Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Mekanika
Disusun Oleh:
Nama NIM
BANDUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GRAFIK
6
BAB I
KEHILANGAN TINGGI TEKAN
7
Keterangan :
Keterangan :
Re = Bilangan Reynold
a. Suatu jaringan/sirkuit pipa, yang terdiri dari dua buah sirkuit yang terpisah, masing-masing
terdiri dari komponen pipa yang dilengkapi selang piezometer. Dua sirkuit pipa itu adalah
sirkuit biru dan sirkuit abu abu.
8
b. Bangku hidraulik,
c. Termometer,
d. Pompa udara, untuk mengkalibrasi alat serta untuk menghilangkan gelembung udara yang
masuk kedalam jaringan pipa.
𝐿𝑣2
ℎ𝑙 = 𝑓 2𝐷𝑔 (1.1)
dimana :
Asumsi Persamaan Darcy-Weisbach adalah bahwa aliran yang melalui pipa adalah aliran
mantap (steady), yaitu tidak ada perubahan kecepatan terhadap waktu (percepatannya sama dengan
nol), sehingga penjumlahan gaya dengan arah horizontal akan sama dengan nol.
Hukum Newton
F 0
P1 P2 A 2RL 0
9
P1 P2 A 2RL
P1 P2 2RL
A
P1 P2 2RL
A
2RL
hf (1)
A
Menurut Chezy
1
V 2 (4)
2
Untuk pipa
f
(6)
4
D
R (7)
2
10
f 2
V L
hf 4
D
g
2
LV 2
hf f
2 Dg
Dimana :
f merupakan fungsi dari bilangan Reynolds dari aliran dan kekasaran permukaan pipa.
Ekspansi tiba-tiba pada pipa menyebabkan kehilangan tinggi tekan yang disebut minor
losses. Dalam percobaan ini dibandingkan kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi dari hasil
percoban dengan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus dasar sebagai berikut :
1. Persamaan Bernoulli
P1 V12 P V2
z1 2 2 z 2
2g 2g
2. Persamaan Kontinuitas
Q Q1 Q2
Q A1V1 A2V2
11
Tanpa kehilangan tinggi tekan
Persamaannya adalah:
2g D
2
Penurunan rumus:
Hukum Bernoulli
P1 V12 P V2
z1 2 2 z 2 dimana z1 z 2
2g 2g
P1 V12 P2 V22
2g 2g
V12 V22 P2 P1
2g 2g
12
Persamaan Kontinuitas
Q Q1 Q2
A1V1 A2V2
A1
V2 V1 (2)
A2
1
A D 2 (3)
4
1 2
D1
V2 4 V
1 2 1
D2
4
D2
V2 12 V1
D2
D14 4
V22 V1 (4)
D24
D14 4
V 4 V1
2
P2 P1 1
D2
2g
D4
V12 1 14
P2 P1 D2
Terbukti
2g
Di mana :
QV1
Pada titik 1, Momentum1
g
QV2
Pada titik 2, Momentum2
g
14
Momentum Momentum2 Momentum1
QV2 QV1
Momentum
g g
QV2 V1
Momentum
g
Momentum F (1)
F
P
A
F PA (2)
QV2 V1
P1 P2 A2
g
P1 P2 QV2 V1
gA2
Persamaan Kontinuitas
Q Q1 Q2
Q Q2 A2V2 (4)
15
Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (3)
P1 V12 P V2
z1 2 2 z 2 hL dimana z1 z 2
2g 2g
P1 P2 V12 V22
hL
2g 2g
hL
P1 P2 V12 V22 (6)
2g
hL
V2 V1
2
(7)
2g
16
Persamaan Kontinuitas
Q Q1 Q2
A1V1 A2V2
A1
V2 V1 (8)
A2
1
A D 2 (9)
4
1 2
D1
V2 4 V
1 2 1
D2
4
D12
V2 2 V1 (10)
D2
D14 2
V22 V1 (11)
