Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

ALIRAN MELALUI AMBANG

4.1 PENDAHULUAN

Sifat-sifat atau karakteristik dari aliran air yang melalui suatu bangunan air
adalah hal yang perlu diamati dan dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat suatu rintangan berupa ambang.

Secara umum, bila ditinjau dari bidang memanjang yang searah dengan
aliran, terdapat dua tipe ambang yaitu ambang lebar dan ambang tajam.
Perbedaan fisik antara ambang tajam dan ambang lebat dapat dilihat pada
gambar.

Dalam percobaan ini akan diamati karakteristik aliran yang melalui ambang
dengan tipe karakteristik sebagai berikut :

1. Keadaan loncat
Keadaan loncat adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran tidak
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
2. Keadaan peralihan
Keadaan peralihan adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
tepat dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
3. Keadaan tenggelam
Keadaan tenggelam adalah keadaan di man tinggi muka air di hulu saluran
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa
bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran yang diamati.

Dalam kondisi nyata di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan


muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal
persawahan yang lebih luas. Dan selain itu. Ambang dapat digunakan untuk
mengukur debit serta juga dapat digunakan untuk mengukur debit air yang
mengalir pada saluran terbuka.

4.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dilakukan percobaan adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik aliran yang melewati ambang
2. Mempelajari pengaruh perubahan keadaan tinggi muka air di hilir dan hulu
saluran.
3. Mempelajari hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air
yang melimpah di atas ambang.

4.3 ALAT-ALAT PERCOBAAN & GAMBAR PERCOBAAN


Alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan adalah sebagai berikut :

1. Model saluran terbuka dari kaca (flume)


2. Generator dan pompa air
3. Venturimeter dan pipa manometer.
4. Ambang lebar
5. Ambang tajam
2
Hulu 3 Hilir

1 5

Keterangan :
4
1. Ambang tajam
2. Alat pengukur kedalaman
3. Meteran
4. Manometer 7 6
5. Sekat pengatur hilir
6. Penampung air
7. Pompa

Skema alat percobaan ambang

4.4 DASAR TEORI DAN PENURUNAN RUMUS


4.4.1 Penentuan debit
Debit yang mengalir diukur dengan menggunakan venturimeter. Dengan
menggunakan persamaan Bernoulli dan Hukum Kontinuitas serta dengan
mengetahui diameter penampang pada venturimeter, maka dapat dihitung debit
aliran yang terjadi.
Q = 171,808..H0.5 (cm3/det) penurunan rumus :
Aliran koefisien pengaliran
Kecepatan aliran yang lewat di atas pelimpah adalah

V = √ g.Y =√ g. He

Pembuktian rumus :

P di A=P di B
P1 +ρ air . g.( x +ΔH )=P 2 +ρair . g . x+ ρ Hg . g . ΔH
P1−P 2= ρHg . g . ΔH −ρ air . g . ΔH
=(13 , 6−1) g. ΔH
=12 , 6. g . ΔH
P1 V 1 2 P V 2
+ +Z 1= 2 + 2 +Z 2
γ 2g γ 2g
2
P1−P 2 V −V 2
1
=
γ 2g

12 ,6 . g . ΔH
=
[( ) ]
A1 2
A2
−1 V 1

ρair . g 2g

2 g . 12 ,6 . ΔH =
24 (
3 ,15 4
−1 V 2
1 )
24721 ,2 ΔH =5 , 1535V 2
1
1
2
V 1 =69 , 26 ΔH
Q= A1 . V 1
1
1 2
= π . 3 ,15 . 69 ,26 ΔH
4
1
2
=171, 808 πΔH
Q1
Es= y+
2 g . A2
dEs Q2 dA
=1−
dy g . A 3 dy
Q2 . B
=1− =0
g . A3
Q2 . B
=1
g . A3
Q2 A
= =y
2 B
g. A
V2
=y
g
V =√g . y
Dengan Hukum Kontinuitas didapat :

3
Q=√ g . L . He
2

Sebenarnya aliran yang mengalir di atas pelimpah lebih kecil, sehingga diperlukan
3
Q=c . √ g . L. He
2
3
Q=C . L . He 2
koefisien reduksi bagi debit (Q), maka :

Jika debit yang mengalir sudah diketahui, maka koefisien pengaliran (C) adalah :

Q
C= 3
2
L . He

Di mana: Q = debit air yang mengalir


L = lebar saluran
He = tinggi muka air
4.5 PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah :
Kalibrasi alat pengukur kedalaman dan venturimeter. Kemudian catat dimensi
ambang.Pompa dihidupkan dengan debit air tertentu sesuai keadaan yang
diinginkan. Jangan sampai air meluap! Atur sekat di hilir saluran sedemikian
rupa sehingga diperoleh keadaan : loncat 1,loncat 2, peralihan. tenggelam1,
tenggelam2. Untuk tiap keadaan periksalah apakah aliran sudah stabil (sesuai
keadaan yang diinginkan), jika sudah stabil anda dapat mencatat data yang
diperlukan.Untuk masing-masing keadaan, catat tinggi muka air pada 8 titik
pengamatan, sehingga anda dapat menggambar profil alirannya, serta catat
perbedaan tinggi air raksa pada manometer pada venturimeter untuk menghitung
debit aliran, Catat data yang didapat .
Langkah tsb diulang untuk 4 debit yang berbeda. Tapi kali ini, yang dicatat
hanya kedalaman muka air hulu dan kedalaman muka air hilir saja. Catatlah data
yang didapat.Setelah selesai melaksanakan langkah 6, kosongkan sekat di hilir
saluran.
Aturlah debit aliran (mulailah dari debit yang besar kemudian ke
kecil).Catat tinggi muka air sebelum ambang atau hulu dan tinggi raksa pada
manometer.Ulangi langkah tsb sampai didapat debit minimum yang masih bisa
mengalir (minimal 5 kali percobaan)

4.6 CONTOH PERHITUNGAN

Data Percobaan untuk ambang lebar:

Data alat: - Tinggi ambang = 10 cm


- Lebar saluran = 8,5 cm
Data pengamatan : Bacaan manometer H1 = 83 mm
H2 = 312 mm
H = H1 – H2 = 229 mm = 2.29 m

Perhitungan:
1) Menghitung debit (Q)
Q = 171,808..H1/2 cm3/detik
= 171,808..(2.29)1/2 cm3/detik
= 2583,989948 cm3/detik

2) Menghitung He1 dan He2


He1 = Y1 - t = 17,7 cm – 10 cm = 7,7 cm = 0,077 m
He2 = Y2 - t = 10 cm – 3,7 cm = 6,3 cm = 0,063 m

3) Menghitung C
C = Q/(L.He3/2)
C = 2583,989948 / (8,5.17,73/2) cm0,5/detik
C = 14,22773627 cm0,5/detik

4) Menghitung Hd untuk Cd = 13,99053 cm0,5/detik


Dengan melihat kekonstanan grafik, dapat diambil nilai Hd yaitu 7,79347 cm

LEMBAR 1 DATA UNTUK MEMBUAT PROFIL ALIRAN


  Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Peralihan (cm) Tenggelam 1 (cm) Tenggelam 2
(cm)
Titik X Y X Y X Y X Y X Y

1
143 17.7 143 17.8 143 17.8 143 17.7 143 19.2
2
203 17.1 203 17.2 203 17.2 203 17.2 203 18.8
3
235 14.5 235 14.5 235 14.2 235 15.1 235 18.3
4
250 10.1 250 10.1 250 8.2 250 15.2 250 18.4
5
417 3.7 296 2.7 265 8.4 265 15.3 265 18.4
6
430 6.3 307 6.6 290 11.2 290 15.8 290 18.7
7
445 7.3 333 9.3 350 11.4 350 16.3 350 18.9
8
710 7.3 710 9.5 710 11.9 710 16.6 710 19.3

LEMBAR 2 DATA UNTUK MEMBUAT GRAFIK He1 DAN He2 vs Q


 
MANOMETER JENIS Y1 Y2 He1 He2
DEBIT   Q (cm /s)
3
ALIRAN (cm) (cm) (cm) (cm)
H1 ∆H
  (mm) H2 (mm) (mm)            

Q1 83 312 22.9 2583.989948 L1 17.7 3.7 0.077 0.063


83 312 22.9 2583.989948 L2 17.8 2.7 0.078 0.073
83 312 22.9 2583.989948 P 17.8 8.2 0.078 0.018
83 312 22.9 2583.989948 T1 17.7 15.2 0.077 -0.052
83 312 22.9 2583.989948 T2 19.2 18.4 0.092 -0.084
Q2 84 313 22.9 2583.989948 L1 17.8 3.1 0.078 0.069
84 313 22.9 2583.989948 L2 17.8 2.8 0.078 0.072
84 313 22.9 2583.989948 P 17.7 7.9 0.077 0.021
84 313 22.9 2583.989948 T1 17.7 14.8 0.077 -0.048
84 313 22.9 2583.989948 T2 19 18.3 0.09 -0.083
Q3 84 312 22.8 2578.341875 L1 17.7 3 0.077 0.07
84 312 22.8 2578.341875 L2 17.7 2.9 0.077 0.071
84 312 22.8 2578.341875 P 17.7 7.4 0.077 0.026
84 312 22.8 2578.341875 T1 17.8 14.9 0.078 -0.049
84 312 22.8 2578.341875 T2 18.8 18.3 0.088 -0.083
Q4 83 311 22.8 2578.341875 L1 17.8 3.1 0.078 0.069
83 311 22.8 2578.341875 L2 17.7 3 0.077 0.07
83 311 22.8 2578.341875 P 17.7 7.7 0.077 0.023
83 311 22.8 2578.341875 T1 17.7 14.9 0.077 -0.049
83 311 22.8 2578.341875 T2 18.9 18.3 0.089 -0.083
Q5 84 311 22.7 2572.681403 L1 17.8 3 0.078 0.07
84 311 22.7 2572.681403 L2 17.7 3.1 0.077 0.069
84 311 22.7 2572.681403 P 17.7 7.6 0.077 0.024
84 311 22.7 2572.681403 T1 17.7 15.1 0.077 -0.051
84 311 22.7 2572.681403 T2 18.9 18.1 0.089 -0.081

LEMBAR 3 DATA UNTUK MEMBUAT GRAFIK He1 vs C


DEBIT   Q Y1 (cm) He1 C He1 / Hd c/cd
MANOMETER (cm
KE…   3
/s) (cm0.5
H1 H2 ∆H (cm) /s)
  (mm) (mm) (mm)        

1 1 83 312 22.9 2583.98995 17.7 7.7 14.22773627 0.988007


2 2 84 313 22.9 2583.98995 17.8 7.8 13.9550048 1.000838
3 3 84 312 22.8 2578.34188 17.7 7.7 14.19663735 0.988007
4 4 83 311 22.8 2578.34188 17.8 7.8 13.92450202 1.000838
5 5 84 311 22.7 2572.6814 17.8 7.8 13.89393227 1.000838
6 6 84 310 22.6 2567.00845 17.7 7.7 14.13423425 0.988007
7 7 85 309 22.4 2555.62476 17.8 7.8 13.80181679 1.000838
8 8 85 308 22.3 2549.91386 17.7 7.7 14.04010956 0.988007
9 9 87 307 22 2532.7039 17.7 7.7 13.94534958 0.988007
10 10 90 305 21.5 2503.75776 17.7 7.7 13.78596892 0.988007

4.9 ANALISIS GRAFIK


a) Profil Aliran
25

20

15 loncat 1
posisi y

10 loncat 2
peralihan
5 tenggelam 1
tenggelam 2
0
100 200 300 400 500 600 700 800
posisi x

1 Pada kondisi locat 1, loncat 2, dan peralihan, ketinggian permukaan air


di hulu tidak berubah. Permukaan setelah ambang naik.
2 Pada kondisi peralihan, ketinggian permukaan air dihulu saluran tepat
akan dipengaruhi oleh tinggi muka air dihilir
3. Pada kondisi tenggelam, tinggi permukaan air setelah ambang, naik,
begitu pula dengan permukaan air sebelum ambang.
Dari Grafik profil muka aliran, dapat dilihat bahwa pada keadaan loncat 1 dan
loncat 2, tinggi He sama. Hal ini menunjukkan bahwa He tidak dipengaruhi oleh
keadaan loncat. Ini berarti tinggi muka air di hulu tidak dipengaruhi oleh tinggi
muka air di hilir pada saat aliran berada dalam keadaan loncat. Letak loncatan
pada keadaan loncat 1 dan loncat 2 berbeda bergantung pada debit air yang
mengalir melalui saluran.

Pada keadaan peralihan, loncatan sudah tidak terlihat lagi. Yang ada hanya
sedikit golakan pada kaki ambang. Meskipun demikian tinggi He belum berubah.
Profil muka aliran setelah melewati ambang mirip dengan aliran pada keadaan
tenggelam. Tapi keadaan ini tidak bisa dibilang berada dalam keadaan tenggelam
karena tidak ada perubahan tinggi He seperti yang terjadi pada keadaan
tenggelam.

Sedangkan pada keadaan tenggelam, keadaan di hulu aliran sudah dipengaruhi


oleh keadaan aliran di hilir. Hal ini terlihat dari berubahnya tinggi He. Tinggi aliran
di hulu bertambah setelah aliran berada dalam keadaan tenggelam. Tinggi aliran
akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya debit aliran.

b) Grafik He1 vs He2

he1 vs he2
0.1

0.09 Q1
Q2
0.08 Q3
Q4
0.07 Q5

0.06

0.05
-0.1 -0.08 -0.06 -0.04 -0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
1 Pada kurva terlihat bahwa bahwa harga He1 pada saat loncat1 dan
loncat 2 berupa garis mendatar hal ini dikarenakan perubahan air dihilir
tidak mempengaruhi muka air dihulu saluran
2 Pada keadaan peralihan harga He1 mulai berubah terpengaruhi oleh
keadaan air dihilir saluran
3 Pada kondisi tenggelam, kurva naik. Hal ini karena naiknya permukaan
air di hulu yang sangat significant karena perubahan ketinggian air
dihilir .
Pada grafik He 1 Vs He 2 dapat dilihat hubungan antara tinggi aliran di hulu dan
di hilir saluran. Dari hubungan itu dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
keadaan aliran. Dapat dilihat bahwa nilai He 1 selalu positif. Hal ini karena nilai Y1
selalu lebih besar jika dibandingkan dengan tinggi ambang supaya aliran dapat
melimpah melalui ambang. Sedangkan nilai He 2 dapat bernilai positif dan negatif.
He 2 bernilai negatif saat aliran berada dalam keadaan loncat. Pada saat keadaan
peralihan He dapat bernilai negatif maupun positif. Keadaan peralihan ditunjukkan
pada grafik dengan nilai He 1 yang mulai naik. Pada saat nilai He 1 bertambah dan
nilai He 2 positif dapat dikatakan bahwa aliran berada dalam keadaan tenggelam.
Dapat dikatakan pula bahwa saat He 2(hilir) bernilai positif, hal ini akan
mempengaruhi nilai dari He 1(hulu) yang akan terus bergerak naik.

c) Grafik He1 vs Q

He1 vs Q
9
8
7 f(x) = 0.998920323321055 x^0.260890838671128
6 R² = 0.159147879341688 He1 vs Q
5 Power (He1 vs Q)
4 Logarithmic (He1 vs Q)
3
2
1
0
2500 2510 2520 2530 2540 2550 2560 2570 2580 2590
Hubungan antara C, Q dan He adalah C = Q/LHe 3/2 , L = lebar saluran.
Karena koefisien pangkat dari He tidak sama dengan 3/2 maka grafik ini tidak
dapat digunakan untuk mencari C.
Dari Grafik di atas dapat dilihat hubungan antara He1 terhadap Q . Dari
grafik juga dapat dilihat bahwa semakin besar nilai He 1 maka semakin besar pula
nilai Q. Garis pada grafik tersebut adalah hasil regresi dengan menggunakan
power, supaya sesuai dengan pembandingnya pada rumus teori yang berpangkat.
Rumus yang dimaksud adalah:
Q = C x L x He3/2

Selain itu apabila dibandingkan menggunakan sistem regresi yang lain,


menggunakan power adalah yang paling mewakili He (R 2 ≈ 1). Pada grafik tersebut
persamaan berpangkat yang didapat adalah He dengan pangkat 0,159. Nilai
tersebut tidak sesuai dengan nilai seharusnya yaitu 1.5.
Melalui grafik di atas kita juga dapat menentukan nilai Cd, yakni dengan
menentukan nilai Qd terlebih dahulu, dengan mengambil nilai rata-rata dari nilai-
nilai Q terdekat. Dari nilai Qd, didapat nilai Hd dengan menarik garis pada grafik
sampai berpotongan di garis kurva lalu di dapat nilai pada sumbu Y yang
merupakan nilai Hd. Nilai dari Qd dan Hd tersebut dapat dimasukkan ke dalam
rumus :

Q = C x L x He3/2
Qd = C x L x Hd3/2

Maka :
Cd = Q / ( L x Hd 3/2
)
di garis kurva lalu di dapat nilai pada sumbu Y yang merupakan nilai Hd. Nilai dari
Qd dan Hd tersebut dapat dimasukkan ke dalam rumus :

Q = C x b x He3/2
Qd = C x b x Hd3/2

Maka :
Cd = Q / ( b x Hd 3/2
)

d) Grafik He1vs C

he1 vs c
9
8
7 f(x) = 18.1323598909017 x^-0.322673037990039
R² = 0.287173478039452
6 he1 vs c
5 Power (he1 vs c)
4
3
2
1
0
13.7 13.8 13.9 14 14.1 14.2 14.3

Grafik ini menampilkan hubungan antara nilai He 1 dengan C . Nilai koefisien


pengaliran adalah relatif konstan, meskipun demikian pada grafik terlihat
perubahan nilai koefisien pengaliran. Perubahan yang terjadi kecil, dan berbanding
terbalik dengan He 1. Nilai c ada akibat dari adanya ambang. Nilai c ada saat
terjadi air loncat. Saat kondisi tenggelam nilai c sudah tidak ada lagi. Hal ini
disebabkan saat kondisi tenggelam, ketinggian muka air di hulu sudah dipengaruhi
oleh keadaan di hilir bukan dipengaruhi oleh ambang lagi. Untuk mencari nilai dari
Cd dapat dengan mencari rata-rata dari data C yang didapat. Sedangkan Hd dapat
dicari dengan menggunakan rumus yang didapat dari grafik.

Nilai Cd yang didapat adalah 13.99053 cm


Nilai Hd yang didapat adalah 7.79347 cm
Hd adalah tinggi muka air yang diperlukan di lapangan supaya aliran dapat
sampai di daerah yang diinginkan. Dengan mengetahui nilai Hd maka dapat
membantu dalam pembuatan model yang sesuai. Model ini berfungsi untuk
pengujian bangunan pelimpah yang akan dibuat.

e) Grafik Q vs C

Q vs C
2600

2580
f(x) = 93.6331477944482 x + 1250.65809231675
R² = 0.312994497823959
2560
Q vs C
2540 Linear (Q vs C)
2520

2500

2480

2460
13.7 13.8 13.9 14 14.1 14.2 14.3

Pada distribusi nilai C pada grafik ini, terdapat nilai C yang relatif konstan. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai C tidak terlalu dipengaruhi oleh nilai Q yang
berubah. Lalu dengan menggunakan grafik ini juga dapat menentukan nilai Cd
seperti pada grafik He Vs C. dengan merata-ratakan nilai C yang konstan pada
grafik.
Nilai koefisien pengaliran adalah relatif konstan, meskipun demikian pada
grafik terlihat perubahan nilai koefisien pengaliran. Perubahan yang terjadi kecil,
dan berbanding terbalik dengan Q. Untuk mencari nilai dari Cd dapat dengan
mencari rata-rata dari data C yang didapat. Sedangkan Qd dapat dicari dengan
menggunakan rumus:

Qd = Cd x L x Hd3/2

Qd adalah debit air yang melewati ambang di lapangan supaya aliran dapat
sampai di daerah yang diinginkan. Dengan mengetahui nilai Qd maka dapat
membantu dalam pembuatan model yang sesuai. Model ini berfungsi untuk
pengujian bangunan pelimpah yang akan dibuat.

f) Grafik He1/Hd vs C/Cd

He1/Hd vs c/cd
1.2

0.8
He1/Hd vs c/cd
0.6

0.4

0.2

0
0.98 0.985 0.99 0.995 1 1.005 1.01 1.015 1.02

Grafik ini dapat dibandingkan dengan grafik He vs C. Kedua grafik ini


hampir mempunyai bentuk yang sama. Dari grafik tersebut dapat ditentukan
jumlah debit diatas ambang.

Dari Grafik dapat dilihat bahwa nilai He/Hd relatif konstan karena kondisi
Hd dibuat berdasarkan He(percobaan). Nilai He/Hd ≈ 1. Hal ini juga berlaku untuk
nilai C/Cd untuk membuat Hd dan Cd yang baik. Pada grafik, titik ’berkumpul’ di
sekitar koordinat (1,1). Dengan mengetahui nilai Hd, maka kita dapat mendesain
debit yang harus dibuat. Bila dilihat secara geometri, maka bentuk grafik He/Hd Vs
C/Cd relatif sama. Dengan demikian maka model yang dibuat akan sesuai dengan
desain bangunan pelimpah yang dibuat.

4.10 KESIMPULAN
1. Aliran yang melewati ambang akan mengalami perubahan kecepatan akibat
jatuh dari ambang tajam.
2. Dari grafik profil aliran terlihat adanya perbedaan kondisi air dihulu dimana
pada keadaan loncat keadaan air dihulu tidak dipengaruhi oleh keadaan air
dihilir, pada keadaan peralihan kondisi air dihulu mulai dipengaruhi oleh
keadaan air di hilir dan pada keadaan tenggelam keadaan air dihulu
sepenuhnya dipengaruhi oleh keadaan air di hilir.
3. Hubungan antara tinggi muka air diatas ambang terhadap debit air yang
melimpah adalah berbanding lurus yaitu dengan bertambahnya debit, maka
tinggi air diatas ambang menjadi bertambah besar.
4. Aplikasi ambang dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah bendung.
Bendung yang ada digunakan untuk mengairi persawahan yang ada. Nilai C
yang didapat dalam percobaan digunakan untuk mendapat nilai Cd yang
akan dipakai pada aplikasi dari ambang. Sehingga kita dapat mengetahui
tinggi muka air yang diperlukan juga debit yang harus diberikan di hulu.
5. Ada tiga macam kondisi aliran air yang melalui ambang yaitu kondisi
loncat, peralihan dan tenggelam.Ketiga kondisi ini dapat kita ketahui
melalui grafik profil aliran dan hubungan He1 vs He2.Pada saat keadaan
aliran berada dalam kondisi loncat, tinggi muka air di hilir tidak
mempengaruhi tinggi muka air di hulu. Hal ini berlawanan dengan kondisi
tenggelam. Sedangkan pada kondisi peralihan tinggi muka air di hilir mulai
mempengaruhi tinggi muka air di hulu.
6. Kita juga dapat mengetahui maksud dari dibuatnya grafik hubungunan
antara He1 vs Q, He1 vs Cd, Q vs C . ketiga grafik ini dibuat untuk
membuktikan kebenaran rumus Q =C.L.He3/2
7. Kita juga bisa mendapatkan nilai C disain (Cd) yang cukup mewakili nilai C
yang ada. Nilai Cd ini bisa digunakan untuk menetukan H disain (Hd) dan Q
disain (Qd)
8. Pada ambang terjadi perubahan aliran dari sub kritis ke aliran super kritis.
9. Ambang dapat digunakan sebagai sarana pengukur debit untuk aliran dalam
saluran terbuka. Dengan mengubah-ubah tinggi muka air, diperoleh debit
yang diinginkan.

4.10.2. SARAN
Dari percobaan yang telah dilakukan disarankan :
1. Pada percobaan debit berubah sebaiknya dilakukan dari debit kecil ke debit
besar. Jika percobaan dilakukan dari debit besar ke debit kecil, maka
dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh ketinggian muka air yang
stabil.
2. Pembacaan skala dilakukan oleh satu pengamat, untuk mencegah interpretasi
pembacaan skala yang berbeda-beda.
3. Mistar yang digunakan dalam membaca ketinggian muka air satu jenis.
4. Dalam melakukan percobaan aliran melalui ambang tajam dan lebar pada debit
berubah sebaiknya perubahan debitnya diatur supaya rentang dari debit satu
ke debit yang lain tidak terlalu jauh.. Hal ini bertujuan supaya kita bisa
mendekati kondisi aliranan yang ada di alam. Selain itu kita juga bisa
mendapatkan hasil percobaan yang lebih baik.
5. Untuk mendapatkan data yang tepat dibutuhkan ketelitian dalam hal
pembacaan dan pelaksanaan percobaan dengan prosedur yang benar, serta
ditunjang dengan alat-alat yang baik, Saran dari Kami yaitu agar alat yang
sudah rusak atau tidak tepat kalibrasinya untuk diperbaiki atau diganti dengan
alat yang lebih baik, karena hal ini cukup penting dalam keberhasilan sebuah
praktikum.
4.11 REFERENSI
Panduan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika Si-2131. Program Studi Teknik
Sipil FTSL ITB. 2010.

Anda mungkin juga menyukai