Anda di halaman 1dari 6

Nama : Aulia Wulandari

Prodi : D-III Kebidanan Palembang


Tingkat 1 kelas 1-A

Tugas MK Agama Islam Bapak Romli,Spdl,Mpd

1. Carilah 3 jurnal tentang filsafat ketuhanan

= a) Jurnal yang pertama bersumber dari Jurnal el-Tarbawi , Volume X, No.1,


2017 diterbitkan oleh Abdul Matin Bin Salman dan Nur Sahed Institut Agama
Islam Negeri Surakarta.
b) Jurnal yang kedua bersumber dari Jurnal Diskursus Islam, Volume 3
Nomor 1, Tahun 2015 diterbitkan oleh Firdaus ,Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar .
c) Jurnal yang ketiga bersumber dari Jurnal RI‟AYAH, Vol. 02, No. 01
Januari-Juni 2017 diterbitkan oleh Wahyudin IAIN Metro.
2. Tuliskan inti dari jurnal

A. Jurnal eL-Tarbawi (TUHAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT


PENDIDIKAN ISLAM.)
 Tuhan sebagai sumber ilmu pengetahuan
Tuhan sebagaimana dikatakan oleh Yusuf Al Qrdhawi (1994: 136) adalah manhaj yaitu Tuhan
sebagai sumber. Dalam konteks nalar budaya Arab-Islam, ada tiga bentuk nalar, yaitu Tuhan,
manusia dan alam. Dalam srutuktur nalar, Tuhan menjadi sentral proses nalar untuk memahami
penalaran manusia dan alam (Arif, 2008: 103). Jadi semangat ketauhidan menjadi landasan untuk
mencari ilmu pengetahuan. Islam mengajarkan bahwa tuhan merupakan sumber dari segala
sesuatu. ilmu dan kekuasaannya meliputi bumi dan langit, yang nyata maupun yang ghaib.
Secara aplikatif sumber ilmu dalam epistemologi Islam berupa wahyu tuhan, hati/intuisi, akal,
dan indra (Husaini dkk, 2013: 93).

 Tuhan sebagai dasar filasafat pendidikan Islam


Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang mendasari seluruh
aktifitas pendidikan, karena dasar menyangkut masalah ideal dan fundamental, maka dibutuhkan
landasan pandangan hidup yang kokoh dan komprehnsif, serta tidak mudah berubah (Achmadi,
2005: 81).
Oleh karena iru, bagi Abudin Nata (2005: 60) dasar pendidikan Islam yang paling pertama
adalah Tauhid (ketuhanan), seluruh kegiatan pendidikan Islam dijiwai oleh norma-norma
ilahiyah dan sekaligus dimotivasi sebagai ibadah. Dengan ibadah pekerjaan pendidikan lebih
bermakna, tidak hanya makna material tetapi juga makna spiritual.

 Tuhan Sebagai Tujuan Filsafat Pendidikan Islam


Tujuan merupakan akhir dari suatu usaha yang disengaja, teratur dan tersusun, maka hasil
tidaklah merupakan penghabisan yang pasti dari serentetan langkah-langkah yang berkaitan satu
sama lain. Karena antara tujuan dan keinginan adalah berbeda, keinginan bersifat mudah
berubah, sedangkan tujuan adalah tetap adanya (Al-Syaibani, 1979: 403).
Hal ini menunjukkan bahwa menurut Az-Zarnuji Tuhan menjadi
tujuan pokok dalam pendidikan atau mencari ilmu walaupun ada tujuan tujuan lain sepereti
mencari kebahagiaan akhir dan lain-lain. Itu hanyalah dampak dari tujuan pokok tersebut.
Lebih jauh lagi, Abu Al-‘Ainain dalam Suharto (2011) : 112-113) menjelakan bahwa tujuan
akhir pendidikan Islam bertujuan sebagai tujuan asasi (primer) harus mengandung dua nilai,
yaitu nilai spiritual (ruhiyyah) yang berkaitan dengan allah sebagai pemilik sifat yang maha
tinggi (AlMasal Al-A’la) dan ibadah (‘ubudiyyah) berkaitan dengan kemaslahatan manusia.
Sedangkan tujuan antara pendidikan islam sebagai tujuan Far’i (sekunder) harus mengandung
enam nilai seperti nilai rasional, moral, psikologis, material, estetika, dan social.
Dari hal diatas kiranya ada dua tujuan pendidikan islam, yaitu tujuan primer dan tujuan skunder.
Tujuan pendidikan islam yang utama (primer) adalah penyerahan dan penghambaan diri secara
total kepada Allah, tujuan ini bersifat tetap dan berlaku umum, tanpa memerhatikan tempat,
waktu, dn keadaan. sedangkan tujuan-tujuan yang lain selain penghambaan kepad tuhn adalah
bersifat sekunder yang selalu berubah sesuai dengan tempat dan waktu.

B. Jurnal Diskursus Islam (KONSEP AL-RUBUBIYAH (KETUHANAN)


DALAM ALQURAN )
Jauh sebelum Islam datang ditemukan bahwa hampir semua umat manusia mempercayai
adanya Tuhan yang mengatur alam raya ini. Meskipun diakui bahwa mereka mempercayai
adanya banyak Tuhan. Kemudian Islam datang untuk meluruskan keyakinan itu dengan
membawa ajaran tauhid, menjadi penyibak ajaran yang total dan menyeluruh tentang Tuhan
yang dalam bahasa Arab disebut Allah swt.
Dalam bahasa Arab, kata “Rabb”, memiliki tiga unsur makna yaitu: Yang Menciptakan, Yang
Memiliki, dan Yang Mengatur. Maksudnya Rabb adalah yang menciptakan, yang memiliki, dan
yang mengatur alam semesta ini.
Rabb jelas hanya satu, yaitu Allah. Berbeda dengan kata “ilah” yang artinya yang disembah atau
sesembahan. Sesuatu yang disembah bisa siapa saja atau apa saja, bisa Rabb yang sebenarnya
(Allah), bisa juga makhlukmakhluk ciptaan Allah seperti manusia, batu, atau pohon, matahari,
dan lainlain. Kalimat La ilaha illallah dimaknai dalam bahasa Indonesia: “Tiada tuhan yang
berhak disembah selain Allah.”
Tidak semua kata Rabb dalam Alquran itu dilekatkan kepada Allah swt., tetapi ada yang
dialamatkan kepada manusia, seperti dalam surah Yusuf (12):42 ‫…” أذكرنى عند ربك‬Terangkanlah
keadaanku kepada tuanmu (rajamu)”... Kata Rabb yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah
makna yang dilekatkan kepada Allah swt. Kata ini adalah nama sifat Tuhan dan bukan sebagai
nama Zat Tuhan. Jadi ‫ الر ب‬adalah Allah swt., penguasa segala sesuatu (pemilik).

Bila kata “tuhan” saja digunakan tanpa keterangan lain dalam bahasa Indonesia membuat
kalimat tidak memiliki makna yang jelas. Kata “tuhan” dalam bahasa Indonesia memiliki arti
yang kurang jelas dan tidak spesifik. Bisa saja kata “tuhan” dipakai untuk menunjukkan Rabb,
bisa juga menunjukan apapun yang disembah (selain Rabb).
C. Jurnal RI‟AYAH (Filosofis Ketuhanan dalam Konsep Islam Menuju
ketauhidan)
Pengertian Tuhan
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian
rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai (didominir) olehnya (sesuatu itu).
Perkataan "dipentingkan" hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja,
dicintai, diagungkan, diharapharapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan,
dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah memberikan definisi al ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati; tunduk kepadanya, merendahkan diri
di hadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdo'a dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan
dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta
kepadanya.
Pemberian nama Tuhan dalam pemahaman orang di Indonesia yang beragama Islam dan
Kristen, Tuhan biasa dipanggil dengan sebutan Allah. Kata tersebut berasal dari rumpun
bahasa Arab yaitu berasal dari kata “al” yang sama artinya dengan “the” dalam bahasa Inggris
dan kata “Illah” (Tuhan). Secara harfiah Allah berarti Tuhan yang satu dan pasti satu.
Sedangkan dalam keyakinan penganut Hindu Tuhan di beri sebutan Brahma atau Sanghyang
Widhi Wasa dan dalam literatur agama Budha Tuhan itu adalah Atthi Ajatan Abhutan
AkatanAsam Khatan artinya suatu yang tidak dilahirkan, tidak di jelmakan, tidak diciptakan
dan Yang mutlak.

Dengan demikian Tuhan itu tidak dapat dipersonifikasikan dan tidak dapat digambarkan
dalam bentuk apapun, dengan adanya yang mutlak yang tak terkondisi, maka manusia yang
berkondisi dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupannya yakni dengan cara
bermeditasi.
3. Menganalisis jurnal
A) Menurut jurnal el-tarwabawi yang berjudul TUHAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM dapat dianalisiskan bahwa Tuhan dalam pendidikan merupakan sumber
ilmu pengetahuan. Dari Tuhan sumber itu akan membentuk kesatuan kerangka pengetahuan yang
integratif yang dua-duanya berfungsi untuk mengenal Tuhan yang datangnya dari Tuhan itu
sendiri.
Tuhan adalah sebagai tujuan pokok atau akhir pendidikan Islam, dengan kesadaran tauhid yang
benar maka tujuan pendidikan yang berlandaskan ketuhanan akan menghasilkan individu yang
paripurna, yaitu manusia yang baik secara moral dan cerdas secara intelektual hingga akhirnya
ada keseimbangan antara dunia akhirat.

B) Menurut jurnal Diskursus Islam yang berjudul KONSEP AL-RUBUBIYAH


(KETUHANAN) DALAM ALQURAN dapat kita analisis bahwa Kata Rabb dalam Alquran
memiliki tiga unsur makna yaitu: Yang Menciptakan, Yang Memiliki, dan Yang Mengatur.
Maksudnya Rabb adalah yang menciptakan, yang memiliki, dan yang mengatur alam semesta
ini.
Tidak semua kata Rabb dalam Alquran itu dilekatkan kepada Allah swt., tetapi ada yang
dialamatkan kepada manusia, seperti dalam surah Yusuf (12):42 ‫…” أذكرنى عند ربك‬Terangkanlah
keadaanku kepada tuanmu (rajamu)”... Kata Rabb yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah
makna yang dilekatkan kepada Allah swt. Kata ini adalah nama sifat Tuhan dan bukan sebagai
nama Zat Tuhan. Jadi ‫ الر ب‬adalah Allah swt., penguasa segala sesuatu (pemilik).

C) Menurut jurnal RI‟AYAH yang berjudul Filosofis Ketuhanan dalam Konsep Islam Menuju
ketauhidan dapat kita analisis bahwa Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati;
tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo'a dan bertawakkal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
Tuhan menempatkan diri di atas gambaran dan gambaran mebangkitkan pemikiran Tuhan dalam
diri si pemuja. Sepotong kertas putih biasa atau kertas berwarna biasa tidak memiliki nilai dan
kita akan mencampakkannya. Kebangkitan ke-Tuhan-an bertindak seperti seorang malaikat
penjaga yang memberkahi semuanya dan memberikan kebaikan yang tertinggi pada mereka yang
sujud padanya.

Anda mungkin juga menyukai