Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

“AGAMA ISLAM”

Di susun oleh :
Kelompok 5

Rachmat Abdi Nur Alam (20071101151)


Abdul Rahman Abdulrahim (20071101613)
Nurul Anissa Kalauw (20071101468)
Faila Farastia Maramis (20071101042)
Ilhand Syarif Saputra Padja (20071101092)
Putri Ayu Lestari (20071101585)
Rahmat Ishak (16071101513)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAMRATULANGI
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
1. Filsafat Ketuhanan
1.1 Hakikat Ketuhanan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja,
disembah oleh manusia, sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa dan lain sebagainya.
Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa, Allah adalah Tuhan yang menciptakan segala
sesuatu yang ada. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an surah Thaaha (20) ayat
14, nama Allah sebagai nama Tuhan kita, adalah Dia sendiri yang mengatakan dan
memberitahukan kepada manusia.
1.2 Pandangan Islam mengenai Tuhan
Dalam Al-Qur’an, perkataan Tuhan dikenal dengan beberapa istilah, yaitu :
- Rabb
Rabb adalah “Tuhan Sang Maha Pencipta”, yang menciptakan keseluruhan alam. Dalam
Al-Qur’an perkataan Rabb sering dihubungkan dengan kata kerja seperti yang terdapat
didalam surah al-Alaq (96) ayat 1-5 artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Karena itulah Rabb mempunyai pengertian Tuhan yang berbuat aktif. Jadi Dia hidup dan ada
dengan sesungguhnya, bukan ada dalam pikiran saja.
- Malik
Dalam Al-Qur’an kata malik dipakai untuk menunjuk pada Tuhan yang berkuasa,
mempunyai, memiliki, atau merajai sesuatu. Sebagaimana yang terantum dalam:
Surah al-Fatihah (1) ayat 4 artinya: “Yang menguasai hari pembalasan.”
Sedangkan dalam surah an-Nass (114) ayat 2 artinya: “Raja manusia.”
Apabila Rabb itu berarti yang berbuat aktif, maka malik menunjuk pada yang menguasai
semua apa yang telah diperbuat-Nya tadi.
- Ilaah
Secara etimologis ‘Ilaah’ berarti: sebagai yang disembah dengan sebenarnya atau tidak
sebenarnya. Apa saja yang disembah manusia, dapat disebut dengan Ilaah. Ini yang
membedakan seseorang apakah muslim atau bukan.
Semua Nabi, menurut keyakinan islam bahwa membawa pesan yang sama:
“La Ilaha ha Ila Allah” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah)
Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilaah, namun Ilaah yang sebenarnya ialah
Ilaah yang mempunyai jabatun Rabbun dan Malikun. Dengan kata lain, walaupun segala
sesuatu dapat dipertuhan dan disembah manusia namun Tuhan yang sebenarnya yang
berhak disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta yaitu Allah
SWT.
1.3 Sejarah pemikiran manusia terhadap Tuhan
Pemikiran Manusia di sini adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran manusia baik
melalui pengalaman lahiriah maupun batiniyah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun
pengalaman bathin.
Dalam pemikiran manusia tentang Tuhan, terdapat pengkasifikasian kepercayaan, yaitu :
- Dinamisme: percaya bahwa benda-benda itu punya kekuatan.
- Animisme: mengakui bahwa roh adalah sesuatu yang selalu hidup (punya rasa senang,
sedih, punya kebutuhan).
- Politeisme: yaitu kepercayaan terhadap dewa-dewa
- Henoteisme: yakni kepercayaan yang diusung atas motif ketidak puasan atas keberadaan
dewa-dewa yang jumlahnya banyak sehingga diperlukan pengkultusan terhadap beberapa
dewa saja
Monoteisme: yaitu Konsep kepercayaan terhadap satu Tuhan.
1.4 Tuhan menurut agama lain
Pada dasarnya konsepsi Tuhan dalam prespektif agama-agama menuju satu titik temu
bahwa Tuhan merupakan satu zat yang menjadi tujuan akhir setiap umat manusia yang sangat
berperan vital atau penting dalam kehidupan manusia.
Karakteristik yang mendasar yang membedakan antara konsepsi agama Islam dengan
agama lainnya adalah terletak dalam lapangan eksoterisnya (syariat) yang berisikan tentang
tatacara beribadah
- Dalam konsepsi Islam Tuhan adalah Esa atau satu sebagaimana dalam Al-Qur’an Surah
al-Ikhlas (112) ayat 1-4
- Dalam agama Kristen Tuhan diwujudkan dalam konsepsi Trinitas
- Dalam agama Budha Tuhan dikonsepsikan dalam Sang Budha Gauthama

