang membutuhkan jawaban hukumiyahnya sehingga pelaksanaan hukum
Islam merupakan jawaban dari situasi dan kondisi yang terus berubah dinamis.
6. Membantu mengenali unsur-unsur yang mesti dipertahankan sebagai
kemapanan dan unsur-unsur yang menerima perubahan sesuai dengan tuntunaan
situasiona.

Kesimpulan
Jurnal ini menjelaskan tentang filsafat hukum Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Filsafat hukum islam terkandung dalam arti hikmah, falsafah asrar bahkan illat
hukum. Walaupun tidak sempurna tapi semua itu saling terkait, apalagi
dihubungkan dengan tinjauan kajian-kajian filasafat saat ini. Pengertian hukum
islam sendiri dalam khasanah literatur intelektual muslim, terutama yang
dipahami masyarakat muslim tidak jarang memiliki perbedaan antara pengertian
syari’ah dan fiqh.
Sumber utama hukum islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Terhadap segala
permasalahan yang tidak diterangkan dalam kedua sumber tersebut, kaum
muslimin diperbolehkan berjihad dengan mempergunakan akalnya guna
menemukan ketentuan hukum. Jadi, berijtihad dengan mempergunakan akal
dalam permasalahan hukum Islam, yang padahakikatnya merupakan pemikiran
falsafi itu direstui oleh Rasulullah. Bahkan lebih tandas lagi Allah menyebutkan
bahwa mempergunakan akal dan pikiran atau berpikir falsafi itu sangat perlu
dalam memahami berbagai persoalan.

Kelebihan isi jurnal


Jurnal ini memuat tentang ayat-ayat Al-Qu’an yang berkaitan dengan pembahasan.
Isi dari jurnal ini juga jelas dan mudah untuk di mengerti.

Kekurangan isi jurnal


Secara keseluruhan jurnal ini tidak memiliki kekurangan .
Judul jurnal :Mencermati Sejarah Perkembangan Filsafat Islam
Volume dan Halaman : Vol. 10, No. 1, Mei 2014
Tahun :2014
Penulis : A. Khudori Soleh.
Tanggal :17 Januari 2021.

Metode penelitian
Dalam pengerjaan jurnal ini, penulis menggunakan Metode kuantitatif

Tujuan penelitian
Adapun dari tujuan penelitian dalam pembuatan jurnal ini ialah untuk mengetahui
perkembangan sejarah filsafat Islam, Filsafat Yunani, Tradisi Islam, Isu-isu Teologi
masyarakat Syiah.

Isi jurnal
Bukan dari Filsafat Yunani
Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, diakui
banyak kalangan telah mendorong perkembangan filsafat Islam menjadi makin
pesat. Meski demikian, menurut ditulis Oliver Leaman (l. 1950 M),1 seorang
orientalis asal Universitas Kentucky, USA, adalah suatu kesalahan besar jika
menganggap bahwa filsafat Islam bermula dari proses penerjemahan teks-teks
Yunani tersebut, atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles (384-322 SM) seperti
dituduhkan Ernest Renan (1823-1893 M), atau dari Neo-Platonisme seperti
disampaikan Pierre Duhem (1861-1916 M).

Ada beberapa hal yang harus diperhatian. Pertama, bahwa belajar atau berguru
tidak berarti hanya meniru atau mengikuti semata. Kedua, bahwa ide, gagasan,
atau pemikiran, seperti dinyatakan Karl A. Steenbrink, adalah ekspresi dan hasil
dari proses komunikasi sang tokoh dengan kondisi sosial lingkungannya. Ketiga,
kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemikiran rasional telah lebih dahulu ada
dan mapan dalam tradisi keilmuan muslim sebelum kedatangan filsafat Yunani.
Semua itu menunjukkan bahwa sebelum dikenal adanya logika dan filsafat Yunani,
telah ada model pemikiran rasional filosofis yang berjalan baik dalam tradisi
keilmuan Islam, yakni dalam kajian teologis dan hukum. Bahkan, pemikiran
rasional dari teologi dan hukum inilah yang telah berjasa menyiapkan landasan
bagi diterima dan berkembangnya logika dan filsafat Yunani dalam Islam, bukan
sebaliknya.

Sumber Rasionalitas Islam


Pemikian rasional-filosofis Islam lahir bukan dari pihak luar melainkan dari kitab
suci mereka sendiri,bukan dari pihak luar melainkan dari kitab suci mereka
sendiri,dari al-Qur‘an, khususnya dalam kaitannya dengan upaya-upaya untuk
menyesuaikan antara ajaran teks dengan realitas kehidupan sehari-hari. Pada awal
perkembangan Islam, ketika Rasul SAW masih hidup, semua persoalan bisa
diselesaikan dengan cara ditanyakan langsung kepada beliau, atau diatasi lewat
jalan kesepakatan diantara para cerdik. Akan tetapi, hal itu tidak bisa lagi
dilakukan setelah Rasul SAW wafat dan persoalan-persoalan semakin banyak dan
rumit seiring dengan perkembangan Islam yang demikian cepat. Jalan satu-satunya
adalah kembali kepada ajaran teks suci, al-Qur‘an, lewat berbagai pemahamdari al-
Qur‘an, khususnya dalam kaitannya dengan upaya-upaya untuk menyesuaikan
antara ajaran teks dengan realitas kehidupan sehari-hari. Pada awal
perkembangan Islam, ketika Rasul SAW masih hidup, semua persoalan bisa
diselesaikan dengan cara ditanyakan langsung kepada beliau, atau diatasi lewat
jalan kesepakatan diantara para cerdik. Akan tetapi, hal itu tidak bisa lagi
dilakukan setelah Rasul SAW wafat dan persoalan-persoalan semakin banyak dan
rumit seiring dengan perkembangan Islam yang demikian cepat. Jalan satu-satunya
adalah kembali kepada ajaran teks suci, al-Qur‘an, lewat berbagai pemahaman.

Penerjemahan filsafat Yunani


Proses penerjemahan atas pemikiran filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab
kemudian baru benar-benar dilakukan secara serius setelah masa pemerintahan
Bani Abbas, khususnya pada masa kekuasaan khalifah al-Makmun (811-833 M);
suatu program yang oleh Abed al-Jabiri (1936-2010 M), seorang pemikir Muslim
asal Universitas Muhammad V, Maroko, dianggap sebagai tonggak sejarah
pertemuan pemikiran rasional Yunani dengan pemikiran keagamaan Arab-Islam,
pertemuan epistemologi burhani Yunani dengan epistemologi bayani Arab.16
Menurut Hasymi, saat itu sampai dibentuk tim khusus yang bertugas melawat ke
negeri-negeri sekitar untuk mencari buku pengetahuan apa saja yang pantas
diterjemahkan dan dikembangkan.17 Di antara mereka yang dikenal berjasa dalam
usaha-usaha penerjemahan ini, antara lain, adalah oleh orangorang seperti Ja’far
ibn Yahya al-Barmaki (767-803 M), Yuhana ibn Masawaih (777-857 M), dan
Hunain ibn Ishaq (809-873 M). Menurut Montgomery Watt (1909-2006 M),
seorang tokoh orientalis asal Universitas Edenbergh, Scotlandia, Hunain ini
mempunyai kelebihan dibanding penerjemah yang lain. Yaitu, bahwa para
penerjemah lain umumnya menerjemahkan karya-karya Yunani dari edisi bahasa
Syiria, sementara Hunain ibn Ishaq menerjemahkan langsung dari bahasa Yunani
sekaligus mengkajinya secara filosofis. Ini pula yang menjadi catatan al-Ghurabi
kenapa banyak karya filsafat Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
bercampur dengan pandangan Neo-Platonis Kristen Syiria.Program penerjemahan
atas buku-buku filsafat Yunani tersebut dilakukan secara masal dan gencar karena
memang adanya kebutuhan akan hal itu.

Pasang surut pemikiran filsafat Islam


Pemikiran rasional filsafat kemudian semakin berkembang.Sepeninggal al-Kindi,
lahir al-Razi (865-925), tokoh yang dikenal sebagai orang yang ekstrim dalam
teologi dan juga dikenal sebagai seorang rasionalis murni yang hanya
mempercayai akal. Salah satu pikirannya yang dikenal adalah pandangannya
tentang akal. Menurutnya, semua pengetahuan pada prinsipnya dapat diperoleh
manusia selama ia menjadi manusia. Hakikat manusia adalah akal atau rasionya,
dan akal adalah satu-satunya alat untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia
fisik dan tentang konsep baik dan buruk setiap sumber pengetahuan lain yang
bukan akal hanya omong kosong, dugaan belaka, dan kebohongan. Akan tetapi,
perkembangan pemikiran filsafat yang begitu pesat berkat dukungan penuh dari
para khalifah Bani Abbas (750-1258 M) ini, khususnya sejak al-Makmun (811-833
M), kemudian mengalami sedikit hambatan pada masa khalifah al-Mutawakil (847-
861 M). Hambatan ini disebabkan oleh adanya penentangan dari sebagian
kalangan ulama salaf, seperti Imam Ibnu Hanbal (780-855M) dan orang-orang
yang sepikiran dengannya. Mereka menunjukkan sikap yang tidak kenal kompromi
terhadap ilmu-ilmu filosofis

Kesimpulan isi jurnal


Dalam pembahasan jurnal ini, jurnal ini menjelaskan tentang filsafat Yunani yang
di anggap sebagai awal mula filsafat Islam. Namun dalam penjelasan jurnal ini di
ketahui bahwa filsafat Islam sudah ada jauh sebelum munculnya filsafat Yunani.
Filsafat Yunani kemudian muncul memberikan corak baru dalam filsafat Islam,
yang kemudian muncul tokoh-tokoh filsafat yang sangat berperan dalam
perkembangan filsafat itu sendiri.

Kelebihan isi jurnal


Jurnal ini memuat keselurun pembahasan, lengkap dan kompleks sehingga mudah
untuk di fahami dalam membaca jurnal ini.
Kekurangan isi jurnal
Karna penulis membahas secara keseluran dari pembahasan jurnal ini, sehingga
jurnal ini tidak memiliki kekurangan, referensi yang di gunakan juga cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai