Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

SI-2131 MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Mekanika

Fluida dan Hidraulika

Disusun Oleh:

Nama NIM

Elsa Apriyani 15018082

Bryant Santoso 15018090

Rizal Jabarudin Nur 15018092

Laily Wahyu Munzila 15018102

Ardaffa Randra Irhami 15018112

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

ii
DAFTAR ISI

3
DAFTAR GAMBAR

4
DAFTAR TABEL

5
DAFTAR GRAFIK

6
BAB I
KEHILANGAN TINGGI TEKAN

1.1. Latar Belakang


Kehilangan tinggi tekan suatu fluida dalam pipa dapat terjadi karena faktor gesekan (major
losses) atau akibat faktor perubahan bentuk geometri pipa (minor losses). Kehilangan tinggi tekan
yang akan dipelajari dalam hal ini adalah kehilangan tinggi tekan akibat :
a. Faktor gesekan pipa lurus
b. Kontraksi tiba-tiba
c. Ekspansi tiba-tiba
d. Tikungan pada pipa katup (valve)
Dalam analisis perhitungan percobaan aliran pada pipa ini, digunakan berbagai acuan dasar
rumus yang diambil dari :
1. Persamaan Kontinuitas (continuity equation)
𝑄1 = 𝑄2
𝐴1 × 𝑉1 = 𝐴2 × 𝑉2
Keterangan:
A = Luas penampang pipa (m2)
V = Kecepatan di titik acuan (m/s)
Q = Debit (m3/s)
2. Persamaan Bernoulli
𝑃1 𝑉12 𝑃2 𝑉22
+ 𝑧1 + = + 𝑧2 +
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔
Keterangan:
V = Kecepatan di titik acuan (m/s)
P = Tekanan
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
z = tinggi permukaan air dari titik acuan (m)
γ = ρ.g
3. Persamaan Darcy-Weisbach
𝐿 × 𝑉2
ℎ𝑙 = 𝑓 ×
2 ×𝐷 ×𝑔

7
Keterangan :

L = Panjang pipa (m)


V = Kecepatan dalam pipa (m/s)
D = Diameter pipa (m)
f = Koefisien gesek Darcy-Weisbach dalam pipa lurus
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
4. Persamaan Blassius
0,316
𝑓𝐵𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 =
𝑅𝑒 0,25

Keterangan :

Re = Bilangan Reynold

5. Bilangan Reynolds (Reynolds series )


𝐷
𝑅𝑒 = 𝑉.
µ
Keterangan :
V = Kecepatan dalam pipa (m/s)
D = Diameter pipa (m)
µ = Viskositas air (m2/s)

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari kegiatan praktikum kehilangan tinggi tekan adalah sebagai berikut
1. Mempelajari pengaruh koefisien gesekan pada pipa.
2. Menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus, ekspansi tiba-
tiba, kontraksi tiba-tiba, tikungan.
1.3. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah

a. Suatu jaringan/sirkuit pipa, yang terdiri dari dua buah sirkuit yang terpisah, masing-masing
terdiri dari komponen pipa yang dilengkapi selang piezometer. Dua sirkuit pipa itu adalah
sirkuit biru dan sirkuit abu abu.

8
b. Bangku hidraulik,
c. Termometer,
d. Pompa udara, untuk mengkalibrasi alat serta untuk menghilangkan gelembung udara yang
masuk kedalam jaringan pipa.

1.4. Landasan Teori dan Penurunan Rumus


1.4.1. Kehilangan Tinggi Tekan pada Pipa Lurus
Suatu pipa lurus dengan diameter (D) yang tetap, akan mempunyai kehilangan tinggi tekan
akibat gesekan sepanjang pipa (L) sebesar :

𝐿𝑣2
ℎ𝑙 = 𝑓 2𝐷𝑔 (1.1)

dimana :

 hl = kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (m)


 f = koefisien gesek (tidak berdimensi)
 L = panjang pipa (m)
 D = diameter pipa (m)
 v = kecepatan aliran (m/s)
 g = percepatan gravitasi (m/s2 )

Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan Darcy-Weisbach dengan f sebagai konstanta


tidak berdimensi yang merupakan fungsi dari bilangan Reynolds dari aliran dan kekasaran
permukaan pipa.

Asumsi Persamaan Darcy-Weisbach adalah bahwa aliran yang melalui pipa adalah aliran
mantap (steady), yaitu tidak ada perubahan kecepatan terhadap waktu (percepatannya sama dengan
nol), sehingga penjumlahan gaya dengan arah horizontal akan sama dengan nol.

Penurunan Persamaan 1.1

Hukum Newton

F  0

P1  P2 A   2RL  0

9
P1  P2 A   2RL
P1  P2    2RL
A
P1  P2    2RL
 A
 2RL
hf  (1)
A

Rumus berat jenis


  g (2)

Rumus luas pipa


A  R 2 (3)

Menurut Chezy
1
  V 2 (4)
2

Subtitusi persamaan (2), (3), (4) ke persamaan (1)


1
V 2 2RL
hf  2
R 2 g
V 2 L
hf   (5)
Rg

Untuk pipa
f
 (6)
4
D
R (7)
2

Subtitusi persamaan (6) dan (7) ke persamaan (5)

10
f 2
V L
hf  4
D
g
2
LV 2
hf  f
2 Dg
Dimana :

hL= kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (m)

f = koefisien gesek pipa (tidak berdimensi)

L = panjang pipa (m)

D = diameter pipa (m)

V = kecepatan aliran (m/detik)

g = percepatan gravitasi (m/detik2)

f merupakan fungsi dari bilangan Reynolds dari aliran dan kekasaran permukaan pipa.