1.5 Teori pembuktian tuhan


Keberadaan alam semesta raya
Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran (3) ayat 190-191 artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka.”
- Pendekatan Astronomi
Dalam Al-Qur’an surah al-A’raf (7) ayat 54 Allah SWT berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”

KESIMPULAN
Ketika nabi kita nabi Muhammad di persoalkan tentang siapakah tuhan kamu? jawaban
Al Qur’an begitu elegan luar biasa komprensif, ada jawaban dalil ada jawaban rasional akal.
Kalau hnya pakai dalil saja mungkin agama lain belum akan percya. Kalau kita katakan ini
ayatnya dorng pasti bilang jangankan ngana torang lagi ada ayat. torang mo jawab apa?
Disitu keluar perintah dari Allah untuk mengenalkan pertama dari segi nama, tuhan kita sangat
berbeda dengan tuhan lain yang di pertuhankan dari segi namanya saja. Terdapat pada Qur’an
Surah ke 112 surah paling faforit mewakili seper 3 Al-qur’an, KUL ( Katakan) Muhammad. Hua
( Dia ) yang di tanyakan oleh mereka itu siapa tuhan kamu yang kamu sembah “Allah” Kulhua
Allah.
Dan bukan hanya Allah, diberikan sifat yang paling indah yang menegaskan dari segi nama saja
tidak ada yang bisa menyainginya. Kulhuallahu Ahad. Ada ahad ada wahid, itu berbeda kalau
ahad itu sifat Allah, Satu satunya tidak ada duanya. kalau ahad di pakai kata AL itu berulang.
Kalau wahid itu satu mungkin ada 2, 1 2 3 4. Wahid, isnin, salasa, arba’a dan seterusnya. Tapi
kalau ahad satu yang tiada duanya. Jadi sekalipun di kurangi di kurangi akan tetap kembali pada
yang satu karena nda akan pernah ada 2 di anatara yang lain, tapi kalau di sebut wahid akan
berpeluang ada yang kedua ketiga.
Saya sebutkan dalil pembuktian tuhan. Pertama nda mungkin kita boleh mengacu yang lebih dari
satu. Contoh pengumuman di sampaikan oleh dosen pertama Insha Allah jam 8 ada jadwal mata
kuliah Agama, dosen kedua bilang jam 8 seper 4 MK Ilmu Negara mo mulai, baru dosen ketiga
bilang ada toleransi setengah 8 MK pancasila mo maso di kelas. Mana yang torang mo jadikan
pegangan? Tuhan 1 pengen hujan yang satu suka ba awan, satu bilang kase turung petir yang
satu bilang jangan dulu. Mustahil to itu. Maka turunlah kaida Q.S 21:22 “Laukana Fihi
Ma’alihatun Ilallahu lafasadatan”, Muhammad umumkan pada mereka “ Kalau di langit dan
bumi ada banyak tuhan selain Allah maka kacau urusan bumi dan langit”. Yang satu katakan ini
yang ini mengatakan itu kapan terjadi suasana yang kondusif pada langit dan bumi. Maka akal
kita teman-teman di sentuh oleh Al-qur’an, Al-qur’an sangat jelas sekali kalimatnya menyebut
tuhan namanya jelas, ibadah jelas.

Anda mungkin juga menyukai