Anda di halaman 1dari 3

Menurut UU No.

23 Tahun 2014, Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom yang dimaksud adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan pemerintahan pusat memberikan otonomi daerah adalah sebagai berikut :


1. Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
2. Pengembangan kehidupan demokrasi.
3. Keadilan.
4. Pemerataan.
5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar daerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
6. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(Priyanto, et al.,2008:45).

Pemberian wewenang kepada daerah otonom mendorong lahirnya rasa tanggung jawab dalam
setiap daerah otonom. Tumbuhnya tanggung jawab akan menimbulkan sikap disiplin dalam
setiap melaksanakan kewenangan yang diperoleh daerah tersebut. Jadi tujuan utama
dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah adalah untuk membebaskan pemerintah pusat dari
beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan daerah.
Konsep otonomi daerah mengandung beberapa hal penting, yaitu :
1. Penyerahan kewenangan pemerintahan pusat dalam hubungan domestik kepada
daerah, kecuali untuk bidang keuangan dan moneter, politik luar negeri, peradilan,
pertahanan, keagamaan, serta beberapa kebijakan pemerintah pusat yang bersifat strategis
nasional.
2. Penguatan peran DPRD dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah
3. Pembangunan tradisi politik yang sesuai dengan budaya setempat demi menjamin
pemerintahan berkualifikasi tinggi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
4. Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif melalui pembenahan
organisasi dan institusi yang dimiliki agar lebih sesuai dengan ruang lingkup kewenangan
yang telah didesentralisasikan.
5. Peningkatan efeisiensi administrasi keuangan daerah serta pengaturan yang lebih jelas
atas sumber-sumber pendapatan negara.
6. Perwujudan desentralisasi fiskal melalui pembesaran alokasi subsidi pusat yang
bersifat block grant.
7. Pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga dan nilai-nilai lokal yang bersifat
kondusif terhadap upaya memelihara harmoni sosial.
(Priyanto, et al.,2008:43).

Menurut Sugeng Priyanto dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan (2008: 42) otonomi daerah
dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama, yaitu : Politik, Ekonomi serta Sosial dan
Budaya.
Di bidang politik, pelaksanaan otonomi sebagai jalan pelaksanaan pemerintahan daerah yang
demokratis, peka terhadap kepentingan masyarakat daerah dan menjaga system pengambilan
keputusan yang berdasar pada tanggung jawab publik. Salah satu harapan dari adanya otonomi
daerah ini yaitu muncul partisipasi masyarkat dalam pemilihan Kepala Daerah, baik provinsi,
kabupaten maupun kota.

Di bidang ekonomi, berlangsungnya kebijakan ekonomi nasional di setiap daerah dijamin oleh
otonomi daerah, dan melalui otonomi daerah pemerintah daerah dapat membuka jalan bagi
potensi ekonomi di daerahnya. Contoh berlangsungnya otonomi daerah dalam bidang ekonomi
adalah pemerintah daerah menawarkan fasilitas pengembangan bagi usaha-usaha di daerahnya
sendiri.
Di bidang sosial budaya, otonomi daerah diharapkan dapat menjaga nilai-nilai lokal yang
dianggap sesuai dengan kemampuan masyarakat dalam menanggapi dinamika kehidupan di
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai