Anda di halaman 1dari 3

Kedudukan Ijtihad dan Fatwa dalam Islam

1. Kedudukan Ijtihad dalam Islam


Seiring berjalanya waktu banyak masalah masalah baru bermunculan dan
harus diselesiakan beserta ditentukan hukumnya. Baik masalah sosial, ekonomi
dan budaya yang terkait dengan Islam. Oleh karena itu saat ini Ijtihad memiliki
fungsi yang tinggi dalam menentukan hukum Islam. Ijtihad dalam agama Islam
adalah dalil terkuat, ijtihad berkedudukan tinggi dan mulia. Manusia khususnya
umat Islam saat ini sangat membutuhkan Ijtihad karena hukum syariat dapat
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan berkembang dalam kehidupan.1
Selain itu, wilayah kekuasaan Islam yang semakin luas, pergaulan umat
Islam dengan bangsa baru dan berkaitan dengan adat istiadat bangsa tersebut
mengharuskan para ulama’ melakukan ijtihad untuk menyelasaikan masalah
baru yang terjadi dan belum pernah ada sebelumnya.2
Al-Ghazali menjelaskan bahwa salah satu aspek Ushul Fiqh adalah
Ijtihad, selain membahas tentang dalil-dalil hukum, tata cara menghasilkan
hukum dan hukum istu sendiri yang keseluruannya adalah tata cara Istinbath al-
ahkam. Disinilah Ijtihad menjadi sangat penting yang merupakan perwujudan
dari Istinbath al-ahkam dalam hukum Islam. Oleh karena itu Ijtihad menjadi
sebuah pembahasan yang tidak ada hentinya dan selalu menjadi kajian para
ulama’ dari zaman dulu hingga sekarang. Bahkan hampir disemua buku ushul
fiqh selalu ada bab pembahasan sahih tentang Ijtihad.3
Ijtihad dibagi dalam dua macam, yaitu :
1. Ijtihad Intiqa’i atau Ijtihad Tarjihi, yaitu ijtihad yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih pendapat ahli fiqih
terdahulu mengenai masalah tertentu.
2. Ijtihad Insya’i atau Ijtihad Ibtida’i, yaitu Ijtihad untuk mendapatkan
kesimpulan hukum terkait kejadian baru yang belum diselesaikan oleh
para ahli Fiqih terdahulu.
Dari banyak penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa Ijtihad memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam Agama Islam. Ijtihad sangat diperlukan
karena timbulnya berbagai masalah masalah baru yang membutuhkan solusi
hukumnya, karena hukum merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan
1
Faishal Agil Al Munawar and Mirwan, “Ijtihad Jama’i (Ijtihad Kolektif) Perspektif Ulama Kontemporer,” Istidlal:
Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam 4, no. 2 (2020): 128, https://doi.org/10.35316/istidlal.v4i2.268.
2
Muhammad Zuhdi Karimuddin, “Kedudukan Mazhab, Taklid Dan Ijtihad Dalam Islam,” Al-Qadha 6, no. 1
(2019): 55–65, https://doi.org/10.32505/qadha.v6i1.1291.
3
Khoirul Hadi, “HUKUM IJTIHAD DALAM PROSES LEGISLASI HUKUM ISLAM,” Isti’dal 1, no. 2 (2014): 181–89.
masyarakat dalam rangka aktualisasi ajaran-ajaran islam dalam aspek
kehidupan.4
Akan tetapi Ijtihad boleh dilakukan bagi kalangan yang benar-benar
mampu dan menguasai Ijtihad dan segala persyaratan-nya, mengingat bahwa
Ijtihad adalah suatu hal yang sangat di haruskan dalam hukum Islam. Ijtihad
harus menempatkan kapasitas keilmuan yang benar dalam tempatnya sehingga
menghasilkan suatu hukum yang memenuhi dan berguna bagi masyarakat
umum.5

2. Kedudukan Fatwa dalam Islam


Sebelum membahas lebih lanjut tentang kedudukan Fatwa, akan lebih
baik jika mengetahui perbedaan antara fatwa dan ijtihad. Menurut Rifyal
Ka’bah sebagaimana dikutip oleh H. Uyun Kamilududdin bahwa “ Fatwa
merupakan usaha memberikan penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya
kepada orang yang belum mengetahui.” Sedangkan Menurut Amir Syarifuddin
mengatakan bahwa Ijtihad adalah usaha menggali hukum dari sumber dan dalil,
sedangkan fatwa usaha menyampaikan hasil penggalian melalui Ijtihad kepada
orang lain yang bertanya.”6
Menurut pandangan para Ulama’ yang menjadikan Al-Qur’an dan Hadits
sebagai landasan hukum dan pedoman hidup, Fatwa memiliki peranan yang
sangat tinggi karena mufti (pemberi Fatwa) bertempatkan sebagai khalifah dan
ahli waris nabi SAW, sebagaimana diutarakan oleh Imam Asy-Syathibi.
Sedangkan Ulama’ salaf lebih menekankan kepada kemapuan seseorang dalam
mengeluarkan fatwa, orang yang mengeluarkan fatwa harus mempunyai ilmu
pengetahuan dan kemampuan terhadap permasalahan yang terjadi, agar fatwa
yang di keluarkan tidak menimbulkan kesalahan.7
Dalam hukum Islam, Fatwa berkedudukan sangat penting karena fatwa
adalah pendapat yang diutarakan oleh ahli hukum Islam (fuqaha) mengenai
kedudukan hukum suatu masalah baru yang timbul dikalangan masyarakat. Jika
terdapat suatu masalah baru yang belum ada kepastian hukumnya secara tegas
baik dalam Al-Qur’an, Hadits dan Ijma’ serta pendapat dari fuqaha terdahulu,

4
Faishal Agil Al Munawar and Mirwan, “Ijtihad Jama’i (Ijtihad Kolektif) Perspektif Ulama Kontemporer.”
5
Hadi, “HUKUM IJTIHAD DALAM PROSES LEGISLASI HUKUM ISLAM.”
6
M. Erfan Riadi, “Kedudukan Fatwa Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif,” Ulumuddin 6, no. 4 (2010):
473
7
M. Erfan Riadi, “Kedudukan Fatwa Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif.”
maka fatwa menjadi salah satu institusi normatif yang mampu menjawab atau
menetapkan kedudukan hukum masalah tersebut.8
Sejak abad ke-12 H, fatwa-fatwa mufti ternama mulai diabadikan menjadi
sebuah buku dan disebarkan ke beberapa madrasah-madrasah fiqih. Buku ini
dijadikan objek penelitian bagi ulama madrasah untuk mengetahui
ketentuanketentuan fatwa. Pengumpulan Fatwa terus dilakukan oleh para
ulama’ yang dipercayakan sebagai mufti di pusat masyarakat muslim.9
Fatwa adalah upaya para ulama’ untuk menanggapi persoalan yang
dihadapi masyarakat dan memerlukan keputusan hukum. Oleh karena terdapat 3
(tiga) hal penting terkait dengan Fatwa, yaitu : 10
1. Pihak-pihak yang berkepentigan terhadap fatwa, seperti pemerintah.
2. Masalah atau persoalan yang diperlukan ketetapan hukumnya
dikarenakan belum jelas hukumnya.
3. Para ulama’ yang mengerti hukum syariat, mempunyai otoritas
mengeluarkan fatwa.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Fatwa
memilki kedudukan yang sangat penting dalam Agama Islam, yaitu
memberikan jawaban dan solusi terhadap permasalan yang dihadapi
masyarakat, menjadi landasan hukum terhadap suatu perbuatan atau kegiatan
yang sifatnya ibadah dan muammalah.11
Kedudukan Fatwa di berbagai negara memiliki perbedaan kedudukan.
Hal ini di pengaruhi oleh sistem hukum, sistem pemerintahan dan sistem
ketatanegaraan yang digunakan oleh suatu negara. Ada negara yang
menempatkan Fatwa di dalam sistem hukum dan struktur pemerintahan. Fatwa
yang berada dalam sistem hukum pemerintahan ini biasanya memiliki
kedudukan dan kekuatan hukum yang lebih tinggi dan mengikat.12

8
M. Erfan Riadi.
9
Taufid Hidayat Shaqar, “FATWA ‘ATHIYYAH SHAQAR (PEMIKIRAN TOKOH HUKUM ISLAM MESIR) Taufid,”
Hadharah 12, no. 1 (2018): 37–54.
10
Ibnu Elmi A.S Pelu, “Kedudukan Fatwa DAlam Konstruksi Hukum Islam,” El-Mashlahah 9, no. 2 (2019): 167–
81.
11
Pelu.
12
Ansori, “KEDUDUKAN FATWA DI BEBERAPA NEGARA MUSLIM.”

Anda mungkin juga menyukai