Anda di halaman 1dari 22

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian fiqh ibadah ?


2. Bagaimana ruang lingkup fiqh ibadah ?
3. Bagaimana macam-macam fiqh ibadah ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami bagaiman pengertian fiqh ibadah.
2. Memahami bagaimana ruang lingkup fiqh ibadah.
3. Memahami bagaimana macam-macam fiqh ibadah.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Fiqh Ibadah
Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah jamaknya lafadz ‘ibadat yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukan dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita kenal
dengan istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpin makna kekurangan, kehinaan dan
kerendahan.1[1]
Ibadah juga bisa diartikan dengan taat yang artinya patuh, tunduk dengan setunduk-
tunduknya, artinya mengkuti semu perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan yang
dikehendaki oleh Allah Swt. Karena makna asli ibadah adalah menghamba, dapat pula
diartikan sebagai bentuk perbuatan yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.
Dalam kitab Al-Hidayah jilid ke-satu dikatakan makna ibadah adalah :

1[1] Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, (Jakarta : Zaman, 2012).,15
‫ب نوهي ِه والعما ُل بما أذَن ب ِه‬
ِ ‫واجتشنا‬
ْ ‫ب الى هللا تعالى بإِمتثا ِل اوامر ِه‬
ُ ‫التقر‬
ّ ‫العبادة هي‬
ُ‫الشرع‬
Artinya :
“ ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan cara melaksanakan
semua perintah-Nya an menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai izin dari
pembuat syariat (Al-Hkim, Allah)”.
Konsep ibadah menurut Abdul Wahab adalah konsep tentang seluruh perbuatan
lahiriah maupun batiniah, jasmani dan rohani yang di cintai dan di ridhoi oleh Allah Swt.
Ibadah juga diartikan sebagai hubungan manusia dengan yang diyakini kebesaran dan
kekuasaannya. Artinya, jika yang diyakini kebesarannya adalah Allah, maka menghambakan
diri kepada Allah. Dalam surat Al-Fatihah ayat 5 Allah Swt berfirman :
ُ ‫َّاك نَ ْستَ ِع‬
٥- ‫ين‬ َ ‫َّاك نَ ْعبُد ُ و ِإي‬
َ ‫ ِإي‬-
Artinya :”Hanya kepada engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami mohon pertolongan. (Al-Fatihah : 5)2[2]
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukan atau penghambaan diri kepada Allah,
Tuhan yang maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk perbuatan manusia di dunia, yang
dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah Swt. Semua tindakan
orang mukmin yang dilandasi dengan niat yang tulus untuk mencapai ridho Allah Swt
dipandang sebagai badah. Sesuia dengan Firman Allah Swt :

ِ ‫نس إِ ََّّل ِليَ ْعبُد‬


٥٦- ‫ُون‬ ِ ْ ‫ َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬-
َ ‫اْل‬
Artinya :” Tidaklah ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada
ku. (al-Dza-riyat : 56)3[3]
Beberapa pendapat mengenai ibadah adalah sebagai berikut :
1. Ulama tauhid mengartikan ibadah dengan beberapa penegrtian yaitu :
a. Ibadah dapat diartikan sebagai tujuan kehidupan manusia sebagai bentuk dan cara manusia
berterimakasih kepada pencipta.
b. Ibadah diartikan sebagai bentuk mengesakan Allah, dan tidak ada sesuatu yang
menyerupainya, sehingga kepada Allah beribadah. Sebagaimana terdapat dalam surat An-
Nahl ayat 36 :

2[2] Hasan Ridwan, FIQH IBADAH, (Bandung : Pustaka Setia, 2009)., 62-64

3[3] Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, (Jakarta : Zaman, 2012).,15
‫ّللاُ َو ِم ْن ُهم َّم ْن‬
ّ ‫وت فَ ِم ْن ُهم َّم ْن َهدَى‬
َ ‫غ‬ َّ ْ‫اجتَنِبُوا‬
ُ ‫الطا‬ ْ ‫ّللاَ َو‬ ُ ‫َولَقَ ْد بَ َعثْنَا فِي ُك ِّل أ ُ َّم ٍة َّر‬
ّ ْ‫سوَّلً أ َ ِن ا ْعبُد ُوا‬
– َ‫عاقِبَةُ ْال ُم َك ِذّ ِبين‬ َ ‫ظ ُرواْ َكي‬
َ َ‫ْف َكان‬ ِ ‫ِيرواْ فِي األ َ ْر‬
ُ ‫ض فَان‬ ُ ‫علَ ْي ِه الضَّاللَةُ فَس‬ ْ َّ‫َحق‬
َ ‫ت‬
٣٦-
Artinya : “Dan sungguh, Kami telah Mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah thaghut.” kemudian di antara mereka ada
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah
kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-
rasul)”.(QS. An-Nahl :36)
c. Ibadah diartikan sebagai upaya menjauhkan diri dari perbuatan syirik, sebagaimana firman
Allah Swt. Dalam surat Al-Isra’ ayat 23 :

َ ‫ضى َرب َُّك أََّلَّ تَ ْعبُدُواْ ِإَّلَّ ِإيَّاهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ِإ ْح‬
ً ‫سانا‬ َ َ‫َوق‬
Artinya :”dan tuhan telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak”. (QS. Al-Isra’ :23)
d. Ibadah artinya membedakan kehidupan ilahiah dengan , penganut agama selain islam dan
dengan orang-orang musyrik, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Kafirun ayat 3 :

٣- ُ ‫عابِد ُونَ َما أ َ ْعبُد‬


َ ‫ َو ََّل أَنت ُ ْم‬-
Artinya :”Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah”. (QS. Al-Kfirun :3)
2. Ulama akhlak Hasbi Ash-Shidiqie mengartikan ibadah sebagai berikut :
a. Melaksanakan semua perintah Allah Swt. dalam praktek ibadah jasmaniah dan rohaniah
dengan berpegang teguh pada syariat islam yang benar.
b. Ibadah diartika sebagai pencarian harta duniawi yang halal.
3. Ulama tasawuf mengartikan ibadah sebagai berikut :
a. Ketundukan mutlak kepada Allah dan menjauhkan diri dari ketundukan pada hawa nafsu.
b. Ibadah diartikan perbuatan yang menepati janji, menjaga perbuatan yang melewati batas-
batas syari’at Allah dan bersabar menghadapi musibah.
c. Beribadah berarti mengharapkan keridhaan Allah, mengharapkan pahalanya dan
menghindarkan diri dari siksanya.
d. Ibadah diartikan sebagai upaya mewujudkan kemuliaan rohani yang diciptakan dalam
keadaan suci.
e. Ibadah dalam arti menjalankan kewajiban karena Allah berhak disembah, tanpa ada amrih
sedikitpun.
4. Pengertian menurut fuqaha
Para fuqaha mengartikan ibadah sebagai berikut :
a. Ketaatan hamba Allah yang mukallaf yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan
mengharap pahala-Nya di akhirat.
b. Ibadah adalah melaksanakan segala hak Allah.
Dari pengertian-pengertian dia atas, dapat di simpulkan bahwa makna ibadah adalah
ketundukan manusia kepada Allah yang dilaksanakan atas dasar keimanan yang kuat dengan
melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dengan tujuan
mengharapkan keridaan Allah, pahala surga dan ampunannya.
Dengan demikian pengertian fiqh ibadah adalah pemahaman ulam terhadap nash-nash
yang berkaitan dengan ibadah hamba Allah dengan segala bentuk hukumnya, yang
mempermudah pelaksanakan ibadah, baik yang bersifat perintah, larangan maupun pilihan-
pilihan yang disajikan oleh Allah dan Rasulullah Saw.4[4]
Ibadah juga dapat berupa ucapan (lafzhiyyah) atau tindakan (‘amaliyyah). Ibadah lafal
adalah rangkaian kalimat dan dzikir yang diucapkan dengan lidah. Sedangkan ibadah amal
adalah seperti rukuk dan sujud dalam shalat, wukuf di padang arafah dan tawaf.5[5]

2. Ruang lingkup fiqh ibadah


Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa semua kehidupan hamba Allah yang
dilaksanakan dengan niat mengharap keridhaan Allah Swt. bernilai ibadah. Hanya saja ada
ibadah yang sifatnya langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang
merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang secara tidak
langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan
hablum minannas (hubungan antar manusia).
Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ibadah mahdhah
b. Ibadah ghoiru mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara
dzahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Ibaah ini di tetapkan oleh dalil-

4[4] Hasan Ridwan, FIQH IBADAH, (Bandung : Pustaka Setia, 2009).,64-69

5[5] Tosun Bayrak dkk, Energi Ibadah, (Jakarta : PT SERAMBI ILMU SEMESTA, 2007).,15
dalil yang kuat (qad’i ad-dilalah), misalnya perintah shalat, zakat, puasa, ibadah haji dan
bersuci dari hadas kecil dan besar.6[6]
1. Shalat
Secara etimologi berarti doa, rahmat dan istighfar (meminta ampun).7[7] Menurut syara
artinya bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam. Firman Allah Swt :

٤٥-‫ص َالة َ ت َ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحشَاء َوا ْل ُمن َك ِر‬ َّ ‫ َوأَقِ ِم ال‬-
َّ ‫ص َالة َ إِ َّن ال‬
Artinya :
“Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar”. (QS. Al-‘Ankabut :45)8[8]
2. Puasa
Secara bahasa puasa adalah menahan dari segala sesuatu, dari makan, minum, nafsu dan lain
sebagainya. Secara istilah yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya,
mulai dari terbitnya fajar sampai terbenmnya matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Firman Allah Swt :

– َ‫ب َعلَى الَّذِينَ ِمن قَ ْب ِل ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ َ ِ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ ُكت‬
ّ ِ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬
١٨٣-
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS.Al-Baqarah :183)9[9]
3. Zakat
Secara bahasa zakat artinya membersihkan. Sedangkan secara istilah agama islam adalah
kadar harta yang tertentu yang di berikan kepada yang berhak menerimanya, dengan
beberapa syarat. Firman Allah Swt :

َ‫الز َكاة َ لَ ُه ْم أ َ ْج ُر ُه ْم ِعند‬ َّ ‫ت َوأَقَا ُمواْ ال‬


َّ ْ‫صالَة َ َوآت َ ُوا‬ َّ ‫إِ َّن الَّذِينَ آ َمنُواْ َو َع ِملُواْ ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
٢٧٧- َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َوَّلَ ُه ْم َي ْحزَ نُون‬
ٌ ‫ َر ِبّ ِه ْم َوَّلَ خ َْو‬-
6[6] Hasan Ridwan, FIQH IBADAH, (Bandung : Pustaka Setia, 2009).,70-71

7[7] Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2003).,46

8[8] SULAIMAN RASJID, FIQH ISLAM, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2014).,53

9[9] Ibid.,222
Artinya :
“Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan-nya. Tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih hati” (QS. Al-Baqarah :277)10[10]
4. Haji
Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu.sedangkan menurut syara’ adalah sengaja
mengunjungi baitullah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu.
Firman Allah :

٩٧– ً‫س ِبيال‬


َ ‫ع ِإلَ ْي ِه‬ ِ ‫اس ِح ُّج ْالبَ ْي‬
َ َ ‫ت َم ِن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ َّ‫ َو ِ ّلِلِ َعلَى الن‬-
Artinya :
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
snggup mengadakan diri kejalan Allahh. (QS. AL-Baqarah : 970)11[11]
5. Thaharah (Bersuci)
Thaharah secara bahasa adalah bersih dari kotoran, sedangkan menurut istilah adalah
menghilangkan hadats, najis atau perbuatan yang searti dengan keduanya. Seperti mandi,
wudhu dan tayamum. Allah berfirman :
َ َ ‫ّللاَ يُ ِحبُّ الت َّ َّوابِينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمت‬
٢٢٢- َ‫ط ِ ّه ِرين‬ ّ ‫ِإ َّن‬
Artinya :
“sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang mensucikan diri”.
(QS. Al-Baqarah :222)12[12]

Ibadah ghairu mahdhoh adalah ibadah yang cara pelakanaannya dapat direkayasa oleh
manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi subtansi
ibadahnya tetap terjaga. Misalnya, perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang
halal dan bersih, larangan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan
sebagainya.
Ibadah merupakan bentuk pengakuan ang hakiki dari hamba Allah bahwa dirinya
adalah alam yang akan binasa, dirinya tiada berarti, dirinya lemah, dirinya kotor dan tidak

10[10] SULAIMAN RASJID, FIQH ISLAM, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2014).,192

11[11]Ibid.,247

12[12] Tean Mustahik 2005, FIQIH PRAKTIS AL-BADI’AH, (Jombang : Pustaka Al-Muhibbin,
2010).,1-2
berdaya upaya. Oleh karena itu, beribadah kepada Allah merupakan upaya agar Allah
memberikan kekuatan-Nya, melimpahkan rahmat, melimpahkan kasih sayangnya serta
membersihkan jiwa yang kotor.

3. Macam-Macam Fiqih Ibadah


Beberapa macam-macam ibadah dilihat dari berbagai tinjauan, antara lain :
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, ibadah dibagi menjadi dua :
a. Ibadah umum ialah ibadah yang mencakup semua aspek ialah kehidupan.
b. Ibadah khusus ialah ibadah yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan dalam syara’.
Ibadah khusus inilah yang bersifat khusus dan mutlak. Contohnya, bersuci untuk
mengerjakan shalat di lakukan menggunakan air.13[13]
2. Dilihat dari tatacara melaksanakannya, ibadah dibagi menjadi lima :
a. Ibadah badaniyyah (dzatiyyah), seperti : shalat.
b. Ibadah maaliyah, seperti : zakat.
c. Ibadah ijtima’iyyah, seperti : haji, shalat berjamaah, shalat idul fitri, idul adha dan shalat
jum’ah.
d. Ibadah ijabiyah, seperti : tawaf.
e. Ibadh salbiyah, seperti : meninggalkan segala sesuatu ang diharamkan ketika sedang
berikhram.

3. Dilihat dari niat melaksanakannya, ibadah dapat di bagi menjadi dua :


a. Ibadah hakiki, yakni ibadah yang dilakukan sepenuh-penuhnya untuk ibadah semata.
Misalnya, berdo’a kepada Allah Swt. ibadah hakiki bersifat ghair ma’qulatil-ma’na, artinya
maknanya tidak fahami secara ma’qul, tidak jelas maksud dan hikmahnya. Semua perbuatan
dimaksudkan hanya semata-mata ta’abudi, sebagai bentuk memperbudak diri hanya kepada
Allah.
b. Ibadah sifati artinya yang memperbuatannya memiliki nilai-nilai ibadah. Ibadah seperti ini
jelas sifat-sifatnya atau ma’qulatul ma’na. Semua urusan ibadah sosial atau bernilai duniawi
yang mengandung unsur ukrawi, dalam pelaksanaannya, memiliki hukum asal mubah dan
tidak mutlak harus dilaksanakan.

13[13] Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2003).,15-16
Dengan dua macam ibadah tersebut, ibadah itu berhubungan secara langsung dengan Allah,
artinya, tidak ada satupun ibadah yang keluar dari komunikasi hamba dengan Allah. Adapun
tekniknya ada dua macam yaitu :
1. Ibadah yang pelaksanaannya langsung dengan Allah, seperti shalat, puasa, haji, dan berdo’a.
2. Ibadah yang dilaksanakan secara tidak langsung, melainkan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, seperti zakat, menuntut ilmu, inbfaq, sedekah dan lain sebagainya.
Adapun syarat-syarat diterimanya ibadah adalah sebagai berikut :
a. Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah Swt., hanya pamrih atas
nama Allah dan karena perinahnya.
b. Ibadah dilaksanakan sesuai syari’at islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah jamaknya lafadz ‘ibadat yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukan dan kepatuhan.
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukan atau penghambaan diri kepada Allah,
Tuhan yang maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk perbuatan manusia di dunia, yang
dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah Swt.
Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua yaitu :
c. Ibadah mahdhah
d. Ibadah ghoiru mahdhah
Jika di liaht secara menyeluruh, ibadah dibagi menjadi dua yaitu :
 Ibadah khusus
 Ibadah umum

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penulis menyadari bahwa
makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sebagai penulis memohon
maaf jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun
percetakan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
untuk menyempurnakan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
kita bisa mengambil hikmah yang terkandung di dalamya. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Yunasril, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah. Jakarta : Zaman. 2012.
Azhar Basyir, Ahmad. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta : UII Press, 2003.
Bayrak, Tosun, dkk. Energi Ibadah. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta. 2007.
Mustahik, Team 2005, Fiqih Praktis Al-Badi’ah. Jombang : Pustaka Al-Muhibbin, 2010.
Ridwan, Hasan, Fiqih Ibadah. Bandung : Pustaka Setia. 2009.
Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2014.