1.4.2. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi Tiba-tiba

Ekspansi tiba-tiba pada pipa menyebabkan kehilangan tinggi tekan yang disebut minor
losses. Dalam percobaan ini dibandingkan kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi dari hasil
percoban dengan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus dasar sebagai berikut :

1. Persamaan Bernoulli
P1 V12 P V2
  z1  2  2  z 2
 2g  2g

2. Persamaan Kontinuitas
Q  Q1  Q2

Q  A1V1  A2V2

11
 Tanpa kehilangan tinggi tekan

Gambar 1.1 Ekspansi tanpa kehilangan tinggi tekan

Persamaannya adalah:

P2  P1   V12 1   D1 


 4

 2g  D  
  2  

Penurunan rumus:

Hukum Bernoulli

P1 V12 P V2
  z1  2  2  z 2 dimana z1  z 2
 2g  2g

P1 V12 P2 V22
  
 2g  2g

V12 V22 P2 P1
  
2g 2g  

P2  P1   V12  V22 (1)


 2g

12
Persamaan Kontinuitas

Q  Q1  Q2

A1V1  A2V2

A1
V2  V1  (2)
A2

Rumus luas pipa

1
A D 2  (3)
4

Subtitusi persamaan (3) ke persamaan (2)

1 2
D1
V2  4 V
1 2 1
D2
4
D2
V2  12 V1
D2

D14 4
V22  V1 (4)
D24

Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (1)

 D14  4
V   4 V1
2

P2  P1   1
 D2 
 2g

  D4 
V12 1   14 
P2  P1    D2 
 Terbukti
 2g

Di mana :

P1 = tekanan pada titik tinjau 1 V1 = kecepatan fluida pada titik tinjau 1

P2 = tekanan pada titik tinjau 2 V2 = Kecepatan fluida pada titik tinjau 2


13
Z1 = ketinggian titik tinjau 1 dari datum A1 = luas pipa 1

Z2 = ketinggian titik tinjau 2 dari datum A2 = luas pipa 1

D1 = diameter pipa 1  = berat jenis fluida = g

D2 = diameter pipa 2  = massa jenis fluida

Q = debit air yang mengalir g = percepatan gravitasi

 Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Gambar 1.2 Ekspansi dengan Kehilangan Tinggi Tekan


Persamaannya adalah
P2  P1   V12  D1  
2 4
 D1 
   
 2 g  D2   D2  

Penurunan rumus:

Momentum tiap detik

QV1
Pada titik 1, Momentum1 
g

QV2
Pada titik 2, Momentum2 
g

Perubahan momentum tiap detik :

14
Momentum  Momentum2  Momentum1

QV2 QV1
Momentum  
g g

QV2  V1 
Momentum 
g

𝐼𝑚𝑝𝑢𝑙𝑠 = 𝐹∆𝑡 = ∆𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚

Sehingga perubahan momentum tiap detik :

Momentum  Ft dimana t  1

Momentum  F (1)

Rumus tekanan hidrostatis

F
P
A

F  PA (2)

Subtitusi persamaan (2) ke persamaan (1)

QV2  V1 
 P1  P2 A2
g

P1  P2 A2  QV2  V1 


g

P1  P2   QV2  V1 
gA2

P1  P2   QV2  V1 (3)


 gA2

Persamaan Kontinuitas

Q  Q1  Q2

Q  Q2  A2V2 (4)

15
Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (3)

P1  P2   A2V2 V2  V1 


 gA2

P1  P2   V2 V2  V1 (5)


 g

Besar kehilangan tinggi tekan

Persamaan Bernoulli menjadi

P1 V12 P V2
  z1  2  2  z 2  hL dimana z1  z 2
 2g  2g

P1 P2 V12 V22
hL    
  2g 2g

hL 
P1  P2   V12  V22 (6)
 2g

Subtitusi persamaan (5) ke persamaan (6)

V2 V2  V1  V12  V22 


hL  
g 2g

2V2 V2  V1  V12  V22 


hL  
2g 2g

2V22  2V1V2  V12  V22


hL 
2g

V22  2V1V2  V12


hL 
2g

hL 
V2  V1 
2
(7)
2g

16
Persamaan Kontinuitas

Q  Q1  Q2

A1V1  A2V2

A1
V2  V1 (8)
A2

Rumus luas pipa

1
A  D 2 (9)
4

Subtitusi persamaan (9) ke persamaan (8)

1 2
D1
V2  4 V
1 2 1
D2
4

D12
V2  2 V1  (10)
D2

D14 2
V22  V1 (11)
D24

Subtitusi persamaan (10) ke persamaan (7)

2
 D12 
 2 V1  V1 
hL   2 
D
2g

2
 D12 
V  2  1
1
2

hL   2   (12)
D
2g

Persamaan beda tinggi tekan

17
Hukum Bernoulli

P1 V12 P V2
  z1  2  2  z 2  hL dimana z1  z 2
 2g  2g

P2 P1 V12 V22
    hL
  2g 2g

P2  P1   V12  V22   h (13)


 2g
L

Subtitusi persamaan (11) dan (12) ke persamaan (13)

2
 2 D14 2   D2 
V1  4 V1  V12  12  1
P2  P1    D2    D2 
 2g 2g

2
 D4   D2 
V 1  14  V12  12  1
2

P2  P1    D2    D2 
1

 2g 2g

 D 4  D 2 2 
V 1  14   12  1 
2

P2  P1    D2  D2  
1

 2g

 D4  D4 D 2 
V12 1  14   14  2 12  1
P2  P1    D2  D2 D2 
 2g

 D4 D4 D2 
V12 1  14  14  2 12  1
P2  P1    D2 D2 D2 
 2g

 D2 D4 
V12  2 12  2 14 
P2  P1    D2 D2 
 2g

18
 D2 D4 
2V12  12  14 
P2  P1    D2 D2 
 2g

 D2 D4 
V12  12  14 
P2  P1   D2 D2 
 Terbukti
 g

Dimana: Q = debit air yang mengalir

P1 = tekanan pada titik tinjau 1 A1 = luas pipa 1

P2 = tekanan pada titik tinjau 2 A2 = luas pipa 1

V1 = kecepatan fluida pada titik tinjau 1  = berat jenis fluida = g

V2 = Kecepatan fluida pada titik tinjau 2 P = tekanan hidrostatis

Z1 = ketinggian titik tinjau 1 dari datum F = gaya hidrostatis

Z2 = ketinggian titik tinjau 2 dari datum hL = kehilangan tinggi tekan

D1 = diameter pipa 1  = massa jenis fluida

D2 = diameter pipa 2 g = percepatan gravitasi

1.4.3. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-tiba


Kontraksi tiba-tiba pada pipa menyebabkan kehilangan tinggi tekan yang juga disebut
minor losses. Dalam perhitungan kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi tiba-tiba dipengaruhi
oleh koefisien kontraksi (Cc). Dalam percobaan ini dibandingkan kehilangan tinggi tekan akibat
kontraksi dari hasil percobaan dengan hasil perhitungan.

