KELOMPOK 3
BAB I
PERCOBAAN ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR
C. Prosedur Percobaan
1. Memasang model ambang lebar dan pintu sorong pada unit saluran
terbuka (Open Channel Apparatus).
2. Mengalirkan air ke dalam unit saluran terbuka sehingga akan
terbentuk profil aliran. H diatur pada manometer. Berdasarkan
pengamatan profil aliran yang dilakukan, akan diperoleh harga-harga
Y1, Y3, dan hw dengan pengukuran menggunakan alat Point Gauge.
3. Kemudian pintu sorong diturunkan secara perlahan-lahan sehingga
tinggi Y3 didapatkan semaksimal mungkin tanpa mempengaruhi
ketinggian pada Y1 dan hw. Ukur kembali harga-harga Y1, Y3, dan hw.
4. Ulangi prosedur nomor 2 dan 3 sebanyak dua kali namun dengan
harga selisih tinggi air raksa pada manometer (H) yang berbeda.
D. Hasil Pengamatan
Dimensi ambang lebar:
Tinggi ambang (P) = 101,5 mm = 10,15 cm
Panjang ambang (L) = 348 mm = 34,8 cm
Lebar ambang (B) = 75,4 mm = 7,54 cm
E. Perhitungan
E.1. Dasar Teori
Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan karena bangunan itu kokoh
dan mudah dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai bentuk mercu,
bangunan ini mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa saja.
Hubungan tunggal antara muka air hulu dan debit mempermudah
pembacaan debit secara langsung dari papan duga, tanpa memerlukan tabel
debit.
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk
tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran diatas
alat ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah
ada sekarang, maka bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-
beda, sementara debitnya tetap serupa. Alat ukur ambang lebar memiliki
kelebihan-kelebihan, antara lain:
Memiliki bentuk hidrolis yang luwes dan sederhana.
Konstruksinya kuat, sederhana dan tidak mahal.
Benda-benda hanyut dapat dilewatkan dengan mudah.
Selain itu, ada pula kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar,
yaitu bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja.
Ambang lebar yang sering digunakan di Indonesia adalah ambang
lebar datar hidung bundar (round-nose horizontal broad-crested weir).
Bentuk ambang bagian depan ujung atasnya dibundarkan dengan radius
tertentu. Bentuk bagian hilirnya dapat berbentuk vertikal dan membentuk
slope. Bangunan ukur ini dapat dipakai pada saluran dimana headloss kecil
walaupun memerlukan kondisi aliran bebas (free-flow).
(Bos, M.G. ed., 1978.)
1. Menentukan Debit Aliran Aktual (Qact)
Persamaan Bernoulli
E1 = E2 (Hukum Kekekalan Energi)
2 2
P1 V1 P V2
Z1 2 Z2
air 2g air 2g
... (1)
air 2g
Hukum Kontinuitas
A1.V1 = A2.V2
A 2 .V2
V1
A1
0,25.3,14.d .V 2
0,25.3,14.d
2 2
2
1
4 2
d 2 .V2
V1
2
4
...(2)
d1
Substitusikan persamaan (2) ke dalam persamaan (1) :
4 2
d 2 .V2
V2
2
P1 P2
4
d1
air 2g
2
4
d
V2 1 2 4
P1 P2 .d1
...(3)
air 2g
P1 P Hg H
2 - H
air air air
P1 P2 ( Hg - air )H
air air
P1 P2
H( Hg air ) ; dimana Hg = 13,6 ; air = 1
air
P1 - P2
12,6 H ...(4)
air
Persamaan (4) disubstitusikan ke dalam persamaan (3) :
d24
V2 1 4
2
d1
12,6H
2g
2
4
d
12,6H.2g V2 1 2 4
d1
25,2H .g
V2
2
d24
1 4
d1
Q = A2 . V2
0,25. 3,14 . d 2 . (25,2 . H . g) 12
=
2
Q ...(5)
1 d 2 /d 1 2
4 4
1
Dari data diketahui :
d1 = 3,14 cm
d2 = 2,00 cm
g = 981 cm/det2
maka persamaan (5) menjadi :
Qact = 171,81 H
Dimana : Qact = Debit sebenarnya yang melewati ambang (cm3/det)
H = Selisih tinggi air raksa pada manometer (cmHg)
2
Jika hw = Hw = h kritis
3
Hw adalah tingi peluapan di sebelah hulu dengan mengabaikan tinggi
kecepatan. Dalam praktek terjadi kehilangan energi sepanjang puncak
ambang lebar, maka rumus di atas menjadi:
2 2
Qnyata = Cd Hw ...(2)
3 3
P
Y3
h = Y3 = 15 mm = 1,5 cm
Hw = Hu = 15,6 10,15 = 5,45 cm
hw = 3,6 cm
5,45 3,6
15,6
10,15
1,5
34,8
Gambar 1.2. Profil aliran dengan
= 171,81 34
= 3145, 70 cm3/det
Cdact = 6,30
Cvact = 4,84
2 2
QT = 5,45 3 981 5,45
3
QT = 216,92 cm3/det
CdT = 0,43
g. Menghitung CvT
Qt
CvT =
1,074.Cdt.b.Hw'3 / 2
216,92
CvT =
1,0740,447,545,4532
CvT = 4,84
-2.5
(Y3-p)/Hu -2
R = 0.1401
-1.5
-1
-0.5
0
2100 2200 2300
Qact (cm32400
/det) 2500 2600
5.4
5.3
5.2
Cd
R = 0.7782
5.1
4.9
0.070 0.080 0.090
hw/L
Analisa grafik:
Berdasarkan grafik hubungan Cdact vs hw/L dapat dikatakan bahwa
data yang di-plot sudah benar. Hal ini terbukti dari nilai korelasi yang
besar, yaitu sebesar R2 = 0,778. Garis linier korelasi tersebut sudah
mewakili data-data yang telah di-plot pada grafik. Grafik Cdact vs (Y3-
p)/Hu merupakan grafik linier naik yang berarti bahwa semakin besar
harga Cdact, semakin besar pula harga hw/L.
5.4
5.3
R = 0.8939
5.2
Cdact
5.1
4.9
0.11 0.12 0.13 0.14 0.15
Hu/L
G. Kesimpulan
1. Besar kecilnya debit aliran yang melalui saluran dengan menggunakan
ambang lebar sebagai alat ukur dipengaruhi oleh selisih tinggi air raksa
pada manometer. Semakin besar selisih tinggi air raksa, maka semakin
besar pula debit aliran yang dihasilkan. Debit terkecil adalah 2123,94
cm3/det pada H = 15,5 cmHg, sementara debit terbesar adalah 2501,48
cm3/det pada H = 21,5 cmHg (lihat Tabel I.2.). Dari hasil percobaan,
nilai koefisien debit aktual (Cdact) yang dihasilkan adalah antara 4,91
5,39.
2. Dari hasil percobaan, batas moduler ambang ((Y3-P)/Hu) yang dihasilkan
adalah antara -2.18 sampai dengan -1,08. Hubungan yang terlihat adalah
berbanding terbalik dimana semakin besar nilai debit aktual (Qact) maka
semakin kecil nilai batas moduler ambang ((Y3-P)/Hu). Hubungan Qact vs
((Y3 P)/Hu) dapat dilihat pada grafik hubungan Q vs ((Y3 P)/Hu)(lihat
Gambar I.3.).
3. Aliran fluida dari percobaan ini dapat dilihat pada lampiran (bagian sketsa
aliran fluida).
4. Berdasarkan grafik hubungan antara Cdact vs hw/L terlihat bahwa semakin
besar harga Cdact, semakin besar pula harga hw/L (lihat Gambar I.4.).
5. Berdasarkan grafik hubungan antara Cdact vs Hu/L terlihat bahwa semakin
besar harga Cdact, semakin besar pula harga Hu/L(lihat Gambar I.5.).
6. Penggunaan data Qact sebagai perbandingan karena data Qact (harga debit
yang diperoleh langsung berdasarkan pengamatan) lebih akurat
dibandingkan Qteoritis.
7. Harga Qact lebih besar daripada harga Qteoritis karena terdapat perbedaan
rumus diantara keduanya dan juga perbedaan input data yang ditinjau. Jika
Qact berdasarkan selisih tinggi air raksa (H) sedangkan QT berdasarkan
pada tinggi peluapan di atas muka bendung (Hw).
8. Perbedaan besar antara Qact dan QT secara otomatis mempengaruhi besar
koefisien debit (Cd) masing-masing. Secara rumus sama, namun karena
nilai Qact lebih besar dari nilai QT, maka harga Cdact lebih besar pula
dibandingkan dengan harga CdT.
9. Meskipun Qact dan QT serta Cdact dan CdT berbeda dalam besarnya harga,
namun besar dari koefisien kecepatan datang (Cv) adalah sama.
Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa besar Cvact = besar CvT. Hal ini
dikarenakan perbandingan antara faktor pembilang dan faktor penyebut
pada Cvact memiliki rasio yang sama dengan perbandingan antara faktor
pembilang dan faktor penyebut pada CvT
Daftar Pustaka
H. Lampiran
1. Gambar Profil Aliran Fluida
a. Saat H = 215 mmHg (pintu sorong 5 cm dari dasar saluran)
hw = 3,05
Y1 = 14,91
Y3 = 1,52
190 200 300 450 550 700
hw = 3,08
Y1 = 15
Y3 = 4,85
190 200 300 450 550 700
hw = 2,64
Y1 = 14,5
Y3 = 1,35
190 200 300 450 550 700
hw = 2,7
Y1 = 14,53
Y3 = 3,82
hw = 2,54
Y1 = 14,2
Y3 = 1,18
190 200 300 450 550 700
hw = 2,56
Y1 = 14,23
Y3 = 4,38
2. Sketsa Alat