Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aulia Wulandari

NIM : PO.7124120086

Jurusan D-III Kebidanan Palembang

KEBUTUHAN DASAR NIFAS

1. Nutrisi dan Cairan

Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan
memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu
menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Zat nutrisi yang termasuk sumber energi adalah
karbohidrat berasal dari padi-padian, yaitu mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak
kelapa sawit, minyak sayur dan margarin (Anggraini, 2010). Penambahan kalori sepanjang 3
bulan pertama pasca partum mencapai 500 kkal. Rekomendasi ini berdasarkan pada asumsi
bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal.

Efisiensi konversi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu sebesar rata-rata
80% dengan kisaran 76-94% sehingga dapat diperkirakan besaran energi yang diperlukan untuk
menghasilkan 100 cc susu sekitar 85 kkal. Untuk menghasilkan 850 cc ASI, dibutuhkan energi
680- 807 kkal (rata-rata 750 kkal) energi. Dengan memberikan ASI, berat badan ibu akan
kembali normal dengan cepat dan menipis isu bahwa menyusui bayi akan membuat badan ibu
menjadi tambun (Sulityawati, 2009). Sumber Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
dan protein nabati.

2. Ambulasi Dini

Ambulasi dini (early ambulation) merupakan kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang di tempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dan tempat
tidur dalam 24-48 jam postpartum. Ambulasi dini tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum
dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan
sebagainya. Penambahan kegiatan dengan ambulasi dini harus berangsur-angsur, bukan berarti
ibu di segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Saleha, 2010).
Gangguan berkemih dan buang air besar juga dapat teratasi. Mobilisasi sangat bervariasi,
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada
kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah perslinan normal. Ini berguna
untuk memperlancan sirkulasi darah dan mengeluarkan caiaran vagina (Anggraini, 2010).
Ambulasi dini akan meningkatkan sirkulasi dan mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan
fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan
konstipasi.

3. Kebersihan Diri

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Sering membersihkan area
perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering
menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan antiseptic) ke atas vulva
perineum setelah berkemih atau defekasi, hindari penyemprotan langsung. Pasien yang harus
istirahat tidur (mis, hipertensi, post-seksio sesaria)harus dibantu mandi setiap hari dan mencuci
daerah perineum dua kali sehari dan setiap selesai eliminasi. Setelah ibu mampu mandi sendiri
(dua kali sehari), daerah perineum dicuci sendiri. Pengantian pembalut hendaknya sering
dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perineum atau setelah berkemih atau defekasi
(Bahiyatum, 2009). Kebersihan Alat GenitaliaMenjaga kebersihan alat genitalia dengan
mencucinya mengunakan sabun dan air, kemudian daerah vulva sampai anus kering sebelum
memakai pembalut wanita, setiap kali selesai buang air besar atau kecil, pembalut diganti
minimal 3 kali sehari.Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebrlum dan sesudah
membersihkan daerah genetalia. Mengajarkan ibu membersihakn daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru
membersihkan derah sekitar anus.

4. Seksual

Hanya separuh wanita yang tidak kembali tingkat energi yang biasa pada 6 minggu PP, secara
fisik, aman, setelah darah dan dapat memasukkan 2-3 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Penelitian pada 199 ibu multipara hanya 35 % ibu melakukan hubungan seks pada 6 minggu dan
3 bln, 40% nya rasa nyeri dan sakit. (Rogson dan Kumar,1981)

Anda mungkin juga menyukai