19
 Tanpa kehilangan tinggi tekan

Gambar 1.3 Kontraksi tanpa Kehilangan Tinggi Tekan


Persamaannya adalah:

P1  P2   V22 1   D2  


4

 2g  D  
  1  

Penurunan rumus:

Hukum Bernoulli

P1 V12 P V2
  z1  2  2  z 2 dimana z1  z 2
 2g  2g

P1 V12 P2 V22
  
 2g  2g

P1 P2 V22 V12
  
  2g 2g

P1  P2   V22  V12 (1)


 2g

Persamaan Kontinuitas

Q  Q1  Q2

A1V1  A2V2

20
A2
V1  V2 (2)
A1

Rumus luas pipa

1
A D 2  (3)
4

Subtitusi persamaan (3) ke persamaan (2)

1 2
D2
V1  4 V
1 2 2
D1
4

D22
V1  V2
D12

D24 2
V  4 V2 (4)
1
2

D1

Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (1)

D24 2
V22  V2
P1  P2   D14
 2g

  D4 
V22 1   24 

P1  P2    D1 
 Terbukti
 2g

Dimana : Z1 = ketinggian titik tinjau 1 dari datum

P1 = tekanan pada titik tinjau 1 Z2 = ketinggian titik tinjau 2 dari datum

P2 = tekanan pada titik tinjau 2 D1 = diameter pipa 1

V1 = kecepatan fluida pada titik tinjau 1 D2 = diameter pipa 2

V2 = Kecepatan fluida pada titik tinjau 2 Q = debit air yang mengalir

21
A1 = luas pipa 1  = massa jenis fluida

A2 = luas pipa 1 g = percepatan gravitasi

 = berat jenis fluida = g

 Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Gambar 1.4 Kontraksi dengan Kehilangan tinggi tekan


Persamaannya adalah

P1  P2   V22 1   D24     


2
1
 2g   D 4   C  1 
  1   c  

Penurunan rumus:

Momentum tiap detik

QV0
Pada titik 0, Momentum0 
g

QV2
Pada titik 2, Momentum2 
g

Perubahan momentum tiap detik

Momentum  Momentum2  Momentum0

QV2 QV0
Momentum  
g g

22
QV2  V0 
Momentum 
g

𝐼𝑚𝑝𝑢𝑙𝑠 = 𝐹∆𝑡 = ∆𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚

Sehingga perubahan momentum tiap detik

Momentum  Ft dimana t  1

Momentum  F (1)

Rumus tekanan hidrostatis

F
P
A

F  PA (2)

Subtitusi persamaan (2) ke persamaan (1)

QV2  V0 
 P0  P2 A2
g

P0  P2 A2  QV2  V0 


g

P0  P2   QV2  V0 
gA2

P0  P2   QV2  V0 (3)


 gA2

Persamaan Kontinuitas

Q  Q0  Q2

Q  Q2  A2V2 (4)

Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (3)

P0  P2   A2V2 V2  V0 


 gA2

23
P0  P2   V2 V2  V0 (5)
 g

Hukum Bernoulli menjadi

P0 V02 P V2
  z0  2  2  z 2  hL dimana z 0  z 2
 2g  2g

P0 P2 V02 V22
hL    
  2g 2g

hL 
P0  P2   V02  V22 (6)
 2g

Subtitusi persamaan (5) ke persamaan (6)

V2 V2  V0  V02  V22 


hL  
g 2g

2V2 V2  V0  V02  V22 


hL  
2g 2g

2V22  2V0V2  V02  V22


hL 
2g

V22  2V0V2  V02


hL 
2g

hL 
V2  V0 
2

2g

hL 
V0  V2 
2
(7)
2g

Persamaan Kontinuitas

Q  Q0  Q2

A0V0  A2V2

24
A2 1
V0  V2  V2 (8)
A0 Cc

Subtitusi persamaan (8) ke persamaan (7)

2
 1 
 V2  V2 
hL   c 
C
2g

2
 1 
V  2
2
 1
hL   c   (9)
C
2g

Hukum Bernoulli

P1 V12 P2 V22
 z    z 2  hL dimana z1  z2
 2g 1  2g

P1 V12 P2 V22
    hL
 2g  2g

P1 V22 V12
P2
    hL
  2g 2g

P1  P2   V22  V12   h (10)


 2g
L

Subtitusi persamaan (9) ke persamaan (10)

2
 1 
V   1
2

P1  P2   V22  V12  2

  c 
C
 2g 2g

2
 1 
V   1 2

P1  P2   V2  V1   Cc  (11)
2 2 2

 2g 2g 2g

25
Persamaan Kontinuitas

Q  Q1  Q2

A1V1  A2V2

A2
V1  V2
A1

2
A 
V   2  V22  (12)
1
2

 A1 

Rumus luas pipa

1
A D 2  (13)
4

Subtitusi persamaan (13) ke persamaan (12)

2
1 2
 D2 
V1   4
2
 V22
 1 D 2 
 1 
4 

2
 D2 
V   22  V22 (14)
1
2

 D1 

Subtitusi persamaan (14) ke persamaan (11)

2
 1 
V   1
2

P1  P2   V2   D2  V 2   Cc 
2 2 2 2

 2 g  D12 
2
2g

P1  P2   V22 1   D22   


2 2
 1
 2g   D 2    C  1 
  1   c  

P1  P2  V22   D24   1  


2

 1     1  Terbukti


 2 g   D14   C c  

26
D2 = diameter pipa 2
Dimana: Q = debit air yang mengalir
P1 = tekanan pada titik tinjau 1 A1 = luas pipa 1
P2 = tekanan pada titik tinjau 2 A2 = luas pipa 1
V1 = kecepatan fluida pada titik tinjau 1
 = berat jenis fluida = g
V2 = Kecepatan fluida pada titik tinjau 2
 = massa jenis fluida
Z1 = ketinggian titik tinjau 1 dari datum
g = percepatan gravitasi
Z2 = ketinggian titik tinjau 2 dari datum
Cc = koefisien kontraksi
D1 = diameter pipa 1

1.4.4. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa

Kehilangan tinggi tekan yang timbul pada aliran dalam pipa akibat tikungan dibedakan atas dua
macam :

1. Akibat geometri pipa ( hLB ) dengan koefisien kehilangan tinggi tekan KB.
2. Akibat geometri dan gesekan pada tikungan ¼ lingkaran (hLL) dengan koefisien kehilangan
tinggi
tekan KL.
Rumus umum kehilangan tinggi tekan pada pipa :
V2
hL  K
2g
dengan :
hL = kehilangan energi akibat tikungan
K = koefisien kehilangan tinggi tekan
V = kecepatan air
g = percepatan gravitasi

K adalah koefisien tinggi tekan. Besarnya K akan bergantung pada ketajaman tikungan. Nilai K
ini juga ditentukan oleh rasio R/D dimana R adalah jari-jari tikungan dan D adalah diameter pipa.

27
Tinggi kehilangan tinggi tekan total (h total) di tikungan yang terjadi dalam percobaan kali ini
merupakan penjumlahan kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri pipa di tikungan (1/4)
lingkaran ( hLB ) dan akibat gesekan yang terjadi sepanjang pipa (h f ). Sehingga dapat dituliskan

seperti berikut ini: htotal  hLB  h f

Harga-harga K untuk masing nilai h adalah sebagai berikut :

 Akibat Perubahan Geometri Pipa

Kb 
h
T  h f 2 g
V2
Penurunan rumus:
Rumus umum kehilangan tinggi tekan
V2
hK
2g
2g
K h
V2
Sedangkan untuk nilai K = Kb, h yang dimaksud adalah hLB  htotal  h f , maka :

2g
Kb  hLB
V2

Kb 
2g
htotal  h f Terbukti
V2
Dimana:
Kb = koefisien kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri pipa
g = percepatan gravitasi
V = kecepatan air

 Akibat Gesekan Pipa dan Perubahan Geometri Pipa di ¼ Lingkaran

2g   R  
KL   hT  1   h f 
V 2   2L  

28
Penurunan rumus:

Gesekan pada pipa terjadi di dua tempat, yaitu:

1.Sepanjang pipa lurus : menyebabkan hf (di pipa lurus)


2.Sepanjang tikungan : menyebabkan hf (di tikungan)
Misalkan panjang pipa total ialah L, maka

L  L( diPIPALURUS )  L( diTIKUNGAN )

1. L( diPIPALURUS )  L 
1
2R   L  1 R
4 2
1
2. L( diTIKUNGAN )  R
2

Piezometer Q

Piezometer P

Gambar 1.5 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan pada Pipa

914,4 = Jarak antara pusat piezometer P dengan piezometer Q

1
Ll int asan  914.4  2 R  R
2

fLV 2
Rumus gesekan sendiri adalah Rumus Darcy yaitu h f 
2 Dg

Dari persamaan di atas, dapat ditarik hubungan antara hf (di TIKUNGAN) dan hf sebagai:

R
h f ( diTIKUNGAN )  hf
2L

29
Faktor KL memperhatikan geometri dan gesekan di ¼ lingkaran, jadi tinggi kehilangan tekan (h)
yang dimaksud adalah :

h = hLL = hLB + hf(diTIKUNGAN) , yang diturunkan lebih lanjut sebagai berikut

h = hLL = hLB + hf(diTIKUNGAN)

= (htotal-hf) + hf(diTIKUNGAN)

 R    R  
hLL  hT  h f  h f   hT  1  h f 
 2L    2L  

2g
Sehingga, dari rumus umum, K  h , untuk nilai K = K L , dan h yang dimaksud adalah hLL,
V2
dapat diperoleh harga K L sebagai berikut :

2 ghLL 2 g   R  
K LL  K L   2  hT  1   h f Terbukti
 2L 
2
V V  

Dimana:

KL = koefisien kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pipa

g = percepatan gravitasi

V = kecepatan air

L = panjang lintasan pipa

1.4.5. Besar Debit

Dalam bangku hidrolik, diketahui bahwa dalam selang waktu t (selang waktu antara
kesetimbangan pertama dengan kesetimbangan kedua) bak penimbang menimbang fluida seberat
W.

30
3L L

AIR

BEBAN

Gambar 1.6 Bangku Hidraulik


Rumus debit tersebut didapat dari persamaan berikut:

Wair 3Wbeban m 3
Q 
 airt  airt det ik

Penurunan rumus:

Persamaan Kontinuitas

Vol 3
Q  AV  m / det ik (1)
t

Rumus massa jenis air

Wair
 air 
Vol

Wair
Vol  (2)
 air

Subtitusi persamaan (2) ke persamaan (1)

Wair 3
Q m / det ik  (3)
 airt

Menurut persamaan gaya Wair  3 *Wbeban diturunkan melalui persamaan momen berikut:

 Wair  3Wbeban  0

31
Wair  3Wbeban (4)

Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (3)

Wair 3Wbeban 3
Q  m / det ik Terbukti
 air t  air t

Dimana :

W = berat air yang dikumpulkan (kg)

T = interval waktu keseimbangan beban ( detik)

air = 1000 kg/m3

Q = debit air (m3/detik)

1.5. Prosedur Percobaan


Memeriksa tabung-tabung piezometer sehingga tidak ada udara yang terjebak di dalamnya.
Prosedur ini dilakukan dengan jalan memompakan udara ke dalam tabung piezometer
untukmenurunkan permukaan air di dalam tabung hingga didapat suatu ketinggian yang sama
hingga memudahkan pengamatan. Kemudian pastikan sirkuit biru tertutup dan buka sirkuit abu-
abu semaksimal mungkin guna mendapatkan aliran yang maksimum di sepanjang pipa. Baca dan
catat angka pada piezometer pipa 3 dan 4 untuk gesekan pipa lurus, piezometer pipa 7 dan 8 untuk
ekspansi, pipa 9 dan 10 untuk kontraksi. Kemudian, catat debit yang dihasilkan dengan prinsip
kerja bangku hidrolik. Ubah besar debit air dengan jalan mengatur kran pengatur masuk air pada
sistem pipa dan catat ketinggian tabung dan debit, lakukan untuk beberapa pengamatan. Setelah
selesai pada sirkuit abu-abu ganti ke sirkuit biru dengan jalan menutup kran pada sirkuit abu-abu
dan buka kran pada sirkuit biru.

32
Gambar 1.7 Diagram alir prosedur kerja praktikum kehilangan tinggi tekan pada aliran melalui
pipa

33
1.6. Contoh Perhitungan
Beberapa data yang diperlukan dalam perhitungan yaitu :

g = 9.81 m/s2 D11,D12 = 26.2 mm

D1 , D2 = 13.6 mm D13,D14 = 26.2 mm

D3 , D4= 13.6 mm D15,D16 = 26.2 mm

D5 , D6 = 13.6 mm R1-2 = 12.7 mm

D7 = 13.6 mm R5-6 = 0 mm

D8 = 26.2 mm R11-12 = 100 mm

D9 = 26.2 mm R13-14 = 150 mm

D10 = 13.6 mm R15-16 = 50 mm

Perhitungan Debit Air yang Mengalir

Misal t = 33,54 s

3𝑊
𝑄=
𝜌𝑡

3 × 2,5
𝑄=
1000 × 33,54

𝑄 = 0,0002236 𝑚3 /𝑠

Pada Pipa Lurus

 Menghitung hL pipa biru pada percobaan 1


𝐻𝐿 = 𝐻3 − 𝐻4
𝐻𝐿 = 620 – 405
𝐻𝐿 = 215 mm = 0,215 m

 Menghitung bilangan Reynolds pipa biru pd percobaan 1


𝑄 𝑄 0,0002236
𝑣= = = =1,54 m/s
𝐴 0,25 𝜋𝐷2 0.25 𝑥 3.14 𝑥 0.01362

34
𝑣𝑑 1,54 𝑥 0,0136
𝑅𝑒 = = =24475
 0.8558 ×10−6

 Menghitung koefisien gesekan menurut Blassius


f = 0.316 Re-0.25

= 0.316 x 24475-0.25

= 0,02526

 Menghitung koefisien gesekan menurut Darcy-Weisbach

hL 2 gD
fDarcy-Weisbach = f 
LV 2

= (0,215 x 2x 0,0136 x9,81) / (0,9144 x 1,54 2)

= 0,02643

Pada Pipa Ekspansi Tiba-tiba

Dari data percobaan no 1 :

V = 1.1571 m/s D7= 13.6 mm

g = 9,81 m/s2 D8= 26.2 mm

 Menghitung perbedaan tinggi tekan dengan adanya kehilangan tinggi tekan (he ≠ 0)
𝑣12 𝐷1 2 𝐷1 4
𝐻𝑓 = [( ) − ( ) ]
𝑔 𝐷2 𝐷2
1,15712 0,0136 2 0,0136 4
𝐻𝑓 = [( ) −( ) ]
9,8 0,0262 0,0262
𝐻𝑓 = 0,02689 𝑚
 Menghitung perbedaan tinggi tekan tanpa kehilangan tinggi tekan (He=0)
  D 4 
V12 1   14 
Hf =   D2 
2g

= (1,15712/(2x9,8)) [1-( 0,0136/0,0262)4]

35
= 0,06335 m

Pada Pipa Kontraksi Tiba-tiba


Data yang diambil adalah data pada percobaan no 1:
Q = 0.000168010752688172 m3/s

h9 = 423 mm

D9= 26.2 mm

D10= 13.6 mm

h10= 297 mm

V1= Q/A9 = 0,3116 m/s

V2 =Q/A10 = 1,1565 m/s

h = h9 - h10 = 126 mm

Nilai Cc diperoleh dari :

Hasil interpolasi data koefesien penyempitan Cc untuk air yang telah ditentukan oleh Weisbach :
Cc ≈ A1 : A2 = D12 : D22 = 13,22 : 26,22 = 0,26945 sehingga nilai Cc didapat dari penginterpolasian
yakni:

A2/A1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

Cc 0,624 0,632 0,643 0,659 0,681 0,712 0,755 0,813 0,892 1,00

Maka harga Cc = 0,6398 (hasil interpolasi nilai-nilai pada tabel)

 Dengan Kehilangan tinggi tekan( he≠0)


2
(P1 − P2 ) v22 D2 4 1
= [1 − ( ) + ( − 1) ]
γ 2g D1 Cc
(1,1565)2 0,0136 4 1 2
= [1 − ( ) +( − 1) ]
2 × 9,8 0,0262 0,6398
= 0,0849 m

36
 Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan
𝑣22 𝐷2 4
𝐻𝐿 = [1 − ( ) ]
2𝑔 𝐷1
1,15652 0,0136 4
𝐻𝐿 = [1 − ( ) ]
2 × 9,8 0,0262
𝐻𝐿 = 0,0633 𝑚

Pada Tikungan

Contoh perhitungan kehilangan tinggi tekan akibat tikungan :

Pada tikungan dengan R= 12.7 mm


Data yang diambil adalah data percobaan no.1

Q = 0.0002236 m3/s

D = 13,6 mm

L= 914,4mm

H1 = 600 mm

H2 = 265 mm

v = 1,54 m/s

Re = 24474,69

hT= H1-H2= 335 mm

f blassius =0.316.Re-0.25
=0,316(24474,69)-0.25
= 0,02526

L × V2 0,9144 × 1,542
hf = f blasius × = 0,02526 ×
2×D×g 2 × 0,0136 × 9,81

= 0,2056 m

37
hLb = hT-hf

= 0,335-0,2056

= 0,13 m

2×g 2 × 9,8
Kb = hLb × = 0,13 × = 1,074
V2 1,542

2×g π×R
Kl = × [ht − (1 − ) hf]
V2 2×L

2 × 9,8 π × 0,0127
= 2
× [0,335 − (1 − ) 0,2056 ] = 1,106
1,54 2 × 0,9144

1.7. Data Percobaan dan Analisis

Tabel 1.1 Data Perhitungan Debit Pipa Biru

Sirkuit Biru

Pengukuran Debit dan Temperatur


Kecepatan
No. Diameter
V
Percobaan (mm) Waktu Berat Debit Suhu (m/s)
t W Q T
(detik) (kg) (m3/s) (oC)
1 33.54 2.5 0.000223614 1.5401064214
2 33.09 2.5 0.000226655 1.5610507517
3 34.63 2.5 0.000216575 1.4916306490
4 38.96 2.5 0.000192505 1.3258513700
13.6 27
5 48.24 2.5 0.000155473 1.0707953850
6 81 2.5 0.000092500 0.6370804223
7 51.85 2.5 0.000144648 0.9962424180
8 43.83 2.5 0.000171116 1.1785345511

38
Tabel 1.2 Data Perhitungan Debit Pipa Abu-abu

Sirkuit Abu - Abu


Pengukuran Debit dan
Temperatur Kecepatan
No. Diameter
Waktu Berat Suhu V
Percobaan (mm) Debit (m/s)
t W T
Q
(detik) (kg) (o)
1 44.64 2.5 0.000168 0.311791907
2 40.93 2.5 0.000183 0.340053524
3 37.43 2.5 0.0002 0.371851208
4 35.69 2.5 0.00021 0.389980127
26.2 27
5 34.73 2.5 0.000216 0.400759883
6 34.59 2.5 0.000217 0.402381923
7 36.93 2.5 0.000203 0.376885749
8 55.08 2.5 0.000136 0.252694094

Tabel 1.3 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus biru

Pipa Lurus Sirkuit Biru


f
No. hf f
3 (mm) 4 (mm) Δh (mm) Darcy Re
(m) Blassius
Weisbach

1 620 405 215 0.215 0.02642383 24475 0.0252643


2 616 403 213 0.213 0.02548029 24808 0.0251792
3 608 402 206 0.206 0.02699003 23704 0.0254671
4 565 393 172 0.172 0.02852315 21070 0.0262284
5 495 379 116 0.116 0.02949197 17017 0.0276674
6 400 352 48 0.048 0.03440666 10134 0.0314948
7 483 374 109 0.109 0.03201513 15832 0.0281711
8 523 382 141 0.141 0.02959329 18729 0.0270122

39
Tabel 1.4 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus abu

Pipa Lurus Sirkuit Abu

f
No. hf f
8 (mm) 9 (mm) Δh (mm) Darcy Re
(m) Blassius
Weisbach

1 437 423 14 0.014 0.08087597 9545.393737 0.03197


2 458 447 11 0.011 0.053421893 10410.61267 0.031284
3 480 467 13 0.013 0.052799049 11384.087 0.030592
4 491 478 13 0.013 0.048004234 11939.09713 0.03023
5 502 488 14 0.014 0.048953156 12269.11536 0.030025
6 505 490 15 0.015 0.052027802 12318.77353 0.029995
7 475 463 12 0.012 0.047444181 11538.21761 0.03049
8 388 381 7 0.007 0.061564308 7736.1361 0.033694

Tabel 1.5 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi tiba- tiba

Ekspansi Tiba Tiba


HL HL
No. 7 8 hf
Δh (mm) (dengan (tanpa
(mm) (mm) (m)
ktt) (m) ktt) (m)
1 419 437 18 0.018 0.026895 0.063356
2 436 458 22 0.022 0.031992 0.075362
3 454 480 26 0.026 0.038255 0.090115
4 463 491 28 0.028 0.042076 0.099116
5 473 502 29 0.029 0.044434 0.104671
6 476 505 29 0.029 0.044795 0.10552
7 450 475 25 0.025 0.039298 0.092572
8 380 388 8 0.008 0.017666 0.041615

40
Tabel 1.6 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat konstraksi tiba-tiba

Kontraksi Tiba - tiba Pipa Abu-abu

No. HL HL
9 10 Δh hf
(dengan (tanpa
(mm) (mm) (mm) (m)
ktt) (m) ktt) (m)

1 423 297 126 0.126 0.085009 0.063356


2 447 296 151 0.151 0.101119 0.075362
3 467 294 173 0.173 0.120914 0.090115
4 478 292 186 0.186 0.132991 0.099116
5 488 290 198 0.198 0.140445 0.104671
6 490 289 201 0.201 0.141584 0.10552
7 463 295 168 0.168 0.12421 0.092572
8 381 295 86 0.086 0.055838 0.041615

Tabel 1.7 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat tikungan R:100

Tikungan R = 100 mm (Pipa Abu-abu)


No. 11 (mm) 12 (mm) Δh (mm) Re f Blassius hf HLB Kb KL HLL
1 473 310 163 9545.39 0.0320 0.0055 0.16 31.75 31.94 0.16
2 494 311 183 10410.61 0.0313 0.0064 0.18 29.93 30.11 0.18
3 512 309 203 11384.09 0.0306 0.0075 0.20 27.71 27.89 0.20
4 526 310 216 11939.10 0.0302 0.0082 0.21 26.78 26.96 0.21
5 542 308 234 12269.12 0.0300 0.0086 0.23 27.51 27.69 0.23
6 547 308 239 12318.77 0.0300 0.0086 0.23 27.89 28.06 0.23
7 514 310 204 11538.22 0.0305 0.0077 0.20 27.09 27.27 0.20
8 421 310 111 7736.14 0.0337 0.0038 0.11 32.90 33.10 0.11
Rata
28.94 29.13
rata

41
Tabel 1. 8 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat tikungan R: 150

Tikungan R = 150 mm (Pipa Abu-abu)


No. 13 (mm) 14 (mm) Δh (mm) Re f Blassius hf HLB Kb KL HLL
1 534 364 170 9545.39 0.0320 0.0055 0.16 33.16 33.45 0.166
2 556 362 194 10410.61 0.0313 0.0064 0.19 31.79 32.07 0.189
3 580 356 224 11384.09 0.0306 0.0075 0.22 30.68 30.96 0.218
4 593 357 236 11939.10 0.0302 0.0082 0.23 29.36 29.63 0.23
5 607 355 252 12269.12 0.0300 0.0086 0.24 29.71 29.98 0.246
6 613 358 255 12318.77 0.0300 0.0086 0.25 29.82 30.09 0.249
7 581 364 217 11538.22 0.0305 0.0077 0.21 28.88 29.15 0.211
8 497 377 120 7736.14 0.0337 0.0038 0.12 35.66 35.96 0.117
Rata
31.13 31.41
rata

Tabel 1.9 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat tikungan R: 50

Tikungan R = 50 mm (Pipa Abu-abu)


No. 15 (mm) 16 (mm) Δh (mm) Re f Blassius hf HLB Kb KL HLL
1 468 314 154 9545.39 0.0320 0.0055 0.15 29.93 30.03 0.149
2 497 315 182 10410.61 0.0313 0.0064 0.18 29.76 29.85 0.176
3 520 315 205 11384.09 0.0306 0.0075 0.20 27.99 28.08 0.198
4 534 315 219 11939.10 0.0302 0.0082 0.21 27.17 27.26 0.212
5 546 315 231 12269.12 0.0300 0.0086 0.22 27.14 27.23 0.223
6 550 315 235 12318.77 0.0300 0.0086 0.23 27.40 27.49 0.227
7 517 316 201 11538.22 0.0305 0.0077 0.19 26.67 26.76 0.194
8 420 313 107 7736.14 0.0337 0.0038 0.10 31.67 31.77 0.103
Rata
rata 28.47 28.56

42
Tabel 1.10 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat tikungan standard

Tikungan Standar (R = 12.7 mm) (Pipa Biru)


No. 1 (mm) 2 (mm) Δh (mm) Re f Blassius hf HLB Kb KL HLL
1 600 265 335 24474.70 0.0253 0.2056 0.13 1.07 1.11 0.134
2 595 265 330 24807.54 0.0252 0.2105 0.12 0.96 1.00 0.124
3 587 268 319 23704.34 0.0255 0.1944 0.12 1.10 1.14 0.129
4 538 278 260 21069.85 0.0262 0.1582 0.10 1.14 1.17 0.105
5 465 292 173 17016.61 0.0277 0.1088 0.06 1.10 1.14 0.067
6 374 303 71 10124.20 0.0315 0.0439 0.03 1.31 1.36 0.028
7 451 294 157 15831.85 0.0282 0.0959 0.06 1.21 1.25 0.063
8 498 282 216 24474.70 0.0270 0.1287 0.09 1.23 1.27 0.09
Rata
1.14 1.18
rata

Tabel 1. 11 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat tikungan standard

Tikungan Tajam (Pipa Biru)


No. 5 (mm) 6 (mm) Δh (mm) Re f Blassius hf Hlb Kb KL HLL
1 803 397 406 24474.70 0.0253 0.2056 0.200 1.656 1.656 0.2
2 798 399 399 24807.54 0.0252 0.2105 0.189 1.516 1.516 0.189
3 788 397 391 23704.34 0.0255 0.1944 0.197 1.732 1.732 0.197
4 721 408 313 21069.85 0.0262 0.1582 0.155 1.726 1.726 0.155
5 628 415 213 17016.61 0.0277 0.1088 0.104 1.781 1.781 0.104
6 496 414 82 10124.20 0.0315 0.0439 0.038 1.842 1.842 0.038
7 605 415 190 15831.85 0.0282 0.0959 0.094 1.858 1.858 0.094
8 663 413 250 24474.70 0.0270 0.1287 0.121 1.712 1.712 0.121
Rata
1.728 1.728
rata

43
Analisis Grafik

Pipa Biru Lurus


2.5

2
y = 1.6795x - 6.6488
R² = 0.997
1.5
Log Hf

Log Hf vs Log Q (Biru)


1
Linear (Log Hf vs Log Q
0.5 (Biru))

0
4.9 5 5.1 5.2 5.3 5.4
Log Q

Gambar 1.8 Grafik Log Hf vs Log Q Sirkuit Biru

Pipa Abu Abu Lurus


1.4

1.2
y = 1.2615x - 5.5756
1 R² = 0.6974
0.8
Log Hf

Log Hf vs Log Q (Pipa


0.6 Abu)

0.4 Linear (Log Hf vs Log Q


(Pipa Abu))
0.2

0
5.1 5.15 5.2 5.25 5.3 5.35
Log Q

Gambar 1.9 Grafik Log Hf vs Log Q Sirkuit Abu-abu

Tujuan dari pembuatan grafik di atas adalah untuk dapat melihat hubungan antara kehilangan
tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus (hf) dengan debit aliran (Q). Grafik dibuat dalam
bentuk log hf dengan log Q untuk mempermudah menganalisa yaitu dengan cara memperkecil

44
selang nilai masing-masing. Selain itu, pendekatan kedua nilai dapat lebih mudah dilakukan dalam
bentuk log.
Dari grafik pengamatan didapat bahwa semakin besar nilai log Q, semakin besar pula nilai
log hf. Hasil ini sudah sesuai dengan grafik ideal dimana nilai hf dan Q berbanding lurus. Hal ini
dikarenakan, pada pipa dengan luas penampang yang tetap, semakin besar nilai Q, kecepatan aliran
akan semakin tinggi sehingga mengakibatkan kehilangan tinggi tekan juga semakin besar.

F vs Re Pipa Biru
0.04
y = 0.679x-0.32
0.035 R² = 0.924
0.03 F Blassius vs Re
0.025
y = 0.316x-0.25
0.02 F Darcy Weisbach vs Re
R² = 1
f

0.015
Power (F Blassius vs Re)
0.01
0.005 Power (F Darcy Weisbach
0 vs Re)
0 10000 20000 30000
Re

Gambar 1.10 Grafik f Blassius dan f Darcy Weisbach vs Re Pipa Biru

45
F vs Re Pipa Abu-Abu
0.09
y = 52.115x-0.739
0.08
R² = 0.4413
0.07
F Blassius vs Re
0.06
0.05
F Darcy Weisbach vs Re
f

0.04
0.03 Power (F Blassius vs Re)
0.02 y = 0.316x-0.25
R² = 1
0.01 Power (F Darcy Weisbach
0 vs Re)
0 5000 10000 15000
Re

Gambar 1.11 Grafik f Blassius dan f Darcy Weisbach vs Re Pipa Abu-abu


Tujuan dari pembuatan kedua grafik di atas adalah untuk mengetahui hubungan antara nilai
f dengan nilai Re, baik untuk f Blassius maupun f Darcy-Weisbach. Selain itu grafik tersebut juga
berfungsi untuk membandingkan antara nilai f Blassius dan f Darcy-Weisbach pada masing-
masing pipa (pipa biru dan pipa abu-abu). Berdasarkan kedua grafik di atas, dapat dilihat hubungan
antara nilai f dengan nilai Re, yakni semakin besar nilai Re maka semakin kecil nilai f yang
dihasilkan, baik untuk f Blassius maupun f Darcy-Weisbach.

Nilai 𝑓𝑑𝑎𝑟𝑐𝑦 dan 𝑓𝑏𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 pada Re yang sama memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan ketelitian antara dua metode tersebut. Metode Darcy-Weisbach
memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan metode Blassius sebab metode Darcy-
Weisbach juga memperhitungkan panjang pipa, gravitasi dan kecepatan aliran sehingga lebih
mendekati keadaan sebenarnya. Sementara, fblassius menganggap pipa licin sehingga tidak
memperhitungkan gesekan yang terjadi pada pipa sehingga fdarcy-weisbach lebih mendekati fakta
yang terjadi di lapangan. Kemudian, terlihat bahwa semakin besar nilai bilangan Reynolds, nilai
fblassius semakin mirip nilainya dengan fdarcy-weisbach. Hal tersebut terjadi karena saat bilangan
Reynolds besar, kecepatan aliran saat itu pun besar. Bilangan Reynolds berbanding lurus dengan
kecepatan. Kecepatan yang besar akan mengalami gesekan yang kecil. Oleh karena itu, semakin
lama grafik fdarcy mendekati fblassius yang menganggap pipa licin.

46
Ekspansi Tiba-Tiba Pipa Abu-abu
140
H perhitungan (mm) 120

100

80
y=x
60
Dengan KTT
40
Tanpa KTT
20

0
0 20 40 60 80 100 120 140
H pengukuran (mm)

Gambar 2.12 Grafik H perhitungan vs H pengukuran untuk Ekspansi Tiba-Tiba


Tujuan dari pembuatan grafik di atas adalah untuk mengetahui hubungan antara H
perhitungan dan H pengukuran ekspansi, yaitu apakah nilai H yang didapat melalui pengukuran
(pengamatan) berbeda dari nilai H yang didapat melalui perhitungan. Idealnya adalah nilai H yang
didapat melalui pengukuran sama dengan nilai H yang didapat melalui perhitungan (hubungan
tersebut diwakili oleh grafik linear y = x).
Terdapat perbedaan yang cukup besar antara H perhitungan dengan kehilangan tinggi tekan
dan tanpa kehilangan tinggi tekan. Penyebab terjadinya perbedaan ini dikarenakan pada grafik
tanpa kehilangan tinggi tekan, tidak memperhitungkan faktor gesekan pada pipa dan perubahan
bentuk geometrinya. Sehingga, H perhitungan dengan memperhitungkan kehilangan tinggi tekan
akan semakin akurat yaitu semakin mendekati garis Y = X yang berarti H perhitungan sama dengan
H pengukuran.

47
H Perhitungan vs H Pengukuran
300

250
H perhitungan (mm)
200

150 y=x
Dengan KTT
100
Tanpa KTT
50

0
0 50 100 150 200 250 300
H Pengukuran (mm)

Gambar 1.13 Grafik H perhitungan vs H pengukuran untuk Kontraksi Tiba-Tiba

Tujuan dari pembuatan grafik di atas adalah untuk mengetahui hubungan antara H
perhitungan dan H pengukuran kontraksi, yaitu apakah nilai H yang didapat melalui pengukuran
berbeda dari nilai H yang didapat melalui perhitungan. Sama seperti pada grafik akibat ekspansi
tiba-tiba, idealnya adalah nilai H yang didapat melalui pengukuran sama dengan nilai H yang
didapat melalui perhitungan (yaitu grafik linear y = x). Terdapat perbedaan yang cukup besar
antara H perhitungan dengan kehilangan tinggi tekan dan tanpa kehilangan tinggi tekan. Hal ini
dikarenakan, pada grafik tanpa kehilangan tinggi tekan, tidak memperhitungkan faktor gesekan
pada pipa dan perubahan bentuk geometrinya.

48
K vs R/D
35
30
25
20
Nilai K

15 KL vs R/D
10 KB vs R/D
5
0
-5 0 2 4 6 8
R/D

Gambar 1.14 Grafik K vs R/D pada Tikungan


Tujuan pembuatan grafik di atas yaitu untuk mengetahui hubungan antara nilai koefisien
kehilangan tinggi tekan (K) dengan perbandingan antara jari-jari tikungan dan diameter pipa
(R/D). Nilai K sendiri dapat dibedakan menjadi dua, KB adalah koefisien kehilangan tinggi tekan
yang diakibatkan oleh perubahan geometri pipa, sedangkan KL adalah koefisien kehilangan tinggi
tekan yang diakibatkan oleh perubahan geometri dan gesekan sepanjang pipa. Dapat dilihat
perbedaan antara KB dan KL yang tidak terlalu jauh, yaitu nilai KL berada sedikit lebih besar
daripada KB. Hasil ini sesuai dengan kondisi idealnya, yaitu nilai KL harus lebih besar dari Kb.
Grafik di atas dapat digunakan untuk menentukan nilai R/D yang dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai K yang kecil sehingga dapat diperoleh nilai hf yang kecil. Kecenderungan yang
terlihat dari grafik di atas adalah semakin besar radius tikungan, maka gesekan yang terjadi juga
akan semakin besar.

1.8. Kesimpulan dan Saran


1.8.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini antara lain:
1. Pada pipa lurus, kehilangan tinggi tekan dapat terjadi karena faktor gesekan antara fluida
dengan dinding pipa, serta antar partikel fluida itu sendiri. Semakin besar nilai faktor
gesekan semakin besar nilai kehilangan tinggi tekan pada suatu aliran fluida.

49
2. Pada kontraksi, ekspansi, dan tikungan, kehilangan tinggi tekan dapat terjadi karena faktor
gesekan dan perubahan bentuk geometri pipa, namun kehilangan tinggi tekan yang
disebabkan oleh perubahan bentuk geometri pipa lebih besar dibanding kehilangan tinggi
tekan yang disebabkan oleh gesekan.

1.8.2. Saran
Saran untuk percobaan ini antara lain:
1. Sirkuit pipa (keran pipa) diperbaiki dan dirawat, sehingga tidak terjadi kesalahan yang
berasal dari alat seperti kebocoran,dll.
2. Minimalisasi kesalahan paralaks oleh praktikan dengan melakukan pengamatan yang lebih
teliti.
3. Mengkalibrasi setiap pipa pada sirkuit sebelum pengamatan dilakukan.

1.9. Referensi
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (SI-2131).
Streeter, Victor L., and Wylie, Benjamin E. 1975. Fluid Mechanics. Tokyo: McGraw-Hill
Kogakusha, Ltd.

50

Anda mungkin juga menyukai