Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Lingkungan
Disusun Oleh :
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat
hamba-hambanya. Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah fiqh lingkungan ini. Adapun
maksud dan tujuan kami disini yaitu menyajikan beberapa hal yang menjadi
materi dari makalah kami. Makalah ini membahas mengenai “Relasi Tuhan -
Manusia - Alam”.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan Allah adalah kata dalam bahasa arab yang merujuk pada nama Tuhan.
Kata Allah ini lebih banyak dikenal sebagai sebutan tuhan oleh penganut agamaIslam.
Kata ini sendiri dikalangan para penutur bahasa arab adalah kata yang umum untuk
menyebut tuhan, terlepas dari agama mereka, termasuk penganut Yahudi dan
Kristen Arab Allah ialah Sang maha kuasa segala hal, penciptaannya,
kebesarannya tidak terukur oleh suatu apa pun. Dialah Sang Maha pemilik dunia ini,
manusia yang selalu terikat oleh Allah, begitu juga Alam, yang kesemua itu
diciptakan semata hanya untuk menyembahnya, dan menjadikan keseimbangan
kesempurnaan di dunia agar manusia hidup dengan baik menuju jalan kebenarannya, dan
pemperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam. An Exposition of the
Fundamental Elements of Worldview of Islam (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 1–2.
2
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 217–218.
3
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 233.
4
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 234.
5
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 234.
2
Pemikiran Al-Attas mengenai konsep wujud ini terinspirasi dari
beberapa ayatal-Aqur’an yang menjelaskan tentang konsep wujud, seperti pada
surat Al-Qashashayat ke-88.
“Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak
ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-
Nya kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qasas : 88)
3
“ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang
belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” “(QS. Al-A'raf : 172)
1. Tauhid rububiyah
6
Madzhab Al-Asy’ari benarkah Ahlussunnah Wal - Jama’ah? : jawaban terhadap aliran Salafi /
Muhammad Idrus Ramli ; penata isi & penyelaras bahasa : A. Ma’ruf Asrori (Surabaya: Khalista, 2009),
224.
4
Muhammad Rasyid Ridha, sebagaimana yang dikutip oleh Firdaus, kata
rububiyah memiliki makna pengaturan dan pemeliharaan.7
7
Firdaus, Konsep AL-Rububiyah, ... 106.
5
2. Tauhid uluhiyah
6
disertai juga dengan tauhid uluhiyah karena tauhid uluhiyahlah yang
membedakan orang yang bertauhid murni dengan orang musyrik.
Hukum-hukum serta metode yang telah ditetapkan Tuhan dapat
diketahui melalui ajaran-ajaran para nabi dan rasul-Nya.
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arab yaitu
Nasiya yang berarti lupa. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena
manusia memiliki sifat lupa.12 Manusia dalam pengertian insan menunjukan
makhluk yang berakal, yang berperan sebagai subyek kebudayaan. Dapat juga
dikatakan bahwa manusia sebagai insan menunjukan manusia sebagai makhluk
psikis yang mempunyai potensi rohani, seperti fitrah, kalbu, akal. Potensi inilah
yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang tertinggi martabatnya
dibandingkan makhluk-makhluk lainnya.13
1. Hakikat manusia
12
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987), 53.
13
Hasan Langgulung, 25.
7
yaitu misi utama untuk beribadah seperti yang tercantum dalam Al-
Qur’an, surah az-Zariyat ayat 56 berikut ini.
8
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu
dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”” (QS. Al-Baqarah : 30)
14
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam. An Exposition of the
Fundamental Elements of Worldview of Islam, 41.
9
1. Hakikat alam
Menurut Al-Jurjani terma alam secara bahasa berarti segala hal yang
menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali, sedangkan secara
terminologi berarti segala sesuatu yang maujud selain Allah, yang dengan ini
Allah dapat dikenali baik dari segi nama maupun sifatnya-Nya. 16 Segala
sesuatu selain Allah itulah alam secara sederhana. Pengertian ini merupakan
pengertian teologis, dalam arti berdasarkan yang dikemukakan oleh para
teologi Islam. Alam adalah kumpulan jauhar (substansi) yang tersusun dari
materi (maddah) dan bentuk (shurah) dilangit dan di bumi. Segala sesuatu
yang ada di langit dan di bumi, itulah alam berdasarkan rumusan filsafat. Alam
dalam pengertian ini merupakan alam semesta atau jagat raya.17 Pemahaman
Astronom untuk mengungkapkan benda-benda langit, fenomena langit dan
ruang yang ditempati oleh benda langit, ruang tempat hukum-hukum alam
yang bekerja dalam ruang dan waktu masih berlaku dinamakan alam semesta
Alam semesta dalam Al-Qur‟an diungkapkan dengan bahasa langit dan bumi
dan semua yang ada antara keduanya, hal ini sebagaimana yang dapat
dipahami dari ayat Al-Qur’an Surat Al-ahqaf ayat 3.
“Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan. Namun orang-orang yang kafir, berpaling dari peringatan yang
diberikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaf : 3)
15
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam dalam Pendidikan
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2019), 74.
16
Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Kitab AL-Ta’rifat (Beirut: Dar-Al Kutub Al-Ilmiyyah, 1998), 145.
17
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam dalam Pendidikan,
75.
10
Setelah langit dan bumi tercipta, Allah menciptakan isi jagat raya ini.
Salah satu dari ciptaan Allah yang disempurnakan perwujudannya adalah
bumi, yang merupakan lokasi hunian bagi makhluk hidup. Selanjutnya
diciptakan pula makhluk-makhluk lain yang akan mengisi bumi dan langit atau
ruang yang terdapat di atas bumi. Semua makhluk Allah ini diciptakan secara
berkesinambungan tanpa henti. Maksud dari ungkapan ini adalah bahwa ketika
Allah selesai dengan suatu penciptaan, maka kemudian dia melanjutkannya
dengan ciptaan lain. Dari sini terdapat dua hal dari aktivitas penciptaan, yaitu
keberlanjutan penciptaan dan kronologinya.
Penciptaan jagat raya terus berlanjut dan tidak pernah berhenti. Allah
sengaja melakukan yang demikian untuk mengisyaratkan bahwa apa yang
dilakukan-Nya selalu berkelanjutan. Pada sisi lain, hal seperti ini memberikan
informasi bahwa Allah selalu dalam keadaan aktif, dan tidak diam atau
menganggur, seperti dugaan sebahagian orang, hal ini sebagaimana yang dapat
dipahami dari ayat Al-Qur’an Surat al-A‟raf ayat 54
11
matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah!
Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan
seluruh alam.” (QS. Al-A'raf : 54)
12
dalamnya ibadah wajib. Jika dalam melakukan ibadah manusia dapat
mengekang keinginan hewaninya dan menjadikannya tunduk kepada jiwa
akalinya, maka seseorang tersebut digambarkan telah mencapai kebebasan
dalam arti telah memenuhi tujuan penciptaan dan eksistensinya sertamencapai
kedamaian tertinggi, yang di dalam Al-Qur’an disebut dengan al-nafsu
almutma’innah.18
18
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam. An Exposition of the
Fundamental Elements of Worldview of Islam, 86–87.
19
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 260, 267–310.
20
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 260.
13
khususnya bagi dirinya sendiri. Dalam perjalanan hidup seorang
pemimpin harus bisa menjaga dirinya sendiri sebelum melakukan
yang lebih bagi orang lain. Sehingga langkah pertama dalam
menjalankan amanah Allah manusia harus memperbaiki,
memantaskan dan mempersiapkan dirinya. Secara logis manusia bisa
menjalankan amanah jika ia sudah bisa mengontrol diri dan
mengusai dirinya sendiri.21
21
Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam (Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UII, 1984), 4.
14
amanah, slah, rahmah,‘adalah, iqtisad, ri’ayah, hirasah dan
hafadzah, merupakan prinsip-prinsip yang seharusnya selalu
dipahami dan diterapkan pada diri manusia dalamberinteraksi dengan
alam.22
Kata umam ( ) َو ْال َمdalam ayat di atas, bentuk jamak dari kata ummah ()أمة. Kata
tersebut menunjuk semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, baik secata sadar
maupun terpaksa. Binatang yang ada di bumi dikategorikan sebagai umam
sebagaimana manusia, karena memiliki kesamaan seperti hajat hidup, kebutuhan
22
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Pelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Lajnah, 2009), 5, 8.
23
Musa Asy’arie, Filsafat Islam (Yogyakarta: LESFI, 1999), 116.