D24
2
D12
2 V1 V1
hL 2
D
2g
2
D12
V 2 1
1
2
hL 2 (12)
D
2g
17
Hukum Bernoulli
P1 V12 P V2
z1 2 2 z 2 hL dimana z1 z 2
2g 2g
P2 P1 V12 V22
hL
2g 2g
2
2 D14 2 D2
V1 4 V1 V12 12 1
P2 P1 D2 D2
2g 2g
2
D4 D2
V 1 14 V12 12 1
2
P2 P1 D2 D2
1
2g 2g
D 4 D 2 2
V 1 14 12 1
2
P2 P1 D2 D2
1
2g
D4 D4 D 2
V12 1 14 14 2 12 1
P2 P1 D2 D2 D2
2g
D4 D4 D2
V12 1 14 14 2 12 1
P2 P1 D2 D2 D2
2g
D2 D4
V12 2 12 2 14
P2 P1 D2 D2
2g
18
D2 D4
2V12 12 14
P2 P1 D2 D2
2g
D2 D4
V12 12 14
P2 P1 D2 D2
Terbukti
g
19
Tanpa kehilangan tinggi tekan
2g D
1
Penurunan rumus:
Hukum Bernoulli
P1 V12 P V2
z1 2 2 z 2 dimana z1 z 2
2g 2g
P1 V12 P2 V22
2g 2g
P1 P2 V22 V12
2g 2g
Persamaan Kontinuitas
Q Q1 Q2
A1V1 A2V2
20
A2
V1 V2 (2)
A1
1
A D 2 (3)
4
1 2
D2
V1 4 V
1 2 2
D1
4
D22
V1 V2
D12
D24 2
V 4 V2 (4)
1
2
D1
D24 2
V22 V2
P1 P2 D14
2g
D4
V22 1 24
P1 P2 D1
Terbukti
2g
21
A1 = luas pipa 1 = massa jenis fluida
Penurunan rumus:
QV0
Pada titik 0, Momentum0
g
QV2
Pada titik 2, Momentum2
g
QV2 QV0
Momentum
g g
22
QV2 V0
Momentum
g
Momentum F (1)
F
P
A
F PA (2)
QV2 V0
P0 P2 A2
g
P0 P2 QV2 V0
gA2
Persamaan Kontinuitas
Q Q0 Q2
Q Q2 A2V2 (4)
23
P0 P2 V2 V2 V0 (5)
g
P0 V02 P V2
z0 2 2 z 2 hL dimana z 0 z 2
2g 2g
P0 P2 V02 V22
hL
2g 2g
hL
P0 P2 V02 V22 (6)
2g
hL
V2 V0
2
2g
hL
V0 V2
2
(7)
2g
Persamaan Kontinuitas
Q Q0 Q2
A0V0 A2V2
24
A2 1
V0 V2 V2 (8)
A0 Cc
2
1
V2 V2
hL c
C
2g
2
1
V 2
2
1
hL c (9)
C
2g
Hukum Bernoulli
P1 V12 P2 V22
z z 2 hL dimana z1 z2
2g 1 2g
P1 V12 P2 V22
hL
2g 2g
P1 V22 V12
P2
hL
2g 2g
2
1
V 1
2
c
C
2g 2g
2
1
V 1 2
P1 P2 V2 V1 Cc (11)
2 2 2
2g 2g 2g
25
Persamaan Kontinuitas
Q Q1 Q2
A1V1 A2V2
A2
V1 V2
A1
2
A
V 2 V22 (12)
1
2
A1
1
A D 2 (13)
4
2
1 2
D2
V1 4
2
V22
1 D 2
1
4
2
D2
V 22 V22 (14)
1
2
D1
2
1
V 1
2
P1 P2 V2 D2 V 2 Cc
2 2 2 2
2 g D12
2
2g
26
D2 = diameter pipa 2
Dimana: Q = debit air yang mengalir
P1 = tekanan pada titik tinjau 1 A1 = luas pipa 1
P2 = tekanan pada titik tinjau 2 A2 = luas pipa 1
V1 = kecepatan fluida pada titik tinjau 1
= berat jenis fluida = g
V2 = Kecepatan fluida pada titik tinjau 2
= massa jenis fluida
Z1 = ketinggian titik tinjau 1 dari datum
g = percepatan gravitasi
Z2 = ketinggian titik tinjau 2 dari datum
Cc = koefisien kontraksi
D1 = diameter pipa 1
Kehilangan tinggi tekan yang timbul pada aliran dalam pipa akibat tikungan dibedakan atas dua
macam :
1. Akibat geometri pipa ( hLB ) dengan koefisien kehilangan tinggi tekan KB.
2. Akibat geometri dan gesekan pada tikungan ¼ lingkaran (hLL) dengan koefisien kehilangan
tinggi
tekan KL.
Rumus umum kehilangan tinggi tekan pada pipa :
V2
hL K
2g
dengan :
hL = kehilangan energi akibat tikungan
K = koefisien kehilangan tinggi tekan
V = kecepatan air
g = percepatan gravitasi
K adalah koefisien tinggi tekan. Besarnya K akan bergantung pada ketajaman tikungan. Nilai K
ini juga ditentukan oleh rasio R/D dimana R adalah jari-jari tikungan dan D adalah diameter pipa.
27
Tinggi kehilangan tinggi tekan total (h total) di tikungan yang terjadi dalam percobaan kali ini
merupakan penjumlahan kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri pipa di tikungan (1/4)
lingkaran ( hLB ) dan akibat gesekan yang terjadi sepanjang pipa (h f ). Sehingga dapat dituliskan
Kb
h
T h f 2 g
V2
Penurunan rumus:
Rumus umum kehilangan tinggi tekan
V2
hK
2g
2g
K h
V2
Sedangkan untuk nilai K = Kb, h yang dimaksud adalah hLB htotal h f , maka :
2g
Kb hLB
V2
Kb
2g
htotal h f Terbukti
V2
Dimana:
Kb = koefisien kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri pipa
g = percepatan gravitasi
V = kecepatan air
2g R
KL hT 1 h f
V 2 2L
28
Penurunan rumus:
L L( diPIPALURUS ) L( diTIKUNGAN )
1. L( diPIPALURUS ) L
1
2R L 1 R
4 2
1
2. L( diTIKUNGAN ) R
2
Piezometer Q
Piezometer P
1
Ll int asan 914.4 2 R R
2
fLV 2
Rumus gesekan sendiri adalah Rumus Darcy yaitu h f
2 Dg
Dari persamaan di atas, dapat ditarik hubungan antara hf (di TIKUNGAN) dan hf sebagai:
R
h f ( diTIKUNGAN ) hf
2L
29
Faktor KL memperhatikan geometri dan gesekan di ¼ lingkaran, jadi tinggi kehilangan tekan (h)
yang dimaksud adalah :
= (htotal-hf) + hf(diTIKUNGAN)
R R
hLL hT h f h f hT 1 h f
2L 2L
2g
Sehingga, dari rumus umum, K h , untuk nilai K = K L , dan h yang dimaksud adalah hLL,
V2
dapat diperoleh harga K L sebagai berikut :
2 ghLL 2 g R
K LL K L 2 hT 1 h f Terbukti
2L
2
V V
Dimana:
g = percepatan gravitasi
V = kecepatan air
Dalam bangku hidrolik, diketahui bahwa dalam selang waktu t (selang waktu antara
kesetimbangan pertama dengan kesetimbangan kedua) bak penimbang menimbang fluida seberat
W.
30
3L L
AIR
BEBAN
Wair 3Wbeban m 3
Q
airt airt det ik
Penurunan rumus:
Persamaan Kontinuitas
Vol 3
Q AV m / det ik (1)
t
Wair
air
Vol
Wair
Vol (2)
air
Wair 3
Q m / det ik (3)
airt
Menurut persamaan gaya Wair 3 *Wbeban diturunkan melalui persamaan momen berikut:
Wair 3Wbeban 0
31
Wair 3Wbeban (4)
Wair 3Wbeban 3
Q m / det ik Terbukti
air t air t
Dimana :
32
Gambar 1.7 Diagram alir prosedur kerja praktikum kehilangan tinggi tekan pada aliran melalui
pipa
33
1.6. Contoh Perhitungan
Beberapa data yang diperlukan dalam perhitungan yaitu :
D7 = 13.6 mm R5-6 = 0 mm
Misal t = 33,54 s
3𝑊
𝑄=
𝜌𝑡
3 × 2,5
𝑄=
1000 × 33,54
𝑄 = 0,0002236 𝑚3 /𝑠
34
𝑣𝑑 1,54 𝑥 0,0136
𝑅𝑒 = = =24475
0.8558 ×10−6
= 0.316 x 24475-0.25
= 0,02526
hL 2 gD
fDarcy-Weisbach = f
LV 2
= 0,02643
Menghitung perbedaan tinggi tekan dengan adanya kehilangan tinggi tekan (he ≠ 0)
𝑣12 𝐷1 2 𝐷1 4
𝐻𝑓 = [( ) − ( ) ]
𝑔 𝐷2 𝐷2
1,15712 0,0136 2 0,0136 4
𝐻𝑓 = [( ) −( ) ]
9,8 0,0262 0,0262
𝐻𝑓 = 0,02689 𝑚
Menghitung perbedaan tinggi tekan tanpa kehilangan tinggi tekan (He=0)
D 4
V12 1 14
Hf = D2
2g
35
= 0,06335 m
h9 = 423 mm
D9= 26.2 mm
D10= 13.6 mm
h10= 297 mm
h = h9 - h10 = 126 mm
Hasil interpolasi data koefesien penyempitan Cc untuk air yang telah ditentukan oleh Weisbach :
Cc ≈ A1 : A2 = D12 : D22 = 13,22 : 26,22 = 0,26945 sehingga nilai Cc didapat dari penginterpolasian
yakni:
A2/A1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
Cc 0,624 0,632 0,643 0,659 0,681 0,712 0,755 0,813 0,892 1,00
36
Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan
𝑣22 𝐷2 4
𝐻𝐿 = [1 − ( ) ]
2𝑔 𝐷1
1,15652 0,0136 4
𝐻𝐿 = [1 − ( ) ]
2 × 9,8 0,0262
𝐻𝐿 = 0,0633 𝑚
Pada Tikungan
Q = 0.0002236 m3/s
D = 13,6 mm
L= 914,4mm
H1 = 600 mm
H2 = 265 mm
v = 1,54 m/s
Re = 24474,69
f blassius =0.316.Re-0.25
=0,316(24474,69)-0.25
= 0,02526
L × V2 0,9144 × 1,542
hf = f blasius × = 0,02526 ×
2×D×g 2 × 0,0136 × 9,81
= 0,2056 m
37
hLb = hT-hf
= 0,335-0,2056
= 0,13 m
2×g 2 × 9,8
Kb = hLb × = 0,13 × = 1,074
V2 1,542
2×g π×R
Kl = × [ht − (1 − ) hf]
V2 2×L
2 × 9,8 π × 0,0127
= 2
× [0,335 − (1 − ) 0,2056 ] = 1,106
1,54 2 × 0,9144
Sirkuit Biru
38
Tabel 1.2 Data Perhitungan Debit Pipa Abu-abu
Tabel 1.3 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus biru
39
Tabel 1.4 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus abu
f
No. hf f
8 (mm) 9 (mm) Δh (mm) Darcy Re
(m) Blassius
Weisbach
Tabel 1.5 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi tiba- tiba
40
Tabel 1.6 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat konstraksi tiba-tiba
No. HL HL
9 10 Δh hf
(dengan (tanpa
(mm) (mm) (mm) (m)
ktt) (m) ktt) (m)
41
Tabel 1. 8 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat tikungan R: 150
42
Tabel 1.10 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat tikungan standard
43
Analisis Grafik
2
y = 1.6795x - 6.6488
R² = 0.997
1.5
Log Hf
0
4.9 5 5.1 5.2 5.3 5.4
Log Q
1.2
y = 1.2615x - 5.5756
1 R² = 0.6974
0.8
Log Hf
0
5.1 5.15 5.2 5.25 5.3 5.35
Log Q
Tujuan dari pembuatan grafik di atas adalah untuk dapat melihat hubungan antara kehilangan
tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus (hf) dengan debit aliran (Q). Grafik dibuat dalam
bentuk log hf dengan log Q untuk mempermudah menganalisa yaitu dengan cara memperkecil
44
selang nilai masing-masing. Selain itu, pendekatan kedua nilai dapat lebih mudah dilakukan dalam
bentuk log.
Dari grafik pengamatan didapat bahwa semakin besar nilai log Q, semakin besar pula nilai
log hf. Hasil ini sudah sesuai dengan grafik ideal dimana nilai hf dan Q berbanding lurus. Hal ini
dikarenakan, pada pipa dengan luas penampang yang tetap, semakin besar nilai Q, kecepatan aliran
akan semakin tinggi sehingga mengakibatkan kehilangan tinggi tekan juga semakin besar.
F vs Re Pipa Biru
0.04
y = 0.679x-0.32
0.035 R² = 0.924
0.03 F Blassius vs Re
0.025
y = 0.316x-0.25
0.02 F Darcy Weisbach vs Re
R² = 1
f
0.015
Power (F Blassius vs Re)
0.01
0.005 Power (F Darcy Weisbach
0 vs Re)
0 10000 20000 30000
Re
45
F vs Re Pipa Abu-Abu
0.09
y = 52.115x-0.739
0.08
R² = 0.4413
0.07
F Blassius vs Re
0.06
0.05
F Darcy Weisbach vs Re
f
0.04
0.03 Power (F Blassius vs Re)
0.02 y = 0.316x-0.25
R² = 1
0.01 Power (F Darcy Weisbach
0 vs Re)
0 5000 10000 15000
Re
Nilai 𝑓𝑑𝑎𝑟𝑐𝑦 dan 𝑓𝑏𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 pada Re yang sama memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan ketelitian antara dua metode tersebut. Metode Darcy-Weisbach
memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan metode Blassius sebab metode Darcy-
Weisbach juga memperhitungkan panjang pipa, gravitasi dan kecepatan aliran sehingga lebih
mendekati keadaan sebenarnya. Sementara, fblassius menganggap pipa licin sehingga tidak
memperhitungkan gesekan yang terjadi pada pipa sehingga fdarcy-weisbach lebih mendekati fakta
yang terjadi di lapangan. Kemudian, terlihat bahwa semakin besar nilai bilangan Reynolds, nilai
fblassius semakin mirip nilainya dengan fdarcy-weisbach. Hal tersebut terjadi karena saat bilangan
Reynolds besar, kecepatan aliran saat itu pun besar. Bilangan Reynolds berbanding lurus dengan
kecepatan. Kecepatan yang besar akan mengalami gesekan yang kecil. Oleh karena itu, semakin
lama grafik fdarcy mendekati fblassius yang menganggap pipa licin.
46
Ekspansi Tiba-Tiba Pipa Abu-abu
140
H perhitungan (mm) 120
100
80
y=x
60
Dengan KTT
40
Tanpa KTT
20
0
0 20 40 60 80 100 120 140
H pengukuran (mm)
47
H Perhitungan vs H Pengukuran
300
250
H perhitungan (mm)
200
150 y=x
Dengan KTT
100
Tanpa KTT
50
0
0 50 100 150 200 250 300
H Pengukuran (mm)
Tujuan dari pembuatan grafik di atas adalah untuk mengetahui hubungan antara H
perhitungan dan H pengukuran kontraksi, yaitu apakah nilai H yang didapat melalui pengukuran
berbeda dari nilai H yang didapat melalui perhitungan. Sama seperti pada grafik akibat ekspansi
tiba-tiba, idealnya adalah nilai H yang didapat melalui pengukuran sama dengan nilai H yang
didapat melalui perhitungan (yaitu grafik linear y = x). Terdapat perbedaan yang cukup besar
antara H perhitungan dengan kehilangan tinggi tekan dan tanpa kehilangan tinggi tekan. Hal ini
dikarenakan, pada grafik tanpa kehilangan tinggi tekan, tidak memperhitungkan faktor gesekan
pada pipa dan perubahan bentuk geometrinya.
48
K vs R/D
35
30
25
20
Nilai K
15 KL vs R/D
10 KB vs R/D
5
0
-5 0 2 4 6 8
R/D
49
2. Pada kontraksi, ekspansi, dan tikungan, kehilangan tinggi tekan dapat terjadi karena faktor
gesekan dan perubahan bentuk geometri pipa, namun kehilangan tinggi tekan yang
disebabkan oleh perubahan bentuk geometri pipa lebih besar dibanding kehilangan tinggi
tekan yang disebabkan oleh gesekan.
1.8.2. Saran
Saran untuk percobaan ini antara lain:
1. Sirkuit pipa (keran pipa) diperbaiki dan dirawat, sehingga tidak terjadi kesalahan yang
berasal dari alat seperti kebocoran,dll.
2. Minimalisasi kesalahan paralaks oleh praktikan dengan melakukan pengamatan yang lebih
teliti.
3. Mengkalibrasi setiap pipa pada sirkuit sebelum pengamatan dilakukan.
1.9. Referensi
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (SI-2131).
Streeter, Victor L., and Wylie, Benjamin E. 1975. Fluid Mechanics. Tokyo: McGraw-Hill
Kogakusha, Ltd.
50