Anda di halaman 1dari 16

HYDRAULICS

CIVIL ENGINEERING 2018

BAB IV
PINTU SORONG
4.1 Tujuan Percobaan
1. Menyatakan hubungan antara tinggi muka air dengan debit aliran melalui
pintu sorong.
2. Menghitung koefisisen debit (Cd).
3. Mengamati pola aliran yang terjadi.
4.2 Alat - Alat Percobaan Dan Gambar Alat Percobaan
4.2.1 Alat – Alat Percobaan
1. Pintu Sorong
2. Flume
3. 2 Buah Point Gauge
4. Flowmeter
5. Mistar
6. Bangku Kerja Hidrolik
4.2.2 Gambar Alat Percobaan

Gambar 4.1 Alat percobaan pintu sorong


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2019)

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

Gambar 4.2 Flume


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2019)

Gambar 4.3 Point Gauge


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2019)

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

Gambar 4.4 Flowmeter


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2019)

Gambar 4.5 Mistar


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2019)

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

Gambar 4.6 Bangku Kerja Hidrolik


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2019)

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

Gambar 4.7 Sketsa Alat Percobaan Pintu Sorong


(Sumber : Lab. Mekanika Fluida & Hidrolika, FT-UNTAD, 2019)

4.3 Teori Dasar

Pintu sorong atau biasa kita sebut pintu air adalah suatu alat untuk
mengontrol aliran pada saluran terbuka. Pintu menahan air di bagian hulu dan
mengizinkan aliran ke arah hilir melalui bawah pintu dengan kecepatan tinggi
(JMK Dake,1983:48).

Sekat pada pintu air ini dapat diatur bukaannya. Aliran di hulu pintu setelah
pintu sorong adalah aliran subkritis. Kemudian, aliran air mengalami percepatan
ketika melewati bagian bawah pintu/sekat. Akibat percepatan yang dialami, aliran
berubah secara tiba-tiba dari subkritis ke superkritis. Di lokasi yang lebih hilir,
aliran akan mengalami semacam Shock yang membuatnya kembali menjadi aliran
subkritis. Pada lokasi terjadinya perubahan aliran superkritis menjadi aliran

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

subkritis secara tiba-tiba tersebut, akan terjadi peristiwa yang biasa disebut dengan
lompatan hidrolik (hydraulic jump). Air loncat atau lompatan hidrolik biasanya
sengaja dibuat untuk meredam energi dan memperlambat aliran sehingga tidak
menggerus dasar saluran.

Pada pintu sorong dengan model aliran seperti pada gambar di bawah
berlaku persamaan:
Q
Q=Cd .a. b √ 2g. h1 Sehingga Cd =
a. b √ 2 g . h1
....(4.1)

Gambar 4.8 Aliran melalui pintu sorong


Dimana :

Q = Debit aliran ( m3/ det )

Cd = Koefisien debit

b = Lebar pintu (m)

a = Tinggi bukaan pintu (m)

h1 = Tinggi muka air di depan pintu (m)

h2 = Tinggi muka air di belakang pintu (m)

H1 = Tinggi energi di depan pintu (m)

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

v1 2
2 2g(h1 .b) ¿
2
....(4.2)
H 1=h1+ =h 1 +Q ¿ ¿
2g ¿
H2 = Tinggi energi di belakang pintu (m)

v2 2g(h .b)2
¿
2 2
H 2=h2+ =h 2+Q2 ¿ ¿ ....(4.3)
2g ¿
g = Percepatan gravitasi ( 9.81 m/det2)

v1 = Kecepatan di depan pintu ( m/det )

v2 = Kecepatan di belakang pintu ( m/det )

4.4 Prosedur Percobaan Dan Prosedur Perhitungan


4.4.1 Prosedur Percobaan
1. Mengukur lebar pintu sorong (b).
2. Memasang pintu sorong dan point gauge di muka (y0) dan di belakang
pintu (y1).
3. Mengukur bukaan pintu sorong a = 0.0100 m
4. Mengalirkan air sehingga y0 = 0.0650 m dan ukur debit (Q) dengan
membaca pengukuran debit serta tinggi y1.
5. Mengulangi percobaan sebanyak 5 kali dengan menaikkan bukaan pintu
setiap kenaikan 0.0050 m dengan tetap mempertahankan y0 = 0.0650
m ( y0 konstan ). Catat Q dan y1 setiap pengulangan.
6. Melakukan lagi prosedur 3–5 diatas tetapi mempertahankan Q. Catat y0
dan y1 setiap pengulangan.

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

4.4.2 Prosedur Perhitungan


1. Menentukan lebar pintu sorong (b).
2. Menentukan tinggi bukaan pintu (a).
3. Menentukan tinggi muka air di depan pintu (y0).
4. Menentukan tinggi muka air di belakang pintu (y1).
5. Menentukan debit aliran (Q).
6. Menghitung tinggi energi di depan pintu (H1)
2
Q
H 1 =h1 +
2 g ( h1 . b)2

7. Menghitung tinggi energi di belakang pintu (H2)

2
Q
H 2=h2 +
2 g ( h2 . b )2

8. Menghitung koefisien debit (Cd)

Q
Cd=
a.b √ 2g.h1

y0
9. Menghitung
a

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

4.7 Analisis Grafik


1. Kondisi h1 Konstan

1. Grafik hubungan Cd terhadap Q :

1) Grafik hubungan Cd terhadap Q diperoleh dengan cara


menghubungkan titik 1, 3, 4 dan 5 serts meregresi titik 2
2) Grafik hubungan Cd terhadap Q membentuk kurva terbuka ke atas.
3) Grafik hubungan Cd terhadap Q adalah berbanding terbalik, artinya
semakin kecil nilai Cd maka semakin besar nilai Q.
h1
2. Grafik hubungan Cd terhadap :
a

h1
1) Grafik hubungan Cd terhadap diperoleh dengan cara
a
menghubungkan titik 1, 2, 3 dan 5, serta meregresi titik 4.
h1
2) Grafik hubungana Cd terhadap berbentuk linier
a
h1
3) Grafik hubungan Cd terhadap adalah berbanding lurus, artinya
a
h1
semakin kecil nilai Cd maka semakin kecil pula
a

3. Grafik hubungan a terhadap Q

1) Grafik hubungan a terhadap Q diperoleh dengan cara menghubungkan


titik1,2,3,4,dan5.

2) Grafik hubungan a terhadap Q berbentuk linier

3) Grafik hubungan a terhadap Q adalah berbandinng lurus, artinya


semakin besar nilai a maka semakin besar pula nilai Q.

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

2. Kondisi Q Konstan

1. Grafik hubungan A terhadap h1 :

1) Grafik hubungan a terhadap h1 diperoleh dengan cara menghubungkan


titik 1, 3, dan 5 serta meregresi titik 2 dan mengabaikan titik 4.

2) Grafik hubungan a terhadap h1 membentuk kurva terbuka ke bawah.

3) Grafik hubungan a terhadap h1 adalah berbanding terbalik, artinya


semakin kecil nilai h1 maka semakin besar nilai a.
h1
2. Grafik hubungan Cd terhadap :
a

h1
1) Grafik hubungan Cd terhadap diperoleh dengan cara
a
menghubungkan titik 1, 3, dan 4 serta meregresi titik 2 dan
mengabaikan titik 5
h1
2) Grafik hubungan Cd terhadap membentuk kurva terbuka ke
a
bawah.
h1
3) Grafik hubungan antara Cd versus adalah berbanding lurus, artinya
a
h1
semakin kecil nilai Cd maka semakin kecil pula
a

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

4.8 Kesimpulan dan Saran

4.8.1 Kesimpulan

1. Hubungan antara tinggi muka air (y1) dengan debit aliran (Q) pada
keadaan y0 konstan adalah berbanding lurus, artinya semakin besar
harga y1 maka harga Q semakin besar pula.
2. Koefisien debit (Cd) memiliki nilai lebih kecil dari 1 (satu). Dari hasil
percobaan diperoleh nilai Cd berkisar antara 0,5236 – 0,5702 untuk h 1
konstan dan nilai Cd berkisar antara 0,4333 – 0,6417 untuk Q konstan.
Nilai ini sesuai dengan standar nilai Cd yang ditetapkan yaitu 0,5 ≤ Cd
≤ 1.
3. Pola aliran yang terjadi adalah aliran sempurna, yaitu dibagian hulu
adalah aliran super kritis, dan dibagian hilir adalah aliran subkritis.
4.8.2 Saran

1. Dalam pengaturan debit, harus cermat sehingga akan didapatkan


kenaikan debit yang berimbang.
2. Pembacaaan skala point gauge harus dalam posisi tegak lurus untuk
menghindari kesalahan pembaca.

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

3. Dalam pengambilan data, ketelitian merupakan hal yang sangat


diperlukan, sehingga akan diperoleh data yang akurat.
4. Alat di laboratorium harus dirawat bahkan di ganti, mengingat banyak
kerusakan alat sehingga data tidak akurat.

NO SKETSA POLA ALIRAN UNTUK h1 KONSTAN KETERANGAN

Q = 0,0007 m3/detik

h1 = 0,0607 m

h2 = 0,0235 m
1
H1 = 0,0619 m

H2 = 0,0315 m
a = 0,0150 m

Q = 0,0009 m3/detik

h1 = 0,0607 m

h2 = 0,0282 m
2
H1 = 0,0627 m

H2 = 0,0374 m
a = 0,0200 m

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

Q = 0,0011 m3/detik

h1 = 0,0607 m

h2 = 0,0309 m
3
H1 = 0,0637 m

H2 = 0,0424 m
a = 0,0250 m

Q = 0,0013 m3/detik

h1 = 0,0607 m

h2 = 0,0328 m
4
H1 = 0,0649 m

H2 = 0,0470 m
a = 0,0300 m

Q = 0,0015 m3/detik

h1 = 0,0607 m

h2 = 0,0359 m
5
H1 = 0,0662 m

H2 = 0,0517 m
a = 0,0350 m

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

NO SKETSA POLA ALIRAN UNTUK Q KONSTAN KETERANGAN

Q = 0,0010 m3/detik

h1 = 0,0978 m

h2 = 0,0263 m
1
H1 = 0,0987 m

H2 = 0,0394 m
a = 0,0150 m

Q = 0,0010 m3/detik

h1 = 0,0646 m

h2 = 0,0293 m
2
H1 = 0,0668 m

H2 = 0,0399 m
a = 0,0200 m

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

Q = 0,0010 m3/detik

h1 = 0,0515 m

h2 = 0,0286 m
3
H1 = 0,0549 m

H2 = 0,0397 m
a = 0,0250 m

Q = 0,0010 m3/detik

h1 = 0,0423 m

h2 = 0,0289 m
4
H1 = 0,0474 m

H2 = 0,0397 m
a = 0,0300 m

Q = 0,0010 m3/detik

h1 = 0,0394 m

h2 = 0,0290 m
5
H1 = 0,0452 m

H2 = 0,0398 m
a = 0,0350 m

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276


HYDRAULICS
CIVIL ENGINEERING 2018

4.6 Tabel Hasil Perhitungan Dan Grafik


4.6.1 Tabel hasil Perhitungan
Lebar Pintu (b) = 0,075 m

Untuk Q konstan

a H1 H2 Q H1 H2
No. H1/a Cd
(m) (m) (m) ( m³/det ) (m) (m)
1 0.0011 0.1102 0.0133 100.1818 0.0010 0.1109 0.0645 8.2434
2 0.0016 0.1094 0.0154 68.3750 0.0010 0.1102 0.0536 5.6880
3 0.0021 0.0926 0.0198 44.0952 0.0010 0.0937 0.0429 4.7105
4 0.0026 0.0908 0.0234 34.9231 0.0010 0.0919 0.0399 3.8421
5 0.0031 0.0505 0.0296 16.2903 0.0010 0.0541 0.0399 4.3210

Untuk H1 konstan
a H1 H2 Q H1 H2
No. H1/a Cd
(m) (m) (m) ( m³/det ) (m) (m)
1 0.0015 0.06000 0.01280 40.0000 0.00050 0.0606 0.0266 4.0963

2 0.0020 0.06000 0.01630 30.0000 0.00060 0.0609 0.0286 3.6867


3 0.0025 0.06000 0.02040 24.0000 0.00070 0.0612 0.0311 3.4409
4 0.0030 0.06000 0.02550 20.0000 0.00080 0.0616 0.0344 3.2770
5 0.0035 0.06000 0.03050 17.1429 0.00090 0.0620 0.0384 3.1600

ABDULLAH YASIRPRASETYO /F111 18 276

Anda mungkin juga menyukai