24
P.Leenhouwers, Manusia dalam Lingkungannya (Jakarta: Gramedia, 1988), 82.
15
naluri, dan lain-lain. Dalam hubungan ini, manusia bukan pemilik lingkungan atau
juga sebaliknya. Dengan demikian, ia dituntut berlaku waiar terhadap mahkluk
sesamanya.25
25
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah dan Keserasian (Ciputat: Lentera Hati, 2000), 82.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam memiliki konsep Tuhan yang berbeda dari agama-agama lain.
Yang membuatnya berbeda ialah cara dalam memahami wujud (existensi), yang
dimana wujud dalam Islam tidak hanya tidak hanya berhubungan dengan fisik
saja, namun juga mencakup aspek dunia dan akhirat.
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dengan keistimewaan
dari makhluk-makhluk lainya. Manusia diberi mandat sosial oleh Allah untuk
menjadi khalifah-Nya di bumi. Tujuan awal dari penciptaan dan eksistensi
manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Allah ini
disebut dengan ibadah.
Manusia diperintahkan untuk mengetahui alam dan seisinya, sebelum
mengetahui dan memikirkan penciptanya, anugrah akal bagi manusia merupakan
kekuatan terbesar untuk memahami mekanisme kerja alam semesta dan
kemudian dipergunakan untuk merekonstruksi asal muasal alam semesta, planet,
dan system tatasurya
Al-Attas menjelaskan tentang hubungan antara Pencipta dengan
makhluk-Nyaa berdasarkan pandangan-pandangan Ibn Arabi. Hubungan antara
Pencipta dan ciptaan-Nya dikenal dengan istilah tanazzul dan taraqqi. Yang
pertama, yakni tanazzul dalam konteks tajalli wa ta’ayun Sang Pencipta kepada
ciptaan-Nya. Hubungan yang kedua adalah taraqqi, di mana sang hamba
kembali kepada Sang Pencipta.
Dalam petspektif ekologis, hubungan manusia dan alam merupakan
suatu keniscayaan. Antara manusia dan alam tetdapat keterhubungan,
ketetkaitan, dan keterlibatan timbal balik yang sama dan tidak dapat ditawar.
B. Saran
Menyadari bahwa dalam menyusun kata dan kalimat jauh dari kata
sempurna, untuk kedepannya penyusun akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah diatas, maka dari itu penulis menerima kritik dan
saran untuk bisa memperbaiki makalah selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Abdul Muhsin Nabhani Idris dan Atturki. Dasar-dasar aqidah para imam salaf
= (Ahlussunnah Wal Jamaah). Beirut: Muassasah Risalah, 1995.
Ahmad Azhar Basyir. Falsafah Ibadah Dalam Islam. Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UII,
1984.
Ali bin Muhammad Al-Jurjani. Kitab AL-Ta’rifat. Beirut: Dar-Al Kutub Al-Ilmiyyah, 1998.
Al-Qahthani, Muhammad Said dan dkk. Memurnikan laa ilaaha illallah. Jakarta: Gema
Insani, 1991.
Firdaus. Konsep AL-Rububiyah, t.t.
Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Lajnah,
2009.
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah dan Keserasian. Ciputat: Lentera Hati, 2000.
Muhammad Idrus Ramli, dan Achmad Ma’ruf Asrori. Madzhab Al-Asy’ari benarkah
Ahlussunnah Wal - Jama’ah? : jawaban terhadap aliran Salafi / Muhammad Idrus
Ramli ; penata isi & penyelaras bahasa : A. Ma’ruf Asrori. Surabaya: Khalista, 2009.
Musa Asy’arie. Filsafat Islam. Yogyakarta: LESFI, 1999.
P.Leenhouwers. Manusia dalam Lingkungannya. Jakarta: Gramedia, 1988.
Rasyid, Daud. Islam dalam berbagai dimensi /Daud Rasyid. Jakarta: Gema Insani Press,
1998.
Said Aqil Siroj dan K.h Ahmad Baso. Tasawuf Sebaga Kritik Sosial Mengedepankan Islam
sebagai Inspirasi bukan Aspirasi. Bandung: Mizan, 2006.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Prolegomena to the Metaphysics of Islam. An Exposition
of the Fundamental Elements of Worldview of Islam. Kuala Lumpur: ISTAC, 1995.
Toto Suharto. Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2019.
18