Tujuan penelitian
Mengetahui beberapa hikmah disyariatkannya hukum (hikmah al-tasyri’) serta
tujuan hukum dan rahasia-rahasia hukum (asrar al-ahkam).
Isi jurnal
Falsafah al-tasyri’ adalah filsafat yang memancarkan, menguatkan, dan
memelihara hukum Islam atau filsafat yang membicarakan hakikat dan tujuan
penetapan hukum Islam. Falsafah tasyri' dibagi menjadi: pertama (dasar-dasar
hukum Islam), Asas kedua dari asas-asas hukum Islam adalah tidak
membanyakkan hukum taklifi, agar tidak memberatkan pundak mukallaf dan tidak
menyukarkan. Membina hukum dengan menempuh jalan tadarruj (gradual).
Artinya, hukum tidak dilimpahkan sekaligus, akan tetapi satu demi satu atau tahap
demi tahap yang nantinya tidak merasa berat untuk melaksanakannya. Hal ini
memberikan ilustrasi bahwa hukum-hukum taklifi datang beriringan sesudah
berakar hukum-hukum yang telah ditetapkan, baru kemudian datang hukum lain.
Seiring dengan kemaslahatan manusia.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat, bahkan merupakan suatu proses atau kegiatan yang
diarahkan untuk mengubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan
Behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang. Namun, yang paling utama adalah membangun
moralitas manusia modern dalam menggapai peradaban madani. Oleh sebab itu,
bagi masyarakat Islam, mengkaji dan mengembangkan pendidikan untuk
melahirkan manusia-manusia unggul dengan berpegang teguh kepada al-Qur’an
dan Sunnah selain nalar juga wahyu merupakan suatu bentuk kemutlakan pada
ranah teoretis-normatif maupun aplikatif-normatif.
Menurut Leonard Binder, pendidikan Islam dan era modern bisa bersesuaian,
sebab nilai-nilai Islam tidak sedikit pun bertentangan dengan peradaban modern.
Oleh karena itu, tanpa harus meninggalkan keyakinannya terhadap ajaran Islam,
umat Islam dapat memasuki kemajuan yang telah diperoleh peradaban
modern.Hal ini dikarenakan antara modernisasi dan agama adalah satu. Jika
modernisasi dilepaskan dari agama, modernisasi tersebut akan tumbuh secara
bebas nilai (free of value), dan jika ini yang terjadi, tentu akan meruntuhkan nilai-
nilai agama yang ada. Saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat
serta di saat filsafat hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan dan saat
perdagangan bebas dunia sudah berjalan, maka posisi dan keberadaan pendidikan
Islam akan semakin tampak dibutuhkan. Di masa modern, agama diharapkan
dapat memberikan arahan dan perspektif baru, sehingga kehadiran Agama akan
dirasakan manfaatnya oleh penganut Agama.
Kesimpulan
Jurnal ini menjelaskan bahwa pendidikan Islam dan hukum Islam dengan realitas
zaman menuntut dimunculkannya pertanyaan ulang terhadap produk-produk
pemikiran ulama atau ilmuwan terdahulu, terutama jika dihubungkan dengan
spektrum masalah dewasa ini yang semakin luas dan kompleks. Oleh sebab itu,
dengan meminjam pisau analisis dari hukum Islam, pendidikan Islam dituntut
untuk terus berbenah diri dari sisi substansi teoretiknya agar sesuai dengan
perkembangan zaman yang terus Bergulir dengan semangatnya.
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini Mengungkap hakikat , sejarah dan fungsi hukum Islam
serta hubungannya dengan al-Quran dan Hadis.
Isi jurnal
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang kata dasarnya
adalah philein artinya mencintai atau philia, cinta dan sophia artinya kearifan yang
pada akhirnya melahirkan kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan
dalam pengertian “cinta kearifan” pengertian filsafat ini pertama sekali
dipergunakan oleh Pytagoras (572-497 SM). Ia membagai kedalam dua kata
“philos” (cinta), sophie (pengetahuan). Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan
seseorang yang bernama Leon kepada Pytagoras tentang pekerjaannya. Maka
Pytagoras menjawab bahwa pekerjaannya adalah ia sebagai seorang filosof
(pencinta pengetahuan).
Filsafat Hukum Islam dalam Sejarah
Dalam Al-Qur’an maupun dalam as-sunnah, tidak terdapat kata filsafat, tidak
berarti bahwa Al-Qur’an dan As-sunnah tidak mengenal apa yang dimaksud
dengan falsafah itu. Dalam kedua sumber itu dikenal kata lain yang sama
maksudnya dengan itu yaitu kata hikmah. Pemikiran terhadap Hukum Islam telah
lahir sejak awal sejarah umat Islam, disebabkan oleh adanya dorongan Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul agar manusia menggunakan pikirannya dalam menghadapi
persoalan-persoalan hidup, lebihlebih dalam persoalan yang fundamental,
menyangkut akidah atau keyakinan agama. Meskipun dalam Hadist Mu’adz
tentang sumber-sumber Hukum Islam dinyatakan bahwa ijtihad dilakukan dalam
hal-hal yang tidak tercantum Al-Qur’an atau Sunah Rasul, namun dalam
sejarahnya, para sahabat Nabi melakukan ijtihad juga dalam hal-hal yang nyata-
nyata disebutkan ketentuan hukumnya dalam nash. Ijtihad dalam hal yang
disebutkan dalam Al-Qur’an atau Sunah Rasul itu dapat menyangkut
pemahamannya, dapat menyangkut penerapannya dan sebagainya.
Perkembangan Filsafat Hukum Islam
Kerangka berpikir al-Juwaini di atas di kembangkan oleh muridnya alGazali. Dalam
kitabnya Syifa al-Gali, al-Gazali menjelaskan maksud syariat dalam kaitannya
dengan pembahasan al-Munasabat al-Mashlahiyyat dalam qiyas, sementara dalam
kitabnya yang lain ia memebicarakannya dalam pembahasan istishlah. Maslahat,
baginya adalah memelihara maksud al-Syari’, pembuat hukum. Kemudian ia
memerinci maslahat itu menjadi lima, yaitu: Memelihara agama, jiwa, akal
keturunan dan harta. Kelima aspek maslahat ini menurut alGhazali, berada pada
peringatan yang berbeda, bila ditinjau dari segi tujuannya, yaitu peringkat
daruriyyat, hajat dan tahsiniyyat. Dari sini teori maqasid alSyariah sudah kelihatan
bentuknya. Ahli fiqh yang berikutnya yang membahas secara khusus aspek utama
Maqasid al- Syariah, adalah Izz al-Din Ibn Abd al-Sala>m dari kalangan mazhab
Syafii. Dalam kitabnya Qowaid al-Ahkam fi Masalih al-Anam, ia lebih banyak
mengelaborasi hakikat mas}lahat yang dijawantahkan dalam bentuk daru’
almafasid wa jalwu al-manafi’ (menghindari mafsadat dan menarikmanfaat).
Baginya Mas}lahat dunyawiyat tidak dapat dilepaskan dari tiga peringkat, yaitu:
daruriyyat, hajiyat, dan tatimmat atau takmillat.
Kegunaan Filsafat Hukum Islam
Diantara kegunaan memempelajari Filsafat Hukum Islam:
1. Menjadikan filsafat sebagai pendekatan dalam menggali hakikat, sumber dan
tujuan hukum Islam.
2. Dapat membedakan kajian ushul fiqih dengan filsafat terhadap hukum Islam.
3. Mendudukkan Filsafat Hukum Islam sebagai salah satu bidang kajian yang
penting dalam memahami sumber hukum Islam yang berasal dari wahyu maupun
hasil ijtihad para ulama.
4. Menemukan rahasia-rahasia syariat diluar maksud lahiriahnya.
5. Memahami ilat hukum sebagai bagian dari pendekatan analitis tentang berbagai
hal yang membutuhkan jawaban hukumiyahnya sehingga pelaksanaan hukum
Islam merupakan jawaban dari situasi dan kondisi yang terus berubah dinamis.
6. Membantu mengenali unsur-unsur yang mesti dipertahankan sebagai
kemapanan dan unsur-unsur yang menerima perubahan sesuai dengan tuntunaan
situasiona.
Kesimpulan
Jurnal ini menjelaskan tentang filsafat hukum Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Filsafat hukum islam terkandung dalam arti hikmah, falsafah asrar bahkan illat
hukum. Walaupun tidak sempurna tapi semua itu saling terkait, apalagi
dihubungkan dengan tinjauan kajian-kajian filasafat saat ini. Pengertian hukum
islam sendiri dalam khasanah literatur intelektual muslim, terutama yang
dipahami masyarakat muslim tidak jarang memiliki perbedaan antara pengertian
syari’ah dan fiqh.
Sumber utama hukum islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Terhadap segala
permasalahan yang tidak diterangkan dalam kedua sumber tersebut, kaum
muslimin diperbolehkan berjihad dengan mempergunakan akalnya guna
menemukan ketentuan hukum. Jadi, berijtihad dengan mempergunakan akal
dalam permasalahan hukum Islam, yang padahakikatnya merupakan pemikiran
falsafi itu direstui oleh Rasulullah. Bahkan lebih tandas lagi Allah menyebutkan
bahwa mempergunakan akal dan pikiran atau berpikir falsafi itu sangat perlu
dalam memahami berbagai persoalan.
Metode penelitian
Dalam pengerjaan jurnal ini, penulis menggunakan Metode kuantitatif
Tujuan penelitian
Adapun dari tujuan penelitian dalam pembuatan jurnal ini ialah untuk mengetahui
perkembangan sejarah filsafat Islam, Filsafat Yunani, Tradisi Islam, Isu-isu Teologi
masyarakat Syiah.
Isi jurnal
Bukan dari Filsafat Yunani
Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, diakui
banyak kalangan telah mendorong perkembangan filsafat Islam menjadi makin
pesat. Meski demikian, menurut ditulis Oliver Leaman (l. 1950 M),1 seorang
orientalis asal Universitas Kentucky, USA, adalah suatu kesalahan besar jika
menganggap bahwa filsafat Islam bermula dari proses penerjemahan teks-teks
Yunani tersebut, atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles (384-322 SM) seperti
dituduhkan Ernest Renan (1823-1893 M), atau dari Neo-Platonisme seperti
disampaikan Pierre Duhem (1861-1916 M).
Ada beberapa hal yang harus diperhatian. Pertama, bahwa belajar atau berguru
tidak berarti hanya meniru atau mengikuti semata. Kedua, bahwa ide, gagasan,
atau pemikiran, seperti dinyatakan Karl A. Steenbrink, adalah ekspresi dan hasil
dari proses komunikasi sang tokoh dengan kondisi sosial lingkungannya. Ketiga,
kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemikiran rasional telah lebih dahulu ada
dan mapan dalam tradisi keilmuan muslim sebelum kedatangan filsafat Yunani.
Semua itu menunjukkan bahwa sebelum dikenal adanya logika dan filsafat Yunani,
telah ada model pemikiran rasional filosofis yang berjalan baik dalam tradisi
keilmuan Islam, yakni dalam kajian teologis dan hukum. Bahkan, pemikiran
rasional dari teologi dan hukum inilah yang telah berjasa menyiapkan landasan
bagi diterima dan berkembangnya logika dan filsafat Yunani dalam Islam, bukan
sebaliknya.