Fiqh itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-
dalilnya yang terperinci
Fiqh artinya faham atau tahu. Menurut istilah yang digunakan para ahli Fiqh (fuqaha). Fiqh
itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-
dalilnya yang terperinci. Menurut Hasan Ahmad Al-Khatib: Fiqhul Islami ialah
sekumpulan hukum syara’, yang sudah dibukukan dalam berbagai madzhab, baik dari
madzhab yang empat atau dari madzhab lainnya, dan yang dinukilkan dari fatwa-fatwa
sahabat thabi’in, dari fuqaha yang tujuh di Makkah, di Madinah, di Syam, di Mesir, di Iraq,
di Bashrah dan sebagainya. Fuqaha yang tujuh itu ialah Sa’id Musayyab, Abu Bakar bin
Abdurrahman, ’Urwah bin Zubair, Sulaiman Yasar, Al-Qasim bin Muhammad, Charijah
bin Zaid, dan Ubaidillah Abdillah.

Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yangg berkembang dalam kalangan ulama Islam, fiqh
itu ialah ilmu pengetahuan yang membiacarakan/membahas/memuat hukum-hukum Islam
yang bersumber bersumber pada Al-Qur’an, Sunnah dalil-dalil Syar’i yang lain; setelah
diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan kaidah-kaidah Ushul Fiqh.
Dengan demikian berarti bahwa fiqh itu merupakan formulasi dari Al-Qur’an dan Sunnah
yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya. Hukum itu
berberntuk amaliyah yang akan diamalkan oleh setiap mukallaf (Mukallaf artinya orang
yang sudah dibebani/diberi tanggungjawab melaksanakan ajaran syari’at Islam dengan
tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk Islam).

Hukum yang diatur dalam fiqh Islam itu terdiri dari hukum wajib, sunat, mubah, makruh
dan haram; disamping itu ada pula dalam bentuk yang lain seperti sah, batal, benar, salah,
berpahala, berdosa dan sebagainya.

Disamping hukum itu ditunjukan pula alat dan cara (melaksanakan suatu perbuatan dalam
dalam menempuh garis lintas hidup yang tak dapat dipastikan oleh manusia liku dan
panjangnya. Sebagai mahluk sosial dan budaya manusia hidup memerlukan hubungan, baik
hubungan dengan dririnya sendiri ataupun dengan sesuatu di luar dirinya. Ilmu fiqh
membicarakan hubungan itu yang meliputi kedudukannya, hukumnya, caranya, alatnya dan
sebagainya. Hubungan-hubungan itu ialah:

a. Hubungan manusia dengan Allah, Tuhannya dan para Rasulullah;


b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
c. Hubungan manusia dengan keluarga dan tetangganya;
d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia;
e. Hubungan manusia dengan orang lain vang tidak seagama dengan dia;
f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan lainnya;
g. Hubungan manusia dengan benda mati dan alam semesta;
h. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya;
i. Hubungan manusia dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan; dan
j. Hubungan manusia dengan alam gaib seperti syetan, iblis, surga, neraka, alam barzakh,
yaumil hisab dan sebagainya.

Hubungan-hubungan ini dibicarakan dalam fiqh melalui topik-topik bab permasalahan yang
mencakup hampir seluruh kegiatan hidup perseorangan, dan masyarakat, baik masyarakat
kecil seperti sepasang suami-isteri (keluarga), maupun masyarakat besar seperti negara dan
hubungan internasional, sesuai dengan macam-macam hubungan tadi. Meskipun ada
perbedaan pendapat para ulama dalam menyusun urutan pembahasaan dalam
membicarakan topik-topik tersebut, namun mereka tidak berbeda dalam menjadikan Al-
Qur’an, Sunnah dan Ijtihad sebagai sumber hukum.Walaupun dalam pengelompokkan
materi pembicaraan mereka berbeda, namun mereka sama-sama mengambil dari sumber
yang sama.

Karena rumusan fiqh itu berbentuk hukum hasil formulasi para ulama yang bersumber pada
Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad, maka urutan dan luas pembahasannya bermacam-macam.
Setelah kegiatan ijtihad itu berkembang, muncullah imam-imam madzhab yang diikuti oleh
murid-murid mereka pada mulanya, dan selanjutnya oleh para pendukung dan penganutnya.
Diantara kegiatan para tokoh-tokoh aliran madzhab itu, terdapat kegiatan menerbitkan
topik-topik (bab-bab) pembahasan fiqh. Menurut yang umum dikenal di kalangan ulama
fiqh secara awam, topik (bab) pembahasan fiqh itu adalah empat, yang sering disebut
Rubu’:

- Rubu’ ibadat;
- Rubu’ muamalat;
- Rubu’ munakahat; dan
- Rubu’ jinayat.

Ada lagi yang berpendapat tiga saja; yaitu: bab ibadah, bab mu’amalat, bab ’uqubat.
Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi, bila kita perinci lebih lanjut, dapat dikembangkan
menjadi 8 (delapan) topik (bab):

a. Ibadah

Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan berikut ini:

1. Thaharah (bersuci);
2. Ibadah (sembahyang);
3. Shiyam (puasa);
4. Zakat;
5. Zakat Fithrah;
6. Haji;
7. Janazah (penyelenggaraan jenazah);
8. Jihad (perjuangan);
9. Nadzar;
10. Udhiyah (kurban);
11. Zabihah (penyembelihan);
12. Shayid (perburuan);
13. ’Aqiqah;
14. Makanan dan minuman.

b. Ahwalusy Syakhshiyyah

Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan pribadi (perorangan), kekeluargaan, harta warisan, yang
meliputi persoalan:

1. Nikah;
2. Khithbah (melamar);
3. Mu’asyarah (bergaul);
4. Nafaqah;
5. Talak;
6. Khulu’;
7. Fasakh;
8. Li’an;
9. Zhihar;
10. Ila’;
11. ’Iddah;
12. Rujuk;
13. Radla’ah;
14. Hadlanah;
15. Wasiat;
16. Warisan;
17. Hajru; dan
18. Perwalian.

c. Muamalah Madaniyah

Biasanya disebut muamalah saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah
yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta
kebutuhan, cara mendapatkan dan menggunakan, yang meliputi masalah:

1. Buyu’ (jual-beli);
2. Khiyar;
3. Riba (renten);
4. Sewa-menyewa;
5. Hutang-piutang;
6. Gadai;
7. Syuf’ah;
8. Tasharruf;
9. Salam (pesanan);
10. Jaminan (borg);
11. Mudlarabah dan Muzara’ah;
12. Pinjam-meminjam;
13. Hiwalah;
14. Syarikah;
15. Wadi’ah;
16. Luqathah;
17. Ghasab;
18. Qismah;
19. Hibah dan Hadiyah;
20. Kafalah;
21. Waqaf*;
22. Perwalian;
23. Kitabah; dan
24. Tadbir.

*Dari segi niat dan manfaat, waqaf ini kadang-kadang dimasukkan dalam kelompok
ibadah; tetapi dari segi barang/benda/harta dimasukkan ke dalam kelompok muamalah.
d. Muamalah Maliyah

Kadang-kadang disebut Baitul mal saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-
masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik
bersama, baik masyarakat kecil atau besar seperti negara (perbendaharaan negara = baitul
mal). Pembahasan di sini meliputi:

1. Status milik bersama baitul mal;


2. Sumber baitul mal;
3. Cara pengelolaan baitul mal;
4. Macam-macam kekayaan atau materi baitul mal;
5. Obyek dan cara penggunaan kekayaan baitul mal;
6. Kepengurusan baitul maal; dan lain-lain.

e. Jinayah dan ’Uqubah (pelanggaran dan hukuman)

Biasanya dalam kitab-kitab fiqh ada yang menyebut jinayah saja. Dalam bab ini di
bicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok
persoalan pelanggaran, kejahatan, pembalasan, denda, hukuman dan sebagainya.
Pembahasan ini meliputi:

1. Pelanggaran;
2. Kejahatan;
3. Qishash (pembalasan);
4. Diyat (denda);
5. Hukuman pelanggaran dan kejahatan;
6. Hukum melukai/mencederai;
7. Hukum pembunuhan;
8. Hukum murtad;
9. Hukum zina;
10. Hukuman Qazaf;
11. Hukuman pencuri;
12. Hukuman perampok;
13. Hukuman peminum arak;
14. Ta’zir;
15. Membela diri;
16. Peperangan;
17. Pemberontakan;
18. Harta rampasan perang;
19. Jizyah;
20. Berlomba dan melontar.

f. Murafa’ah atau Mukhashamah


Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan peradilan dan pengadilan. Pembahasan pada bab ini meliputi:

1. Peradilan dan pendidikan;


2. Hakim dan Qadi;
3. Gugatan;
4. Pembuktian dakwaan;
5. Saksi;
6. Sumnpah dan lain-lain.

g. Ahkamud Dusturiyyah

Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan ketatanegaraan. Pembahasan ini meliputi:

1. Kepala negara dan Waliyul amri;


2. Syarat menjadi kepala negara dan Waliyul amri;
3. Hak dan kewajiban Waliyul amri;
4. Hak dan kewajiban rakyat;
5. Musyawarah dan demokrasi;
6. Batas-batas toleransi dan persamaan; dan lain-lain

h. Ahkamud Dualiyah (hukum internasional)

Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok masalah hubungan internasional. Pembicaraan pada bab ini meliputi:

1. Hubungan antar negara, sama-sama Islam, atau Islam dan non-Islam, baik ketika
damai atau dalam situasi perang;
2. Ketentuan untuk orang dan damai;
3. Penyerbuan;
4. Masalah tawanan;
5. Upeti, Pajak, rampasan;
6. Perjanjian dan pernyataan bersama;
7. Perlindungan;
8. Ahlul ’ahdi, ahluz zimmi, ahlul harb; dan
9. Darul Islam, darul harb, darul mustakman.

Setelah memperhatikan begitu luasnya ruang lingkup pembahasan fiqh. dapatlah kita
bayangkan seluas apa pula ruang lingkup pengajaran agama.

Anda akan menikah? buat website pernikahan anda yang dapat anda gunakan untuk undangan
online atau informasi pernikahan anda, Gratis hanya di WebNikah.com.
Atau anda mempunyai bisnis dan usaha dalam layanan wedding seperti wedding organizer,
Fotografi, Makeup atau fotografi, Gabung juga sebagai Vendor di Webnikah.com dan
promosikan layanan anda. Daftarkan Wedding Service anda di Vendor WebNikah.com

FIQH IBADAH
A. PENGERTIAN FIQH IBADAH
1. Fiqh menurut bahasa berarti paham, seperti dalam firman Allah :“Maka mengapa orang-
orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikitpun?”(QS.An Nisa :78)dan sabda Rasulullah :“Sesungguhnya panjangnya shalat
dan pendeknya khutbah seseorang, merupakan tanda akan kepahamannya” (Muslim
no.1437, Ahmad no.17598, Daarimi no.1511)
2. Fiqh Secara istilah mengandung dua arti:
a. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan
mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-
dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang
bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.
b. Hukum-hukum syari’at itu sendiri
Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di gunakan untuk
mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu
wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada),
sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri (Yaitu hukum apa saja
yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun –
rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).
3. Jadi fiqh ibadah adalah ilmu yang mencakup segala persoalan yang pada dasarnya berkaitan
dengan akhirat dan untuk mendekatkan diri kepada Allah.14[1]
B. RUANG LINGKUP FIQH IBADAH
1. Thaharah, wudhu, mandi, dan tayammum.
Dasarnya, adalah :
a. (QS. Al Maidah : 6)(QS. Albaqoroh :222)(QS.Annisa:43)
b. Hadits dari abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda :“ Alloh tidak menerima sholat
salah seprang diantaramu bila ia berhadats, sampai ia berwudhu lebih dahulu.” (H.R.
Bukhori & Muslim).
2. Shalat.
a. Secara etimologi berarti doa.
b. Menurut syara artinya bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.Dasarnya adalah (QS.Al-Ankabut:45) (Al Baqarah:
43) (Al Bayyinah: 5). Hadits Nabi SAW,”Salat itu tiang agama, maka barang siapa yang
mendirikan shalat berarti ia menegakkan agama. Dan barang siapayang meninggalkannya,
sungguh ia telah merobohkan agama.”(HR.Albaihaqqi)
3. Puasa.
a. Menurut bahasa berarti menahan atau mencegah.

14[1]http://blog.umy.ac.id/arifianto/tarbiyah/fiqh-ibadah/
b. Menurut istilah adalah menahan diri dari makan,minum, hubungan suami istri dan hal-hal
yang membatalkan puasa sejak terbit matahari sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari.
Dasar hukumnya (QS.Albaqoroh:183) dan alhadits.
4. Zakat
Zakat dalam ajaran Islam yaitu harta tertentu yang wajib dikeluarkan seseorang untuk fakir
miskin dan sesuai dengan perintah syara. Dasar
hukumnya,(QS.Almuzammil:20)(QS.Luqman:2-4) (QS.Attaubat:11) (QS.Annur:56)
(QS.Adzdzariyat:19). Hadits Nabi SAW.
5. Haji
a. Secara etimologis, haji berarti pergi menuju tempat yang diagungkan atau menyengaja.
b. Secara terminologis berarti beribadah kepada Allah dengan melaksanakan manasik haji, yaitu
perbuatan tertentu yang dilakukan pada waktu dan tempat tertentu dengan cara yang tertentu
pula.Definisi ini disepakati oleh seluruh mazhab.Dasar Hukum : QS.Albaqoroh:27, QS Alhaj:
26-27, Hadits “Dari Ibnu abbas, telah bersabda Nabi SAW,”Hendaklahh kamu bersegera
mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari sesuatu halangan
yang akan merintangi.”(HR.Ahmad)
6. Pemeliharaan Jenazah
Hukum pemeliharaan jenazah adalah fardu kifayah. Kewajiban muslim terhadap jenazah
yaitu, memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan
15[2]Khkhkhkhkjjkg,fhffgd
C. SISTEMATIKA PEMBAHASAN FIQH IBADAH
Sistematika pembahasan fiqh ibadah dapat di klasifikasikan / di kelompokkan menjadi
ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas
yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk
mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus di tentukan oleh syara’ (nash) bentuk
dan caranya, oleh karena itu dapat di kemukakan sistematikanya secara garis besar sebagai
berikut :
1. Thaharah
a. Macam-macam thaharah :
a) Thaharah batin / spiritual, yaitu dari kemusyrikan dan kemaksiatan. Dilakukan dengan cara
bertauhid dan beramal soleh.
b) Thaharah fisik, yaitu bersuci dari berbagai hadast dan najis. Dan yang merupakan bagian
kedua dari iman.
b. Cara melakukan thaharah :
Dapat dilakukan menjadi 2 cara, yaitu :
a) Thaharah dengan menggunakan air
b) Thaharah dengan menggunakan debu yang suci
2. Shalat
Di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Shalat fardu
a) Dzuhur, waktunya dari tergelincirnya matahari ke arah barat sampai panjang bayangan dua
kali lipat dari panjang benda aslinya
b) Ashar, dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya sampai tenggelamnya
matahri
c) Maghrib, waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya mendung merah di langit

15[2]http://hudanuralawiyah.wordpress.com/category/fiqih-ibadah/
d) Isya’, waktunya dari hilangya mendung merah di langit sampai munculnya fajar shodiq
sampai terbitnya matahari
a. Sholat tathowwu’
Di bagi menjadi 2 :
a) Sholat tahtowwu muthlaq, solat sunah yang batas dan ketentuannya tidak di tentukan oleh
syara’.
b) Sholat tathowu muqoyyad, yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah di tentukanm oleh
syara.
Dalam hal ini antara lain sholat-sholat sunnah rowatib, yaitu :
(a) Sholat rotibah fajar, yaitu sholat 2 rakaat sebelum sholat fajar
(b) Sholat rotibah dzuhur, yaitu sholat 2 atau 4 rakaat sebelum ataupun sesudah dzuhur
(c) Sholat rotibah ashar, yaitu sholat 4 rakaat sebelum sholat ashar
(d) Shalat rotibah maghrib, yaitu shalat 2 rakaat sesudah sholat maghrib
(e) Sholat rotibah isya, yaitu sholat 2 rakaat sesudah solat isya
c) Sholat-sholat lain yang di syariatkan dalam bagian ini, antara lain :
(a) Sholat malam / tahajjud / tarawih di bulan ramadhan dan witir
(b) Shalat dhuha 2 rakaat sampai dengan 12 rakaat
(c) Shalat tahiyyatul masjid
(d) Shalat taubat
(e) Shalat tasbih 4 rakaat
(f) Shalat istihoroh
3. Puasa
a. Puasa wajib :
a) Puasa bulan ramadhan
b) Puasa qadha
c) Puasa karafat
d) Puasa seseorang yang tidak mampu membeli hewan kurban pada haji tamat
e) Puasa hari ketiga I’tikaf
f) Puasa nazar

b. Puasa mustahab (sunah) :


a) Puasa 3 hari setiap bulan hijriyah
b) Puasa pada hari-hari putih (setiap tanggal 13, 14, dan 15 hijriyah)
c) Puasa pada hari al-ghadir (18 dzulhijjah)
d) Puasa pada hari lahir rasulullah saw (27 rajab)
e) Puasa pada hari Arafah (9 dzulhijjah)
f) Puasa pada hari Mubahalah (24 dzulhijjah)
g) Puasa pada hari kamis dan jumat
h) Puasa pada tanggal 1-9 dzulhijjah
i) Puasa pada hari pertama dan ketiga pada bulan Muharram
j) Puasa pada seluruh hari dalam setahun, kecuali hari-hari yang di haramkan dan di
makruhkan berpuasa di dalamnya
c. Puasa makruh :
a) Puasa sunah yang dilakukan seorang tamu tanpa seizin tuan rumah, atau tuan rumah
melarangnya berpuasa
b) Puasa seorang anak (yang belum akil baligh) tanpa seizin ayahnya dan puasa itu akan
membahayakan dirinya
c) Puasa seorang anak yang di larang ayahnya berpuasa, walaupun puasa itu tidak akan
membahayakan dirinya
d) Puasa seorang anak yang di larang ibunya berpuasa, walaupun jika puasa itu di lakukan, tidak
akan membahayakan dirinya
e) Puasa hari arafah bagi orang yang bila ia berpuasa akan menyebabkan badannya lemah,
sehingga tidak mapu membaca doa
4. Zakat
a. Hukum zakat, hukum zakat adalah wajib / fardhu
b. Macam-macam zakat :
(a) Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan orang muslim menjelang Idul Fitri pada
bulan ramadhan. Besar zakat ini setar dengan 3,5 liter (2,5 kg) makanan pokok yang ada di
daerah bersangkutan
(b) Zakat maal (harta) adalah zakat hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil
ternak, harta temuan, emas, dan perak.
c. Orang-orang yang berhak menerima zakat :
(a) Fakir, orang yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup
(b) Miskin, orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
untuk hidup
(c) Amil, orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat
(d) Mu’allaf, orang yang baru masuk islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan barunya
(e) Hamba sahaya, orang yang ingin memerdekakan dirinya
(f) Gharimin, orang yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk
memenuhinya
(g) Fisabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah
(h) Ibnus sabil, orang yang kehabisan biaya di perjalanan
d. Manfaat zakat :
(a) Bisa mempererat tali persaudaraan antara yang miskin dan yang kaya
(b) Membuang perilaku buruk dari seseorang
(c) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan seseorang
(d) Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
(e) Untuk pengembangan potensi umat
(f) Memberi dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
(g) Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi umat
5. Haji dan umroh
a. Jenis-jenis haji :
a) Haji ifrad, artinya menyendiri
b) Haji tamattu’, artinya bersenang-senang
b. Rukun haji :
a) Ihram
b) Tawaf ziyarah / tawaf ifadhah
c) Sa’i
d) Wukuf di Padang Arafah
c. Wajib haji
a) Ihram dimulai dari miqat yang telah di tentukan
b) Wukuf di Arafah sampai matahari tenggelam
c) Mabit di Mina
d) Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam
e) Melempar jumrah
f) Mencukur rambut
g) Tawaf wada’
d. Syarat-syarat wajib haji :
a) Islam
b) Berakal
c) Baligh
d) Mampu

e. Lokasi ibadah haji dan umroh :


a) Makkah Al Mukaromah
b) Padang Arafah
c) Kota Muzdalifah
d) Kota Mina
f. Hukum menjalankan ibadah umroh yaitu sunnah muakat, dilaksanakan bagi orang yang
mampu. Meliputi :
a) Ihram
Ihram adalah niat memasuki manasik (upacara ibadah haji) haji dan umroh atau mengerjakan
keduanyadengan menggunakan pakaian ihram, serta meninggalkan beberapa larangan yang
biasanya di halalkan. Pakaian ihram :
(a) Untuk pria
Bagi laki-laki terdiri atas 2 lembar kain yang tidak di jahit, yang 1 lembar di sarungkan untuk
menutupi aurat antara pusar hingga lutut. Yang 1 lembar lagi di selendangkan untuk
menutupi tubuh bagian atas. Kedua lembar kain di sunahkan berwarna putih dan tidak boleh
berwarna merah atau kuning.
(b) Untuk wanita
Mengenakan pakaian yang biasa, yakni pakaian yang menutupi aurat.
Tempat-tempat ihram :
(a) Zul Hulaifah
(b) Juhfah
(c) Yalamlam
(d) Qarnul Manjil
(e) Zatu Irqin
(f) Makkah
b) Tawaf
Tawaf berasal dari kata tafa, artinya mengelilingi atau mengitari.Tawaf menurut istilah yaitu
mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 keliling.Sebelum melaksanakan tawaf, jama’ah harus mandi
dan berwudhu dahulu.
Macam-macam tawaf :
(a) Tawaf qudum, yaitu tawaf yang di lakukan ketika sampai di Makkah
(b) Tawaf ifadah, tawaf yang di lakukan pada hari penyembelihan kurban
(c) Tawaf wada, yaitu tawaf yang menjadi rukun haji
(d) Tawaf sunnah, yaitu tawaf yang dilakukan setiap saat
c) Sa’i
Sa’i artinya berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah di dekat kota Makkah. Cara
melalukan sa’i :
(a) Dilakukan sesudah tawaf
(b) Berlari-lari kecil atau berjalan cepat dari bukit Safa menuju bukit Marwah
(c) Di kerjakan sebanyak 7 kali putaran, dari Safa ke Marwah satu putaran,dan dari Marwah ke
Safa satu putaran, lalu berakhir di puncak bukti Marwah
(d) Sa’i hanya boleh di lakukan oleh orang-orang yang mengerjakan haji atau umroh saja.
d) Tahallul
Setelah melontar Jumrah ‘Aqabah, jamaah kemudian bertahallul (keluar dari keadaan ihram),
yakni dengan cara mencukur atau memotong rambut kepala paling sedikit tiga helai rambut.
Laki-laki di sunahkan mencukur habis rambutnya, dan wanita mencukur rambut sepanjang
jari, dan untuk orang-orang yang berkepala botak dapat bertahallul secara simbolis saja.
Setelah melaksanakan tahallul, perkara yang sebelumnya di larang sekarang di halalkan
kembali, kecuali menggauli istri sebelum melakukan tawaf ifadah.
6. Pemeliharaan jenazah
a. Sikap Rasul bila ada orang yang meninggal :
a) Berlaku ihsan
b) Berdoa untuk jenazah, di rumah maupun di makam (termasuk berdoa meminta izin dengan
para ahli kubur)
c) Menentukan kuburan
d) Membayar hutang orang tersebut
b. Hukum shalat jenazah :
a) Para fuqaha menyatakan bahwa shalat jenazah itu hukumnya fardhu kifayah
b) Menurut para ulama hukumnya hanajiyah dan as’syafi’iyah
c. Syarat memandikan jenazah :
a) Orang islam
b) Tubuhnya masih ada walaupun hanya sebagian yang di temukan, misalnya karena peristiwa
kecelakaan
c) Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah
d. Tahap-tahap memandikan jenazah :
a) Letakkan mayat di tempat yang tinggi seperti bangku panjang
b) Gunakan tabir untuk melindungi tempat memandikan dari pandangan umum
c) Ganti pakaian jenazah dengan pakaian basahan, seperti sarung agar lebih mudah
memandikannya, tetapi auratnya tetap tertutup
d) Sandarkan punggung jenazah dan urutlah perutnya agar kotoran di dalamnya keluar
e) Basuhlah mulut, gigi, jari, kepala, dan janggutnya
f) Sisirlah rambutnya agar rapi
g) Siramlah seluruh badah lalu bilas dengan sabun
h) Wudhukanlah jenazah
i) Siram dengan air yang di campurkan kapur barus, daun bidara, atau daun lain yang berbau
harum
e. Yang berhak memandikan jenazah
a) Apabila jenazahnya laki-laki :
(a) Kaum laki-laki
(b) Boleh wanita asalkan istri atau mahramnya
(c) Jika sama-sama ada istri, mahram, dan orang lain yang sejenis, yang lebih berhak
memandikannya adalah istri
(d) Jika tidak ada kaum laki-laki dan mahramnya juga tidak ada, jenazah cukup di tayamumkan
saja
b) Apabila jenazahnya perempuan :
(a) Kaum perempuan
(b) Boleh laki-laki asalkan suami atau mahramnya
(c) Jika sama-sama ada suami, mahram, dan orang lain yang sejenis, yang lebih berhak
memandikannya adalah suami
(d) Jika tidak ada kaum perempuan dan mahramnya juga tidak ada, jenazah cukup di
tayamumkan saja
c) Apabila jenazahnya anak-anak :
(a) Kaum laki-laki
(b) Kaum perempuan
f. Cara menyolatkan jenazah
Apabila jenazah sudah di mandikan dan dikafani, hendaknya segera di shalatkan. Hal-hal
yang harus di perhatikan dalam pelaksanaan shalat jenazah adalah syarat, rukun dan cara
shalat jenazah.
a) Syarat shalat jenazah :
(a) Semua yang menjadi syarat shalat fardu, menjadi syarat shalat jenazah, misalnya menutup
aurat, suci badan dan pakaian, serta menghadap kiblat
(b) Mayat harus sudah di mandikan dan di kafani
(c) Letakkan jenazah di sebelah kiblat orang-orang yang menyalatkan, kecuali jika shalat di atas
kubur atau shalat gaib
b) Rukun shalat jenazah :
(a) Niat shalat jenazah
(b) Takbir empat kali
(c) Membaca surat Al-Fatihah setelah takbirotulihram
(d) Membaca salawat nabi sesudah takbir kedua
(e) Mendoakan jenazah, sesudah takbir ketiga dan keempat
(f) Mengucapkan salam
c) Cara mengerjakan shalat jenazah :
(a) Sebelum mengerjakan shalat jenazah, kita hendaklah mengambil air wudhu, sebagaimana
mengerjakan shalat fardu
(b) Setelah berdiri tegak, kita mengucapkan takbir yang pertama sambil mengangkat tangan
diiringi niat shalat jenazah
(c) Setelah membaca takbir, kita membaca surah Al-Fatihah
(d) Setelah itu takbir yang kedua (allahu akbar)
(e) Lalu membaca salawat nabi
(f) Setelah membaca salawat nabi, lalu dilanjutkan takbir ketiga (allahu akbar)
(g) Lalu membaca doa
d) Cara menguburkan jenazah
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penguburan jenazah :
(a) Jenazah segera di kuburkan
(b) Liang lahat di buat seukuran jenazah dengan kedalaman kira-kira setinggi orang di tambah
setengah lengan dengan lebar kira-kira 1 meter
(c) Liang lahat tidak bisa di bongkar leh binatang buas. Maksud menguburkan jenazah suntuk
menjaga kehormatan mayat dan menjaga kesehatan ornag-orang di sekitar makan dari bau
busuk
(d) Mayat dipikul dari keempat penjuru
(e) Setelah sampai di tempat pemakaman, jemazah di masukkan ke liang lahat dengan posisi
miring ke kanan dan di hadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan jenazah di dalm kubur, kita
membaca doa.
(f) Lepaskan tali-tali pengikat, lalu tutup dengan papan, kayu, atau bambu, dan di timbun sampai
galian liang kubur menjadi rata
(g) Mendoakan jenazah dan memohon ampun untuk jenazah
16[3]

16[3]http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/jurisprudence_scienses/studies/macam_puas
a/001.html
KESIMPULAN
Ilmu fiqh adalah ilmu yang wajib di kuasai oleh setiap umat Islam. Karena ilmu fiqh
merupakan dasar-dasar pedoman untuk menjalankan kehidupan. Untuk itu kita wajib paham
tentang ilmu fiqh, dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai